• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENGEMBANGKAN PERENCANAAN KARIR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENGEMBANGKAN PERENCANAAN KARIR SISWA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENGEMBANGKAN PERENCANAAN KARIR SISWA

THE EFFECTIVENESS OF INFORMATION SERVICES ON DEVELOPING CAREER PLANNING OF THE STUDENTS

Oleh:

Shafril Harun Universitas Halu Oleo Email:[email protected] Kata Kunci:

Layanan Informasi Karir, Perencanaan Karir

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas layananin formasi dalam mengembangkan perencanaan karir siswa SMA Negeri 6 Kendari.

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan pre- eksperiment dan menggunakan one group pretest and posttest design. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic deskriptif dan analisis statistic inferensial. Hasil penelitian diperoleh skor rata-rata perencanaan karir siswa sebesar 56,98% atau kategori rendah, kemudian setelah diberikan layanan informasi karir mengalami peningkatan sebesar 10,95% menjadi 67,93%. Hasil analisis statistic inferensial diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,000, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 0,05. Karena nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa layanan informasi efektif dalam mengembangkan perencanaan karir siswa siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari.

Keywords:

Career Information Service, Career Planning

ABSTRACT

The purpose of the study was to find out the effectiveness of information service on developing the students’ career planning. This was Pre- Experimental research using One Group Pre-Test and Post-test designs. The research used two methods to analyze the data, they were descriptive statistic analyses and inferential statistic analyses. Based on descriptive analyses, it was found that the average score of the students career planning was 56.98%.

The average score indicated that their careers planning were in low category.

However, after the students have been treated with career information service, their career planning increased to 10.95%. Before the treatment, the students’ career planning average score was 56.98%,. However, after they had career planning, their scores increased to 67.93%. The results of inferential statistic analyses indicated that its significant was sig. (2-tailed) = 0.000. The score is lower than a = 0.05 (Asymp .Sig. (2-Tailed) 0.000 ˂ 0.05). The results can therefore be concluded that treating the students with career planning is effective in developing the career planning to the students who have been studying at the grade seventh of Senior High School 6 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Siswa yang duduk di bangku SMA berada dalam rentang usia siswa 15-18 tahun, dalam masa ini tergolong siswa dalam rentang usia masa remaja. Remaja sebagai individu yang sedang mengalami proses peralihan baik itu menyangkut pertumbuhan maupun psikologis yang berkembang dengan cepat, memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada kesiapannya memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Salah satu tujuan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) yaitu memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, terutama di universitas dan institut serta memberi bekal bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja menyelesaikan pendidikannya, Walgito (2004: 199). Orientasi masa depan atau karir merupakan salah satu fenomena perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja. Di sinilah siswa mulai untuk memikirkan secara sungguh-sungguh tentang rencana karir yang akan dipilih setelah tamat dari jenjang SMA.

Mendatu (Khoiriyah, 2013) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan utama siswa adalah memilih suatu pilihan karir itu menjadi sangat krusial pada saat masa SMA karena akan memutuskan jurusan studi apa yang harus diambil jika ingin kuliah di Perguruan Tinggi, dan akan terus krusial di Perguruan Tinggi karena sebagai pesiapan masuk ke dunia karir sebenarnya. Farlex (Hartono, 2016: 139) mendefinisikan karir sebagai the general progression of your working or professional life, karir adalah suatu kemajuan umum tentang pekerjaan anda atau kehidupan professional. Karir seringkali diartikan dengan pekerjaan, perencanaan karir diartikan dengan pemilihan pekerjaan. Sebenarnya karir memiliki arti yang lebih luas dari sekedar memilih pekerjaan, karir berkaitan dengan perkembangan seseorang dan menjadi bagian penting dalam kesuksesan hidup seseorang untuk itu karir perlu direncanakan dengan baik dan optimal dalam mengenal minat dan bakat diri penentuan cita-cita tersebut.

Perencanaan karir bukanlah semata-mata merupakan aktivitas jangka pendek yang dilakukan seseorang apabila menyelesaikan pendidikan, namun merupakan proses sepanjang hidup. Suksesnya pencapaian karir sesorang di pengaruhi oleh adanya perencanaan karir dan pengambilan keputusan yang matang. Seseorang yang memiliki kemampuan perencanaan karir yang matang, tentunya mampu memahami dirinya, dengan demikian individu tersebut dapat memutuskan pilihan yang tepat sesuai dengan keadaan dirinya. Perencanaan karir merupakan proses berkelanjutan di mana individu melakukan penilaian diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pencapaian pilihan karir tersebut dan membuat penalaran yang rasional sebelum mengambil keputusan mengenai karir yang diinginkan.

