EFEK RESIDU VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) SELAMA TIGA
PERIODE PENANAMAN SECARA HIDROGANIK
SKRIPSI
OLEH
BURHANUDIN FIRDAUS NIM. 216.010.31027
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG
2020
EFEK RESIDU VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) SELAMA TIGA
PERIODE PENANAMAN SECARA HIDROGANIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)
Oleh:
BURHANUDIN FIRDAUS NIM. 216.010.31027
PROGAM STUDI AGOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG 2020
ABSTRACT
Hydroganic is a hydroponic planting system that uses organic fertilizers, one of which is vermicompost, which is a high-quality organic fertilizer derived from an overhaul of organic material by earthworms that contain high enough nutrients so that it can provide residual effects on subsequent plants. This study aims to determine how long the effect of vermicompost residue can provide optimum productivity in hydroganic media. The experiment was carried out using a factorial randomized block design (RCBD) with control using 2 factors. The first factor is the vermicompost application method (100% solid vermicompost, 50% solid vermicompost 50% liquid vermicompost, 100% liquid vermicompost) and the second factor is a vermicompost dose of 100-500 g / polybag. The parameters observed were plant height, number of leaves, fresh weight of plantations, fresh weight per plant, dry weight per plant, dry weight per plant. the results of this study showed that the best yield was in the M1V4 treatment (100% solid Vermicompost at a dose of 400 g / polybag) with an average yield of fresh weight per polybag 178.27 g (first planting period). There was a decrease in production over the three planting periods in M1 treatment production decreased by 25.29% (residual effect 1), 36.05%
(residual effect 3), and 52.22% (third residual effect). In the M2 treatment, it was 4.40%
(residual effect 1), 23.44% (residual effect 2), and 26.82% (residual effect 3) and in M3 treatment there was a decrease of 19.19% (residual effect 1), 28.19 (residual effect 2), and 41.98 (residual effect 3).
Keywords: Hydroganic, vermicompost, residual effects, yield
ABSTRAK
Hidroganik yaitu Sistem penanaman hidroponik yang menggunakan pupuk organik salah satunya vermikompos yang merupakan pupuk organik yang berkualitas tinggi yang berasal dari perombakan bahan organik yang dilakukan cacing tanah yang mengandung unsur hara cukup tinggi sehingga dapat memberikan efek residu pada tanaman berikutnya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa lama efek residu vermikompos mampu memberikan produktivitas tanaman kangkung yang optimum dalam media hidroganik. percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan kotrol yang menggunakan 2 faktor. faktor 1 adalah metode aplikasi vermikompos (100% vermikompos padat, 50%
vermikompos padat 50% vermikompos cair, 100% vermikompos cair) dan faktor 2 adalah dosis vermikompos dari 100-500 g/polibag. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar pertanaman, bobot segar perpolibag, bobot kering pertanaman, bobot kering perpolibag. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil panen terbaik terdapat pada perlakuan M1V4 (100% Vermikompos padat dengan dosis 400 g/polibag) dengan hasil rata- rata bobot segar per polibag 178,27 g (periode tanam pertama).Terjadi Penurunan produksi selama tiga periode tanam pada perlakuan M1 terjadi penurunan produksi sebesar 25.29% (efek residu 1), 36,05% (efek residu 3) dan 52,22% (efek residu ketiga). Pada perlakuan M2 sebesar 4,40% (efek residu 1), 23,44% (efek residu 2) dan 26,82% (efek residu 3) dan pada perlakuan M3 terjadi penurunan sebesar 19,19% (efek residu 1), 28,19 (efek residu 2), dan 41,98 (efek residu 3).
