• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE IN IMPROVING STUDENTS’ SELF CONFIDENCE

Oleh:

Wa Ode Jumriah Universitas Halu Oleo

Email: waodejumriahbk013@gmail.com Kata Kunci:

Bimbingan Kelompok, Kepercayaan Diri

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa di SMK Negeri 4 Kendari. Metode penelitian adalah menggunakan jenis pra eksperimen dengan desain one group pre-test and post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X di SMK Negeri 4 Kendari, sedangkan sampel penelitian sebanyak 12 orang yang dipilih dari 92 siswa kelas X dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket kepercayaan diri. Data dianalisis menggunakan statistik non parametrik dengan uji Wilcoxon match pair test. Hasil Analisis data menggunakan statistik non-parametrik dengan uji Wilcoxon match pair test.

Hasil penelitian dengan α = 5% menunjukkan bahwa nilai Asym. Sig. (2 tailed) adalah 0,002 (0,002 < 0,05) sehingga, dapat dinyatakan terjadi peningkatan secara signifikan pada skor kepercayaan diri siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Sehingga disimpulkan bahwa Ha

diterima yaitu bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa di SMK Negeri 4 Kendari.

Keywords:

Guidance Group, Self Confidence

ABSTRACT

The aims of this research is to know whether group guidance using will be effective in improving students' self-confidence in SMK Negeri 4 Kendari.

The type of research is pre-experiment with one group pre-test and post-test design. The population in this research was the entire class X in SMK Negeri 1 Kendari, while about sample of research are 12 chosen by 92 total of sudents at class X taken by purposive sampling technique. Data were collected using a self-confidence scale. Data analysis used non-parametric statistic with Wilcoxon match pair test. The result data analysis of this research with α = 5% shows that: 1) In group A the value of Asym. Sig. (2 tailed) is 0.002 (0.002 < 0.05) so, it can be stated that there was a significant increase in students' confidence score after being given treatment by group guidance. So in conclusion that Ha is accepted namely that group guidance was effective in improved students’ self confidence in SMK Negeri 4 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Percaya diri merupakan sikap positif yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan suatu hal tanpa beban perasaan yang mengganggu. Sikap positif yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Tujuan pendidikan dapat tercapai apabila siswa menjalani kegiatan belajar mengajar dengan baik dan benar. Hal ini dapat terjadi apabila siswa mampu meyakini dan memahami bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Siswa yang memiliki rasa percaya diri akan mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan.

Kepercayaan diri merupakan kunci motivasi diri. Individu tidak dapat menjalani hidup dengan baik tanpa kepercayaan diri. Setiap individu akan membutuhkan kepercayaan diri setiap harinya dalam berbagai hal, termasuk siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan pengambilan keputusan dan melancarkan jalan untuk mendapatkan teman, membangun hubungan serta membantu individu mempertahankan kesuksesan.

Individu yang memunyai kepercayaan diri memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kualitas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki.

Individu yang memunyai kepercayaan diri bukanlah individu yang hanya merasa mampu tetapi sebetulnya tidak mampu melainkan adalah individu yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Individu yang percaya diri merasa yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Selain itu percaya diri mampu menjadi stimulus yang mendorong individu untuk mampu bertindak tanpa ragu.

Begitu besar fungsi dan peranan kepercayaan diri pada kehidupan individu. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa individu, pesimisme dan rasa rendah diri akan dengan mudah menguasai dirinya. Tanpa dibekali kepercayaan diri yang mantap sejak dini, maka individu akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah. Lina dan Klara (2010) mengemukakan bahwa percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Percaya diri hanya terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya emosional dan perasaan. Oleh karena itu, untuk membangun kepercayaan diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, imajinasi. Karena tanpa adanya rasa percaya diri, individu tidak akan sukses dalam berinteraksi dengan orang lain.

