• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KOMBINASI RELAKSASI AUTOGENIK DENGAN MUSIK TERHADAP TINGKAT NYERI PADA LANSIA DENGAN GOUT ARTHRITIS DI DESA KLITIH KARANG TENGAH DEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIFITAS KOMBINASI RELAKSASI AUTOGENIK DENGAN MUSIK TERHADAP TINGKAT NYERI PADA LANSIA DENGAN GOUT ARTHRITIS DI DESA KLITIH KARANG TENGAH DEMAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fektifitas Kombinasi Relaksasi Autogenik ... ([email protected]) 1 PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

Ahmad Munib*), Asti Nuraeni**), Achmad Solechan***)

*)Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

**)Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo

***)Dosen Program Studi S.1 Sistem Informasi STMIK Provisi Semarang ABSTRAK

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Pada usia lansia ini seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain. Kelainan ini dapat menimbulkan gangguan berupa rasa nyeri, bengkak, kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi, gangguan berjalan dan aktivitas keseharian lainnya. Teknik relaksasi salah satunya relaksasi autogenik dan terapi musik yang bertujuan memberikan perasaan yang nyaman, menurunkan nyeri, memberikan ketenangan dan mengurangi ketegangan yang dapat menimbulkan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kombinasi relaksasi autogenik dengan musik terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan gout arthritis di Desa Klitih Karang Tengah Demak. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen one group pre post test without control, jumlah sampel 40 responden dengan teknik total sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat nyeri adalah Numeric Rating Scale (NRS). Teknik pengumpulan data menggunakkan lembar observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien gout arthritis yang mengalami nyeri. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mengalami perubahan tingkat nyeri sebanyak 28 responden (70,0%) dan untuk responden yang tidak mengalami perubahan adalah 12 responden (30,0%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh p value sebesar 0,026 (p value < 0,05), yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pemberian relaksasi autogenik dengan musik terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan gout arthritis di Desa Klitih Karang Tengah Demak. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bahwa relaksasi autogenik dengan musik sebagai tindakan mandiri non farmakologi untuk perubahan tingkat nyeri pasien gout arthritis dengan nyeri.

Kata Kunci : Gout Arthritis, autogenik, musik.

Daftar Pustaka : 31 (2000 - 2015)

(2)

2 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...

STUDY PROGRAM BACHELOR IN NURSING

TELOGOREJO SCHOOL OF HEALTH SCIENCE SEMARANG Ahmad Munib*), Asti Nuraeni**), Achmad Solechan***)

ABSTRACT

Elderly is a part of growth process. Human doesn’t grow old suddenly, but they grow up form infants, children, adults, and finally grow old. During this longevity, human will lose their muscle tissue, nervous system, and other tissues. This abnormality can cause disruptions such as pain, swells, join, join stiffenes, limitation of join movement, walking and other daily activities disruptions. One of the relaxation techniques are autogenic relaxation and music therapy which aim to give comfortable feeling, to minimize the pain, to give calmness, and to minimize tension, which can cause pain. This research aims to find out the effectiveness of autogenic relaxation combination with music toward pain level of elderly with gout arthritis in Klitih Karang Tengah Village Demak. This research is quasi experimental designed for one group using pre and post-test without control. There re 40 respondents totally for sample, using total sampling technique. The parameter used to measure the pain level is Numeric Rating Scale (NRS). The data gathering technique uses observation sheets. The subject of this research is gout arthritis patients who experience pain. The research result shows that 28 respondent experience change in pain level (70%) and 12 respondent don’t experience change (30%). The Wilcoxon test shows p value in 0.026 (p value < 0,05), which shows significant effect of giving autogenic relaxation with music toward pain level of elderly with gout arthritis in Klitih Karang Tengah Village Demak. The reseach result recommends autogenic relaxation with music as a non- pharmacology independent action to overcome the gout arthritis elderly with pain.