Kata kunci : Hidoganik, Vermikompos, efek residu, hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kangkung termasuk jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman kangkung terdiri atas 3 jenis yaitu kangkung air (Ipomoea aquatic F.), kangkung darat (Ipomoea reptans P.), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus R.) (Pracaya, 2009).Kangkung darat (Ipomoea reptans P.) termasuk sayuran semusim yang berumur pendek dan tidak memerlukan kondisi tertentu untuk membudidayakannya, sehingga memungkinkan untuk dibudidayakan pada semua daerah, khususnya daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan pekarangan terbatas. Kangkung mengandung vitamin A, B dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan (Edi dan Endrizal, 2009). Kandungan gizi dalam 100 gram kangkung meliputi energi sebesar 29 kal; protein 3 gram; lemak 0,3 gram; karbohidrat 5,4 gram; serat 1 gram; kalsium 73 mg; fosfor 50 mg; besi 2,5 mg; vitamin A 6.300 IU; vitamin B1 0,07 mg; vitamin C 32 mg; Air 89,7 gram (Purwandi, 2017).
Budidaya tanaman kangkung bisa dilakukan dengan berbagai cara baik secara konvensional maupun dengan sistem teknologi tinggi. Untuk mendukung ketahanan pangan, saat ini budidaya tanaman kangkung banyak dilakukan dengan media tanpa tanah antara lain dengan media air (aquaponik) dan hidroponik (media substrat). Kedua sistem penanaman ini menggunakan sumber hara yang berbeda yaitu sumber hara anorganik dan organik. Sistem penanaman hidroponik yang menggunakan pupuk organik dikenal dengan sistem Hidroganik. Pupuk organik bersifat lepas lambat sehingga dapat mengurangi pencucian unsur hara terutama
Nitrogen (Nendel et al. 2004) sehingga mampu mendistribusikan nutrisi yang lebih homogen di dalam media substrat. Hal ini mendukung sinkronisasi antara pasokan nutrisi dan kebutuhan fisiologis tanaman Dengan pelepasan hara yang bertahap ini akan mengurangi kebutuhan akan pemupukan tambahan selama periode pembentukan bibit (Machado et al., 2011; Brady and Weil, 2012). Kecepatan pelepasan unsur hara dari pupuk organik bergantung pada karaketeristik pupuk organik tersebut (Moorhead et al.1996)
Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan dalam budidaya tanaman adalah vermikompos. Vermikompos merupakan pupuk organik yang berkualitas tinggi dan dihasilkan dari perombakan bahan organik yang dilakukan cacing tanah (Mashur, 2001). Aplikasi vermikompos pada tanaman hortikultura dapat meningkatkan kualitas dan hasil tanaman Hortikultura (Nurhidayati et al., 2015, Nurhidayati et al., 2016; Nurhidayati., 2017). Vermikompos mengandung unsur hara yang cukup tinggi sehingga mampu menggantikan pupuk mineral pada beberapa tanaman dan memberikan pengaruh positif memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah (Lazcano dan Dominguez, 2011). Sebagai pupuk organik, vermikompos juga melepaskan unsur hara secara bertahap sehingga memberikan efek residu pada tanaman berikutnya (Kuntyastuty dan Muzaiyanah, 2017).
Vermikompos sebagai pupuk organik saat ini populer karena residu nitrogen dari pupuk ini diperkirakan dapat bertahan 5-10 tahun karena proses dekomposisi bahan organik yang berjalan lambat sehingga memberikan memberikan efek residu pada tanaman berikutnya (Hadiwiyono dan Dewi, 2000). Efek residu vermikompos pada tanaman sawi Pak-coi bisa tiga kali tanam setelah penanaman pertama (Nurhidayati et al., 2018).
Berdasarkan informasi tersebut perlu dilakukan pengujian seberapa lama efek residu penambahan vermikompos dalam media hidroponik mampu memberikan produktivitas tanaman kangkung yang optimum.
1.2. Identifikasi Masalah
Aplikasi pupuk anorganik dalam budidaya tanaman selain memberikan efek positif karena kecepatan ketersediaan unsur hara yang tinggi bagi tanaman juga dapat memberikan efek negative pada lingkungan ketika unsur hara yang tersedia tidak diserap oleh tanaman. Dalam system budidaya hidroponik penggunaan pupuk anorganik juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan bila residu pupuk tidak didaur ulang secara baik. Sementara itu penggunaan pupuk organik dalam budidaya tanaman secara konvensional terbukti memberikan produk pangan yang sehat dan peningkatan kualitas tanah. Dalam sistem hidroponik pupuk organik juga diaplikasikan, namun belum diketahui sampai seberapa lama efek residu pupuk organik tersebut mampu memberikan produktivitas tanaman yang optimum.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan indetifikasi masalah diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya:
1. Bagaimana efek residu vermikompos dengan metode aplikasi dan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan kangkung selama tiga periode penanaman ?
