• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Negatif Obat pada Pasien Tuberkulosis

N/A
N/A
VALIK ALVAERONA

Academic year: 2024

Membagikan "Efek Negatif Obat pada Pasien Tuberkulosis"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS 2

Seorang dokter dari sebuah puskesmas menghubungi Anda yang bekerja sebagai apoteker di instalasi farmasi puskesmas terkait pasien yang masuk IGD puskesmas pada tanggal 10 April 2023 karena mengalami mual dan muntah hebat sejak 3 hari lalu, badan terlihat kuning (jaundice).

Ny. KP merupakan pasien tuberkulosis (TB) yang berobat rutin selama kurang lebih 1 bulan ini.

Obat-obat yang rutin diminum adalah Rifampicin, Etambutol, Pirazinamid, dan Isoniazid dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT). Selain TB, pasien juga memiliki riwayat penyakit diabetes dan hipertensi. Berdasarkan informasi dari keluarga, pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Hasil laboratorium pasien adalah sebagai berikut:

1. Tentukan obat apakah yang dapat menyebabkan DILI pada pasien dan jelaskan mekanismenya?

Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami DILI yang kemungkinan besar disebabkan oleh Isoniazid (INH). INH merupakan salah satu obat antituberkulosis (OAT) yang paling sering menyebabkan DILI. INH memiliki beberapa mekanisme yang dapat merusak hati. Pertama, INH dimetabolisme oleh enzim N-asetiltransferase (NAT2) di hati. Beberapa orang memiliki varian NAT2 yang membuat INH dimetabolisme lebih efisien dan menghasilkan metabolit beracun yang dapat merusak sel hati. Selain itu, INH dapat meningkatkan stres oksidatif di hati dengan meningkatkan produksi radikal bebas yang dapat merusak hepatosit. Dan INH juga dapat memicu respon imun yang menyerang sel hati dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Obat lain yang juga dapat menyebabkan DILI pada pasien adalah Rifampisin (RIF). RIF juga merupakan salah satu OAT yang sering menyebabkan DILI. Mekanisme rifampisin yang dapat menyebabkan DILI yaitu, rifampicin bekerja dengan cara menekan inisiasi pembentukan rantai RNA pada bakteri yang rentan. Obat ini mengikat beta-subunit dari DNA yan berhubungan dengan polymerase RNA, sehingga menghalangi transkripsi RNA. Rifampicin termetabolisme di hati dimana

(2)

proses ini dapat menyebabkan kerusakan sel hati (hepatosit). Akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar enzim hati seperti SGOT dan SGPT. Rifampicin juga dapat menyebabkan gangguan pada system bilier yang dapat menyebabkan peningkatan bilirubin dan manifestasi klinis seperti jaundice.

2. Lakukan scoring RUCAM pada salah satu obat penyebab (pilih obat yang tingkat insidensi penyebab DILI nya paling besar, sertakan referensinya) dan intepretasi berdasarkan skornya.

Scoring RUCAM pada Isoniazid (INH)

RUCAM (RUCAM Score for Drug-Induced Liver Injury) adalah alat skoring yang digunakan untuk menilai kemungkinan terjadinya DILI akibat obat. RUCAM terdiri dari 8 faktor risiko, yaitu:

a. Usia < 60 tahun b. Wanita

c. Penggunaan obat hepatotoksik lain d. Riwayat DILI sebelumnya

e. Riwayat hepatitis virus f. Diabetes

g. Obesitas

h. Penggunaan alkohol

Setiap faktor risiko diberi skor 1 poin. Skor total RUCAM diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Skor 0-2: Risiko rendah DILI b. Skor 3-4: Risiko sedang DILI c. Skor ≥ 5: Risiko tinggi DILI

Berikut adalah tabel skor RUCAM untuk pasien dalam kasus ini

Faktor risiko Sko

r

Usia < 60 tahun 1

Wanita 1

Penggunaan obat hepatotoksis lain (INH) 1

Riwayat DILI sebelumnya 0

Riwayat hepatitis virus 0

Diabetes 1

Obesitas 0

Penggunaan alkohol 0

Total skor RUCAM: 4

Interpretasi: Risiko sedang DILI

(3)

3. Apa rekomendasi yang bisa diberikan terkait kasus ini?

Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami DILI yang kemungkinan besardisebabkan oleh INH. Pasien memiliki skor RUCAM 4, yang menunjukkan risiko sedang DILI. Oleh karena itu, INH harus segera dihentikan dan pasien harus menjalani pemeriksaan ulang fungsi hati secara berkala.

Berikut adalah beberapa rekomendasi lain untuk kasus ini:

 Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan penyebab lain DILI, seperti hepatitis virus.

 Berikan terapi suportif untuk pasien, seperti infus cairan elektrolit dan obat untuk mengatasi mual dan muntah.

 Konsultasikan dengan dokter spesialis hepatologi untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Daftar Pustaka:

https://www.uptodate.com/contents/drug-induced-liver-injury https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557535/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK548754/

https://www.uptodate.com/contents/isoniazid-hepatotoxicity

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap dibanding Lepasan terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam saat Akhir Fase Intensif pada

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan obat Tuberkulosis pada pasien Tuberkulosis paru dapat disimpulkan bahwa pasien lebih dominan pada faktor dukungan

Berkat dukungan dan bantuan semua pihak yang telah rela berbagi ilmu dan waktunya, skripsi dengan judul “Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien

Hasil dari penelitian adalah Golongan obat anti tuberkulosis yang paling banyak digunakan dalam pengobatan pasien TB di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Dan untuk kepatuhan pasien

Penggunaan banyak obat dapat menimbulkan kesulitan dalam terapi antara lain dalam hal kepatuhan pasien, efek samping yang tumpang tindih antara OAT dan ARV, IRIS, dan

Akmallia Puspa Dewi, J500080062, 2011, EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT

Obat anti tuberkulosis apakah yang sedang anda gunakana. Isoniazid

Pengobatan yang diberikan kepada pasien tuberkulosis paru rawat jalan dengan dua Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu dengan OAT kombipak dan OAT KDT, penggunaan OAT terbanyak