Rendahnya rasa percaya diri pada siswa SMA adalah masalah yang sering diabaikan oleh para guru, tetapi jika keadaan tersebut terus diabaikan, hal ini akan dapat berdampak negatif bagi siswa yaitu hasil belajar yang kurang optimal. Menurut Lina dan Klara (2010) percaya diri adalah orang yang percaya bahwa dirinya memiliki keunikan dan talenta sebagai mana yang dianugerahkan dengan kemampuan untuk dapat bersaing. Menurut pendapat Hakim (Ardiyanti, 2012), percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri menilai bahwa dirinya kurang memiliki kemampuan. Penilaian negatif mengenai kemampuannya tersebut dapat menghambat usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan individu tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang dimiliki.

Padahal mungkin sebenarnya kemampuan tersebut dimilikinya. Tidak semua individu memiliki rasa percaya diri yang cukup. Perasaan minder, malu, sungkan menjadi kendala bagi siswa dalam menjalani proses belajarnya di sekolah maupun di lingkungannya. Individu yang selalu beranggapan bahwa dirinya tidak memunyai kemampuan, merasa dirinya tidak berharga, merupakan gambaran dari orang yang memunyai masalah kepercayaan diri. Hal ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau menyimpang.

Namun, di lembaga pendidikan masih banyak dijumpai peserta didik yang mengalami permasalahan dengan perkembangan kepribadiannya seperti bermasalah dengan kepercayaan dirinya. Maksudnya ketika belajar siswa mudah menyerah dan mengeluh, siswa terkadang takut

(3)

bermain dengan teman sebayanya, tidak berani berkomunikasi dengan orang lain, dan siswa terkadang tidak berani melakukan dan bertindak sendiri untuk memenuhi keinginan maupun kebutuhannya.

Siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri akan dapat menghambat perkembangan prestasi intelektual, keterampilan, kemandirian siswa, kecakapan dalam segala hal dan juga keberanian dalam mengaktualisasikan segenap kemampuan yang dimilikinya.

Berdasarkan data pra penelitian yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa siswa kelas X SMK Negeri 4 Kendari terdiri atas tiga kelas yaitu kelas X-A berjumlah 30 siswa dan X-B berjumlah 32 siswa serta X-C berjumlah 31 diperoleh data bahwa berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru BK pada tanggal 19 Januari tepatnya di SMK Negeri 4 Kendari bahwa terdapat beberapa siswa yang menunjukkan masalah tentang kepercayaan diri yang rendah. Hal ini ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Siswa mengalami kesulitan mengemukakan pendapat di depan kelas; 2) Ragu-ragu jika bertanya kepada guru; 3) mengalami kesulitan berbicara dalam melakukan presentasi di depan kelas; 4) Merasa malu dan takut jika ingin menjawab pertanyaan guru;

5) merasa minder bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Masalah kurang percaya diri merupakan masalah yang masih serius di SMK Negeri 4 Kendari.

Apabila masalah ini tidak mendapatkan perhatian secara khusus dan mendapatkan penanganan segera dari guru, terutama guru bimbingan dan konseling maka akan menghambat perkembangan siswa dan dikhawatirkan akan mengganggu siswa dalam meraih prestasi yang optimal. Untuk mengatasi masalah ini perlu diupayakan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kepercayaan diri siswa. Melihat keadaan tersebut, sebagai guru pembimbing dan pentingnya kepercayaan diri siswa harus memerlukan suatu upaya khusus agar kita dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan kepercayaan diri siswa yang rendah tersebut yaitu dengan melakukan pemberian layanan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok atau group guidance merupakan salah satu konsep layanan bimbingan dan konseling. Gibson & Mitchell (Folastri & Rangka, 2016) menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling kelompok mengacu pada aktivitas-aktivitas kelompok yang berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman melalui aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi. Melalui layanan bimbingan kelompok siswa dapat terdorong untuk dapat mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan yang dapat memiliki keterikatan secara penuh terhadap sekolah. Selain itu, dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok siswa dimungkinkan untuk dapat menguasai informasi dan materi tertentu yang berkaitan dengan pengembangan diri serta pembahasan mengenai masalah atau topik-topik umum secara khusus dan mendalam. Berdasarkan pemaparan dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa di SMK Negeri 4 Kendari.

