ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KOTA BANDUNG
Heru Sanjaya
Universitas BSI Bandung, [email protected]
ABSTRAK
Mengendalikan penerimaan pajak daerah supaya mencapai target guna meningkatkan pendapatan asli daerah sangatlah penting, dikarenakan pajak merupakan sumber utama tercapainya target pendapatan asli daerah. Mengacu pada hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah di Kota Bandung. Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data laporan target dan realisasi penerimaan pajak daerah di Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung serta data yang di ambil dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung berupa jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan data pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah, pendapatan per kapita berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah, inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan pajak daerah,
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah, penelitian ini diharapkan dapat membantu Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung untuk meningkatan penerimaan pajak di Kota Bandung.
Kata Kunci : Penerimaan Pajak, Jumlah Penduduk, Pendapatan Per Kapita, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi
ABSTRACT
To manage the collection of local tax in order to achieve the stipulated target is of the utmost importance, as tax is the most important source of revenue for the local government. In referring to that issue, this research was aimed at studying all factors that may influence the local tax revenue in Bandung city. The type of research used was descriptive verification method using quantitative approach. This research used secondary data which originated from target report data and the actual local tax revenue collection at the Bandung city revenue management agency and also data collected at the Bandung city’s Centre of Statistics. Data used was total number of population, income per capita, inflation and economic growth. The results showed that the total number of population has a significant influence on local tax revenue. Inflation, on the other hand, did not have a significant influence on local tax revenue. economic growth has no significant effect on local tax revenue It is hoped that this research is able to assist the Bandung city revenue management agency to increase tax collection in Bandung city.
Key word: income tax, population, income per capita, inflation, economic growth
PENDAHULUAN
Indonesai merupakan salah satu negara berkembang yang ada di Asia Tenggara dan pemerintahannya menganut sistem demokrasi dimana setiap masyarakat bebas memberikan pemikiran dan pendapatnya guna menjadikan negara Indonesia lebih baik. Salah satu potensi yang dimiliki oleh Indonesa guna memperbaiki perekonomiannya adalah dengan memaksimalkan penedapatan nasional. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi maka pemerintah bebas berinovasi dan berkarya demi mengembangkan potensi yang di dalam diri setiap daerah, seperti memanfaatkan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat di daerah itu sendiri agar penerimaan negara meningkat (Sukmawati, 2018).
Salah satu penerimaan terbesar negara adalah bersumber dari pajak.
Perpajakan di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa perubahan Undang- undang yang mengatur perpajakan itu sendiri. Penerimaan pajak berperan penting dalam meningkatkan perekonomian serta pebiayaan pembangunan suatu negara karena pajak merupakan salah satu penerimaan negara dari dalam negri yang paling utama (Juniardi & Azizah, 2014).
Kota Bandung merupakan kota terbesar di Provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi ibuka Provinsi Jawa Barat.
Kota Bandung memiliki potensi cukupu besar dari struktur perekonomian yang didukung oleh perkembangan sosial dan kemajuan teknologi yang pesat, sehingga Kota
Bandung memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Pemerintah Kota Bandung selalu berupaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya dengan kemampuan nyata yang diharapakan bersumber dari kemampuan pemerintah dalam menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga diharapkan terjadi peningkataan dari waktu ke waktu (Lumy, Kindangen, & Engka, 2018).
Nyatanya penerimaan pajak daerah di Kota Bandung tidak mencapai target setiap tahunnya, seperti data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Daerah Kota Bandung pada Tahun 2016 dan 2017 target penerimaan pajak daerah Kota Bandung tidak mencapai target yaitu hanya mencapai 78,15% dan 90,97%.
Peningkatan pendapatan daerah sangat diperlukan bagi wilayah pemerintahan daerah untuk mengembangkan wilayahnya sendiri, baik itu dalam pengembangan infrastruktur maupun non infrastruktur yang tujuannya untuk keperluan warganya. Pendapatan tersebut sangat ditunjang dari kemampuan pemerintah untuk mengelola dail dari penerumaan, salah satu penerimaan daerah yang dominan mempengaruhi pendapatan asli daerah bersumber dari sektor pajak baik itu yang bersifat selfassesment atau office assesment (Bernardin & Sofyan, 2017).
