• Tidak ada hasil yang ditemukan

“E-COURT DALAM PERADILAN PERDATA”

N/A
N/A
kookie dam

Academic year: 2024

Membagikan "“E-COURT DALAM PERADILAN PERDATA” "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM ACARA DAN PRAKTEK PERADILAN PERDATA

“E-COURT DALAM PERADILAN PERDATA”

Dosen Pengampu: Kadek Agus Sudiarawan, SH., MH.

KELOMPOK 1/KELAS: C 2204551136 Fortuna Nur Paramita 2204551141 Nazwa Aulya Irawan 2204551143 Vincencia Januaria Molo 2204551144 Regina Syefi Rere 2204551145 Julianus Zendrato 2204551147 Rangga Anugrah W

2204551206 Selvia Syalaisha Amani Fatihah

ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

2023/2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya atas selesainya makalah yang berjudul” E-Court Dalam Peradilan Perdata”. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kadek Agus Sudiarawan, SH., MH. selaku dosen mata kuliah Hukum Acara Dan Praktek Peradilan Perdata. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam matakuliah Hukum Acara Dan Prakter Peradilan Perdata. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Denpasar, 20 Mei 2024

Penyusun

(3)

ii

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI………...ii

BAB I PENDAHULUAN………..………...……...1

1.1 Latar Belakang……….………...1

1.2 Rumusan Masalah……….………2

1.3 Tujuan.……….……….2

BAB II PEMBAHASAN.……….……….3

2.1 Pengertian E-Cour..……….……..3

2.2 Pengguna Layana……...………...………5

2.3 Pelaksanaan E-Court….………6

2.4 Analisis E-Court…..……….……….8

BAB III PENUTUP….………....11

3.1 Kesimpulan……….11

3.2 Saran………...12 DAFTAR PUSTAKA

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

E-Court (Electronic Court) adalah sebuah layanan yang dikembangkan untuk memudahkan proses peradilan perdata di Indonesia. Sistem terobosan yang diberi nama sistem E-Court merupakan salah satu inovasi Mahkamah Agung dalam menghadapi tantangan terkait perkembangan kehidupan manusia yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik. Menyadari potensi TIK untuk mentransformasi sistem peradilan, Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI) mulai menjajaki cara untuk memasukkan teknologi ke dalam proses peradilan. Inisiatif perintis ini bertujuan untuk menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa alternatif untuk jenis kasus tertentu, sehingga memungkinkan para pihak menyelesaikan perselisihan mereka secara elektronik tanpa memerlukan sidang pengadilan tradisional.

Pada tahun 2010, MA RI mendirikan Electronic Case Management System (ECMS), sebuah platform terpusat untuk mengelola catatan dan dokumen pengadilan. ECMS menandai kemajuan signifikan dalam digitalisasi proses pengadilan dan meningkatkan pengelolaan data.

Langkah besar berikutnya dalam perjalanan e-court di Indonesia terjadi pada tahun 2018 dengan disahkannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik dan menandai titik balik perkembangan e-court di Indonesia. Sistem ini dibuat untuk menjembatani kendala geografis Indonesia, membuat sistem peradilan lebih sesuai dengan asas yang ada, dan memicu peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan keadilan yang dilakukan oleh lembaga peradilan.

Dengan menggunakan teknologi informasi, E-Court memungkinkan para pihak berperkara untuk melakukan pendaftaran perkara secara online, mendapatkan taksiran panjar biaya perkara secara online, serta melakukan pembayaran dan pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik dan secara daring. E-Court dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses peradilan perdata, serta untuk memudahkan akses masyarakat terhadap jaringan keadilan. E-Court didasarkan pada beberapa pertimbangan, termasuk Pasal

(5)

2

2 ayat (4) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa pengadilan harus membantu mencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Dalam mewujudkan tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, perlu dilakukan pembaruan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam proses penyelenggaraan peradilan. E-Court juga didukung oleh beberapa peraturan, seperti Peraturan Mahkamah Agung Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik.

Dalam peraturan ini, diketahui bahwa E-Court dibentuk dengan beberapa pertimbangan, termasuk untuk meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara secara online, serta untuk menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara. Dengan demikian, E-Court pada peradilan perdata memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses peradilan, serta untuk memudahkan akses masyarakat terhadap jaringan keadilan. E-Court juga didasarkan pada beberapa pertimbangan dan didukung oleh peraturan yang relevan, sehingga dapat diharapkan menjadi sebuah sistem yang efektif dan efisien dalam mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian lebih mendalam. Oleh karena itu, guna memfokuskan pembahasan dan kajian, maka penulis membuat beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan dasar hukum E-Court dalam Sistem Peradilan Perdata di Indonesia?