Kenyataan yang ada saat ini, masih ada siswa yang belum merencanakan karir dengan baik sesuai dengan keadaan dirinya agar siap terjun ke dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Beberapa siswa merencanakan karirnya tidak realistis, siswa membuat rencana karir hanya didasarkan atas kemauan dan keinginannya tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki. Bahkan ada di antara siswa yang menyerahkan pilihan karirnya pada teman sebayanya atau orang lain. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang memilih jurusan di Perguruan Tinggi bukan atas keinginan diri sendiri atau ikut-ikutan teman, sehingga dalam menjalani perkuliahan siswa tidak berusaha secara maksimal untuk menjalani perkuliahannya.

Keadaan tersebut juga terjadi di SMA Negeri 6 Kendari. Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling (BK) diperoleh informasi bahwa sering ada siswa yang suka datang ke ruangan BK, pada saat jam kosong atau saat keluar main untuk kosultasi mengenai perencanaan karirnya, di mana siswa masih belum mengetahui akan melanjutkan pendidikan ke mana setelah lulus SMA, bingung memilih jurusan apa yang akan diambil untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, maupun bingung mau bekerja di mana setelah lulus SMA yang sesuai dengan keadaan dirinya. Untuk lebih mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang perencanaan karir, maka peneliti memberikan angket skrining perencanaan karir siswa kepada 77 siswa kelas XII MIA IV, kelas XII IIS IV dan kelas XII IBB I. Berdasarkan angket skrining tersebut ditemukan sebanyak 20 siswa memiliki perencanaan karir rendah dan 9 siswa memiliki perencanaan karir sangat rendah.

Fenomena ini merupakan indikasi dari kurangnya kemampuan perencanaan karir siswa yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti minimnya informasi yang didapatkan tentang kondisi dan

(3)

keadaan dirinya baik itu bakat, minat, cita-cita, dan berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya, sehingga menyebabkan siswa sulit merencanakan karirnya dengan baik dan tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat, Supriatna (Juwitaningrum, 2013) mengemukakan masalah karir yang dirasakan oleh siswa, antara lain sebagai berikut: (a) siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat; (b) siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup; (c) siswa masih bingung untuk memilih pekerjaan; (d) siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat; (e) siswa merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah; (f) siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu; (g) siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.

Kesuksesan karir di masa depan akan dapat dicapai oleh siswa yang mampu memiliki perencanaan karir yang baik, sehingga siswa harus bisa merencanakan karir dengan baik yang sesuai dengan bakat dan minatnya secara tepat dan optimal, agar ketika lulus dari bangku pendidikan akan lebih mudah dalam menentukan pemilihan karir ke Perguruan Tinggi dan pekerjaan sesuai keadaan dirinya, seperti dalam menentukan cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan dan pendidikan, dorongan untuk maju dalam pendidikan dan pekerjaan yang diinginkan, kemandirian dalam proses pengambilan keputusan pekerjaan dan pendidikan, kematangan dalam hal mengambilan keputusan, persepsi yang realistis terhadap diri dan lingkungan, kemampuan mengelompokkan pekerjaan dan pendidikan yang diminati dan menunjukkan cara-cara realisitis dalam mencapai pendidikan dan pekerjaan.

Siswa yang tidak dapat merencanakan karir dengan baik akan kesulitan menentukan pilihan karir seperti siswa tidak bisa melihat bakat dan minat yang ada di dirinya dalam pengambilan keputusan dengan disertai kebimbangan dan ketidakpastian. Terkadang siswa membuat rencana atas kemauan dan keinginan tidak disertai dengan bakat dan kemampuan yang ada dalam dirinya, sehingga siswa salah dalam memilih karir bahkan ada siswa yang tidak membuat rencana sama sekali. Akibat dari kurangnya pemahaman karir akan berpengaruh terhadap perencanaan karir dan pemilihan karir yang tidak tepat. Paling awal yang dirasakan siswa adalah siswa akan kebingungan dalam menentukan pilihan studi lanjut ke Perguruan Tinggi, begitupun dengan memutuskan untuk bekerja setelah lulus SMA, ia akan kebingungan memilih pekerjaan yang sesuai keadaan dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa rendahnya perencanaan karir siswa menjadi salah satu masalah yang terjadi di SMA Negeri 6 Kendari. Untuk menyikapi masalah ini harus dilakukan tindakan guna meningkatkan perencanaan karir siswa. Maka peneliti akan memberikan salah satu layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan informasi. Menurut Hallen (Abidin dan Budiyono, 2010: 40) Layanan informasi ialah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi (informasi pendidikan, jabatan, karir) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan demi kepentingan individu klien.

