DRAFTING LEAFLET “MIGRAIN”
Judul : YUK KENALI MIGRAIN DAN CEGAH DENGAN COMET
Pengertian Migrain : Migrain adalah nyeri kepala sedang hingga parah yang terasa berdenyut yang umumnya hanya mengenai sebelah sisi kepala saja (Kemenkes, 2018).
Fakta Migrain : Migrain lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan rasio 3:1 (Abyuda & Kurniawan, 2021).
Jenis Migrain :
Migrain tanpa aura
Migrain tanpa aura merupakan jenis migrain yang paling banyak terjadi. Nyeri migrain ini muncul tiba-tiba tanpa didahului gejala apa pun. Terkadang, gejala migrain jenis ini bisa mirip dengan sinusitis.
Migrain dengan aura
Migrain dengan aura diawali dengan tanda-tanda tahapan aura sebelum sakit kepala muncul, seperti melihat kilatan cahaya. Sebanyak 15 hingga 20 persen penderita migrain mengalami fase ini.
Migrain dengan aura, tetapi tanpa sakit kepala
Kondisi yang dikenal dengan “silent migraine” ini diawali dengan semua tanda atau gejala migrain, tetapi tidak disertai sakit kepala.
Migrain kronis
Migrain kronis adalah migrain yang terjadi selama setidaknya 15 hari tiap bulan, selama 3 bulan atau lebih. Gejalanya dapat berubah-ubah, begitu juga tingkat keparahan dan nyerinya.
Umumnya, migrain kronis disebabkan oleh penggunaan obat yang berlebihan (Alodokter, 2014).
Faktor Risiko Migrain :
Riwayat Keluarga atau Genetika
Genetika memainkan peran yang cukup signifikan dalam migrain, menurut Roderick Spears, MD, direktur medis regional neurologi di Penn Medicine di Pennsylvania. “Jika Anda menderita migrain, Anda memiliki peluang sekitar 75 persen untuk memiliki kerabat tingkat pertama yang menderita migrain. Penyakit ini dapat ditularkan secara merata baik dari pihak ibu maupun dari pihak ayah,” kata Dr. Spears, seraya menambahkan bahwa riwayat keluarga sangat penting pada migrain dengan aura , atau migrain dengan gangguan neurologis yang menyertainya, paling sering bersifat visual.
Usia
Timbulnya migrain dapat dimulai pada usia berapa pun, meskipun serangan awal sering kali terjadi pada masa remaja, menurut Mayo Clinic. Migrain biasanya mencapai puncaknya pada usia tiga puluhan, setelah itu serangannya secara bertahap menjadi kurang parah dan
frekuensinya berkurang.
Anak perempuan lebih mungkin mengalami serangan migrain pada saat siklus menstruasi pertama mereka, dengan prevalensi migrain pada wanita mencapai puncaknya pada masa subur, menurut American Migraine Foundation .
Jenis Kelamin
Wanita tiga kali lebih mungkin terkena migrain dibandingkan pria, yang diyakini disebabkan oleh peran estrogen . “Jika Anda melihat anak-anak, anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkat migrain yang sama, tetapi hal itu berubah saat pubertas, dan rasio wanita melonjak menjadi 3 berbanding 1. Hormon estrogen , khususnya, memainkan peran yang cukup signifikan dalam timbulnya migrain,” kata Spears.
Perubahan Hormon
Sangat umum bagi wanita untuk mengalami migrain di sekitar periode menstruasi mereka, menurut Nada Hindiyeh, MD , spesialis sakit kepala dan profesor klinis di Stanford Medicine di Palo Alto, California. “Ada beberapa jenis migrain, dan ada bagian dari migrain yang
berhubungan dengan siklus menstruasi.”
“Kami yakin alasan banyak wanita mengalami migrain saat siklus menstruasi adalah karena penurunan estrogen yang terjadi tepat saat siklus dimulai. Itu adalah pemicu besar terjadinya migrain,” kata Dr. Hindiyeh.
Sebaliknya, tingkat produksi estrogen yang stabil (seperti pada menopause ) atau peningkatan kadarnya (seperti pada kehamilan) dapat mengurangi risiko serangan migrain, menurut ulasan yang diterbitkan dalam Current Opinion in Neurology (Upham, 2022).
Gejala Gawat Darurat :
Sakit kepala tidak tertahankan yang terjadi secara tiba-tiba
Sakit kepala yang bersamaan dengan demam, kejang, leher kaku, linglung, penglihatan ganda, atau ruam di kulit
Lemas atau lumpuh di lengan atau salah satu sisi wajah
Bicara menjadi cadel atau tidak jelas Pencegahan Migrain :
Sleep: Kualitas tidur yang baik dapat dicapai dengan manajemen obstructive sleep apnea, mengoptimalkan sleep hygiene, dan melakukan restriksi tidur pada pasien dengan komorbid insomnia. Dengan kualitas dan kuantitas tidur yang cukup, migrain kronik dapat berubah menjadi migrain episodic.
Exercise: olahraga seperti berjalan kaki, lari, atau bersepeda bisa dimulai perlahan-lahan dengan target 3-5 kali olahraga berdurasi 30-50 menit setiap minggunya.
Eat: tidak ada diet khusu untuk migrain. Pasien disarankan untuk makan makanan sehat secara rutin 3 kali sehari dan minum 7-8 gelas perhari dengan target mencapai berat badan optimal.
Konsumsi kafein bisa dibatasi.
Diary: Diari berisikan frekuensi dan intensitas serangan, pemicu, penggunaan obat abortif, dan dampak migrain terhadap fungsi sehari-hari pasien. Pencatatan ini dapat membantu proses diagnosis dan penyesuaian terapi pasien dengan migrain.
Stress: stres dan kecemasan dapat memicu terjadinya migrain sehingga pasien dapat disarankan untuk melakukan cognitive behavioral therapy, terapi mindfulness, biofeedback, dan teknik relaksasi (Kurniawan & Wardhani, 2022).
REFERENSI :
Abyuda, K. P. P., & Kurniawan, S. N. (2021). COMPLICATED MIGRAINE.
Alodokter. (2014). Migrain. https://www.alodokter.com/migrain
Kemenkes. (2018). Migrain. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stroke/adakah-sobat-sehat- yang-pernah-mengalami-migrain
Kurniawan, S. N., & Wardhani, D. K. (2022). CLASSICAL MIGRAINE.
Upham, B. (2022). Causes and Risk Factors of Migraine.