2. Siapa saja yang dapat menjadi pengguna Layanan E-Court?

3. Bagaimana pelaksanaan E-Court pada Peradilan Perdata di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk menganalisis mengenai sistem E-Court yang telah diterapkan di Indonesia dalam sistem Peradilan Perdata.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian E-Court

Ecourt adalah sebuah layanan yang diperkenalkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA) sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online, Taksiran Panjar Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya secara online, Pemanggilan secara online, dan Persidangan secara online. E-Court, atau pengadilan elektronik, juga dikenal sebagai sebuah sistem yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses peradilan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan aksesibilitas. Di Indonesia, konsep E-Court diresmikan melalui Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

Peraturan ini mengatur berbagai aspek administrasi dan prosedur peradilan yang dapat dilakukan secara elektronik.

E-court merupakan salah satu bentuk implementasi SPBE, sebagaimana tergambar dalam Perma 1/2019 sebagaimana telah diubah dalam Perma 7/2022. Dalam Perma 7/2022 tersebut diterangkan bahwa sistem informasi pengadilan adalah seluruh sistem informasi yang disediakan oleh Mahkamah Agung untuk memberi pelayanan terhadap pencari keadilan yang meliputi administrasi, pelayanan perkara, dan persidangan secara elektronik. Pengaturan administrasi perkara dan persidangan secara elektronik dalam Perma 7/2022 berlaku pada pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding untuk jenis perkara perdata, perdata khusus, perdata agama, tata usaha militer, dan tata usaha negara.

Sistem e-court sebelumnya diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan secara Elektronik, yang kemudian peraturan tersebut dicabut dan digantikan dengan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik (selanjutnya disebut sebagai Perma Nomor 1 Tahun 2019). Perubahan Perma tersebut dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada publik dalam proses penyelesaianperkara di Pengadilan Indonesia1.

1 Satria, Rio. (2020). Persidangan secara Elektronik (E-Litigasi) di Pengadilan Agama. Available online at:

https://pa-purworejo.go.id/. [Accessed March 12, 2020].

(7)

4

E-court memiliki payung hukum yang tertuang pada Peraturan Mahkamah Agung Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik.

Pada peraturan tersebut diketahui bahwa Aplikasi tersebut dibentuk dengan beberapa pertimbangan, diantaranya dilatarbelakangi oleh Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa: “Pengadilan membantu mencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.” Tujuan dibentuknya aplikasi e-Court ini adalah untuk penyederhanaan beracara di peradilan sehingga tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. sehingga dilakukan pembaruan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam proses penyelenggaraan peradilan konvensional.

Selain itu, tuntutan perkembangan zaman yang mengharuskan adanya pelayanan administrasi perkara di pengadilan secara lebih efektif dan efisien menjadi latar belakang dibentuknya e- court.

Dasar hukum e-Court dapat dilihat sebagai berikut:

Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik.

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 3 tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik

Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (SK KMA) Nomor 122/KMA/SK/VII/2018 tentang Pedoman Tata kelola Pengguna Terdaftar Sistem Informasi Pengadilan

Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (Dirjen Badilag) Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 tentang Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 363 /KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Dan Persidangan Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha Negara di Pengadilan Secara Elektronik

(8)

5

Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1465/DJA/HK.0 5/SK/IX/2023 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Perkara Di Lingkungan Peradilan Agama Secara Elektronik

Dengan menggunakan E-Court, para pihak yang berperkara dapat melakukan pendaftaran perkara, mendapatkan Taksiran Panjar Biaya, melakukan pembayaran, dan mengirimkan dokumen konferensi secara elektronik

2.2 Pengguna Layanan E-Court

Dalam konteks sistem peradilan perdata Indonesia, pengguna layanan e-court mengacu pada individu dan organisasi yang menggunakan sistem Pengadilan Elektronik untuk mengajukan perkara, berpartisipasi dalam persidangan, dan mengakses dokumen dan informasi pengadilan. Penggunaan layanan e-Court pada sistem peradilan perdata di Indonesia memungkinkan para pihak berperkara untuk melakukan pendaftaran perkara secara online, mendapatkan taksiran panjar biaya perkara secara online, pembayaran secara online, pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik, dan transmisi yang dilakukan secara elektronik

Menurut Pasal 1 angka 7 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik, Persidangan Secara Elektronik adalah serangkaian proses memeriksa dan mengadili perkara oleh pengadilan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.