Penyajian informasi dalam rangka program bimbingan di mana kegiatan membantu siswa dalam mengenali lingkungannya, terutama tentang kesempatan-kesempatan yang ada di dalamnya, yang dapat dimanfaatkan siswa baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Penyajian informasi untuk memberikan wawasan kepada para siswa sehingga dapat menggunakan informasi itu baik untuk mencegah atau mengatasi kesulitan yang dihadapinya, serta untuk merencanakan masa depan.

Siswa dalam melakukan perencanaan karir akan mencakup kehidupan dalam studinya dan dalam pekerjaannya. Dengan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya, siswa diharapkan dapat membuat perencanaan dalam karirnya yang sesuai dengan keadaan dirinya seperti bakat, minat dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membantu mengembangkan perencanaan karir siswa di SMA Negeri 6 Kendari dengan menggunakan layanan informasi.

(4)

Perencanaan karir

Parsons (Winkel dan Hastuti 2004: 408) menjelaskan bahwa proses perencanaan karir mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja, sehingga perencanaan karir merupakan suatu cara untuk membantu siswa dalam memilih suatu bidang karir yang sesuai dengan potensi mereka agar tidak ada pertentangan antara karir yang dipilih dengan potensi yang ada pada diri siswa, sehingga dapat berhasil di bidang pekerjaan. Sedangkan Hartono (2016: 128) menjelaskan perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses untuk menyusun dan melaksanakannya dalam upaya meraih suatu karir yang diinginkan. Kegiatan tersebut pada umumnya berisi berbagai aktivitas akademik yang sesuai dengan suatu karir. Untuk dapat membuat perencanaan karir diperlukan berbagai informasi karir yang sahih, andal (dapat dipercaya), baru, rinci, dan cermat.

Selanjutnya, Gibson dan Mitchell (2011: 480) menyatakan bahwa perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkaan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan. Perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dunia kerja yang dapat dibutuhkan, menambah keterampilan dan lain sebagainya.

Tujuan perencanaan karir

Reinhart (Winkel dan Hastuti, 2004: 670) menyebutkan tujuan-tujuan perencanaan karir yaitu:

1. Mengenal berbagai jenis pilihan jabatan yang terbuka bagi diri siswa dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati semua nilai yang diamali oleh masyarakat yang beriorentasi karir.

2. Mampu untuk mengambil keputusan-keputusan rasional sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam kegiatan.

3. Melaksanakan kemampuan secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational values) serta semua sikap dituntut dalam bekerja (vocational attitude) dalam keseluruhan dalam hidupnya.

Lebih lanjut, Winkel dan Hastuti (2004: 682-683) menyatakan tujuan perencanaan karir yaitu:

1. Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka waktu panjang adalah tujuan dari perencanaan karir yang dicapai dalam kurun waktu yang akan datang dalam waktu yang lama, termaksud dalam jangka waktu yang panjang misalnya, gaya hidup (life style) yang ingin dicapai, dan nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin direalisasikan dalam hidup.

2. Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek adalah tujuan dari perencanaan karir yang ingin dicapai dalam waktu yang segera datang, yang termaksud jangka waktu pendek misalnya, pemilihan jurusan, diploma, atau sertifikat, yang ingin diperoleh dalam mempersiapkan diri dalam memegang jabatan tertentu di kemudian hari.

Teknik perencanaan karir

Saat melakukan konseling pada anak-anak muda bagi pengembangan karir dan penempatan kerja yang benar untuk mereka, konselor dapat menggunakan beragam teknik fasilitatif yang meningkatkan kesadaran diri, kesadaran pendidikan, kesadaran karir, eksplorasi karir, perencanaan serta pengambilan keputusan karirnya seperti yang dikemukakan Gibson dan Mitchell (2011: 487-489) sebagai berikut:

1. Kesadaran diri

Dari sejak usia dini, manusia harus menyadari dan menghargai keunikannya sebagai manusia.

Pembelajaran tentang bakat, minat, nilai, dan sifat.Kepribadian sangat penting bagi pengembangan konsep-konsep tentang diri dan penggunaan konsep-konsep tersebut di dalam eksplorasi karir.