2. Bagaimana efek residu vermikompos dengan metode aplikasi dan dosis yang berbeda terhadap hasil kangkung selama tiga periode penanaman?
3. Bagaimana perubahan tingkat hasil tanaman kangkung selama tiga periode penanaman?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diantaranya:
1. Menguji efek residu interaksi kombinasi perlakuan metode aplikasi dan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan kangkung selama tiga periode penanaman.
2. Menguji efek residu interaksi kombinasi perlakuan metode aplikasi dan dosis yang berbeda terhadap hasil kangkung selama tiga periode penanaman.
3. Menjelaskan perubahan tingkat hasil tanaman kangkung selama tiga periode penanaman sebagai efek residu kombinasi perlakuan metode aplikasi dan dosis vermikompos.
1.1. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh interaksi antara metode aplikasi dan dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman kangkung selama tiga periode penanaman.
2. Terdapat pengaruh interaksi antara metode aplikasi dan dosis vermikompos terhadap hasil tanaman kangkung selama tiga periode penanaman.
3. Terdapat perbedaan hasil tanaman kangkung selama tiga periode penanaman akibat perlakuan metode aplikasi dan dosis vermikompos
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Efek Residu Pupuk Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Produksi Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans Poir) Selama 3 Periode penanaman Secara Hidroganik” dapat disimpulkan bahwa:
1. Efek residu interaksi kombinasi perlakuan metode aplikasi dan dosis vermikompos berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kangkung selama tiga periode tanam dimana perlakuan M1V5 (100% Vermikompos padat dengan dosis 500 g/polibag) memberikan pertumbuhan terbaik.
2. Efek residu interaksi kombinasi perlakuan metode aplikasi dan dosis vermikompos berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman kangkung selama tiga periode tanam dimana perlakuan M1V4 (100% Vermikompos padat dengan dosis 400 g/polibag) memberikan hasil yang tertinggi dengan hasil rata-rata bobot segar 178,27 g per polibag (periode tanam pertama), 131,6 g bobot segar perpolibag (periode tanam kedua), 79,44 g bobot segar per polibag (periode tanam ketiga).
3. Efek residu interaksi kombinasi perlakuan metode aplikasi dan dosis vermikompos menunjukkan adanya penurunan rata rata hasil produksi bobot segar per tanaman maupun bobot segar per polibag selama tiga periode tanam.
Pada perlakuan M1 terjadi penurunan produksi sebesar 25.29% (dari efek residu 1 ke 2), 36,05% (dari efek residu 2 ke 3) dan 52,22% (total penurunan efek residu 1 ke 3). Pada perlakuan M2 sebesar 4,40% (dari efek residu 1 ke 2), 23,44% (dari efek residu 2 ke 3) dan 26,82% (total dari efek residu 1 ke
3) dan pada perlakuan M3 terjadi penurunan sebesar 19,19% ( dari efek residu 1 ke 2), 28,19% ( dari efek residu 2 ke 3), dan 41,98% (total dari efek residu 1 ke 3).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bahwa penanaman kangkung dengan media campuran cocopeat, pasir dan biochar (1:1:1) menggunakan pupuk vermikompos dengan dosis 400 g/polibag dapat memberikan hasil yang optimal pada dua periode tanam efek residu. Untuk meningkatkan hasil tanaman dan lama periode efek residu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis yang lebih tinggi.
1 DAFTAR PUSTAKA
Aditya, DP. 2009. Budidaya Kangkung http://dimasadityaperdana.blogspot.com.
[29 Desember 2019].
Agromedia, Redaksi. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Agromedia, Jakarta. Hal 20-32.
Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 50.
Arancon, N.Q, C.A Edwards, P. Bierrhan, J.D Metzger, C. Luchr, 2005. Efek dari kascing diproduksi dari kotoran ternak, sisa makanan dan sisa kertas pada pertumbuhan dan hasil paprika di lapangan. Pedobiologia, 49:297-306.