Layanan administrasi perkara secara elektronik dapat digunakan oleh Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain. Persyaratan untuk dapat menjadi Pengguna Terdaftar bagi advokat, yaitu:

Kartu tanda penduduk;

Kartu keanggotaan advokat;

Berita acara sumpah advokat oleh pengadilan tinggi.

Sementara itu persyaratan untuk pengguna lain sebagai berikut:

Kartu identitas pegawai/kartu tanda anggota, surat kuasa dan/atau surat tugas dari kementerian/lembaga/badan usaha bagi pihak yang mewakili kementerian/lembaga dan badan usaha;

(9)

6

Kartu tanda penduduk/paspor dan identitas lainnya untuk perorangan; dan

Penetapan ketua pengadilan untuk beracara secara insidentil karena hubungan keluarga Calon Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain melakukan pendaftaran melalui Sistem Informasi Pengadilan.

Hal tersebut sesuai dengan Pasal 5 mengenai Pengguna Layanan Administrasi Perkara Secara Elektronik. Dalam E-court, Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain berhak menggunakan layanan administrasi perkara dan persidangan secara elektronik dengan segala fitur pendukungnya, domisili elektronik merupakan domisili yang dipilih Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain dalam menggunakan layanan administrasi perkara dan persidangan secara elektronik, Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain wajib tunduk pada syarat dan ketentuan yang diatur terhadap penggunaan sistem dan pelayanan administrasi perkara, persidangan secara elektronik berbasis teknologi informasi berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung dan atau ketentuan lain yang membahas mengenai E-court. Selain itu, Mahkamah Agung berhak melakukan verifikasi data pendaftaran, verifikasi perubahan data, penangguhan terhadap hak akses dan pencabutan status Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain, Mahkamah Agung berhak menolak pendaftaran Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain yang tidak dapat diverifikasi dan berwenang menindak segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain terhadap syarat dan ketentuan penggunaan layanan administrasi perkara secara elektronik, yaitu berupa:

Teguran;

Penghentian hak akses sementara;

Penghentian hak akses permanen (penghapusan akun).

2.3 Pelaksanaan E-Court

Secara garis besar ruang lingkup sistem persidangan di pengadilan secara elektronik dapat dibagi menjadi 5 antara lain2:

1. E-Filing (Pendaftaran Perkara Online)

2 Buku Panduan E-CourtMahkamah Agung 2019, hlm. 7.

(10)

7

Pendaftaran perkara online dalam aplikasi E-Court terbuka untuk jenis pendaftaran perihal perkara gugatan, permohonan keberatan, hingga terkait penyampaian dan penyimpanan dokumen perkara perdata/ perdata agama/ tata usaha militer/ tata usaha negara dengan menggunakan sistem elektronik yang berlaku di masing-masing lingkungan peradilan. Pendaftaran perkara-perkara ini adalah jenis perkara yang memerlukan usaha besar untuk didaftarkan dan tidak sesuai dengan prinsip kemudahan berusaha. Keuntungan yang nyata dari pendaftaran perkara secara online melalui aplikasi E-Court, antara lain:

a. Menghemat waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk mendaftarkan suatu perkara

b. Berbagai metode pembayaran dan bank yang telah terhubung untuk memudahkan melakukan pembayaran biaya panjar

c. Akses dokumen dapat dilakukan dari berbagai lokasi dan terarsip secara baik d. Proses temu kembali data yang lebih cepat

2. E-Payment (Pembayaran Panjar Biaya Online)

Fitur ini merupakan proses perhitungan panjar biaya yang akan dihitung sesuai biaya- biaya yang ditetapkan pengadilan termasuk besaran biaya radius yang telah ditentukan oleh ketua pengadilan. Proses tersebut akan menghasilkan surat kuasa untuk membayar (SKUM) dan akan menghasilkan E-SKUM untuk melakukan E-payment. Sebagaimana dituangkan pada Pasal 12 Perma 1 tahun 2019 bahwa pengguna terdaftar dan pengguna lain melakukan pembayaran panjar biaya perkara sesuai dengan taksiran biaya yang diberikan secara elektronik.