Konselor dapat menggunakan teknik-teknik seperti latihan pengklasifikasian nilai, aktivitas

(5)

bimbingan kelompok, tugas-tugas penelitian (seperti autobiografi), bahan-bahan audiovisual dan tes-tes standar.

2. Kesadaran pendidikan

Kesadaran tentang keterkaitan erat diri, kesempatan pendidikan dan dunia kerja adalah aspek terpenting perencanaan karir. Konselor dapat menggunakan program terkomputerisasi, internet, bahan-bahan bimbingan kelompok (seperti hari-hari orientasi), presentasi oleh alumni sekolah dan penggunaan inventori kesadaran tentang pendidikan terbukti banyak membantu.

3. Kesadaran karir

Merupakan konselor dan program konseling di sekolah semestinya di semua jenjang pendidikan membantu siswa-siswa dalam ekspansi berkesinambungan dan kesadaran tentang dunia kerja.

4. Eksplorasi karir

Eksplorasi karir merupakan sebuah gerakan menuju sebuah analisis dan penelusuran terencana dan sistematis terhadap apa yang diminati dan apa yang sesuai dengan bakat.

5. Perencanaan dan pengambilan keputusan karir

Siswa pada hakikatnya perlu menyampaikan kemungkinan-kemungkinan karir dan kemudian mulai menguji dan mengetes pilihan-pilihan ini sekritis mungkin. Dititik ini, siswa menyadari pengaruh dari perencanaan karir saat ini dan pengambilan keputusan bagi hidup masa depan mereka.

Aspek perencanaan karir

Ada beberapa aspek yang memengaruhi seorang individu dalam membuat perencanaan karir menurut Parsons (Winkel & Hastuti, 2004: 408) antara lain:

1. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemahaman akan bakat minat, kepribadian potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki. Refleksi diri, terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pemahaman akan diri sendiri, yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk di dalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.

2. Percaya diri, yaitu individu mampu memahami kelemahan yang ada pada dirinya. Dengan adanya rasa percaya diri yang baik akan menciptakan suasana pergaulan yang baik dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari dapat membantu individu untuk memunyai pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan keluhan-keluhan dari teman sebayanya dalam meraih tujuan.

3. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syarat-syarat dan kondisi- kondisi untuk sukses dalam suatu pekerjaan, yang dibutuhkan kemampuan membuat suatu penalaran realistis merencanakan,mengambil keputusan dan memilih bidang kerja serta pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja.

4. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia.

5. Mampu mengambil keputusan, yaitu kemampuan membuat perencanaan karir seseorang sangat dipengaruhi oleh kepribadian, nilai-nilai dan minat, karena apa yang dilakukan seseorang lebih dari sekedar kemampuan dan bakatnya. Perencanaan yang dimaksud adalah melanjutkan keperguruan tinggi atau memutuskan kerja. Dalam pengambilan keputusan karir seseorang dapat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh. Informasi dibutuhkan dengan tujuan sebagai bahan penjajakan dalam mengambil keputusan.

Faktor yang memengaruhi perencanaan karir

Winkel dan Hastuti (2004: 647-655) menglasifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan karir individu menjadi dua kelompok, antara lain:

(6)

1. Faktor-faktor internal

Faktor-faktor internal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisah- pisahkan satu sama lain karena bersama-sama membentuk keunikan kepribadian seseorang.

Sebagaimana dikatakan di atas, dapat terjadi perubahan pada faktor-faktor internal itu, meskipun tidak dalam gradasi yang sama pada masing-masing faktor. Faktor terkait itu adalah sebagai berikut:

a. Nilai-nilai kehidupan (values), yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh individu di mana pun dan kapan pun juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan bagi gaya hidup individu (life style). Nilai-nilai memegang peranan yang penting dalam keseluruhan perilaku individu dan memengaruhi seluruh harapan serta lingkup aspirasi dalam hidup, termasuk bidang pekerjaan yang dipilih dan ditekuni.

b. Taraf inteligensi yaitu taraf kemampuan untuk mencapai prestasiprestasi yang di dalamnya berpikir memegang peranan. Menurut Binet, hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis serta objektif.

c. Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian. Sekali terbentuk, suatu bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu (fields of ocupation) dan mencapai tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan (levels of occupation).

d. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap pada individu untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkesimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu. Sehubungan dengan variasi kegiatan yang dilakukan, orang dapat lebih berminat menangani benda-benda mati (things), berurusan dengan orang (people), atau bergumuk dengan data dan ide-ide yang diolah secara mentah dan dihubungkan satu sama lain (data and ideas). Suatu minat mengandung makna bagi perencanaan masa depan sehubungan dengan jabatan yang akan dipegang (vocational planning).

e. Sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang kegunaan dari refleksi orang muda atas sifat-sifat kepribadian ialah lebih mulai mengenal diri dan memperoleh pemahaman diri. Gambaran diri dalam hal sifat-sifat kepribadian menjadi masukan untuk menentukan, apakah dia berani memegang jabatan tertentu atau kurang berani.

f. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki oleh siswa dapat akurat dan sesuai dengan kenyataan atau tidak akurat dan bercerikanidealis.

g. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan dan tidak mapan, ketajaman penglihatan dan pendengaran baik atau kurang baik, memunyai kekuatan otot tinggi atau rendah, dan jenis kelamin.

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena bersama-sama menciptakan keseluruhan ruang gerak hidup. Faktor eksternal yang saling terkait yang dapt memengaruhi kesadaran karir pada siswa sebagai berikut:

a. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya di mana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak.

Pandangan/keyakinan ini, mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat dan cocok tidaknya jabatan tertentu pria dan wanita.

b. Keadaan sosial-ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat; stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi tinggi, tengah, dan rendah; serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

c. Status sosial-ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, dan suku bangsa.

(7)

d. Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti. Orang tua, saudara kandung dari orang tua, dan kakak menyatakan segala harapan mereka serta mengomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan.

e. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada siswa oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja serta tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.

f. Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis dan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila terdengar keluhan-keluhan.

g. Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil di dalamnya.

Pengertian layanan informasi

Hallen (Abidin dan Budiyono, 2010: 40) mengemukakan layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi (informasi pendidikan, jabatan, karir) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan demi kepentingan individu klien. Selanjutnya, Prayitno dan Amti (2015: 259- 260) menjelaskan layanan informasi ialah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan pemahaman dalam bimbingan dan konseling.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling untuk membekali peserta didik sebagai bahan pertimbangan, pengetahuan tentang dirinya dan pengambilan keputusan untuk kepentingan hidup dan perkembangannya.

Tujuan layanan informasi

Tohirin (2007: 147-148) mengemukakan bahwa layanan informasi bertujuan agar siswa mengetahui menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya. Selain itu apabila merujuk pada fungsi pemahaman. Layanan informasi bertujuan agar individu memahami berbagi informasi dengan segala seluk beluknya. Penguasaan akan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan suatu masalah, untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu serta memungkinkan siswa yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.

Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian, pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukannya akan memungkinkan individu: (a) mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis, (b) mengambil keputusan, (c) mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang diambil, dan (d) mengaktualisasikan secara terintegrasi.

Menurut Prayitno (Abidin dan Budiyono, 2010: 40-41), tujuan pemberian layanan informasi adalah membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat tiga tujuan dari layanan infomasi di sekolah yaitu: (1) agar siswa mengetahui menguasai informasi selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya, (2) agar siswa memahami berbagai pengetahuan dengan segala seluk beluk kehidupannya, (3) mengembangkan kemandirian siswa.

Jenis-jenis informasi

Prayitno dan Amti (2015: 261-269) mengemukakan bahwa jenis dan jumlah informasi tidak terbatas.

Namun, khususnya dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling, hanya akan dibicarakan tiga jenis informasi yaitu:

(8)

1. Informasi pendidikan

Dalam bidang pendidikan banyak informasi individu yang berstatus siswa atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Di antara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan pemilihan program studi, pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, penyesuaian diri dengan program studi, penyesuaian diri terhadap suasana belajarnya, dan putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan secara bijaksana.

2. Informasi jabatan

Saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasukinya dan pengembangan diri selanjutnya. Untuk memungkinkan mereka dapat dengan mudah dan aman melalui transisi ini, mereka membutuhkan banyak pengetahuan dan penghayatan tentang pekerjaan atau jabatan yang akan dimasukinya itu. Pengertian dan penghayatan ini diperoleh melalui penyajian informasi jabatan.

3. Informasi sosial budaya

Informasi sosial budaya meliputi:

a. Macam-macam suku bangsa.

b. Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan.

c. Agama dan kepercayaan-kepercayaan.

d. Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman suku bangsa lainnya.

e. Potensi-potensi daerah.

f. Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.

