• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS APLIKASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA PADA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN HARA N DI PEMBIBITAN UTAMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

N/A
N/A
Fernando Elieser

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS APLIKASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA PADA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN HARA N DI PEMBIBITAN UTAMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Agro Estate, 5 (2) Desember 2021 ISSN : 2580-0957 (Cetak) ISSN : 2656-4815 (Online)

AGRO ESTATE

Jurnal Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet

Available online https: //ejurnal.stipap.ac.id/index.php/JAE

EFEKTIVITAS APLIKASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA PADA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN HARA N DI PEMBIBITAN UTAMA

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

THE EFFECTIVENESS OF COCONUT SHELL BIOCHAR APPLICATION ON PLANTING MEDIA ON GROWTH AND NUTRIENT UPTAKE IN MAIN NURSERY

PALM OIL (Elaeis guineensis Jacq.)

Sri Murti Tarigan (1)*, Tifany Zia Aznur (2), Rafika Umami (3)

1,2,3)

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP) Medan, Indonesia

*Corresponding Email: sri_murti@stipap.ac.id

Abstrak

This study was conducted to determine the effect of application of coconut shell biochar on planting media on the growth and uptake of leaf and soil nutrients in oil palm main nurseries. To get good and healthy seeds, soil conditioner is also needed to increase land productivity. One of the soil improvement materials is biochar. This research was conducted in the STIPAP Medan experimental garden. This research was conducted for 6 months.

Starting in August 2020 - February 2021. This study used a Factorial Randomized Block Design (RAK) method consisting of 9 treatments with 4 replications, so the total sample was 36 seedlings. Parameters observed were seedling height, stem diameter, number of leaves, shoot dry weight, root dry weight and nutrient N content in leaves and soil. The data obtained were analyzed statistically by analysis of variance (ANOVA) with the F test.

The results of this study indicate that the application of coconut shell biochar and compound fertilizer in oil palm nurseries can use the best combination dose of 1.8 kg of biochar and 75% compound fertilizer of the dose.

The standard gave several significant and very significant effects on stem height, stem diameter, number of leaves, shoot dry weight and root dry weight. And the interaction of coconut shell biochar treatment and compound fertilizer did not significantly affect all observation parameters.

Keywords: biochar, coconut shell, compound fertilizer, Main Nursery

How to cite : Tarigan, S.M., Aznur, T.Z., & Umami, R. (2021). Efektivitas Aplikasi Biochar Tempurung Kelapa Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan Hara N Di Pembibitan Utama Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal Agro Estate Vol.5 (2) : 110 – 121.

PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memegang peranan penting bagi Indonesia sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun

komoditi yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Kelapa sawit di Indonesia merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial, karena mampu menempati urutan teratas dari sub

(2)

sektor perkebunan (Syahputra dan Wardati, 2015).

Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan semakin pesatnya perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini dan kebutuhan minyak nabati dunia yang cukup besar dan semakin bertambah. Tahun 2019 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,32 juta hektar. Perluasan perkebunan kelapa sawit yang cenderung meningkat tersebut memerlukan kecukupan bibit yang berkualitas dalam jumlah banyak (Badan Pusat Statistik, 2019).

Bibit yang berkualitas diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan yang baik.

Faktor utamanya ialah jenis dan kualitas benih serta media tanam yang baik yang mampu menyediakan kebutuhan dasar bagi bibit untuk tumbuh dan berkembang.

Bibit yang baik akan menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit selanjutnya di lapangan (Pahan, 2011).

Pembibitan kelapa sawit dilakukan di sekitar lahan budidaya dengan media tanam yang ada dan tersedia. Pada media tanam bibit kelapa sawit harus diberikan penambahan bahan pembenah tanah guna menunjang pertumbuhan bibit.

Pertumbuhan bibit kelapa sawit akan sangat dipengaruhi oleh bahan organik,

unsur hara dan air yang ada pada media tanam (Ariyati, dkk, 2018).

Biochar merupakan salah satu bahan pembenah tanah yang memiliki banyak peranan dalam meningkatkan kesuburan tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu biochar juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Biochar juga disebut sebagai bahan amelioran yang berfungsi dalam proses perbaikan. Ameliorasi merupakan cara yang dilakukan dalam memperbaiki kondisi tanah melalui aplikasi bahan organik (Prasetyowati, dkk, 2019).

Selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, biochar juga berfungsi sebagai sumber utama bahan konservasi karbon organik di dalam tanah. Penambahan biochar ke tanah akan meningkatkan ketersediaan kation utama dan fosfor, total N dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil produksi. Peran biochar terhadap peningkatan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh jumlah biochar yang ditambahkan (Gani, 2010).

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di areal pembibitan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP).

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2020 sampai bulan Februari 2021.

(3)

Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah experimental design yang menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah biochar dan faktor kedua adalah pupuk majemuk.

Faktor 1 : Pemberian biochar tempurung kelapa yang diaplikasikan pada media tanam dalam polybag yang diisi 6 kg tanah dengan 3 taraf, yaitu : B0 : Tanpa biochar tempurung kelapa (6 kg tanah). B1 : Biochar tempurung kelapa 20% (1,2 kg biochar dan 4,8 kg tanah). B2 : Biochar tempurung kelapa 30% (1,8 kg biochar dan 4,2 kg tanah). Faktor 2 : Pemberian pupuk majemuk dengan 3 taraf yang ditetapkan berdasarkan persentase standar pemupukan untuk bibit, yaitu : M0 : Pupuk majemuk 50%, M1 : Pupuk majemuk 75%, M2 : Pupuk majemuk 100%

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Hasil penelitian dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) berdasarkan dengan rumus umum yaitu :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + ∑ijk Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan ulangan ke- i, Biochar tempurung kelapa ke- j dan

perlakuan pemberian pupuk majemuk ke- k.

µ : Nilai tengah umum

ρi : Pengaruh ulangan/ blok ke- i αj : Pengaruh biochar tempurung kelapa taraf- j

βk : Pengaruh pupuk majemuk taraf ke – k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi biochar tempurung kelapa ke–j dan pupuk majemuk ke-k

∑ijk : Galat percobaan pada ulangan ke- i yang mendapat perlakuan biochar tempurung kelapa pada taraf ke-j dan perlakuan pupuk majemuk pada taraf ke-k.

Untuk pengujian lanjutan terhadap parameter yang diamati dilakukan di akhir penelitian dengan menyusun Daftar Sidik Ragam (DSR) berdasarkan data yang diperoleh. Uji yang dilakukan adalah uji F dan uji lanjut DMRT.

Tahapan Penelitian Persiapan areal penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan persiapan areal ini antara lain adalah menetapkan areal yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan membersihkan areal tersebut. Selain itu, meratakan tanah sehingga polybag dapat disusun rapi dan tidak miring.

Persiapan media tanam dan aplikasi biochar

(4)

Media tanam tanah ultisol terlebih dahulu diayak, dicampur dengan biochar dan dimasukkan ke dalam polibeg. Dosis biochar disesuaikan dengan masing- masing perlakuan.

Penanaman bibit

Penanaman dapat dilakukan dengan memindahkan bibit di baby polybag ke polybag besar. Kedalaman lubang disesuaikan dengan ukuran polybag kecil. Bibit dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditambahkan tanah untuk menutupi lubang hingga ke batas leher akar.

Aplikasi pupuk majemuk

Aplikasi pupuk majemuk dilakukan sesuai dengan dosis masing-masing perlakukan.

Penyiraman dan pemeliharaan

Dilakukan penyiraman rutin 2x sehari. Untuk pengendalian hama, penyakit dan gulma disesuaikan dengan tingkat serangan.

Parameter dan Indikator

Pengamatan parameter yang dilakukan adalah : analisa biochar tempurung kelapa, tinggi bibit (cm), diameter batang (mm), jumlah daun (helai), berat kering tajuk, berat kering akar, kadar hara N pada daun, dan kadar hara N pada tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Biochar Tempurung Kelapa

Limbah pertanian yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang adalah limbah pertanian dengan rasio C/N yang tinggi . Menurut Nurida, dkk (2014) Tempurung kelapa mempunyai rasio C/N yang sangat tinggi yaitu 122%.