Kepercayaan diri

Lauster (Rosyda, 2013) mendefinisikan kepercayaan diri (self confidence) diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup, toleran, dan bertanggung jawab. Lauster (Rosyda, 2013) menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik.

Menurut Hakim (Ardiyanti, 2012) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang mampu untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut di mana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Widjaja (2016: 51) menyatakan bahwa kepercayaan diri dapat diartikan suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan harapan atau keinginan. Apabila seseorang tidak memiliki rasa percaya diri, maka banyak masalah akan timbul, karena kepercayaan diri merupakan

(4)

aspek kepribadian dari seorang yang berfungsi untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Rasa percaya diri dapat digambarkan sebagai suatu keberanian menghadapi tantangan, dan belajar dari pengalaman memperoleh keberhasilan dan kegagalan. Rasa percaya diri merupakan suatu keberanian menghadapi tantangan, dan belajar dari pengalaman memperoleh keberhasilan dan kegagalan. Rasa percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri. Sehingga individu tidak mengalami kecemasan dalam setiap Tindakan dan pengambilan keputusan.

Aspek-aspek kepercayaan diri

Lauster (Febrihariyanti & Suherman, 2013) menyatakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya

2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan fisik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.

3. Objektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri; dan 4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah

menjadi konsekuensinya serta rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok atau group guidance merupakan salah satu konsep layanan bimbingan dan konseling. Gibson & Mitchell (Folastri & Rangka, 2016) menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling kelompok mengacu pada aktivitas-aktivitas kelompok yang berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman melalui aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi. Melalui layanan bimbingan kelompok, siswa dapat terdorong untuk dapat mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan yang dapat memiliki keterikatan secara penuh terhadap sekolah. Selain itu, dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok siswa dimungkinkan untuk dapat menguasai informasi dan materi tertentu yang berkaitan dengan pengembangan diri serta pembahasan mengenai masalah atau topik-topik umum secara khusus dan mendalam.

Manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok

Elida (Folastri dan Rangka, 2016) menjelaskan beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat dicapai anggota kelompok dalam melaksanakan bimbingan dan konseling kelompok sebagai berikut:

1. Sebagai wahana untuk menolong orang merubah sikap, keyakinan, perasaan anggota kelompok tentang diri mereka sendiri dan orang lain, serta tingkah laku secara keseluruhan;

2. Anggota kelompok dapat belajar gaya mereka dalam berhubungan dengan orang lain dan belajar keterampilan dalam membina keakraban yang efektif dengan orang lain;

3. Anggota kelompok dapat mendiskusikan persepsi atau pendapat mereka satu sama lain dan mau menerima masukan-masukan yang berharga tentang bagaimana mereka seharusnya diterima oleh kelompok;

4. Anggota kelompok dimungkinkan bertualang ke dalam dunia keseharian para anggota kelompok dengan berbagai cara khususnya jika mereka berbeda minat, umur, perhatian, dan latar belakang, status sosial ekonomi, dan tipe masalah.

5. Anggota kelompok memperoleh masukan tentang dirinya sendiri sehingga memahami diri sendiri dengan pandangan orang lain. Hal ini disebabkan konseling kelompok memiliki kelebihan yang hebat yaitu memberikan masukan yang kaya untuk anggota kelompok, sehingga individu dapat melihat diri mereka sendiri melalui pandangan orang banyak;

6. Anggota kelompok memperoleh pamahaman dan sokongan dari anggota kelompok untuk menjelajahi permasalahan yang dimunculkannya dalam kelompok

(5)

7. Anggota kelompok memperoleh perasaan memiliki (sense of belonging) kelompok dan dengan interaksi yang akrab yang makin berkembang dalam situasi kelompok maka mereka belajar cara berinteraksi yang penuh keakraban, memelihara hubungan positif dan cara memberikan sokongan.

Tahap-tahap bimbingan kelompok

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, Abidin dan Budiyono (2010: 64-66) menjelaskan ada 4 tahap yang akan ditempuh di antaranya yaitu:

1. Tahap pembentukan, antara lain; a) mengungkapkan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan kelompok; b) menjelaskan cara-cara, asas-asas kegiatan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, dan permainan pengakraban.