Teknik layanan informasi

Prayitno dan Amti (2004: 269-271) menjelaskan pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

1. Ceramah

Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir oleh setiap petugas bimbingan di sekolah.

2. Diskusi

Penyampaian informasi pada siswa dapat dilakukan melalui diskusi. Diskusi semacam ini dapat diporganisasikan baik oleh siswa maupun oleh konselor atau guru.

3. Karyawisata

Dalam bidang konseling karyawisata memunyai dua sumbangan pokok. Pertama membantu siswa belajar dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang perkembangan mereka. Kedua, memungkinkan diperolehnya informasi yang dapat membantu pengembangan sikap-sikap terhadap pendidikan, pekerjaan dan berbagai masalah dalam masyarakat.

4. Buku panduan

Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapatkan informasi yang berguna

5. Konferensi karir

Selain melalui teknik-teknik yang diutarakan di atas, penyampaian informasi kepada siswa dapat juga dilakukan melalui konferensi karir. Dalam konfrensi karir para narasumber dari kelompok- kelompok usaha, jabatan atau dinas lembaga pendidikan, dan lain-lain yang diundang, mengadakan perjanjian berbagai aspek program pendidikan dan latihan/pekerjaan yang diikuti oleh para siswa.

(9)

Selanjutnya Tohirin (2007: 149) menyebutkan ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk layanan informasi yaitu:

1. Ceramah, tanya jawab dan diskusi. Teknik paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknik ini, para peserta mendengarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor), selanjutnya diikuti dengan tanya jawab untuk pendalamannya dilakukan diskusi.

2. Melalui media, penyampaian informasi biasa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media, tertulis, media gambar, poster, dan media elektronik seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan lain. Dengan perkataan lain, penyampaiannya informasi bisa melalui media elektronik dan non elektronik.

3. Acara khusus, layanan informasi melalui cara ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus di sekolah atau madrasah, misalnya “Hari tanpa Asap Rokok”, Hari Kebersihan Lingkungan Hidup,”

dan lain sebagainya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Banda, Kelurahan, Punggolaka, Kec. Puuwatu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif metode eksperimen dengan pendekatan pra-eksperimen. Penelitian pra-eksperimen adalah penelitian eksperimen yang dilakukan dengan tanpa melakukan pengendalian terhadap variabel-variabel yang berpengaruh. Dalam penelitian ini yang diutamakan adalah perlakuan saja, tanpa ada kelompok kontrol (Latipun, 2015: 68).

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 29 orang siswa. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan hasil Angket Screening perencanaan karir dengan skor yang rendah. Alat pengumpul data berupa angket. Angket disusun berdasarkan aspek-aspek perencanaan karir dari pendapat Parson (Winkel & Hastuti, 2004: 408). Angket disajikan dengan menggunakan skala Likert. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase untuk mengetahui gambaran perencanaan karir dan statisitik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis deskriptif persentase

Gambaran perencanaan karir siswa yang rendah kelas XII di SMA Negeri 6 Kendari dapat diketahui berdasarkan hasil pengisian angket screening yang disebar pada 77 orang siswa. Data tersebut diambil 29 orang siswa yang kemudian dijadikan subjek penelitian untuk diberikan perlakuan berupa layanan Informasi. Sebelum diberikan perlakuan (pre-test) subjek masuk dalam kategori rendah. Kategori tersebut diketahui bedasarkan hasil pengisian angket perencanaan karir yang disebar pada 29 orang siswa. Siswa kemudian diberikan perlakuan berupa layanan informasi. Untuk mengetahui gambaran perencanaan karir siswa sebelum diberikan perlakuan maka skor yang diperoleh subjek penelitian terlebih dahulu dikonversi ke dalam kategori penilaian dengan menggunakan analisis deskriptif persentase sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut.

(10)

Tabel 1

Skor Perencanaan Karir Siswa Sebelum Diberikan Layanan Informasi Karir hasil Pre-test

Kode Skor % Kategori Kode Skor % Kategori

R1 245 55 Rendah R16 268 60 Rendah

R2 258 58 Rendah R17 270 60 Rendah

R3 267 60 Rendah R18 267 60 Rendah

R4 273 61 Rendah R19 242 54 Rendah

R5 253 56 Rendah R20 225 50 Rendah

R6 264 59 Rendah R21 261 58 Rendah

R7 239 53 Rendah R22 234 52 Rendah

R8 262 58 Rendah R23 269 60 Rendah

R9 275 61 Rendah R24 260 58 Rendah

R10 237 53 Rendah R25 245 55 Rendah

R11 238 53 Rendah R26 246 55 Rendah

R12 270 60 Rendah R27 264 59 Rendah

R13 255 57 Rendah R28 254 57 Rendah

R14 265 59 Rendah R29 243 54 Rendah

R15 254 57 Rendah

Rata-rata 255,28 56,98 Rendah

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perencanaan karir siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment) berupa layanan informasi karir secara umum siswa termasuk dalam kategori rendah dengan persentase 56,98%.