3. Dokumen Persidangan

Dalam Perma nomor 1 tahun 2019 dokumen elektronik harus disiapkan dalam proses persidangan oleh para pihak seperti bukti surat pada jawaban pihak tergugat dan juga dokumen-dokumen lainnya.

4. E-summon (Pemanggilan Elektronik)

Pemanggilan yang perkaranya di daftarkan menggunakan sistem E-Court, dilakukan secara elektronik yang akan dikirimkan ke alamat domisili elektronik para pengguna (email) yang telah terverifikasi dan hanya dapat dilakukan ketika para pihak setuju untuk dilakukan pemanggilan secara elektronik. Dituangkan pada Pasal 16 Perma 1 tahun 2019 yaitu berdasarkan perintah hakim, jurusita/ jurusita pengganti mengirimkan

(11)

8

surat panggilan persidangan ke domisili elektronik para pihak melalui sistem informasi pengadilan.

5. E-Litigasi (Persidangan Elektronik)

Fitur terbaru berikut ini merupakan hal yang melengkapi proses beracara di peradilan dengan sistem elektronik, dan juga terobosan pada Perma nomor 1 tahun 2019 Apabila dibandingkan dengan Perma sebelumnya. Makna dari persidangan secara elektronik merupakan serangkaian proses memeriksa dan mengadili perkara oleh pengadilan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.

2.4 Analisis E-Court

Menurut analisis kelompok kami, E-Court merupakan inisiatif penting dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA) yang bertujuan untuk mereformasi sistem peradilan melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Regulasi dan Payung Hukum pada Pelaksanaan e-Court diatur oleh beberapa regulasi kunci:

1. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

2. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.

3. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2022 yang memperbarui Perma 1/2019.

4. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (SK KMA) Nomor 122/KMA/SK/VII/2018 tentang Pedoman Tata Kelola Pengguna Terdaftar Sistem Informasi Pengadilan.

5. Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 363/KMA/SK/XII/2022 tentang Petunjuk Teknis Administrasi dan Persidangan Perkara Perdata, Perdata Agama, dan Tata Usaha Negara di Pengadilan Secara Elektronik.

6. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1465/DJA/HK.05/SK/IX/2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Agama Secara Elektronik.

(12)

9 Manfaat dan Kelebihan Implementasi E-Court:

1. Efisiensi Proses Peradilan Dengan digitalisasi pendaftaran perkara, penghitungan panjar biaya, dan pembayaran secara online, proses peradilan menjadi lebih cepat dan efisien.

2. Transparansi Sistem elektronik memungkinkan pemantauan yang lebih baik dan transparansi dalam setiap tahapan proses peradilan, mengurangi potensi korupsi dan maladministrasi.

3. Aksesibilitas E-Court memungkinkan akses yang lebih mudah bagi masyarakat, terutama mereka yang berada di daerah terpencil, untuk mendapatkan pelayanan peradilan tanpa harus datang langsung ke pengadilan.

4. Penghematan Biaya Mengurangi biaya perjalanan dan waktu yang dibutuhkan untuk berperkara secara fisik di pengadilan.

Meskipun banyak manfaat, implementasi E-Court juga menghadapi beberapa tantangan:

1. Infrastruktur Teknologi: Ketersediaan dan kualitas infrastruktur teknologi informasi yang belum merata di seluruh Indonesia menjadi hambatan utama.

2. Literasi Digital: Tingkat literasi digital masyarakat dan aparat pengadilan yang bervariasi mempengaruhi efektivitas penggunaan e-Court.

3. Keamanan Data: Perlindungan data dan keamanan sistem informasi menjadi krusial untuk menjaga integritas dan kerahasiaan data peradilan.

4. Resistensi Perubahan: Ada kemungkinan resistensi dari pihak-pihak yang terbiasa dengan sistem konvensional, baik dari internal pengadilan maupun pengguna layanan.

Implementasi e-Court, seperti diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2019, mencerminkan upaya modernisasi sistem peradilan Indonesia. Dengan mengadopsi teknologi informasi, e- Court meningkatkan transparansi, efisiensi, dan aksesibilitas proses hukum. Pembagian pengguna menjadi Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain memastikan bahwa berbagai pihak yang berurusan dengan peradilan dapat mengakses layanan ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Verifikasi ketat dan sanksi yang diberlakukan menunjukkan komitmen Mahkamah Agung untuk menjaga integritas dan keamanan sistem. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada kualitas infrastruktur teknologi dan kesiapan pengguna dalam mengadopsi sistem baru ini.