Tabel 1. Hasil Analisa Biochar tempurung kelapa

N o

Unsu r

Analis a (%)

Kategor

i Metode uji

1 C 21.16 - Gravimetri

2 N 0.7 Rendah Volumetri

3 C/N 23.72 Rendah -

4 P 0.13 Rendah Spektrofotometr

i

5 K 1.06 Sedang AAS

6 Mg 0.24 Sedang AAS

Sumber : Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Hal ini menunjukan bahwa tempurung kelapa adalah sumber bahan organik yang sulit terdekomposisi. Limbah pertanian dengan rasio C/N tinggi tersebut kurang potensial untuk dijadikan kompos, namun sangat potensial untuk dijadikan arang (biochar) yang mampu berfungsi sebagai pembenah tanah.

Dari Tabel 1. Rasio C/N dari biochar tempurung kelapa adalah 23,72%, artinya dengan adanya pembuatan biochar maka nilai rasio C/N biochar tempurung kelapa sangat baik diaplikasikan di tanah karena biochar tempurung kelapa mudah terdekomposisi melepaskan unsur hara.

Substrat organik dengan rasio C/N (<25) menyebabkan dekomposisi berjalan cepat, sebaliknya pada C/N (>25) mendorong

(5)

terjadinya immobilisasi. Kecepatan dekomposisi bahan organik ditentukan oleh jenis bahan organik. Bahan organik yang C/N rendah akan cepat terdekomposisi. Sebaliknya, bahan organik yang memiliki C/N yang tinggi akan sulit terdekomposisi (Pardono, 2011).

Tinggi Bibit (cm)

Hasil pengamatan dan analisis of varians (ANOVA) tinggi bibit pada pengamatan 1 bulan setelah tanam (BST) sampai pengamatan 6 bulan setelah tanam (BST) dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 Perlakuan aplikasi biochar berpengaruh sangat nyata pada perlakuan B2 yaitu 79,5 cm. Perlakuan aplikasi pupuk majemuk menunjukkan pengaruh sangat nyata untuk pertambahan tinggi bibit. Tinggi bibit tertinggi ditunjukkan pada perlakuan pupuk majemuk M2 yaitu 77,7 cm.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tinggi Bibit

Keterangan : F tabel 5% untuk B = (3,40), M = (3,40), BXM = (2,78) dan F tabel 1% untuk B = (5,61), M = (5,61), BXM = (4,22), Satuan cm ; BST = Bulan Setelah Tanam ; tn = tidak berpengaruh nyata ; * = berpengaruh nyata ; ** = berpengaruh sangat nyata.

Perlakuan pemberian biochar dan pupuk majemuk menunjukan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh kurang efektifnya metode konservasi pupuk pada penelitian ini.

Kombinasi perlakuan B2M2 menghasilkan pertumbuhan tertinggi sebesar 83,8 cm pada perlakuan

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Bibit

Dari Gambar 1. kombinasi perlakuan yang menghasilkan tinggi bibit terbaik adalah perlakuan B2M2 yaitu 83,8 cm, aplikasi biochar B2 yaitu (1,8 kg biochar). Efek terbaik dari pemberian biochar dan pupuk majemuk adalah pada perlakuan M2 yaitu 75% dosis standar, hal ini menunjukan bahwa biochar meningkatkan efisiensi pemupukan. Putri dkk (2017) menyatakan bahwa aplikasi biochar meningkatkan efisiensi pemupukan.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST

Tinggi Bibit (cm)

Bulan Setelah Tanam (BST) B0M1 B0M2 B0M3 B1M1 B1M2 B1M3

(6)

Diameter Batang (cm)

Hasil pengamatan dan analisis of varians (ANOVA) pada diameter batang bibit 1 bulan setelah tanam (BST) sampai 6 bulan setelah tanam (BST).

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pertambahan diameter batang setiap bulannya meningkat. Perlakuan aplikasi biochar berpengaruh sangat nyata dengan pertambahan diameter batang bibit terbesar ditunjukkan pada aplikasi biochar B2 yaitu 29.3 mm = 2,93 cm.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Diameter Batang

Keterangan : F tabel 5% untuk B (3,40), M (3,40), BXM (2,78), dan F tabel 1% untuk B (5,61), M (5,61), BXM (4,22), satuan mm; BST = Bulan Setelah Tanam; tn = tidak nyata; * = berpengaruh nyata; ** = berpengaruh sangat nyata. Standar PPKS yang yang dinyatakan dalam diameter.

