Fadillah Afrian - 201010082
Seminar Proposal Analisis Penanganan Kejahatan Terhadap Human Trafficking Di Provinsi Riau
kejahatan tidak lagi terjadi pada satu wilayah atau negara saja, namun justru terjadi pada lintas negara secara sistematis dan terorganisir. Pengaruh globalisasi terhadap transaksi lintas batas, pergerakan manusia, barang-barang, uang, dan informasi memunculkan fenomena transnasionalisme. Kejahatan transnasional telah muncul sebagai akibat dari globalisasinya yang kian masif.
Tindak Kejahatan Transnasional
Latar Belakang
01
o Pasal 7 Statuta Roma, yang diubah menjadi Undang-Undang No. 28 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM di Indonesia, menyatakan bahwa kejahatan terhadap hak kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan secara teratur dan menyeluruh terhadap penduduk sipil.
o bagian penjelasan UU Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun 1999.
Pelanggaran HAM berat didefinisikan dalam bentuk pembunuhan massal/ genosida, pembunuhan sewenang – wenang, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, tindakan perbudakan, bahkan hingga diskriminasi secara sistematis.
Latar Belakang
Ketika dikaitkan dengan pembahasan ini maka kejahatan human trafficking dapat dikategorikan sebagai salah satu dari pelanggaran HAM berat. Hal ini di dasari oleh tujuan kejahatan tersebut cenderung mengarah pada perbudakan dan eksploitasi.
Latar Belakang
Latar Belakang
02
Faktor Yang Mempengaruhi 1.Faktor Sosio-Ekonomi,2.Faktor Budaya,
3.Faktor Penegak Hukum, dan 4.Faktor Politik
Latar Belakang
02
Faktor Yang Mempengaruhi 1.Faktor Sosio-Ekonomi,2.Faktor Budaya,
3.Faktor Penegak Hukum, dan 4.Faktor Politik
Para pelaku mengincar penduduk yang tinggal di negara berkembang dan menjanjikan peningkatan ekonomi dengan iming- iming membantu perekonomian keluarga. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang kerap menjadi “negara pengirim”.
Kelompok yang menjadi sasaran perdagangan orang ini yaitu perempuan dan anak – anak. Yang mana Hongkong, Singapura, Taiwan, Brunei, Negara – negara Teluk Persia, Australia, Korea Selatan dan Jepang sebagai negara tujuan.
Latar Belakang
02
Faktor Yang MempengaruhiOleh karena itu, perdagangan manusia berada di antara lima kejahatan terbesar di dunia yang perlu ditangani dengan serius.
Dampak dari kejahatan ini memengaruhi perekonomian, politik, budaya, dan isu kemanusiaan. Ini sangat mirip dengan perbudakan yang memanfaatkan keadaan ekonomi dan ketidakberdayaan seseorang untuk menjadi korban perdagangan orang. Maka dari itu peneliti menilai hal ini termasuk pada jenis perbudakan kontemporer.
Latar Belakang
03
Upaya GlobalPerdagangan manusia ini telah berkembang menjadi kejahatan transnasional yang telah menarik perhatian global. Beberapa konvensi Internasional yang mengatur tentang kejahatan ini di antaranya:
1. Konvensi PBB tentang Hak Anak (United Nations Convention on the Rights of the Child )
Konvensi ini dibuat pada majelis umum di New York tahun 1989 dan menekankan hak anak untuk kesejahteraan, pendidikan, partisipasi, dan perlindungan.
Latar Belakang
2. Konvensi ILO tentang Pekerja Migran ( ILO Convention on the Rights of Migrant Workers and Members of Their Families )
Konvensi internasional ini didirikan di Genewa pada tahun 1990 dan berfokus pada hak-hak pekerja migran, seperti mencegah eksploitasi dan melindungi hak asasi. Konvensi ini diharapkan dapat melindungi hak pekerja migran dan mencegah eksploitasi mereka berdasarkan prinsip non-diskriminasi.
Latar Belakang
3. Protokol Palermo
Protokol yang diadopsi di Palermo, Italia, pada tahun 2000, protokol ini bertujuan untuk mencegah, menekan, dan menghukum perdagangan orang, terutama perempuan dan anak- anak. Protokol ini menekankan prinsip pencegahan, penegakan hukum, perlindungan korban, dan kerja sama internasional.