(13)

10

Dengan penanganan yang tepat terhadap tantangan tersebut, e-Court dapat menjadi alat yang kuat dalam reformasi peradilan di Indonesia. Adapun pelaksanaan E-court dalam ruang lingkup persidangan yaitu : E-Filing adalah fitur yang memungkinkan pendaftaran perkara secara online, mencakup gugatan, permohonan, keberatan, dan penyampaian serta penyimpanan dokumen terkait perkara perdata, perdata agama, tata usaha militer, dan tata usaha negara. Manfaat utama dari sistem ini adalah penghematan waktu dan biaya, akses mudah ke berbagai metode pembayaran, serta kemampuan untuk mengakses dan mengarsipkan dokumen dari berbagai lokasi. Sistem ini juga mempercepat proses temu kembali data.

E-Payment mengotomatisasi perhitungan dan pembayaran panjar biaya, termasuk biaya radius yang ditetapkan pengadilan. Sistem ini menghasilkan Surat Kuasa untuk Membayar (SKUM) secara elektronik, yang memungkinkan pembayaran biaya panjar dilakukan secara online. Dokumen persidangan elektronik mencakup bukti surat dan dokumen lainnya yang harus disiapkan oleh para pihak. Dokumen ini harus disimpan dan dikelola secara elektronik, sesuai dengan ketentuan Perma No. 1 Tahun 2019. E-Summon memungkinkan pemanggilan pihak terkait secara elektronik melalui email atau domisili elektronik yang telah terverifikasi.

Pemanggilan ini hanya dilakukan jika para pihak setuju untuk menggunakan sistem elektronik.

E-Litigasi mencakup serangkaian proses pemeriksaan dan pengadilan yang dilakukan secara elektronik, mendukung penuh teknologi informasi dan komunikasi

(14)

11 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

E-Court adalah layanan inovatif dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang menggunakan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan aksesibilitas dalam proses peradilan. Sistem ini mencakup pendaftaran perkara online, taksiran dan pembayaran panjar biaya secara elektronik, pemanggilan elektronik, serta persidangan elektronik. E-Court diatur melalui berbagai peraturan, termasuk Perma No. 3 Tahun 2018, Perma No. 1 Tahun 2019 yang diubah oleh Perma No. 7 Tahun 2022, dan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018. Dasar hukum e-Court mencakup berbagai peraturan dan keputusan yang mendukung administrasi perkara dan persidangan elektronik di berbagai jenis pengadilan.

Tujuannya adalah untuk menyederhanakan proses peradilan, menghemat waktu dan biaya, serta memudahkan akses ke layanan peradilan.

Implementasi e-Court merupakan langkah penting dalam modernisasi sistem peradilan Indonesia, sejalan dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat. Pasal 1 angka 7 Perma No. 1 Tahun 2019 mendefinisikan persidangan elektronik sebagai proses pengadilan yang didukung teknologi informasi. Layanan ini tersedia untuk Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain dengan persyaratan khusus, seperti KTP, kartu advokat, dan surat kuasa. Pengguna wajib mendaftar melalui Sistem Informasi Pengadilan dan mematuhi ketentuan yang berlaku.

Mahkamah Agung berwenang melakukan verifikasi data, menangguhkan akses, atau mencabut status pengguna jika ditemukan pelanggaran. Sanksi bagi pelanggaran meliputi teguran, penghentian akses sementara, dan penghapusan akun. Sistem ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam administrasi peradilan.

Sistem persidangan elektronik di pengadilan, atau e-Court, mencakup lima fitur yaitu E-Filing Pendaftaran perkara online untuk berbagai jenis kasus, menghemat waktu dan biaya, menyediakan berbagai metode pembayaran, serta memudahkan akses dan arsip dokumen. yang kedua yaitu E-Payment Pembayaran panjar biaya secara elektronik sesuai dengan taksiran biaya yang dihitung oleh pengadilan, menghasilkan E-SKUM untuk memfasilitasi pembayaran. yang ketiga Dokumen Persidangan Penyediaan dan pengelolaan dokumen elektronik yang diperlukan selama persidangan. yang keempat E-Summon Pemanggilan pihak

(15)

12

yang berperkara melalui domisili elektronik (email), sesuai kesepakatan para pihak dan perintah hakim. yang kelima E-Litigasi Proses persidangan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi, meningkatkan efisiensi dan transparansi. Keseluruhan sistem ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, menghemat waktu dan biaya, serta memudahkan akses dalam proses peradilan.