Arancon, N.Q., C.A Edwards., P. Bierman., C. Welch, J.D Metzger, 2004.
Influences of vermicomposts on field strawberries: 1. effects on growth and yields. Bioresource Technology. 93: 145-153.
Asgharnia H, 2003. Comparison of aerobic compost and vermicompost in the view of maturatio time and microbial and chemical quality. The 6th national environmental health congress, Mazandaran, Iran, 6:1-16.
Brady, NC, dan R.C. Weil., 2012. Sifat dan Sifat Tanah. 14 th Edn (Revisi).
Diterbitkan oleh Dorling Kin Dersley (India) Pvt. Ltd., pemegang lisensi Pearson Education di Asia, India, hlm. 513-517.
Calabi-Floody M, J. Medina., C. Rumpel., L.M Condron., M. Hernandez., M.
Dumont., M.L Mora., 2018. Smart fertilizers as a strategy for sustainable agriculture. Advances in Agronomy 147, pp. 119-157.
Cochran, S. 2017. Vermicomposting: Composting With Worms. Institute of Agriculture and Natural Resource - Nebraska Extension In Lancaster County.
https://lancaster.unl.edu/pest/resources/vermicompost107.shtml. [29 Desember 2019]
Edi, S.,dan Endrizal, 2009. Kajian budidaya dan analisis komparatif usahatani sayuran pada kawasan primatani Paal Merah Kota Jambi. Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah Perhorti. Perhimpunan Hortikultura Indonesia Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Edwards, C.A., and N.Q Arancon., 2004. Interactions among Organic Matter, Earthworms, and Microorganism in Promoting Plant Growth. Soil Organic Matterin Suistanable Agriculture. CRC Press. New York. Hlm 328-329.
2 Fatahillah. 2014. Pengaruh Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.) Di Kelurahan Mangalli, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. (Skripsi) Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Glaser, B., J. Lehmann, C. Steiner, T. Nehls, M. Yousaf, and W. Zech. 2002. Potential of pyrolyzed organic matter in soil amelioration. Pages 421-427 in International Soil Conservation Organization Conference.International Soil Conservation Organization, Beijing.
Hadiwiyono dan W.S. Dewi. 2000. Uji pengaruh penggunaan vermikompos, Trichodermaviri dedan mikoriza Vesikulaarbuskula terhadap serangan cendawan akar bengkak (Plasmodiophora brassicaeWor.) dan pertumbuhan pada caisin. Caraka Tani 15 (2): 20- 28.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. Lubis, S. Nugroho, M. Saul, G. B. Hong dan H. H. Baley. 1986.
Dasar Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal 186
Jalaludin, Z.A. Nasrul. dan S. Rizki. 2016. Pengolahan sampah organik buah-buahan menjadi pupuk dengan menggunakan Efektif Mikroorganisme. Jurnal Teknologi Kimia Unimal.
5(1): 17-29.
Jat, RS, IPS Ahlawat, 2014. Efek langsung dan residual dari kascing, pupuk hayati dan fosfortentang dinamika nutrisi tanah dan produktivitas barisan jagung-pakan ternak.
Jurnal Pertanian Berkelanjutan. 28 (1): 41-54
Kartini, N.L. 2005. Pupuk Kascing Kurangi Pencemaran Lingkungan. UI Press. Jakarta Kuntyastuty, H. and S. Muzaiyanah. 2017. Effect of organic fertilizer and its residual on
cowpea and soybean in acid soils. J. Degr. Mining Lands Manag., 5(1):987-994.
Lazcano, C. and J. Dominguez. 2011. The use of vermicompost in sustainable agriculture : impact on plant growth and soil fertility. In : Soil Nutrients. Miransari, M. (Ed). ISBN : 978-1-61324-785-3. Nova Sience Publishers, Inc. p 1-23
Lehmann, J. dan S. Joseph. 2009. Biochar Environmental Management. Earthscan. London.
416 hlm.