Latar Belakang
4. Konvensi Dewan Eropa tentang Tindakan Melawan Perdagangan Manusia (Convention on Action against Trafficking in Human Beings )
Konvensi yang dicetus di Warsawa, Polandia, pada tahun 2005—
dibuat untuk mencegah dan menghukum perdagangan manusia dan melindungi korban. Konvensi ini menekankan pada prinsip perlindungan korban, pencegahan, dan kerjasama internasional.
Latar Belakang
ASEAN mengadakan konvensi di wilayah Asia Tenggara dan menghasilkan konvensi Asean Convention Against Persons Trafficking In Persons, Especially Woman And Children, yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 2015. Konvensi ini kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2017. Prinsip utama undang-undang ini adalah memberikan definisi komprehensif tentang perlindungan anak.
Data Awal Yang Di
Peroleh
Sumber Data :
Syugiarto, Penanggulangan Human Trafficking Di Indonesia, Jurnal ADMINISTRATOR, 4.1 2022, 11–22
Polda Riau Bekuk 15 Pelaku TPPO, 226 Calon Pekerja Migran I legal Diselamatkan (beritasatu.com)
Polres Bengkalis Ungkap Kasus Perdagangan Orang Berkedok T enaga Kerja Migran - cakaplah.com - Berpikir Berbuat Berca kap
Dikutip dari jurnal Administrator, Penanggulangan Human Trafficking di Indonesia, oleh Syugiarto. Pada tahun 2022, terdapat 582 orang korban perdagangan orang.
Dengan 89% merupakan wanita.
Dikutip dari laman berita Beritasatu.com.
Agustus 2023 Polda Riau berhasil mengamankan 15 pelaku dan mengamankan 226 calon pekerja imigran ilegal.
Dikutip dari laman berita Cakaplah.com. Pada tahun yang sama Polres Bengkalis berhasil mengamankan 8 orang calon tenaga kerja migran ilegal.
Bagaimana bentuk penanganan yang diberikan kepada pelaku dan apa langkah - langkah pencegahan yang dilakukan Polda Riau?
Rumusan Masalah
01
02
Apa sajakah yang menjadi hambatan dari pelaksanaan Undang - Undang Tindak Pidana Perdagangan Orang di wilayah tugas Polda Riau?
Untuk mengetahui penanganan yang diberikan Polda Riau serta langkah – langkah pencegahan yang dilakukan oleh Polda Riau dalam memberantas kejahatan human trafficking di Provinsi Riau.
Tujuan Penelitian
01
02
Mengetahui hambatan dalam penerapan Undang – Undang Tindak Pidana Perdagangan Orang di wilayah tugas Polda Riau.
Manfaat
Penelitian
penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan serta memberikan informasi secara akademis terkait bidang Hukum Internasional.01
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait pengawasan dan penindakan terhadap kejahatan human trafficking oleh Polda Riau.
02
Bagi Penulis
Umum
Hukum Pidana Internasional dan Nasional
pada tahun 1993 didirikan Internasional Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY) yang bersifat ad hoc di Den Haag, Belanda, berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Pada tahun 1994, juga didirikan Internasional Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR) yang bersifat ad hoc di Arusha, Tanzania. Internasional Criminal Court (ICC), yang bersifat permanen, didirikan berdasarkan Statuta Roma tahun 1998.
Upaya global dan nasional dalam menangani tindak kejahatan (kriminal) sangatlah serius.
Pada awalnya, KUHP adalah satu-satunya regulasi yang mengatur tentang tindak pidana perdagangan orang. Karena perkembangan teknologi dan semakin kompleks, pemerintah akhirnya menetapkan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Tinjauan
Pustaka
Teori Kejahatan
Kamus besar Indonesia menyatakan bahwa kejahatan adalah perilaku yang bertentangan dengan norma—norma yang berlaku dan telah diakui oleh hukum. Teori mazhab antropologis yang dikemukakan oleh Cesare Lambroso menyatakan bahwa kejahatan adalah bakat bawaan manusia. Ia juga menyatakan bahwa keadaan fisik seorang penjahat sangat berbeda dengan manusia lainnya, yang menjadi ciri khasnya.
W. A. Bonger menyatakan bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang sangat anti sosial dan tidak bermoral yang diinginkan oleh kelompok sosial yang bersangkutan dan secara sadar ditimbulkan oleh negara dalam bentuk pemberian penderitaan (hukum atau perbuatan).