Berdasarkan terori perpajakan yang dikemukakan oleh Musgrave dalam (Haniz, 2013) besar kecilnya penerimaan disektor pajak sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Sementara itu Wantara dalam (Lumy et al., 2018) mengatakan bahwa besar kecilnya penerimaan disektor pajak juga dipengaruhi oleh laju inflasi.
Perkembanagn ekonomi menyebabkan
pemungutan pajak yang semakin meningkat, dan semakin meningkatnya penerimaan pajak juga menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat, hal tersebut di ungkapkan oleh Peacock dan Wiseman dalam (Sarjono dkk, 2018). Munculnya usaha- usaha kecil di daerah sangat jelas akan membantu pertumbuhan ekonomi rakyat yang akan berdampak pada turunnya angka pengangguran serta menghasilkan masyarakat yang lebih produktif dan mengakibatkan perputaran uang dimasyarakat akan menjadi lebih lancar (Suparwo dkk, 2018).
KAJIAN LITERATUR
Menurut Mardiasmo dalam (Bernardin, 2017) pajak daerah adalah iuran atau bisa juga disebur sebagai kontribusi wajib kepada daerah daerah yang terutang oleh wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, namun wajib pajak yang membayar pajak tersebut tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan atau dimanfaatkan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Penduduk dapat diartikan sebagai seluruh orang yang menempati suatu daerah atau negara. Banyaknya orang yang menempati suatu daerah atau negara akan menentukan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk biasanya diukur dengan Jumlah Penduduk per kilometer persegi (Badan Pusat Statistika, 2013)
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu yang biasanya satu tahun.
Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut (Haniz, 2013).
Murni dalam (Suhadak & Pamungkas, 2016) berpendapat bahwa inflasi adalah kecendrungan terjadinya kenaikan harga- harga umum secara terus menerus.
Terjadinya kenaikan harga-harga menyebabkan daya beli masyarakat berkurang yang mengakibatkan kerugian pad apihak penjual apabila barang yang mereka produksi tidak terjual dan menimbun di gudang.
Menurut Prasetyo dalam (Sarjono et al., 2018) pertumbuhan ekonomi (ecocnomic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pedapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika jasa rill terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
Kerangka Pemikiran
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Jumlah penduduk (X1)
(Y) Penerimaan pajak daerah
Pertumbuhan ekonomi (X4) Inflasi (X3) Pendapatan per kapita (X2)
Hipotesis:
1. Terdapat pengaruh yang siginifikan antara jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung secara parsial
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan per kapita terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung secara parsial
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung secara parsial
4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung secara parsial
5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung secara simultan (bersama-sama).
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah data laporan penerimaan pajak daerah pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung serta data dari Badann Pusat Statistik Kota Bandung berupa jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini meliputi seluruh data pada populasi dalam periode 2006-2017. Teknis analisis data yang digunakan yaitu: (1) Uji Asumsi Klasik;
(2) Uji Hipotesis; (3) Koefisien Determinasi dengan teknik regresi berganda menggunakan software SPSS versi 20.
PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z ,780
Asymp. Sig. (2-tailed) ,577
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > tingkat alpha () yang ditentukan yakni 5% (0,05), yaitu 0,577 > 0,05 maka dari hasil tersebut dapat ditentukan bahwa data berdistribusi normal. (Sugiyono, 2014).
Uji Multikolineritas
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Tolerance VIF
,215 4,659
,219 4,558
,932 1,072
,777 1,287
a. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak.Daerah
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel independen yaitu < 10. Ini menunjukan bahwa penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas. (Sugiyono, 2014).