Gambaran perencanaan karir siswa kelas XII di SMA Negeri 6 Kendari setelah diberikan perlakuan berupa layanan informasi dapat diketahui berdasarkan hasil analisis angket perencanaan karir siswa, sebagaimana yang tertera pada tabel berikut.

Tabel 2

Kategori Perencanaan Karir Siswa sesudah Diberikan Layanan Informasi Karir hasil Post-test

Kode Skor % Kategori Kode Skor % Kategori

R1 299 67 Tinggi R16 315 70 Tinggi

R2 289 65 Tinggi R17 308 69 Tinggi

R3 299 67 Tinggi R18 303 68 Tinggi

R4 315 70 Tinggi R19 283 63 Tinggi

R5 285 64 Tinggi R20 300 67 Tinggi

R6 288 64 Tinggi R21 295 66 Tinggi

R7 285 64 Tinggi R22 299 67 Tinggi

R8 305 68 Tinggi R23 285 64 Tinggi

R9 374 83 Tinggi R24 314 70 Tinggi

R10 303 68 Tinggi R25 375 84 Tinggi R11 297 66 Tinggi R26 304 68 Tinggi R12 307 69 Tinggi R27 313 70 Tinggi R13 285 64 Tinggi R28 312 70 Tinggi R14 325 73 Tinggi R29 270 60 Tinggi R15 294 66 Tinggi

Rata-rata 304 68 Tinggi

(11)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perencanaan karir siswa setelah diberikan perlakuan (treatment) berupa layanan informasi karir secara umum dalam kategori tinggi dengan persentase 68%.

Gambaran perencanaan karir siswa sebelum dan sesudah pemberian layanan informasi

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan perencanaan karir siswa sebelum diberikan layanan informasi karir yaitu dalam kategori rendah dengan persentase (56,98%) menjadi kategori tinggi dengan persentase (68%) dengan peningkatan sebesar 10,95%. Selain itu, untuk melihat perbandingan perencanaan karir siswa yang menjadi subyek penelitian, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Persentase Skor Sebelum dan Sesudah Diberikan Layanan Informasi Karir Berdasarkan Indikator

No Indikator Skor % Kategori % Kenaikan

Skor Pre-test Post-test Pre-test Post-test

1 Pengetahuan dan pemahaman

diri 55,97 72,78 Rendah Tinggi 16,81

2 Percaya diri 57,53 72,18 Rendah Tinggi 14,65

3

Pengetahuan dan pemahaman pendidikan lanjut dan dunia kerja

58,62 64,16 Rendah Tinggi 5,54 4 Penalaran yang realistis 57,88 65,76 Rendah Tinggi 7,88 5 Mampu membuat keputusan

karir 49,82 59,24 Rendah Tinggi 9,42

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa perencanaan karir siswa setelah melakukan pre-test (tes awal), pemberian perlakuan (treatment) berupa layanan informasi karir sebanyak 5 kali pertemuan, dan melakukan post-test (tes akhir) mengalami peningkatan per indikator. Hal ini dilihat dari adanya perbedaan kematangan karir siswa per indikator sebelum dan sesudah mengikuti layanan informasi karir. Persentase skor peningkatan indikator 1 sebesar 16,81%, indikator 2 sebesar 14,65%, indikator 3 sebesar 5,54% dan indikator 4 sebesar 7,88% dan indikator 5 sebesar 9,42. Jadi secara keseluruhan setelah diberikan layanan informasi karir, maka perencanaan karir siswa meningkat sebesar 10,95%.

