EEAJ 4 (1) (2015)
Economic Education Analysis Journal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj
PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS MASALAH EKONOMI
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (STUDI PADA SISWA KELAS X IIS 3 SMA 1 BAE KUDUS TAHUN AJARAN
2014/2015)
Kurnia Norma HidayaniSyamsu Hadi
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel ________________
Sejarah Artikel:
Diterima Februari 2015 Disetujui Februari 2015 Dipublikasikan Maret 2015
________________
Keywords:
Ability; Program Based Learning.
____________________
Abstrak
___________________________________________________________________
Latar belakang penelitian ini adalah karena kurangnya kemampuan analisis masalah ekonomi sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman siswa akan materi dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kurang optimal, selain itu karena metode pembelajaran yang digunakan tidak tepat yaitu menggunakan ceramah tanpa variasi sedangkan karakter materinya adalah teoritis dan membutuhkan analisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan analisis masalah ekonomi dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan analisis masalah ekonomi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 3 SMA 1 Bae Kudus.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Hasil penelitian ini diperoleh data kemampuan analisis siswa siklus I nilai rata-rata 73,94 dengan ketuntasan klasikal sebesar 52,94%, pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 82,29 dengan ketuntasan klasikal sebesar 82,35%, aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I cukup dan pada siklus II meningkat menjadi sangat baik.
Abstract
___________________________________________________________________
The background of this research is the lack of knowledge in economic problems so students learning outcomes less optimal, moreover because the learning method that is used is not appropriate to use the oral speech without variation while the character is doctrinaire and needing analysis. This research aims to know improving the analysis ability on the subject economic problems with problem based learning model and how the use problem based learning can improving the analysis ability on the subject economic problems. The subject of this research is the class X IIS 3 SMA 1 Bae Kudus. This study is an action research conducted in two cycles. The research finding showed that analysis ability in learning cycle I average grade is 73,94 with percentage of classical completeness is 52,94%, in cycle II average grade increase to 82,29 with percentage of classical completeness is 82,35%, activity of the teacher in learning cycle I is good, in learning cycle II increase to very good, activity of the students in learning cycle I is enough, in learning cycle II increase to very good.
© 2015 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]
ISSN 2252-6544
Kurnia Norma Hidayani, Syamsu Hadi/Economic Education Analysis Journal 4 (1) (2015) PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan yang dapat dilakukan dengan menerapkan perbaikan dan pembaruan demi keberhasilan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa, dan metode pengajaran, oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah telah berupaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari peningkatan kompetensi guru sampai pembenahan isi kurikulum. Dua komponen tersebut saling berkesinambungan dalam mengokohkan tercapainya pendidikan Indonesia yang diidam- idamkan oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu, dua komponen tersebut menjadi sorotan utama pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan yang utama yaitu dengan cara meningkatkan kualitas dari segi pendidiknya yaitu guru. Hal itu sejalan dengan pendapat Munib (2012: 38) bahwa faktor utama keberhasilan pendidikan di Indonesia yaitu guru.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Belajar dalam pendidikan formal, menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Proses belajar yang baik menunjukkan adanya prestasi belajar yang baik
pula, itulah salah satu tujuan sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal baik SMA maupun SMK. Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan menciptakan lulusan yang berkompeten.
Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktivitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini lebih banyak mengandalkan cara-cara konvensional dan guru sebagai pusat perhatian utama.