Uji Heteroskedastisitas Data
Gambar 2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan Gambar 2 maka dapat dilihat bahwa penyebaran residual tidak berpola serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pad asumbu Y, oleh karena itu dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. (Sugiyono & Susanto, 2017)
Uji Autokorelasi Data
Tabel 3
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) ,364
a. Median
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,364 lebih besar dari 0,05. Maka dapat dikatakan model regresi tidak mengalami autokorelasi. (Sugiyono, 2014)
Uji Korelasi
Tabel 4
Hasil Analisis Korelasi
Correlations
X1 X2 X3 X4 Y
X1 Pearson Correlation
1 ,882** -,233 -,456 ,929**
Sig. (2-tailed) ,000 ,466 ,137 ,000
N 12 12 12 12 12
X2 Pearson Correlation
,882** 1 -,228 -,439 ,927**
Sig. (2-tailed) ,000 ,476 ,153 ,000
N 12 12 12 12 12
X3 Pearson Correlation
-,233 -,228 1 ,017 -,154
Sig. (2-tailed) ,466 ,476 ,958 ,633
N 12 12 12 12 12
X4 Pearson Correlation
-,456 -,439 ,017 1 -,591*
Sig. (2-tailed) ,137 ,153 ,958 ,043
N 12 12 12 12 12
Y
Pearson Correlation
,929** ,927** -,154 -,591* 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,633 ,043
N 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1. Hasil korelasi Jumlah Penduduk terhadap penerimaan pajak daerah.
Hubungan antara X1 (Jumlah penduduk) dan Y (penerimaan pajak daerah) adalah sebesar 0,929. Artinya jika jumlah pendududk naik maka akan diikuti oleh penerimaan pajak daerah 92,9% begitupun senaliknya.
2. Hasil korelasi Pendapatan Per Kapita terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Hubungan antara X2 (Pendapatan Per Kapita) dan Y (Penerimaan Pajak Daerah) adalah sebesar 0,927. Artinya jika pendapatan per kapita naik maka
akan diikuti oleh penerimaan pajak daerah 92,7% begitupun sebaliknya.
3. Hasil Korelasi Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Daerah. Hubungan antara X3 (Inflasi) dan Y (Penerimaan Pajak Daerah) adalah sebesar -0,154.
Arrtinya jika inflasi naik maka tidak diikuti oleh penerimaan pajak daerah 15,4%.
4. Hasil Korelasi Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Hubungan antara X4 (Pertumbuhan Ekonomi) dan Y (Penermaan Pajak Daerah) adalah sebesar -0,591. Artinya jika pertumbuhan ekonomi naik maka tidak diikuti oleh penerimaan pajak daerah 59,1%.
Pengujian Hipotesis
Pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak daerah
Tabel 5 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Standardized Coefficients
t Sig.
Beta
(Constant) -2,324 ,053
X1 ,454 2,435 ,045
a. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa standarzied cofficienta beta yaitu sebesar 0,454 setara dengan 45,4% adalah besarnya pengaruh jumlah penduduk secara parsial terhadap penerimaan pajak daerah.
Pengaruh pendapatan per kapita terhadap penerimaan pajak daerah
Tabel 6 Hasil Uji T
Coefficientsa Model Standardized
Coefficients
t Sig.
Beta
(Constant) -2,324 ,053
X2 ,460 2,491 ,042
a. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa standarzied coefficients beta yaitu sebesar 0,460 setara dengan 46% adalah besarnya pengaruh pendapatan per kapita secara parsial terhadap penerimaan pajak daerah.
Pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak daerah
Tabel 7 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Standardized Coefficients
t Sig.
Beta
(Constant) -2,324 ,053
X3 ,060 ,670 ,524
a. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak
Berdassarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa standarizied coefficients beta yaitu sebesar 0,060 setara dengan 6% adalah besarnya pengaruh pendapatan per kapita secara parsial terhadap penerimaan pajak daerah.
Pengaruuh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah
Tabel 8 Hasil Uji T
Coefficientsa Model Standardized
Coefficients
t Sig.
Beta
(Constant) -2,324 ,053
X4 -,183 -1,870 ,104
a. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa standarzied coefficients beta yaitu sebesar -0,183 setara dengan -18,3% adalah besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi secara parsial terhadap penerimaan pajak daerah.
