1527 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
MENINGKATKAN HASIL BEAJAR PAI MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 8
JENEPONTO TAHUN AJARAN 2022/2023
UMMI SALMA CAMPAWA PENDIDIKAN FROFESI GURU IAIN PALANGKARAYA
Email ummi.skadel@gmail.com
ABSTRAK
2022. Meningkatkan Hasil Belajar PAI Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 8 Jeneponto Tahun Ajaran 2022/2023
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meningkatkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan diri menyusun metode kelompok. Yang yang di perkenalkan dalam metode pembelajaran operasion learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada persemakmurannya, Jadi sistim pengajaran operasion learning bisa didefenisikan sebagai kerja kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini ada lima unsur pokok (jhonson & jhonson, 1993) yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan:
(a) Apakah Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar PAI
(b) Seberapa timgi tingkat penguasaan materi pelajaran PAI dengan diterapkannya metode Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together?
Tujuan dari penelitian ini adalah:
(a) Untuk mengungkap pengaruh Pembelajaran Koopretif model Numbered Head Together terhadap hasil belajar PAI
(b) Ingin mengevaluasi seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran PAI setelah diterapkannya Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together.
Hasil dari analisa di dapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 11 yaitu siklus 1 (60,71%) dan siklus 11 (95,00%).
1528 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode Kooperatif Numbered Head Together dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas X serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif belajar PAI.
Kata Kunci: Pembelajaran PAI, Meniti Hidup dengan Kemuliaan, Model Numbered Head Together
PENDAHULUAN
Beberapa alasan penting mengapa sistim pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi juga menjadi mensformasi social, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat. Sayangnya metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil siswa cenderung saling meyalahkan, sebaliknya jika berhasil muncul perasaan tidak adil. Kekhawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi maupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada sistim akuntabilits individu. siswa tidak bisa membonceng begitu saja jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together terhadap proses belajar siswa dengan mengambil judul Meningkatkan hasil belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together pada siswa kelas X tahun ajaran 2022/2023.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan (action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk pendidkan deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu Teknik Pembelajaran diharapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai
1529 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997.8) Mengelompokkan penelitian Tindakan menjadi empat macam yaitu:
(a) Guru sebagai Peneliti,
(b) Penelitian Tindakan Kolaboratf, (c) Simultan Terinteraktif,
(d) Administrasi Sosial Eksperimental.
Penelitian Tindakan ini menggunakan bentuk sebagai peneliti, Penanggung jawab penuh peneliti ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian, Tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas di mana guru secara penuh terlibat dalam penilaian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamanan, dan refleksi. Tempat, waktu dan subyek penelitian.
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau ssat penelitian ini dilaksanakan. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X pada materi meniti hidup dengan kemuliaan.
Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Menurut tim pelatih proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan nasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap Tindakan-tindakan yang dilakukan ini, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam, Mukhlis, 2000:5). Adapun tujuan utama PTK tersebut untuk memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkaan tujuan persyaratannya Tindakan Siklus I Perencanaan. Dalam perencanaan yang perlu disiapkan meliputi: Silabus, Rencana Pembelajaran Tindakan Siklus I Perencanaan. Dalam perencanaan yang perlu disiapkan meliputi: Silabus, Rencana Pembelajaran diselesaikan dengan cara diskusi kelompok yang terdiri 6 atau 7 anak. Pada kegiatan ini belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, peneliti/pengamat (teman sejawat) mengamati kecermatan dan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok dengan membuat catatan lapangan yang dapat digunakan pada saat refleksi. Refleksi: Pada akhir siklus diadakan refleksi dengan cara pemberian tes tertulis pada siswa. Hasil tes dan observasi aktifitas siswa dijadikan dasar perbaikan dan perubahan pada siklus II. Kekurangan pada siklus I diupayakan untuk diperbaiki dan hal-hal yang baik dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus berikutnya. Proses Tindakan Siklus II Perencanaan. Dalam perencanaan yang perlu disiapkan meliputi: Silabus, Rencana Pembelajaran, Sistem Penilaian dan Instrumen