Kelas X IIS 3, bahwa kelas tersebut masih kurang aktif ketika proses pembelajaran, guru menerangkan dan siswa hanya duduk mendengarkan, mencatat sehingga dalam pembelajaran tersebut guru lah yang paling dominan aktif dalam proses pembelajaran. Sikap pasif siswa ini salah satunya disebabkan pola pembelajaran yang membiasakan siswa untuk menerima bukan mencari. Siswa hanya menghafal sehingga pemahaman mereka akan materi kurang. Hal ini sangat berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi, dibuktikan dengan masih banyak siswa yang belum tuntas pada ulangan harian pokok bahasan inti masalah ekonomi/ kelangkaan :
Kurnia Norma Hidayani, Syamsu Hadi/Economic Education Analysis Journal 4 (1) (2015) Tabel 1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA 1 Bae Kudus Tahun Ajaran 2014/2015
< 78 % > 78 %
1 181 90% 20 10%
2 12 6% 189 91%
3 8 4% 193 96%
4 15 7% 186 93%
5 22 11% 179 89%
6 4 2% 197 98%
7 Sistem Ekonomi 24 12% 177 88%
No
Biaya Peluang Skala Prioritas
Pengelolaan Keuangan
Permasalahan Pokok Ekonomi
Belum Tuntas Tuntas
Pilihan
Inti Masalah Ekonomi/ Kelangkaan Materi
Sumber: SMA 1 Bae Kudus, 2014
Tabel 2. Rata-Rata Ketuntasan Ulangan Harian Pokok Bahasan Inti Masalah Ekonomi/
Kelangkaan Kelas X SMA 1 Bae Kudus Tahun Ajaran 2014/2015
< 78 % >78 %
X-IIS1 32 78,46 11 34% 21 66%
X-IIS2 31 79,00 9 29% 22 71%
X-IIS3 34 75,23 32 94% 2 6%
X-IIS4 32 78,22 10 31% 22 69%
X-MIA1 36 79,35 8 22% 28 78%
X-MIA2 36 80,55 12 33% 24 67%
Belum Tuntas Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Nilai
Ulangan harian
Tuntas
Sumber: SMA 1 Bae Kudus, 2014
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai ulangan harian mata pelajaran ekonomi pokok bahasan inti masalah ekonomi/
kelangkaan guru masih menggunakan metode konvensional dengan ceramah dibandingkan dengan ulangan harian pada pokok bahasan yang lainnya masih banyak siswa yang belum tuntas, dari total siswa 201 hanya 82 siswa yang tuntas dan masih 119 siswa yang belum tuntas.
Dapat dilihat pada tabel 1.2 bahwa Siswa kelas X IIS 3 yang memiliki tingkat ketuntasan paling rendah yaitu hanya 2 siswa yang tuntas dari jumlah siswa 34 dalam satu kelas. Dari data yang diperoleh bahwa pokok bahasan inti masalah ekonomi/ kelangkaan dirasa masih kurang bisa dipahami oleh siswa dibuktikan dengan fenomena permasalahan yang sudah disebutkan diatas.
Mata pelajaran Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di kelas X. Mata pelajaran Ekonomi ini mempelajari beberapa gejala dan kegiatan ekonomi yang dekat dengan lingkungan siswa.
Dengan proses belajar mengajar yang selama ini dilaksanakan pengajar adalah dengan metode ceramah dan pemberian tugas terstruktur mengakibatkan siswa cenderung menghafal materi sebagai cara mudah untuk memahami.
Maka tugas guru adalah mengemas pelajaran tersebut agar menarik bagi siswa dan mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan meningkatnya aktivitas selama pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis masalah dianggap tepat, karena pembelajaran memberikan kebebasan berfikir kritis dan
Kurnia Norma Hidayani, Syamsu Hadi/Economic Education Analysis Journal 4 (1) (2015) ketrampilan dalam memecahkan persoalan
kepada siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan masalah nyata.
Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika pembelajaran didorong untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah.
Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong siswa untuk melihat masalah, menganalisis, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk memecahkan sejauh taraf kemampuan. Jika prinsip pemecahan masalah ini diterapkan dalam proses belajar mengajar maka siswa dapat berlatih dan membiasakan diri berfikir secara mandiri.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan analisis masalah ekonomi siswa kelas X IIS 3 SMA 1 Bae Kudus?
(2) Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan analisis masalah ekonomi siswa kelas X IIS 3 SMA 1 Bae Kudus?
Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi inovasi dan inspirasi dalam mengembangkan proses pembelajaran sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan analisis
masalah ekonomi siswa kelas XI IIS 3 SMA 1 Bae Kudus.
METODE
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang berjenis penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Bae Kudus, tepatnya di Jalan Jendral Sudirman Km. 04 Kudus. Sedangkan subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas X IIS 3 dengan jumlah siswanya berjumlah 34 siswa pada waktu semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terdapat permasalahan dalam pembelajaran ekonomi kelas X IIS 3 terutama materi masalah ekonomi.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam 2 siklus, yang terdiri dari I kali pertemuan dalam tiap siklusnya.