Pengaruh jumlah wajib pajak, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah
Tabel 9 Hasil Uji Simultan
ANOVAa
Model df F Sig.
1
Regression 4 31,710 ,000b
Residual 7
Total 11
a. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak.Daerah b. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pendapatan.Per kapita, Jumlah.Penduduk
Setelah diketahuo nilah Fhitung dan Ftabel
maka hasil yang diperoleh adalah Fhitung
lebih besar dari pada Ftabel yakni 31,710>4,12 dengan nilai signifikan 0,000<0,05. Artinya bahwa jumlah penduduk, pendapatan per kapita, infalsi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah.
Koefisien Determinasi
Berikut adalah hasil perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS versi 20
Tabel 10 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,973a ,948 ,918 ,13678
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pendapatan.Per kapita, Jumlah.Penduduk
b. Dependent Variable: Penerimaan.Pajak.Daerah
Berdasarkan Tabel 10 hubungan antara jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak daerah yang dihitung koefisien korelasi simultan atau nilai R yaitu sebesar 0,973
PEMBAHASAN
Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Penerimaan Pajak Daerah
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak daerah. Hal tersebut sejalan denga penelitia yang dilakukan oleh Lumy, dkk (2018) dengan naiknya jumlah pendududk maka akana semakin banyak penduduk yang menikmati jasa pelayanan yang diberikan pemerintah yang bersumber dari pajak daerah.
Berdampak kepad semakin banyaknya pemerintah harus mengeluarkan barang- barang publik karena semakin banyak permintaan akan barang publik akibat peningkatan jumlah penduduk.
Pengaruh Pendapatan Per Kapita terhadap Penerimaan Pajak Daerah
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, dapat dilihat bahwa terdapat pengrauh yang signifikan antara pendaptan per kapita terhadap penerimaan pajak daerah.
Hal tersebut sejalan dengan peneltitian yang dilakukan oleh Haniz (2013) mengemukakan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Tegal. Apabila pedapatan rata-rata penduduk meningkat maka akan berpengaruh terhadap pola konsumsinya yang semakin tinggi dan kemudian aka berpengaruuh terhadap penerimaan pajak daerah.
Pengaruh Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Daerah
Berdasakan hasil pengujian parsial, dapat dilihat bahwa tidak berpengaruh secara signifikan antara inflasi terhadap penerimaan pajak daerah. Hal ini sejalan dengan penelitian (Sari & Ilyas, 2016) yang mengemukakan bahwa infalsi tidak berpengaruh signifikan terhadap pnerimaan pajak darah di Provinsi Bengkulu. Setiap kenaikan inflasi akan berdampak positif terhadap kenaikan pajak daerah di Provinsi Bengkulu, jika inflasi yang terjadi masih dalam kategori inflasi
ringan yang tidak menyebabkan perubahan berarti pada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi.
Pernyataan tersebut tidak sejalan dengan peneltiian Lumy, dkk (2018) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak darah di Sulawesi Utara. Artinya apabila inflasi meningkat maka penerimaan pajak daerah juga akan meningkat begitupun sebaliknya.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Daerah
Bedasarkan hasil pengujian secara parsial, pertumbuhan ekonomi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Triastuti & Pratomo, 2016) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekokomi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarjono, dkk (2018) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada Pemerintahan di Jawa Barat.
Selanjutnya penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zeng et all, 2013) menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap penerimaan pajak dan struktur pajak di China.