Key words : gout arthritis, autogenic, music

Bibliography : 31 (2000-2015)

(3)

Fektifitas Kombinasi Relaksasi Autogenik ... ([email protected]) 3 PENDAHULUAN

Keperawatan kesehatan komunitas adalah suatu kesatuan atau kumpulan yang merupakan suatu sistem organisasi yang menangani khusus masalah di bidang kesehatan yang terdiri dari masyarakat, kelompok, keluarga maupun perkumpulan lainnya Stanhope dan Lancaster (2004, hlm.344). Keperawatan komunitas merupakan perpaduan dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat. Tujuan utama keperawatan kesehatan komunitas adalah untuk menjaga kesehatan masyarakat dan penduduk sekitar dengan berfokus pada promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat (Nies & McEven, 2007.hlm.3).

Keperawatan kesehatan komunitas tidak hanya menangani masalah kesehatan individu atau keluarga akan tetapi masih banyak sasarannya antara lain kelompok dan masyarakat. Sasaran keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok dapat meliputi sekolah, panti asuhan, keluarga, pesantren, panti wreda, rutan atau lapas (Effendi & Makhfudli, 2009, hlm.8).

Salah satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan pada unit keluarga. Bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga sudah ditanggulangi secara incidental, tetapi keluarga belum dilihat sebagai klien dari keperawatan.

Sebenarnya, keluarga sebagai unit asuhan keperawatan sangat besar pengaruhnya terhadap individu dan kelompok (Zaidin, 2009, hlm.1).

Peran keluarga yang utama dalam merawat lansia lansia adalah mempertahankan

kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental lansia, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. (Zaidin, 2009, hlm.42).

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011, hlm.1). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak usia lahir sampai udzur atau tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan sebagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologik (Mujahidullah, 2012). Dari aspek perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskelestal kearah yang lebih buruk.

Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah rumah tangga lansia sebanyak 16,08 juta rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Rumah tangga lansia adalah yang minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 60 tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki.

Adapun lansia yang tinggal di perdesaan

(4)

4 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...

sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 9,37 juta jiwa (Mustari, Rachmawati, & Nugroho, 2015)

Sedangkan jumlah lansia di Jawa Tengah yang dikutip dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (BPS Jawa Tengah) pada tahun 2014 sebanyak 2.558.142 (dua juta lima ratus lima puluh delapan ribu seratus empat puluh dua) pendudukan Jawa Tengah berusia diatas 60 tahun atau lansia, dan sebanyak 59 849 lansia berada di Kabupaten Demak. Dan di Kecamatan Karang Tengah lansia yang berusia 60 tahun sebanyak 4275.

Gout arthritis atau biasa disebut dengan asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Termasuk kelompok purin adalah adenosine dan guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin akan di katabolisme (Syarif, 2012).

Nyeri sendi yang dialami oleh lansia merupakan faktor penuaan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal. Dimana pada lansia secara bertahap mengalami pengeroposan tulang, serta penurunan otot, kekuatan, dan daya tahan. Sel otot mengalami atrofi (kemunduran fungsi dan ukuran sel) dan lemak menggantiknnya. Jaringan tulang tidak dapat mengganti jaringan tulangnya sendiri dengan cepat seperti saat muda (Rosdahl, 2014, hlm.230).

Pendekatan farmakologis merupakan pendekatan kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi nyeri. Sedangkan pendekatan non farmakologis merupakan pendekatan untuk

menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi:

massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi nafas. Salah satunya adalah relaksasi autogenik (Smeltzer & Bare, 2006)..

Teknik relaksasi autogenik membawa perintah tubuh melalui autosugesti untuk rileks sehingga pernafasan, tekanan darah, denyut jantung serta suhu tubuh dapat dikendalikan. Standar latihan relaksasi autogenik bersumber dari imajinasi visual seperti pasien membayangkan tempat- tempat yang indah yang pernah dilihat pasien dan mantra-mantra verbal seperti pasien mengatakan pasien merasa damai dan tenang yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai. Sensasi hangat dan berat ini disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah tubuh yang diinginkan), yang menyejukkan dan merelaksasi otot-otot disekitarnya sehingga pasien bisa merasa rileks dan menekan rasa nyeri (Varvogli dalam Pratiwi, 2012).

Musik merupakan musik yang dapat melatih otot-otot dan pikiran menjadi rileks. Terapi musik bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu yang dapat memberikan rasa relaksasi pada lansia.

Beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disco, rock and roll, dan musik berirama keras (anapestic beat) lainnya, karena jenis musik dengan anapestic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung (Potter, 2005).

(5)

Fektifitas Kombinasi Relaksasi Autogenik ... ([email protected]) 5 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti pada bulan februari-april 2015 di puskesmas karang tengah demak diperoleh data jumlah lansia dengan gout atrhitis (asam urat) dengan nyeri sendi ada 69 oranag.

LANDASAN TEORI Gout arthritis

Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA).

Asam urat sebagian besar diekskresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut uresimia, penderita akan mengalami pirai (gout) (Pagana KD. 2001, hlm.876-879).

Relaksasi autogenik

Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun pikiran yang bias membuat pikiran tenang (Maryam, et all, 2010, hlm.82).

Terapi musik

Terapi musik adalah teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.

Beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis music tertentu seperti, pop, disco, rock and roll, dan musik berirama keras (anaspetic beat) lainnya, karena jenis musik anaspetic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut dan teratur seperti musik instrumental dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk terapi (Potter, 2005, dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011, hlm.42).

METODE PENELITIAN Rancangan penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen one group pre post test without control. Penelitian dengan rancangan sekelompok subjek diberi intervensi tanpa ada pembanding.

Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre test dan post test (Dharma, 2011, hlm.93).

Populasi dan sampel

populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami gout arthritis di Desa Klitih 3 bulan terakhir dari bulan februari- april 2015 sebanyak 69 responden. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana penentuan sampel dengan mengambil semua jumlah populasi yang mempengaruhi kriteria untuk digunakan sebagai sampel.

Instrumen penelitian

Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi dengan cara mengukur skala nyeri menggunakan skala nyeri numeric rating scale (NRS).

Analisis data

Hasil uji normalitas data menunjukkan data pre intervensi berdistrbusi tidak normal, maka dilakukan transformasi data untuk memastikan sebaran data normal atau tidak.

Setelah diketahui hasil transformasi dan data baru diuji didapatkan sebarannya tidak normal, maka selanjutnya dilakukkan uji alternative Wilcoxon dengan pengambilan keputusan hipotesis penelitian (Ha) diterima bahwa p value lebih kecil dari 0,05.

(6)

6 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...

Hasil penelitian Análisis univariat Usia

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia responden

dengan gout arthritis di Desa Klitih Karang Tengah Demak

(n=40)

Variabel Usia F Persentasi (%) 45-59 (middle age)

60-74 (elderly) 75-90 (old)

˃90 (very old)

20 17 2 1

50,0 42,5 5,0 2,5

Total 40 100,0

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden yang berusia 45-59 tahun lebih mendominasi dengan jumlah 20 responden (50,0%) dan yang berusia ˃90 lebih sedikit berjumlah 1 responden (2,5%).

Jenis kelamin

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden dengan gout arthritis di Desa Klitih Karang

Tengah Demak (n=40) Jenis

kelamin

F (%)

Laki-laki perempuan

28 12

70,0 30,0

Total 40 100,0

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dengan jumlah 28 responden (70,0%), sedangkan perempuan berjumlah 12 responden (30,0%).

Intensitas Nyeri Sebelum dan sesudah Tabel 5.3

Distribusi frekuensi skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kombinasi

Relaksasi autogenik dengan musik pada responden dengan gout

arthritis di Desa Klitih Karang Tengah Demak.

(n=40) Variabel

tingkat nyeri

Autogenik dengan musik

sebelum Sesudah

F % f %

0 0 0,00 12 30,0

1-3 30 75,0 28 70,0

4-6 7-10

10 0

25,0 0,00

0 0

0,00 0,00

Total 40 100,0 40 100,0

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang sebelum diberikan

relaksasi autogenik dengan musik

didapatkan hasil nyeri ringan dengan skala 1-3 sebanyak 30 responden (75.0%) dan yang mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 sebanyak 10 responden (25.0%) sedangkan responden yang sesudah

diberikan relaksasi autogenik dengan musik didapatkan hasil nyeri ringan (skala 1–3) sebanyak 28 responden (70,0%) dan responden yang tidak nyeri (skala 0) berjumlah 12 responden (30,0%).