“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”
(Suharsimi, 2009:3). Siklus adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, tetap dan teratur. Dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning) 2. Pelaksanaan tindakan (acting) 3. Observasi (observing)
4. Refleksi (reflecting) Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Skema penelitian tindakan kelas (Suharsimi, 2009:16)
Perencanaan
Refleksi
Perencanaan Pengamatan
Refleksi SIKLUS II Pengamatan
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Kurnia Norma Hidayani, Syamsu Hadi/Economic Education Analysis Journal 4 (1) (2015)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran dan pelaksanaan post test dapat
diketahui bahwa kemampuan analisis dalam pembelajaran mengalami peningkatan.
Peningkatan kemampuan analisis masalah ekonomi dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.Analisis Hasil Kemampuan Analisis Siswa Kelas X IIS 3 Tahun Ajaran 2014/2015
No. Hasil Nilai
Siklus 1 Siklus 2
1. Nilai Tertinggi 95 95
2. Nilai Terendah 45 65
3. Rata – rata Nilai 73,94 82,29
4. Jumlah Siswa Tuntas 18 28
5. Jumlah Siswa Tidak Tuntas 16 6
6. Presentase Ketuntasan 52,94% 82,35%
Sumber: Analisis nilai tes evaluasi dan diskusi kelompok siswa kelas X IIS 3 (data setelah diolah).
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa berdasarkan pelaksanaan post test pada siklus 1 diperoleh rata – rata kemampuan analisis siswa sebesar 73,94 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 45. Sedangkan presentase ketuntasan belajar siswa sebesar 52, 94%. Pada siklus 2, rata - rata kemampuan analisis siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 82,29 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 35. Presentase ketuntasan belajar siswa sebesar 82,35% .
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran dan pelaksanaan post test dapat diketahui bahwa aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Berikut tabel analisis aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung pada tindakan siklus 1 dan 2 :
Tabel 4. Analisis Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Problem Based Learning
No. Aktivitas dalam Pembelajaran Nilai
Keterangan Siklus 1 Siklus 2
1. Akivitas Siswa 61,1% 83,3% Naik 22,2%
2. Aktivitas Guru 65% 90% Naik 25%
Sumber: Analisis hasil observasi aktvitas siswa dan aktivitas guru (data sudah diolah) Baik rata-rata kelas maupun
ketercapaian ketuntasan klasikal sudah memenuhi target yaitu rata-rata kelas telah melebihi KKM (Kriteria Ketuantasan Minimal) yaitu 75 dan ketercapaian ketuntasan klasikal telah melebihi indikatornya yaitu sebesar 80 % (Mulyasa, 2006:99). Adapun perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata kelas dan ketercapaian ketuntasan klasikal antara hasil
belajar siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut:
Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan analisis masalah ekonomi siswa. Hal ini sesuai dengan jurnal terdahulu mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada proses pembelajaran. Beberapa jurnal
Kurnia Norma Hidayani, Syamsu Hadi/Economic Education Analysis Journal 4 (1) (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan analisis. Gede Made Cahyadi Sudarman (2012) dengan hasil penelitian penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siklus 1 secara klasikal 72,40%. Hasil belajar siklus 2 secara klasikal 75,92%. Sedangkan hasil belajar siklus 3 secara klasikal 100%.
Menurut Rusman (2013:238) tujuan dari Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa pada materi masalah ekonomi siswa kelas X IIS 3 SMA Negeri 1 Bae Kudus. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas X IIS 3 yang telah memenuhi indikator keberhasilan belajar.
2. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan, pada siklus I dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II dengan kriteria sangat baik.
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan, pada siklus I dengan kriteria cukup dan pada siklus II meningkat dengan kriteria sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.
Made Cahyadi Sudarman, Gede. 2012. “ Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah ( Problem-Based-Learning ) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X 1 SMA Negeri 1 Sawan “. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. UNDIKSHA.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Barbasis Kompetensi.
Bandung:Rosdakarya.
Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan .Semarang : UPT Unnes Press.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.