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan Pustaka
1.Skripsi Nur Khairul Hasanah dengan judul Perbandingan Pengaturan Human Trafficking DI Tinjau Dari KUHP Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara pelaku dan pertanggungjawaban pidana bagi pelaku.
Hasil Penelitian:
• Perbedaan pandangan pelaku antara KUHP dan UU No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Penelitian
Terdahulu
Tinjauan Pustaka
2. Skripsi Yusvina Benerak dengan Judul Kajian Tentang Human Trafficking Di Kabupaten Sikka Dan Ikhtiar Untuk Menanganinya.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Filsafat Institut Filsafat Dan Teknologi Kreatif Ledalero, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat tentang dampak praktik human trafficking, mempertegas tugas pemerintah dan menunjukkan pendidikan.
Hasil Penelitian:
• Faktor penyebab kejahatan yaitu budaya dan ekonomi.
• Pengaruh dari tindakan diskriminasi gender dan minimnya tingak pendidikan serta perubahan dunia kerja dan minimnya tempat kerja.
• Dampak yang di timbulkan secara psikologis dan fisik.
Penelitian
Terdahulu
Tinjauan Pustaka
1.Skripsi Wira Adi Bagaskara dengan judul Kepentingan Nasional Indonesia Meratifikasi Protokol Palermo Tahun 2000 sebagai Upaya Pencegahan & Penanggulangan Human Trafficking. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Univesitas Kristen Satya Wacana, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan nasional dalam meratifikasi Protokol Palermo dan proses ratifikasi.
Hasil Penelitian:
• Protokol Palermo diratifikasi menjadi Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2009. Yang mana hal tersebut telah menunjukkan komitmen Indonesia dalam mencegah, menindak dan menghukum perdagangan orang.
Penelitian
Terdahulu
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian terdahulu di atas, peneliti menilai penelitian ini memiliki perbedaan yang terletak pada fokus pencarian pokok masalah. Pada penelitian terdahulu, peneliti fokus pada regulasi yang mengatur tentang tindak pidana perdagangan orang atau human trafficking. Sementara pada penelitian ini peneliti tidak hanya terfokus pada regulasi tetapi juga pada aspek penegak hukum. Sehingga nantinya akan menghasilkan penelitian yang bersifat objektif.
Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu
Konsep Operasional
Batasan - batasan pada judul dan istilah yang digunakan
Penanganan Kejahatan Human Trafficking
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani, penggarapan.
Penanganan dalam konteks pidana biasanya didefinisikan sebagai tindakan mengatasi,
mencegah, atau
menanggulangi tindak kejahatan atau pelanggaran.
Ini dikaitkan dengan penanganan tindak kejahatan dari sudut pandang hukum pidana. Karena itu, hanya pihak yang berwenang yang dapat melakukan penanganan.
Dalam penelitian ini, kejahatan dapat dikaitkan dengan tindakan yang melanggar undang-undang, peraturan, atau standar yang berlaku.
Definisi kejahatan semakin luas saat ini. Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang terjadi di luar batas negara satu negara.
Namun, menurut Perkap 7 Tahun 2009, didefinisikan sebagai kejahatan yang terorganisir, yang bersifat global dan berdampak pada politik, pemerintahan, sosial budaya, dan ekonomi suatu negara
Perdagangan orang, menurut Pasal 3 Protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Mencegah, dan
Menindaklanjuti Perdagangan Orang, didefinisikan sebagai pengerahan, pengangkutan, pengiriman, penyembunyian, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk lain dari paksaan, penculikan, kecurangan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi kerentanan, atau penerimaan
atau penggunaan
pembayaran.
Jenis dan Sifat Penelitian
Sosiologis / Obsevation Reserch Bersifat deskriptif
Metode
Penelitian Lokasi Penelitian
Provinsi Riau ( wilayah tugas Kepolisian Daerah Riau )
Populasi dan Responden
• Kepala Unit Ditreskrimun Kepolisian Daerah Riau
• Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Kepolisian Daerah Riau
• Kepala Humas Imigrasi Riau
Data dan Sumber Data
1. Data Primer
• Hasil wawancara 2. Data Skunder
• Literatur lainnya yang relevan
Metode
Penelitian
Alat Pengumpul Data
tanya jawab secara langsung dengan responden
Analisa Data
Peneliti mengumpulkan data dari wawancara dalam bentuk kalimat. kemudian mempertimbangkan peraturan perundang - undangan dan pendapat ahli.