1530 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
Penilaian. Pelaksanaan Tindakan pada tahap awal siswa diberi penjelasan singkat tentang tugas yang harus diselesaikan dengan cara diskusi kelompok yang terdiri 6 atau 7 anak. Pada kegiatan ini telah menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya. Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, peneliti/pengamat (teman sejawat) mengamati kecermatan dan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok dengan membuat catatan lapangan yang dapat digunakan pada saat refleksi. Refleksi, pada akhir siklus diadakan refleksi dengan cara pemberian tes tertulis pada siswa. Hasil tes dan observasi aktifitas siswa dijadikan dasar pengolahan data diselesaikan dengan cara diskusi kelompok yang terdiri 6 atau 7 anak. Pada kegiatan ini belum menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya. Observasi: Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, peneliti/pengamat (teman sejawat) mengamati kecermatan dan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok dengan membuat catatan lapangan yang dapat digunakan pada saat refleksi. Refleksi: Pada akhir siklus diadakan refleksi dengan cara pemberian tes tertulis pada siswa. Hasil tes dan observasi aktifitas siswa dijadikan dasar perbaikan dan perubahan pada siklus II. Kekurangan pada siklus I diupayakan untuk diperbaiki dan hal-hal yang baik dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus berikutnya: Proses Tindakan Siklus II Perencanaan. Dalam perencanaan yang perlu disiapkan meliputi: Silabus, Rencana Pembelajaran, Sistem Penilaian dan Instrumen Penilaian. Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap awal siswa diberi penjelasan singkat tentang tugas yang harus diselesaikan dengan cara diskusi kelompok yang terdiri 6 atau 7 anak. Pada kegiatan ini telah menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya. Observasi: Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, peneliti/pengamat (teman sejawat) mengamati kecermatan dan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok dengan membuat catatan lapangan yang dapat digunakan pada saat refleksi. Refleksi: Pada akhir siklus diadakan refleksi dengan cara pemberian tes tertulis pada siswa. Hasil tes dan observasi aktifitas siswa dijadikan dasar pengolahan data dalam
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (mukhlis, 2000 : 5).
HASIL PENELITIAN
Pada kondisi awal hasil belajar yang rendah, minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih kurang, siswa belum berani mengajukan pertanyaan, susah berlatih soal, tidak berani mengemukakan pendapat dan kurang aktif. Hal tersebut dijadikan tolak ukur untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa sehingga didapatkan proses dan hasil pembelajaran yang lebih baik, khususnya. Berikut tabel hasil ulangan harian
1531 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
pada kondisi awal. Tabel Hasil Ulangan Harian (UH) Kondisi Awal 1. No Uraian UH 1 UH 2 Nilai terendah 52 60
2. Nilai tertinggi 82 87 3. Nilai rata-rata 61,25 66,13 4. Rentang nilai 30 27
Tabel: Distribusi frekuensi Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal Interval Nilai Frekuensi Ulangan Harian 1 Ulangan Harian 2 51 − 60 19 8 61 – 70 13 14 71 – 80 6 9 81 – 90 4 5 91 − 100 0
1. Hasil Penelitian Sikius Siswa dibagi kelompok terdiri dari 6 atau 7 siswa. c.
Penutup.
2. Pelaksanaan Tindakan: Tindakan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual secara berkelompok besar (tiap kelompok 6 atau 7 siswa) pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).
3. Hasil belajar: Berdasarkan analisis hasil diskusi kelompok diperoleh hasil dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50. Hal ini berarti nilai hasil diskusi kelompok belum seperti yang diharapkan. Berdasarkan analisis hasil evaluasi mandiri diperoleh hasil dengan nilai rata-rata 66,13 dan prosentase ketuntasan 62,50% ini juga berarti nilai hasil belajar belum seperti yang diharapkan.