Lehmann, J., and M. Rondon, 2006. Biochar Soil Management On Highly Weathered Soils In The Humid Tropics. P: 517-530 In Biological Approaches To Suistanable Soil Systems (Norman Uphoff et al Eds.). Taylor and Francis Group PO Box 409267 Atlanta, GA30384-9267. 448p.
Lingga, L. 1994. Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta: PT. Agromedia. Hal 30-47
Machado G.C.M., A Daher., and L.R Costa., 2011 Mechanism of Biodegradation of Paraquat by Lypomyces starkeyi. Applied Environmetal Microbiology. 49 :1290-1294.
Mafongoya, PL, KE Giller, C. Palm, 1998. Pola dekomposisi dan pelepasan nitrogen dari pohon pemangkasan dan sampah. Agrofor Syst. 38: 77-97.
3 Mashur. 2001. Budidaya Caisim menggunakan Pupuk Organik Kascing Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas dan Ramah Lingkungan. Instalasi Penelititan dan Pengkajian Teknologi Pertanian [IPPTP].
Mataram. NTB. Indonesia. Hal 150
Mufida, L. 2013. Pengaruh penggunaan konsentrasi FPE ( Fermented Plant Extrac) kulit pisang terhadap jumlah daun, kadar klorofil dan kadar kalium pada tanaman seledri (Apium graveolens). Skripsi. IKIP PGRI Semarang. Semarang.
Muhtamir, I. 2006. Efek Residu Sludge dan Pupuk Kandang untuk Tanaman Cabai Keriting (Capsicum annuum L). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. Hal. 39- 42
Nilu, Kumala. 2015. “Agricultural Process Engineering.” 3rd ed.The AVI Publ. Co., Inc, Wesport, Connecticut, USA.
Nurhidayati, M. Machfudz, dan I. Murwani. 2017. Pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman brokoli (Brassica oleraceae L.) sebagai respon terhadap aplikasi tiga macam vermikompos dengan sistem penanaman secera organik. Prosiding. Seminar Nasional.
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 8 Februari 2017. ISBN: 978-602- 61781-0-7.
Nurhidayati, M. Masyhuri, I. Murwani. 2017. Combined effect of vermicompost and earthworm pontoscolex corethrurus inoculation on the yield and quality of broccoli (Brassica oleraceae L.) using organic gowing media. Journal of Basic and Applied Research International. 22 (4): 148-156.
Nurhidayati, U. Ali, I. Murwani. 2017. Chemical composting of vermicompost made from organic waste through the vermicomposting and composting with the addition of fish meal and egg shells flour. Journal of Pure and Appllied Chemical Research 6 (2):127- 136.
PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Sumatara Utara.
Hal 56-72.
Pracaya. 2009. Bertanam Sayur Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 30-46.
Purwandi. 2017. Pertumbuhan dan kadar protein pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) dengan pemberian pupuk organik cair (POC) berbahan dasar sabut kelapa dan limbah cair tahu. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Rondon, M. A., J. Lehmann, J. Ramirez, and M. Hurtado. 2007. Biological nitrogen fixation bycommon beans (Phaseolus vulgaris L.) increases with bio-char additions. Biology and Fertility of Soils. 67(2):132-156.
4 Stockdale, E.A., N.H. Lampkin, M. Hovi, R. Keatinge, E.K.M.Lennartsson, D.W.Macdonald, S. Padel, F.H. Tattersall, M.S. Wolfe and C.A. Watson. 2001. Agronomic and environmental implications of organic farming systems. 70:262-326.
Sunarjono. 2003. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. 428 hal.
Susetya, Darma. 2012. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik Untuk Tanaman Pertanian Perkebunan. Pustaka Baru Press. Jakarta. 193 hal.
Sutiyoso. 2004. Proses Sirkulasi Larutan Pada Hidroponik Sistem NFT. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Tim Prima Tani. 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Puslitbangtan. Bogor. 40 hlm.
Utomo, Muhajir dan Nazarudin. 2002. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu Tanah 7(1): 18-22.
Zhang, Z.J., H. Wang, J. Zhu, S. Suneethi, J.G. Zheng, 2012. Swine manure vermicomposting via housefly larvae (Musca domestica): the dynamics of biochemical and microbial features. Bioresour. Technol. 118: 563–571.