Perngaruh Jumlah Penduduk, Pendapatan Per kapita, Inflasi Dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Secara Simultan
Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diketahui bahwa ke empat variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal tersebut menggambrakan bahwa apabila jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka
pnerimaan pajak akan meningkat.
hal tersebut dikarenakan apabila pendapatan per kapita meningkatan dengan tingkat inflasi yang rendah maka tingkat permintaan akan barang dan jasa akan meningkat serta meningkatnya kegiatan ekonomi di Kota Bandung, amak realisasi penerimaan pajak daerah di Kota Bandung akan meningkat dikarenakan kemampuan masyarakat sejalan dengan tingginya konsumtif masyarakat.Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh penulis oleh penulis hanya dapat diterapkan pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung dengan variabel yang sama karena jika variabel yang sama diterapkan di lokasi yang berbeda kemungkinan hasil penelitian yang didapatkan akan berbeda pula.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah di Kota Bandung dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumuhan ekonomi sebagai variabel bebas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung, artinya jika jumlah penduduk meningkat maka penerimaan pajak daerah di Kota Bandung juga akan meingkat
2. Pendapatann per kapita secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadapp penerimaan pajak daerah di Kota Bandung, artinya apabila pendapatan perkapita di Kota Bandung meningkat maka penerimaan pajak daerah di Kota Bandung akan meningkat.
3. Inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Bandung. Artinya jika inflasi meningkat maka tidak akan menyebabkan penerimaan pajak ikut
meningkat bahkan meningkatnya laju inflasi dapat menurunkan penerimaan pajak.
4. Pertumbuhan ekonomi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan berbanding terbalik dan berarah negatif. Artinya jika pertumbuhan ekonomi meningkat maka penerimaan pajak daerah di Kota Bandung menurun.
5. Jumlah penduduk, pendapatan per kapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terhadap penerimaan pajak daerah.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dapat disampaikan saran sebagai referensi dalam upaya meningkatkann penerimaan pajak daerah di Kota Bandung. Saran yang dapar saya ajukan kepada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung yaitu melakukan pengawasam terhadap subjek pajak yang menunggak pajak supaya target penerimaan pajak tercapai dan melakukan survey untuk mengetahui apabila terdapat subjek pajak yang belum terdaftar sebagai wajib pajak serta menggali potensi di wilayah-wilayah produktif yang terdapat di Kota Bandung supaya penerimaan pajak daerah Kota Bandung Bandung meningkat, sepeerti mengembangkann UMKM yang terdapat di Kota Bandung.
REFERENSI
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Badan Pusat Statisik
Bernardin, D. E. Y. (2017). Pendapatan Asli Daerah (Pad) Melalui Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (Pkb) Deden, 9(1), 19–35.
Bernardin, D. E. Y., & Sofyan, I. (2017).
Penerimaan Pajak Daerah Melalui Kontribusi Pajak Hotel Dan Hiburan, 9(2), 275–289.
Haniz, Nadya Faxriana. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Kota Tegal.
Juniardi, K. P., & Azizah, D. F. (2014).
Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Dan
Pencairan Tunggakan Pajak Penghasilan Badan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utaratahun 2005-2013), 17(1), 1–8.
Lumy, D. G., Kindangen, P., & Engka, D.
S. . (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, 19(6), 1–16.
Sari, D. P., & Ilyas, F. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Di Provinsi Bengkulu Dian, 4(1), 74–83.
Sarjono, N., Anwar, C., & Darmansyah.
(2018). Analisa Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Dengan Tingkat Kemiskinan Sebagai Variabel Moderasi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Barat, 6.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian (Kuantitatif Kualitatif Dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, & Susanto, A. (2017). Spss &
Lisrel Teori Dan Aplikasi Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung:
Alfabeta, Cv.
Suhadak, O. D., & Pamungkas, M. G. W.
E. N. (2016). Pengaruh Tingkat Inflasi, Economic Growth, Dan Tarif Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Di Negara-Negara Asia (Studi Pada World Bank Periode 2005-2014).
Jejak, 9(1).
Sukmawati, S. (2018). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Medan. Repositori Usu.
Suparwo, A., Suhendi, H., Rachman, R., Arifin, T., & Shobary, M. N. (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Pada Umkm Baju Bayi Indra Collection, 1(2), 208–214.
Triastuti, D., & Pratomo, D. (2016).
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pembangunan/Modal, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kota Bandung Periode 2007- 2014), 3(1), 320–330.
Zeng, K., Li, S., & Li, Q. (2013). The Impact Of Economic Growth And Tax Reform On Tax Revenue And Structure : Evidence From China Experience, 2013(December), 839–
851.