Análisis bivariat Uji normalitas

Tabel 5.4

Uji normalitas Shapiro-Wilk (n=40)

Kelompok

Shapiro-Wilk Statistic Df Sig.

pre intervensi

post intevensi

.804 .430

40 40

.000 .000

Uji normalitas pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5.4 yang menunjukkan hasil uji

(7)

Fektifitas Kombinasi Relaksasi Autogenik ... ([email protected]) 7 normalitas menggunakkan uji Shapiro-Wilk

pada pre dan post intervensi didapatkan 0,000 (p value < 0,05) yang berarti data berdistribusi tidak normal yang kemudian dilakukan uji alternative uji Wilcoxon.

Uji Wilcoxon

Tabel 5.5

Hasil uji alternatif Wilcoxon (n=40)

Variabel Mean Median p value Intensitas nyeri

sebelum Intensitas nyeri

sesudah

2,25

1,70

2,00

2,00

0,026

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa intensitas nyeri sebelum pemberian relaksasi autogenik dengan musik mempunyai nilai median 2,00 dengan nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum 3,00.

Intensitas nyeri sesudah pemberian relaksasi autogenik dengan musik mempunyai nilai median 2,00 dengan nilai minimum 1,00 berpasangan nilai maksimum 2,00. Hasil Non Parametric Test menggunakan Wilcoxon diperoleh p-value= 0,026 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh relaksasi autogenik dengan musik terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan gout arthritis. Hal ini membuktikan bahwa relaksasi autogenik dengan musik efektif terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan gout arthritis.

PEMBAHASAN Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia 45-59 tahun lebih mendominasi dengan jumlah 20 responden (50,0%) dan yang berusia ˃90 lebih sedikit berjumlah 1 responden (2,5%). Usia

merupakan variabel penting yang mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri terutama pada anak dan lansia.

Tingkat perkambangan akan mempengaruhi proses kognitif dalam presepsi nyeri yang dirasakan dan sejalan dengan pertambahan usia. Semakin meningkat usia maka toleransi terhadap nyeri semakin meningkat (Potter & Perry, 2006), sehingga hasil tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin meningkat usia semakin rentang terhadap nyeri.

Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Mellynda (2014) bahwa responden terbanyak adalah responden dengan usia 50-64 tahun 40,0%, usia >65 tahun 36,7%, dan usia 30-49 tahun 23,3%.

Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dengan jumlah 28 responden (70,0%), sedangkan perempuan berjumlah 12 responden (30,0%). Kadar asam urat laki-laki didalam darah secara alami lebih tinggi dibandingkan kadar asam urat pada wanita.

Karena wanita mempunyai hormone esterogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia (Novianti, 2015), hal ini dibuktikan bahwa kadar asam urat laki-laki lebih tinggi dari perempuan.

Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Mellynda (2014), bahwa responden yang menderita gout arthritis kebanyakan pada laki-laki 21 (70,0%), dibandingakan wanita 9 (30,0%).

(8)

8 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...

Efektifitas Kombinasi Relaksasi Autogenik Dengan Musik Terhadap Tingkat Nyeri Pada Lansia Dengan Gout Arthtritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sebelum diberikan relaksasi autogenik dengan musik didapatkan hasil nyeri ringan dengan skala 1-3 sebanyak 30 responden (75.0%) dan yang mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 sebanyak 10 responden (25.0%) sedangkan responden yang sesudah diberikan relaksasi autogenik dengan musik didapatkan hasil nyeri ringan (skala 1–3) sebanyak 28 responden (70,0%) dan responden yang tidak nyeri (skala 0) berjumlah 12 responden (30,0%). Hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon yang menunjukkan bahwa intensitas nyeri sebelum pemberian relaksasi autogenik dengan musik mempunyai nilai median 2,00 dengan nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum 3,00. Intensitas nyeri sesudah pemberian relaksasi autogenik dengan musik mempunyai nilai median 2,00 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai maksimum 2,00. Hasil Non Parametric Test menggunakan Wilcoxon diperoleh p-value=

0,026 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh relaksasi autogenik dengan musik terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan gout arthritis.

Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan Mellynda (2014) hasil pengukuran nyeri pada responden yang berjumlah 30 orang rata-rata nilai penderita sebelum dilakukan kompres hangat adalah 6,23 dan setelah dilakukan tindakan kompres hangat adalah 3,30 yang menunjukkan adanya penurunan skala nyeri. Hasil analisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh bahwa terdapat perbedaan nyeri pada pasien

gout arthritis sebelum diberikan kompres hangat dengan sesudah diberikan kompres hangat. Nilai p yang diperoleh melalui uji Wilcoxon Signed Ranks Test adalah (p = 0,000) dimana p < α (0,05), maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Karakteristik responden menunjukkan bahwa jenis kelamin kelamin laki-laki lebih banyak (70,0%) dibanding jenis kelamin perempuan (30,0%). Dengan usia middle age lebih tinggi (50,0%), dibandingkan dengan usia elderly (42,5%), old (5,0%), dan very old (2,5%).

2. Skala nyeri sebelum dilakukan intervensi nyeri ringan lebih banyak (75%) di banding nyeri sedang.

3. Skala nyeri setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik dengan musik terjadi penurunan nyeri. Nyeri ringan (70%) dibanding tidak merasakan nyeri.

4. Setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa relaksasi autogenik dengan musik efektif terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan gout arthritis.

Saran

1. Bagi Puskesmas Dan Masyarakat Setelah dilakukan penelitian ini perawat dan masyarakat dapat lebih memperhatikan kebutuhan rasa nyaman mengontrol nyeri gout atritis.

Perawat dan masyarakat dapat melakukan relaksasi autogenik dengan

(9)

Fektifitas Kombinasi Relaksasi Autogenik ... ([email protected]) 9 kombinasi musik untuk mengontrol

nyeri ringan dan nyeri sedang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya penelitian ini intervensi menambah wawasan keilmuan dalam mengembangkan inovasi-inovasi intervensi keperawatan pada pasien gout arthritis terutama metode untuk menurunkan nyeri dalam praktik keperawatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

Hasil penelitian ini dapat menginspirasi peneliti selanjutnya untuk penelitian pada kasus selain nyeri gout arthritis.

DAFTAR PUSTAKA

Andhie, S.M. Yeni, R. & Sigit, W.N.

(2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Edisi 1. Yogyakarta : graha ilmu

Badan Pusat Statisik Jawa Tengah.

http://jateng.bps.go.id/linkTabelSt atis/view/id/1032 Diperoleh tanggal 4 Februari 2016.

Dharma, K.K. (2011). Metode Penelitian

Keperawatan: Panduan

Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta. TIM

Effendi, ferry & makfudli. (2009).

Keperawatan kesehatan komunitasteori dan praktek dalam keperawaan. Jakarta. Salemba medika

Maryam, R. S. Prio, A. Z., Rita, H. W., Hamdianan, A. B., Asep, I., &

Akhmadi (2010). Buku panduan kader posbindu lansia. Jakarta : EGC

Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik: Merawat Lansia Dengan Cinta Dan Kasih Sayang.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nies, mary A. & McEwen, Melani.

(2007). Community / public health nursing promotor the health of population. Fourt edition.

Philadelphia : Elsevier health sciences.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep proses dan praktik. Jakarta : EGC

____________________. (2006).

Fundamental of nursing:

concept, process,and practice.

4/E (Terj. Yasmin Asih, et al).

Jakarta : EGC

Rosdahl, C.B. (2014). Buku ajar keperawatan dasar. Edisi 10.

Jakarta : EGC

Setyoadi dan kushariyadi. (2011). Terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Stanhope, Marcia, & Lancaster, Jannete.

(2004). Community & public health nursing. Sixth edition.

Missouri : mosby

(10)

10 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...

Syarif. La ode. (2012). Asuhan

Keperawatan Gerontik

Berdasarkan Nanda. Nic Dan Noc Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Nuha Medika:

Yogyakarta

Zaidin ali, haji. 2009. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

According to the definition made by the United Nations Palermo Protocol: “human trafficking is the recruitment, transportation, transfer, harboring, or receipt of persons utilizing the