Teknik Penarikan Kesimpulan
Induktif, menarik simpulan dari ketentuan khusus ke umum.
Metode
Penelitian
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Tinjauan Pustaka
E. Konsep Operasional F. Metode Penelitian
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Sejarah dan Pengertian Hukum Pidana Internasional dan Nasional
B. Tinjauan Umum Definisi dan Perkembangan Kejahatan Human Trafficking
C. Upaya Pemberantasan Kejahatan Human Trafficking Di Provinsi Riau
Sistematika Penulisan
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Peran dan Fungsi Aparatur Penegak Hukum Dalam Menekan Angka Kejahatan Human Trafficking di Provinsi Riau
B. Hambatan Terhadap Implementasi Undang-Undang
Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Wilayah Tugas Polda Riau
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
Buku
Daftar Pustaka
Dr. Zulkarnain. S S.H., M.H Buku Ajar: Hukum Pidana Khusus. - Pekanbaru : [s.n.], 2023.
M.A Prof. Dr. H. Zainuddin Ali. Sosiologi Hukum. - Jakarta : Sinar Grafika, 2019. - ISBN 978-979-8061-29-5.
Prof. Dr. Barda Nawawi Arief S.H Kapita Selekta Hukum Pidana. - Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013. - ISBN 978-979-491-036-8.
Suhariyono Ar (Ed) Permasalahan dan Penegakan Hukum di Wilayah Perbatasan. - Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2019. - ISBN 978-602-433-858-9.
Topo Santoso S.H., M.H, Eva Achjani Zulfa, S.H Kriminologi. - Depok : Rajawali Pers, 2020. - ISBN 978-979-421- 837-2.
Artikel dan Jurnal
Daniah, Rahmah, dan Fajar Apriani. Kebijakan Nasional Anti-Trafficking dalam Migrasi Internasional. Jurnal
Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional, Vol 8, no. 2 (2018): 137–
62.
Hasan, Muh.Irfansyah. Kejahatan Transnasional Dan Implementasi Hukum Pidana Indonesia, VII, no. 7 (2022):
13–20.
Maharani, Septiana Dwiputri. Manusia Sebagai Homo Economicus: Refleksi Atas Kasus-Kasus Kejahatan Di Indonesia. Jurnal Filsafat, Vol 26, no. 1 (2016): 30.
Sibuea, Deypend Tommy. Pemberantasan Perdagangan Orang Melalui Instrumen Hukum Nasional Dan Hukum Internasional Di Indonesia. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), Vol 3, no. 2 (2018): 228.
Susanti, Heni, Dkk, Perbandingan Aturan Hukum Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang di Indonesia dan Malaysia, Kodifikasi, Vol 4, no. 1 (2022): 91–108.
Syugiarto, Syugiarto. Penanggulangan Human Trafficking Di Indonesia. Jurnal ADMINISTRATOR, Vol 4, no. 1 (6 Juni 2022): 11–22.
Tabiu, R, N Intan, S Safiuddin, Globalisasi dan Kejahatan Transnasional Terorganisasi. Holrev.Uho.Ac.Id, Vol 7, no. 1 (2023)
Waworuntu, Helena Bellarina, Dkk. Tinjauan Yuridis Human Trafficking Sebagai Kejahatan Transnasional Menurut Hukum Nasional Dan Hukum Internasional, Lex Privatum, Vol 10, No 2 (2020): 1–13.
Undang - Undang
ASEAN Convention Against Trafficking in Persons, Especially Women and Children, 2015 Rome Statute of the Internasional Criminal Court, 1998
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pengesahan ASEAN Convention Against Trafficking in Persons, Especially Women and Children
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia
Website
Certified True Copies CHAPTER VII : Traffic in Person | UNTC
Polres Bengkalis Ungkap Kasus Perdagangan Orang Berkedok Tenaga Kerja Migran - cakaplah.com - Berpikir Berbuat Bercakap
International standards on trafficking in persons | OHCHR
Laporan Tahunan Perdagangan Orang 2020 - Kedutaan Besar dan Konsulat AS di Indonesia (usembassy.gov) Pencarian - KBBI VI Daring (kemdikbud.go.id)
Polda Riau Bekuk 15 Pelaku TPPO, 226 Calon Pekerja Migran Ilegal Diselamatkan (beritasatu.com)