4. Hasil refleksi: Berdasarkan analisis hasil pengamatan guru, hasil pengamatan siswa dan hasil belajar siswa maka dapat diketahui bahwa pada sikius I indikator keberhasilan belum tercapai sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan pada sikius II agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Hasil Penelitian Sikius II
a. Hasil observasi terhadap guru: Prosentase skor 90% artinya secara keseluruhan hasil observasi sangat baik, hasil ini lebih baik jika disbanding siklus I.
b. Hasil observasi terhadap siswa: kerjasama siswa dalam kelompok, keaktifan siswa dalam berdiskusi, keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi sudah baik. Prosentase skor 82% artinya secara keseluruhan hasil obervasi siswa baik.
c. Hasil belajar: Berdasarkan analisis hasil evaluasi mandiri diperoleh hasil dengan nilai rata-rata 77,88 dan prosentase ketuntasan 87,50%, ini menunjukkan hasil belajar sudah sesuai harapan.
A. Diagram Blok (Chart) Nilai Ulangan Harian Siklus 1 dan 2 Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat direkap nilai tertinggi 85, nilai terendah 50 dan nilai rata-rata 66,13 pada siklus I. Sedangkan nilai tertinggi pada siklus II 100, nilai
1532 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
terendah 55 dan nilai rata-rata 77,88. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat di kategorikan aktif sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together dengan baik hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas.
TABEL 1: HASIL ULANGAN HARIAN SIKLUS 1
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 BT 75 Tuntas
2 DA 70 Tuntas
3 DY 75 Tuntas
4 FT 80 Tuntas
5 HM 90 Tuntas
6 LA 60 Tidak Tuntas
7 MB 80 Tuntas
8 MF 60 Tidak Tuntas
9 NS 75 Tuntas
10 NL 60 Tidak Tuntas
11 NS 80 Tuntas
12 RR 80 Tuntas
13 SAF 90 Tuntas
14 SM 70 Tuntas
15 SW 80 Tuntas
Jumlah 1125
Rata-rata 75,0
Ketuntasan Klasikal
80,0% Tuntas
TABEL 2: HASIL ULANGAN HARIAN SIKLUS 2
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 BT 80 Tuntas
2 DA 75 Tuntas
3 DY 85 Tuntas
4 FT 85 Tuntas
1533 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
5 HM 100 Tuntas
6 LA 70 Tuntas
7 MB 85 Tuntas
8 MF 65 Tidak Tuntas
9 NS 80 Tuntas
10 NL 70 Tuntas
11 NS 85 Tuntas
12 RR 85 Tuntas
13 SAF 100 Tuntas
14 SM 75 Tuntas
15 SW 90 Tuntas
Jumlah 1230
Rata-rata 82,0
Ketuntasan Klasikal
93,3 Tuntas
Keterangan :
F= Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
N= Jumlah: 15 orang
PEMBAHASAN
Dan hasil kajian diatas pada pelaksanaan siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Pada siklus I prosentase skor untuk observasi guru 84%, observasi siswa 70% sedangkan pada siklus II prosentase skor untuk observasi guru 90% dan observasi siswa 84%. Dari hasil evaluasi mandiri pada siklus I nilai rata-rata 67,13 dan prosentase ketuntasan 62,50% sedangkan pada
1534 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
siklus II nilai rata-rata 77,88 dan prosentase ketuntasan 8 7,50%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sesuia dengan yang diharapkan yaitu sekurang-kurangnya 85% siswa memperoleh nilai ≥ 65.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
melaui Implementasi Pembelajaran Kooperatif dengan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 8 Jeneponto tahun pelajaran 2022-2023 dalam menyelesaikan soal-soal pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Saran: Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1). Guru SMK Negeri 8 Jeneponto sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya pada materi pokok SPLDV.
2). Hasil penelitian ini hendaknya digunakan untuk refleksi bagi guru, Kepala Sekolah dan orang tua siswa.
3). Guru harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dalam Pendidikan Agama Islam sebagai altematif pembelajaran Pai.
4). Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan selama dua siklus dan
berdasarkan seluruh
pembahasan serta Analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam. Hal ini di tunjukkan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan Pembelajaran Kooperatif model Numbered Head Together sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar.
3. Pembelajaran Kooperatif Model Numbered head together memiliki dampak positif terhadap Kerjasama antara siswa,hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok di mana siswa lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu
1535 Vol. 3, No. 1, Januari 2023| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2003. UU RI No.20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas
---. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas ---.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas
---. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Jakarta: Depdiknas
---. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.
Kemdiknas. 2011. Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Kemdiknas
---. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas
Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe Strategi Kwl (Know, Want