3.2 Saran

Berdasarkan materi tentang sistem e-court di Indonesia, berikut beberapa saran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensinya dalam peradilan perdata dengan meningkatkan infrastruktur dan konektivitas agar memperluas jangkauan jaringan internet dan meningkatkan kualitas konektivitas di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, untuk memastikan akses e-court yang merata bagi semua pihak. Selain itu, meningkatkan pelatihan dan edukasi bagi aparat penegak hukum, termasuk hakim, panitera, dan staf pengadilan lainnya, tentang penggunaan sistem e-court secara menyeluruh dan efektif. Dan jika berbicara mengenai fitur-fitur baru yang inovatif dan bermanfaat bagi pengguna layanan e-court, seperti platform mediasi online, sistem notifikasi elektronik, dan akses virtual ke konferensi maka dibutuhkan peningkatan pada fitur tersebut. Dengan penerapan saran-saran tersebut,diharapkan sistem e-court di Indonesia dapat menjadi alat yang efektif dan efisien untuk mendukung peradilan perdata yang adil,transparan,dan akuntabel,serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan peradilan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

FJP Law Offices. “E-Court: Suatu Terobosan Dalam Pengadilan Indonesia”. Fredrik J Pinakunary Law Offices. Diakses pada Senin 20 Mei 2024. https://fjp-law.com/id/e- court-sebuah-terobosan-dalam-pengadilan-indonesia/

Intihani Siti Nur dkk. “Efektivitas Persidangan Berbasis E-Court Pada Masa Pandemi Covid 19 Pada Pengadilan Negeri Bekasi.” Jurnal Program Pascasarjana Ilmu Hukum Vol. 8 No. 1 Tahun 2022

Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1465/DJA/HK.0 5/SK/IX/2023 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Perkara Di Lingkungan Peradilan Agama Secara Elektronik

Munawaroh, Nafiatul.”Pelaksanaan E-Court dalam Pengadilan dan Manfaatnya.” Diakses pada Senin 20 Mei 2024. https://www.hukumonline.com/klinik/a/%20ecourt- pengadilan-agama-lt5e2577a68ea0d/

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik.

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 3 tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik

Super User.”E-court”Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Agama Negara Kelas II. Diakses pada Senin 20 Mei 2024 https://www.pa-negara.go.id/kepaniteraan/e- court/tentang-e-court

Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (SK KMA) Nomor 122/KMA/SK/VII/2018 tentang Pedoman Tata kelola Pengguna Terdaftar Sistem Informasi Pengadilan

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ada permohonan pelaksanaan putusan dari pihak yang telah dimenangkan dalam perkara perdata dan pihak tersebut telah dibayar uang panjar atau uang muka biaya

Berdasarkan hasil penelitian dipahami bahwa putusan sela dalam proses pemeriksaan perkara perdata adalah untuk memungkinkan dan mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara

Keputusan Wakil Ketua Pengadilan Agama Bontang Kelas II Nomor :W17- A8/1087/HK.05/X/2022, tanggal 10 Oktober 2022 tentang Panjar Biaya Perkara Perdata Gugatan dan

Menetapkan : Keputusan Ketua Pengadilan Negeri Kalabahi Tentang Panjar Biaya Pendaftaran Perkara Perdata di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kalabahi;.1. Pertama :

Berdasarkan pendapat Sudikno Mertokusumo maka pengertian dari Asas Hakim Pasif dalam Hukum Acara Perdata adalah hakim di dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam

: Penyesuaian Panjar Ongkos Perkara Perdata Yang Dipunggut Dan Ongkos yang Dikeluarkan Pada Pengadilan Negeri Banda Aceh.. Biaya Pendaftaran

Hasil dan Pembahasan Efektivitas penyelesaian perkara melalui e-court dari proses awal pendaftaran sampai putusan di Pengadilan Agama Tanjung, dapat dijabarkan sebagai berikut :10

Simpulan Dasar Hukum penerapan E-court Oleh Advokat dalam penyelesaian perkara perdata di pengadilan Negeri Samarinda meliputi PERMA no 1 Tahun 2019, SEMA nomor 4 Tahun 2019 dan