Perlakuan aplikasi pupuk majemuk memberikan pengaruh nyata dan sangat berpengaruh nyata dengan peningkatan pertumbuhan diameter bibit terbesar ditunjukkan pada perlakuan majemuk M2 yaitu 27.9 mm = 79 cm. Menurut (Pahan,

2010), efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah serta melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Kombinasi perlakuan biochar (B) dan pupuk majemuk (M) memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan diameter batang.

Dari hasil pengamatan, kombinasi perlakuan yang memberikan kontribusi terbaik pada pertumbuhan diameter batang adalah B2M2 31.0 mm = 3,10 cm.

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Diameter

Batang

Dari Gambar 2 Kombinasi perlakuan yang menghasilkan diameter batang yang terbaik adalah perlakuan B2M2 yaitu 31.0 mm = 3,10 cm, aplikasi biochar B2 yaitu (1,8 kg biochar) pada tiap polibag, efek terbaik dari pemberian biochar berkombinasi dengan pupuk majemuk M2 yaitu 75% dosis standar, hal ini menunjukan bahwa biochar meningkatkan efisiensi pemupukan. Bahan organik mampu meningkatkan kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara bagi

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST

Lingkar Batang (cm)

Bulan Setelah Tanam

B 0 M 1 B 0 M 2

(7)

tanaman sehingga mampu membantu pertumbuhan vegetatif bagi tanaman (Endriani, 2018).

Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis of varians (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial jumlah daun dimulai 1 bulan setelah tanam (BST) sampai terakhir pengamatan 6 bulan setelah tanam (BST).

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Keterangan : F tabel 5% untuk B (3,40), M (3,40), BXM (2,78), dan F tabel 1% untuk B (5,61), M (5,61), BXM (4,22), satuan helai; BST = Bulan Setelah Tanam; tn = tidak berpengaruh nyata; * = nyata; ** = berpengaruh sangat nyata.

Berdasarkan Tabel 4 diatas menjelaskan bahwa perlakuan aplikasi biochar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun dengan rataan nilai tertinggi pada B2 (1,8 kg biochar) yaitu 14,9 helai. Perlakuan aplikasi pupuk majemuk memberikan pengaruh nyata dengan peningkatan pertumbuhan jumlah daun terbesar ditunjukkan pada perlakuan dengan pupuk majemuk M3 yaitu 14,8

helai. Kombinasi perlakuan biochar (B) dan pupuk majemuk (M) memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat secara maksimum (Darmosarkoro, dkk, 2010).

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Jumlah

Daun

Kombinasi perlakuan yang menghasilkan jumlah daun yang tertinggi adalah perlakuan B2M2 yaitu 15,5 helai, aplikasi biochar B2 yaitu (1,8 kg biochar) pada tiap polybag, efek terbaik dari pemberian biochar berkombinasi dengan pupuk majemuk M2 yaitu 75% dosis standar. Biochar berperan sebagai bioaktivator penyedia pupuk nitrogen sehingga mampu meningkatkan biomassa dan serapan nitrogen di daun (Sudjana,2014).

Berat Kering Tajuk

Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa rataan berat kering tajuk

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST

Jumlah Daun (helai)

Bulan Setelah Tanam B0M1 B0M2 B0M3 B1M1 B1M2 B1M3 B2M1

(8)

adalah 139,3 gram. Perlakuan aplikasi biochar menunjukan hasil sangat berpengaruh nyata dengan peningkatan berat kering tajuk dengan nilai tertinggi B2

= 155,6 gram.

Tabel 5. Rekapitulasi Berat Kering Tajuk

Ket : satuan gram; tn = tidak berpengaruh nyata; **

= sangat berpengaruh nyata

Interaksi pemberian biochar tempurung kelapa (B) dan pupuk majemuk (M) pada uji statistik tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kering tajuk. Perlakuan aplikasi pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kering tajuk dengan nilai tertinggi M3 = 142,9 gram.