2. Tahap peralihan, antara lain; a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya;

b) menawarkan dan mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan tahap berikutnya; c) membahas suasana yang sedang terjadi; d) meningkatkan kemauan berpartisipasi anggota untuk masuk ke kegiatan selanjutnya

3. Tahap kegiatan inti kelompok, antara lain; a) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik; b) tanya jawab antar anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang telah dikemukakan oleh pemimpin kelompok; c) anggota membahas masalah atau topik secara mendalam/tuntas; d) mengadakan kegiatan selingan agar tidak terlalu tegang.

4. Tahap pengakhiran (penilaian dan tindak lanjut), antara lain; a) mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri; b) pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan; c) pembahas kegiatan lanjutan; d) mengemukakan pesan dan harapan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kendari selama 2 bulan (dua bulan) yaitu dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2017. Dalam penelitian ini, bentuk desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design yang dengan one group pre- test and post-test design. One group pre-test and post-test design merupakan desain eksperimen yang hanya menggunakan satu kelompok subjek (kasus tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum dan setelah pemberian perlakuan pada subjek. Setyosari (2013: 182) menjelaskan bahwa dampak dari perlakuan tersebut ditentukan dengan cara membandingkan skor hasil pra tes dan pasca tes.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 4 Kendari yang diambil dengan teknik purposive sampling yaitu dengan mengambil subjek penelitian yang memenuhi kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel yang memiliki ciri-ciri atau terindikasi memiliki tingkat kepercayaan diri rendah. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan data hasil screening pada populasi kelas X di SMK Negeri 4 Kendari yang berjumlah 93 orang. Dengan makna lain data dikumpulkan dengan menggunakan angket kepercayaan diri yang sebelumnya telah diuji coba untuk mengetahui kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ilmiah yaitu validitas dan reliabilitas.

Selanjutnya data pre-test dan post-test yang diperoleh dengan menggunakan skala kepercayaan diri dianalisis dengan teknik kuantitatif untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa, yang telah diberikan pada satu kelompok penelitian.

Adapun analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu dengan wilcoxon signed ranks test dengan menggunakan SPSS 16.

(6)

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Deskripsi data pre-test

Berikut adalah tabel hasil pre-test kepercayaan diri terhadap subyek penelitian:

Tabel 1

Data Pre-test Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Klien Skor Pre-test Kategori

1 106 Rendah

2 108 Rendah

3 104 Rendah

4 110 Rendah

5 99 Rendah

6 108 Rendah

7 109 Rendah

8 111 Rendah

9 103 Rendah

10 109 Rendah

11 105 Rendah

12 110 Rendah

Jumlah 1282

Rata-rata 106,8 Rendah

Tabel tersebut menunjukkan bahwa skor terendah pada pre-test adalah 99, skor tertinggi 111 dan rata-rata perolehan skor adalah 106,8. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan siswa yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah siswa dengan tingkat kepercayaan diri rendah. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Variabel Kepercayaan Diri Siswa Kategori Skor Jumlah Siswa Persentase

Sangat tinggi 154-189 0 0%

Tinggi 118-153 0 0%

Rendah 82-117 12 100%

Sangat rendah 46-81 0 0%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel di atas hasil pre-test angket kepercayaan diri siswa pada subyek penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan siswa atau 100% subjek yang digunakan berada pada kelas interval antara 82-117 pada kategori rendah. Sedangkan pada kategori sangat tinggi, kategori tinggi dan kategori sangat rendah tidak ada siswa yang berada pada kategori tersebut.

(7)

Deskripsi data hasil post-test

Berikut adalah tabel hasil post-test kepercayaan diri terhadap subyek penelitian:

Tabel 3

Data Hasil Post-test Kepercayaan Diri Terhadap Keseluruhan Siswa Klien Skor Post-test Kategori

1 137 Tinggi

2 136 Tinggi

3 145 Tinggi

4 147 Tinggi

5 130 Tinggi

6 145 Tinggi

7 147 Tinggi

8 147 Tinggi

9 138 Tinggi

10 145 Tinggi

11 146 Tinggi

12 150 Tinggi

Jumlah 1713

Rata-rata 142,7 Tinggi

Berdasarkan tabel tersebut di atas diperoleh data bahwa skor terendah adalah 130, skor tertinggi 150 dan rata-rata perolehan skor adalah 142,7 pada dan berada kategori tinggi. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Variabel Kepercayaan Diri Pada Post-test Kategori Skor Jumlah Siswa Persentase

Sangat tinggi 154-189 0 0%

Tinggi 118-153 12 100%

Rendah 82-117 0 0%

Sangat rendah 46-81 0 0%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel hasil post-test di atas tingkat kepercayaan diri siswa dalam kelompok penelitian menunjukkan bahwa 100% atau keseluruhan siswa berada pada kelas interval 118-153 yaitu pada kategori tinggi, sehingga tidak ada siswa yang tergolong dalam kategori kepercayaan diri sangat tinggi, rendah dan sangat rendah.

Perbandingan data pada pre-test dan post-test

Berikut adalah tabel perbandingan skor hasil analisis data pada pre-test dan post-test.

Tabel 5

Tabulasi Data Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Klien Skor

Pre-test

Skor Post-test

Selisih Pre-test dan Post-test

Persentase Peningkatan Kepercayaan Diri

1 106 137 31 13,4%

2 108 136 28 12,1%

3 104 145 41 17,8%

4 110 147 37 16,0%

(8)

Klien Skor Pre-test

Skor Post-test

Selisih Pre-test dan Post-test

Persentase Peningkatan Kepercayaan Diri

5 99 130 31 13,4%

6 108 145 37 16,0%

7 109 147 38 16,5%

8 111 147 36 15,6%

9 103 138 35 15,2%

10 109 145 36 15,6%

11 105 146 41 17,8%

12 110 150 40 17,3%

Jumlah 1282 1713 431 186,7%

Rata-rata 106,8 142,7 35,9 15,5%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada dari hasil skor rata-rata perolehan skor kepercayaan diri seluruh siswa sebesar 106,8. Sedangkan pada post-test skor rata-rata perolehan skor kepercayaan diri seluruh siswa sebesar 142,7. Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan berupa bimbingan kelompok. Adapun peningkatan rata-rata skor kepercayaan diri seluruh siswa dalam kelompok eksperimen adalah sebesar 15,5.

Analisis statistik inferensial

Analisis data pre-test dan post-test dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa di SMK Negeri 4 Kendari.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan analisis non-parametrik yakni uji wilcoxon menggunakan SPSS 16 untuk mengetahui efektivitas dari treatment yang diberikan pada subjek penelitian. Berdasarkan hasil wilcoxon signed ranks test pada taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai Asymp. Sig (2 tailed) 0,002 (0,002 < 0,05), maka Ha diterima bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa di SMK Negeri 4 Kendari.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas terbukti bahwa penerapan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepercayaan signed ranks test menunjukkan nilai Z = -3.062a dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,002 (p < 0,05). Artinya dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Telah diketahui bahwa subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 4 Kendari yang memiliki kepercayaan diri rendah. Kepercayaan diri rendah adalah suatu kualitas kepribadian yang buruk.

Kurangnya rasa percaya diri ini dapat menyebabkan berbagai masalah dan hambatan dalam kehidupan seseorang baik itu dalam pergaulan, dalam bidang akademik, dan bahkan dapat menyebabkan seseorang menjadi gampang stres dan depresi ketika menghadapi masalah yang cukup berat.

Subyek penelitian ini merupakan siswa-siswa dengan kepercayaan diri rendah. Selama proses penelitian, peneliti telah mengamati bahwa siswa-siswa tersebut menunjukkan perilaku yang menandakan bahwa siswa-siswa tersebut kurang percaya diri. Perilaku tersebut ditandai dengan karakteristik seperti, tidak berani mengemukakan argumen atau pendapat di depan kelas, ragu untuk bertanya kepada pembimbing selama proses bimbingan kelompok, ragu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing, dan bahkan siswa yang minder untuk bergaul dengan temannya.