Gambar 4. Grafik Berat Kering Tajuk Dari Gambar 4 Kombinasi perlakuan yang menghasilkan berat kering tajuk tertinggi adalah perlakuan B2M2 yaitu 162.0 gram, aplikasi biochar B2 yaitu (1,8 kg biochar) pada tiap polibag, efek terbaik dari pemberian biochar berkombinasi dengan pupuk majemuk M2 yaitu 75%

dosis standar, dan nilai terendah yaitu pada perlakuan B0M1 yaitu , 104.5 gram.

Berat Kering Akar

Tabel 6. Rekapitulasi Berat Kering Akar

Ket : satuan gram; tn = tidak berpengaruh nyata; * = berpengaruh nyata

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa rataan berat kering akar adalah 28 gram. Perlakuan aplikasi biochar menunjukkan hasil berpengaruh nyata dengan peningkatan berat kering akar dengan nilai tertinggi B2 = 30,5 gram.

Widowati (2010), mengemukakan bahwa biochar berpengaruh baik terhadap penambahan bobot kering akar. Nilai bobot kering akar yang tinggi menunjukkan bahwa pembentukan akar sangat baik

0.0 50.0 100.0 150.0 200.0

B0M1 B0M2 B0M3 B1M1 B1M2 B1M3 B2M1 B2M2 B2M3

Berat Kering Tajuk (gr)

Perlakuan

(9)

sehingga tanaman akan berpotensi untuk menyerap dan memanfaatkan unsur hara dan air lebih baik untuk pembentukan jaringan dan fotosintesis.

Perlakuan aplikasi pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata dengan nilai tertinggi M3 = 28,9 gram dari perlakuan M1 (pemberian pupuk 50% dari dosis standar PPKS). Interaksi pemberian biochar pelepah kelapa sawit (B) dan pupuk majemuk (M) pada uji statistik tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kering akar.

Gambar 5. Grafik Berat Kering Akar Dari 5 Kombinasi perlakuan yang menghasilkan berat kering akar tertinggi adalah perlakuan B2M2 yaitu 34,6 gram, aplikasi biochar B2 yaitu (1,8 kg biochar) pada tiap polybag, efek terbaik dari pemberian biochar berkombinasi dengan pupuk majemuk M2 yaitu 75% dosis standar, dan nilai terendah yaitu pada perlakuan B0M2 yaitu 23,4 gram.

Kadar Hara N Daun

Hasil analisa kadar hara nitrogen (N) dapat dilihat pada tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, dari seluruh jumlah perlakuan menyatakan bahwa hasil unsur hara

nitrogen (N) memiliki nilai rataan 2.76%.

Dapat juga dilihat dari tabel diatas bahwa perlakuan tunggal biochar tempurung kelapa (B) nilai tertinggi ada pada B1 yaitu (1,2 kg biochar) tiap polibag, dengan kadar hara N 2,81% mengalami kenaikan indeks 5%.

Tabel 7. Kadar Hara Nitrogen Daun Bibit Kelapa Sawit

Ket : S = sedang ; T = tinggi ; Satuan = %.

Unsur hara nitrogen merupakan bahan penyusun klorofil daun yang sangat penting dalam proses fotosintesis tanaman sehingga penting dalam proses fotosintesis tanaman sehingga unsur hara nitrogen yang tersedia dalam keadaan cukup maka akan mendukung kelancaran proses fotosintesis tanaman. Proses fotosintesis akan menghasilkan fotosintat berupa karbohidrat yang pada akhirnya akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu dipergunakan dalam pembentukan dan perkembangan sel-sel baru tanaman dan hal inilah menyebabkan terjadinya

0.0 20.0 40.0

B0M1 B0M2 B0M3 B1M1 B1M2 B1M3 B2M1 B2M2 B2M3

Berat Kering Akar (gr)

Perlakuan

(10)

pertambahan tinggi tanaman (Lahirsin, dkk, 2017).

Pemberian biochar tempurung kelapa (B) dan pupuk majemuk (M) nilai tertinggi dari semua perlakuan ada pada B2M2 (Biochar 1,8 kg) tiap polybag, efek terbaik dari pemberian biochar berkombinasi dengan pupuk majemuk 75 % dosis standar memiliki kadar hara N 2,93 %.

Gambar 6. Grafik Kadar Hara Nitrogen

(N) Daun Bibit Kelapa Sawit.

Dari Gambar 6 Perlakuan tunggal B yang terbaik adalah B1 (aplikasi biochar 1,2 kg) dengan rata-rata kadar hara N yaitu 2,81% dan perlakuan tunggal M terbaik yaitu M2 (aplikasi pupuk majemuk 75%

dosis standar) dengan rata-rata kadar hara N yaitu 2,80 %.

Kadar Hara N Tanah

Hasil analisa kadar hara nitrogen (N) dapat dilihat pada tabel 8. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa perlakuan tunggal biochar tempurung kelapa (B) nilai tertinggi ada pada B2 yaitu (1,8 kg biochar) tiap polibag, dengan kadar hara N 0,51% mengalami kenaikan indeks 47%.

Menurut (Lashari, dkk, 2013), pemberian biochar dapat meningkatkan sifat fisik, kimia tanah dan peningkatan

pertumbuhan tanaman. Kandungan nutrisi pada biochar sebelumnya tergantung pada bahan baku dan kondisi pembakaran (pirolisis) yang menghasilkan kadar beberapa nutrisi.

Tabel 8. Kadar Hara Nitrogen Tanah Bibit Kelapa Sawit

Ket : SR = sangat rendah; R = rendah; S = sedang;

T = tinggi; Satuan = %.

Menurut Salawati (2016), menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis biochar yang diberikan ketersediaan N juga makin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian ini, semakin banyak penambahan dosis biochar maka semakin tinggi pula kadar unsur hara N pada tanah. Dengan demikian unsur N sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan harus tersedia pada media tumbuh tanaman atau pada tanah.

Interaksi pemberian biochar tempurung kelapa (B) dan pupuk majemuk (M) nilai terbaik dari semua perlakuan ada pada B2M2 (Biochar 1,8 kg) tiap polybag, efek terbaik dari pemberian biochar

2.60 2.70 2.80 2.90

B0 B1 B2 M1 M2 M3 Kadar Hara N (%)

Tunggal

(11)

berkombinasi dengan pupuk majemuk 75

% dosis standar memiliki kadar hara N 0,56%. Perlakuan tunggal aplikasi pupuk majemuk (M) nilai tertinggi ada pada M3 yaitu (100% dosis standar) dengan kadar hara N 0,37%.

Gambar 7. Grafik Kadar Hara Nitrogen (N) Tanah Bibit Kelapa Sawit.

Dari Gambar 7 Berdasarkan perlakuan tunggal B yang terbaik adalah B2 (aplikasi biochar 1,8 kg) dengan rata- rata kadar hara N yaitu 0,51% dan perlakuan tunggal M terbaik yaitu M3 (aplikasi pupuk majemuk 100% dosis standar) dengan rata-rata kadar hara N yaitu 0,37%.

KESIMPULAN

1. Perlakuan biochar tempurung kelapa memberikan beberapa pengaruh nyata dan sangat nyata pada parameter tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar.

2. Perlakuan pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata pada parameter tinggi bibit dan diameter batang serta

memberikan pengaruh nyata pada parameter jumlah daun.

3. Kombinasi perlakuan biochar tempurung kelapa dan pupuk majemuk tidak memberikan berpengaruh nyata.

4. Perlakuan yang menghasilkan nilai tertinggi pada pengamatan unsur hara N (daun dan tanah) adalah B2M2.

Pada penelitian ini dapat disarankan bahwa perlakuan tunggal yaitu B2 (1,8 kg biochar) dapat direkomendasikan pada pengaplikasian bibit kelapa sawit di Main Nursery.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyati, M., Dewi, I. R., Maxiselly, Y., Chandra, Y. A. 2018. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Komposisi Media Tanam dan Interval Penyimpanan Yang Berbeda. J. Pen.

Kelapa Sawit 26 (1) : 11-22.

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2019.

https://www.bps.go.id/publication/do wnload. Diakses Pada Juli 2021.

Darmosarkoro, W., Akiyat., Sugiyono., dan Edy S, S. 2010. Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Endriani., Agus, K. 2018. Konservasi Tanah dan Karbon Melalui Pemanfaatan Biochar Pada Pertanaman Kedelai. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p- ISSN: 2580-2240 Vol 2 No 2 hal 98.

Gani, A. (2010). Multiguna Arang – Hayati Biochar. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sinar Tani 13(19): 1-4.