Kepercayaan diri adalah bukan sesuatu yang diperoleh sejak lahir, melainkan adalah suatu sikap yang dipelajari dan diperoleh dari kebiasaan bersosialisasi dalam lingkungan di mana individu itu berada. Kepercayaan diri akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika individu berada di lingkungan yang mendukung perkembangan kepercayaan diri baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Maka dari itu layanan bimbingan kelompok yang digunakan dalam penelitian ini merupakan salah satu cara mengembangkan kepercayaan diri siswa,

(9)

yaitu dengan sengaja membentuk suatu lingkungan yang akan mendukung perkembangan rasa percaya diri siswa. lingkungan bimbingan kelompok adalah suatu lingkungan yang digunakan sebagai wadah interaksi dari sejumlah individu yang terdiri dari pembimbing dan peserta bimbingan yang sengaja dibangun untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara bersama-sama.

Sebagaimana diungkapkan oleh Prayitno (Folastri & Rangka, 2016) bahwa bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan- tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Artinya, semua peserta dalam kegiatan bimbingan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya, apa yang dibicarakan dalam kegiatan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk diri peserta bimbingan.

Dengan adanya interaksi dalam proses bimbingan kelompok, maka akan terbentuk pula komunikasi dalam kelompok., baik itu sesama anggota bimbingan maupun komunikasi dengan pembimbing. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok inilah kemudian pembimbing menyampaikan materi dan memberikan pemahaman mengenai materi bimbingan kelompok. Adapun materi dalam bimbingan kelompok penelitian ini adalah mengenai kepercayaan diri serta bagaimana membuat siswa mampu meningkatkan kepercayaan diri melalui proses bimbingan kelompok yang dilakukan. Selama proses bimbingan kelompok, siswa-siswa atau anggota bimbingan mampu mengikuti setiap proses dan tahapan-tahapan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap pembentukan kelompok dan pembukaan proses bimbingan kelompok seluruh siswa atau anggota bimbingan kelompok mampu memahami mengenai proses dan tahapan bimbingan kelompok yang akan dilakukan, seluruh siswa atau anggota bimbingan kelompok mampu memahami dan mengerti dengan baik.

Ketika memasuki tahapan inti, kegiatan bimbingan kelompok, keseluruhan siswa dalam bimbingan kelompok mampu mengikuti setiap tahapan dalam kegiatan bimbingan kelompok dengan baik. Hal ini dikarenakan melalui dinamika yang terbangun dalam kelompok, suasana menjadi santai dan menyenangkan. Sehingga dalam suasana seperti ini individu akan mampu belajar dengan baik melalui pengalaman secara langsung khususnya ketika proses interaksi dengan sesama anggota bimbingan maupun interaksi dengan pembimbing. Dengan demikian, dalam suasana santai seperti ini akan terbangun dinamika kelompok yang lebih efektif untuk proses pembelajaran siswa melatih beberapa keterampilan yang mendukung perkembangan kepercayaan diri siswa.

Selain itu, perilaku anggota kelompok yang muncul dalam proses bimbingan kelompok mengalami perubahan yang positif, seperti cara mereka mengungkapkan pendapat, berkomunikasi, dan menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh pembimbing dalam kegiatan bimbingan kelompok.

Hal ini senada dengan pendapat Romlah (2001: 13) bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Layanan bimbingan kelompok yang telah diberikan kepada siswa berhasil menjadi lingkungan positif yang sengaja dibangun untuk mengembangkan kepercayaan diri siswa. Siswa yang menjadi anggota bimbingan ini telah belajar dan memahami arti pentingnya memilki rasa percaya diri yang baik. Siswa yang menjadi anggota bimbingan telah mampu mengembangkan kepercayaan diri dengan baik. Hal ini terjadi karena selama proses bimbingan berlangsung siswa merasa bahwa mereka telah diterima dengan baik untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Selain itu, siswa merasa bahwa tidak adanya perbedaan yang berarti antara sesama anggota bimbingan kelompok karena mereka merasa memiliki masalah dan tujuan yang sama dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, sehingga perasaan minder dan rendah diri mampu diatasi dengan baik. Sehingga dalam kegiatan bimbingan kelompok siswa mampu untuk belajar dengan perasaan yang menyenangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk mengembangkan kepercayaan diri mereka dan mengatasi segala hambatan yang mereka hadapi yang timbul karena kurangnya rasa percaya diri.

Pada intinya, melalui bimbingan kelompok siswa mampu memperoleh pemahaman dan pelajaran mengenai materi bimbingan dengan mengikuti setiap proses dan tahapan bimbingan

(10)

kelompok. Selain itu, dengan mengikuti bimbingan kelompok siswa telah belajar dan melatih keterampilan dan pengetahuannya melalui dinamika dalam kelompok untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas X SMK Negeri 4 Kendari.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa yang menjadi subyek penelitian agar memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan bimbingan kelompok sehingga dapat menjadi pribadi yang selalu percaya diri dalam mengikuti setiap kegiatan di sekolah maupun di masyarakat.

2. Kepada guru BK di SMK Negeri 4 Kendari hendaknya dapat terus melaksanakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan bimbingan kelompok agar membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi siswa di sekolah dan dapat mengembangkan potensi diri siswa di dalam dinamika kelompok.

3. Bagi para pembaca atau mahasiswa bimbingan dan konseling agar dapat mengaji aspek lain dalam bimbingan dan konseling untuk dijadikan sebagai metode dalam melakukan penelitian.

Daftar Pustaka

Abidin, Zaenal dan Budiyono Alief. (2010). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:

Grafindo Litera Media.

Ardiyanti, Hakim. (2016). Meningkatkan Percaya Diri Siswa dalam Belajar Melalui Layanan Konseling Kelompok di Madrasah Aliyah Negeri 2 Metro. Jurnal Konseling Gusjigang. 1, Hal.

42-70.

Febrihariyanti, Dwi Nowo & Suharnan. (2013). Pengaruh Pelatihan Dasar Kepemimpinan Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan Problem Solving Anggota Pramuka. Jurnal psikologi Indonesia, 2, Hal. 139-152.

Gibson, Robert L., & Mitchell, Marianne H. (2011). Bimbingan dan Konseling Edisi Ketujuh.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hurlock, Elizabeth B. (2012). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Lina & Klara. (2010). Panduan Menjadi Remaja Percaya Diri. Jakarta: Nobel Edumedia.

Romlah, Tatiek. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Santrock, W John. (2007). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Setyosari, Punaji. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenamedia Group.

(11)

Folastri, Sisca & Itsar Bolo Rangka. (2016). Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.

Bandung: Muhajid Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabet.

Sugiyono. (2015). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

Sukardi, Dewa Ketut & Kusnawati, Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Widjaja, Hendra. (2016). Berani Tampil Beda dan Percaya Diri. Yogyakarta: Araska.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah anggota kelompok berpendapat dengan pendapatnya masing-masing kemudian pemimpin kelompok memberi gambaran tentang bagaimana cara menumbuhkan motivasi yang kuat pada

sebelumnya anggota kelompok belum mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Pada pertemuan ini, proses kegiatan awalnya sangat kaku, anggota kelompok

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP Negeri Kota Pontianak?, (2)

penguatan positif, dan meyakinkan bahwa pikiran- pikiran negatif yang diyakini oleh anggota kelompok adalah tidak benar. Selanjutnya pemimpin kelompok meminta anggota

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan pelaksanaan penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan kontrol diri dalam

setiap individu untuk belajar perilaku baru berupa peniruan, ingatan, pemahaman yang didapat oleh anggota kelompok sehingga kegiatan bimbingan kelompok menunjang

Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang mengandung unsur psikopedagogis yang memanfaatkan dinamika kelompok, dengan jumlah anggota kelompok yang dibatasi 10

Perbedaan Bimbingan Kelompok, Bimbingan Klasikal dan Konseling Kelompok Aspek Bimbingan Klasikal Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok Jumlah anggota Bisa dalam kelompok sedang kelas