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

B0 B1 B2 M1 M2 M3

Kadar Hara N (%)

Tunggal

(12)

Lahirsin, M., Minwal., & Gusmiatun.

2017. Pemberian Pupuk Nitrogen dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Satadia Pre Nursery. Klorofil XXI-2 ; 73-77, Desember 2017. Palembang.

Lashari, M. S., Y. Liu, L. Li, W. Pan, J.

Fu, G. Pan, J. Zheng, J. Zheng, X.

Zhang dan X. Yu. 2013. Pengaruh Perubahan Kompos Biochar-Pupuk Kotoran Bersama Dengan Larutan Pyroligneous Terhadap Kualitas Tanah dan Hasil Gandum Perkebunan Stres Garam Dari Great Plain Cina Tengah. Penelitian Tanaman Lapangan. 144: 113 - 118.

Nurida, Neneng. (2014). Potensi Pemanfaatan Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan Edisi Khusus. P: 57-68.

Pahan, I 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit dari Hulu hingga Hilir.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Pardono. 2011. Potensi Chromolaena odorata dan Tithonia diversifolia sebagai Sumber Nutrisi Bagi Tanaman Berdasarkan Kecepatan Dekomposisinya (Studi Kasus di Desa Sobokerto Boyolali Jawa Tengah). Agrivor 4 (2):80-85.

Prasetyowati, S. E., Sunaryo, Y., Suyanto, I. E. 2019. Pengaruh Macam Amelioran Lokal dan Biofertilizer Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Koro Pedang di Lahan Marjinal Tanah Grumusol. Jurnal Pertanian Agros 21 (1) :129-135.

Putri, I, V., Mukhlis dan Hidayat, B. 2017.

Pemberian Beberapa Jenis Biochar Untuk Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung. Jurnal Agroekoteknologi FP USU.

Vol.5.No.4 (107):824-828.

Salawati. Basir, M. Kadekoh, I. Thaha, A, R. 2016. Potensi Biochar Sekam Padi Terhadap Perubahan Ph, KTK, C-organik dan P Tersedia Pada Tanah Sawah Inceptisol. Jurnal Agroland 23 (2) hal 101-109.

Syahputra, M.A dan Wardati, 2015.

Pemberian pupuk majemuk dan Cu untuk pertumbuhan kelapa sawit belum menghasilkan (Elaeis guineensis Jacq) di lahan Gambut.

Fakultas pertanian Riau vol 2 no. 1.

Widowati. 2010. Laporan Disertasi Doktor :Produksi dan Aplikasi Biochar /Arang dalam Mempengaruhi Tanah dan Tanaman. Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Ilmu Hayati (Life Science) Vol. 22 (9) : 58-6.

Referensi

Dokumen terkait

Pada semua variabel yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan MOL rebung bambu 50 ml dapat memberikan pertumbuhan yang terbaik terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun,

Perlakuan kombinasi sludge dosis 125 g/tanaman dan urine sapi 5 %/tanaman sejalan dengan pertambahan tinggi bibit, jumlah pelepah daun, lilit bonggol, dan rasio tajuk akar

Hasil Fahmi (2013) menyatakan bahwa pemberian Trichokompos dengan dosis 20 g/polibag merupakan dosis terbaik untuk pertumbuhan bibit pada bibit kelapa sawit pada

Status hara pada media tanam yang sedang untuk N dan sangat tinggi untuk P menyebabkan pemupukan N dan P tidak berpengaruh terhadap peubah diameter batang tanaman yang diamati.. Hal

Perlakuan penambahan sabut kelapa menghasilkan tinggi tanaman (cm) terbesar pada S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa), jumlah daun (helai) dan diameter batang (mm) pada S1 (Top soil

terendah dari semua perlakuan adalah kombinasi pemberian tanpa limbah cair biogas dan tanpa NPK yaitu 1,08 cm.Hal ini dapat disebabkan adanya kontribusi hara

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun dilakukan setiap bulan; pengamatan jumlah klorofil dilakukan pada bulan ke 4 sampai bulan ke- 6;

Pemberian ekstraks daun Mucuna bracteata pada dosis 175 ml/tanaman memberikan pertumbuhan terbaik pada diameter batang, hal ini diduga pemberian daun Muccuna bracteata sebagai pupuk