Analisis statistik inferensial

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh pemberian layanan informasi karir terhadap perencanaan karir siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari”. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian layanan informasi karir terhadap kematangan karir siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari menggunakan t-test dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh t-test paired samples test thitung = 6,278 < ttabel = 2,045, dan juga berdasarkan propabilitas Sig. (2-tailed) bahwa probablilitas (0,000 < 0,05), Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16. Dengan demikian Ho ditolak, ini berarti terdapat pengaruh pemberian layanan informasi karir terhadap perencanaan karir siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian layanan informasi karir terhadap perencanaan karir siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari. Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase diketahui bahwa perencanaan karir siswa sebelum diberikan layanan informasi karir sebesar 56,98% termasuk dalam kategori rendah. Sesudah mendapatkan perlakuan berupa layanan informasi karir, selanjutnya perencanaan karir siswa mengalami peningkatan sebesar 68% sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Hasil uji t menggunakan taraf signifikansi α = 0,05. Hasilya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pemberian layanan informasi karir terhadap perencanaan karir siswa kelas XII

(12)

SMA Negeri 6 Kendari, hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar darittabel (α : 6,278 < 2,045).

Hasil ini memiliki arti bahwa Ho ditolak dan juga berdasarkan nilai propabilitas Sig. (2-tailed) bahwa probablilitas (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil uji t-test tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan pemberian layanan informasi karir terhadap perencanaan karir siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan informasi karir efektif dalam mengembangkan perencanaan karir siswa.

Hasil penelitian ini mempertegas penelitian yang dilakukan oleh Wandari (2013) yang meneliti tentang hubungan antara persepsi layanan informasi karir dengan kematangan karir siswa yang menemukan bahwa ada korelasi yang positif antara persepsi layanan informasi karir siswa dengan kematangan karir siswa. Penelitian yang ditemukan oleh Wandari ini sekedar penelitian korelasi penelitian ini membuktikan lebih jauh bahwa hubungan antara layanan informasi karir dan kematangan karir siswa hubungannya tidak sekedar hubungan korelasional tetapi merupakan sebab akibat.

Proses perencanaan karir mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja, sehingga perencanaan karir merupakan suatu cara untuk membantu siswa dalam memilih suatu bidang karir yang sesuai dengan potensi mereka agar tidak ada pertentangan antara karir yang dipilih dengan potensi yang ada pada diri siswa, sehingga dapat berhasil di bidang pekerjaan (Parsons dalam Winkel dan Hastuti 2004: 408).

Upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan perencanaan karir siswa yang rendah yaitu dengan terlebih dahulu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang diri, percaya diri dalam membuat keputusan, memiliki pemahaman tentang pendidikan lanjut dan dunia kerja, memiliki penalaran yang realistis dalam menghubungkan potensi diri dan pilihan karir dan mampu membuat keputusan karir. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004: 267) bahwa “informasi karir pada tingkat SMA memungkinkan siswa untuk memperdalam dan memperluas pemahaman tentang studi dan dunia kerja, mengembangkan rencana sementara yang akan menjadi pegangan setamat SMA, memiliki pengetahuan dalam memilih jurusan yang akan diiginkan dan memiliki pengetahuan tentang pekerjaan tertentu apabila siswa memang menghendaki untuk memegang jabatan itu setamat dari SMA”. Kemudian sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gonzales (2008: 764) bahwa

“siswa dapat diberikan layanan untuk membantu siswa menentukan pilihan karir yaitu dengan pemberian layanan informasi karir, informasi yang mereka perlukan adalah mengenai pilihan pendidikan, pilihan profesional, dan pilihan karir. Jadi, melalui layanan informasi karir memungkinkan siswa memperoleh informasi dan pegetahuan mengenai pendidikan dan dunia kerja serta mengembangkan rencana sementara yang akan menjadi pegangan setamat SMA, dalam hal ini yang dimaksud dengan mengembangkan perencanaan karir siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori perkembangan karir Super (Winkel dan Hastuti 2004:

344) yang menjelaskan tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga pendidik bila merancang program pendidikan karir, yang membawa orang muda dalam hal ini siswa ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia karja dan pendidikan lanjutan, selaras dengan tahapan perkembangan karir tertentu. Dengan kata lain, program layanan karir yang dilakukan di sekolah mengangkat para siswa ke tahap pemahaman diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan lebih matang dalam membuat perencanaan karir.

Bimbingan karir di sekolah dalam bentuk informasi karir dapat membantu siswa untuk memperoleh informasi karir, memperoleh pehaman karir, merencanakan dan membuat pilihan karir tertentu setelah menyelesaikan pendidikan, mampu meyesuaikan dengan karir yang dipilih, serta mampu mengembangkan karir yang telah dipilihnya. Layanan informasi karir ini sangat tepat diberikan kepada siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dialaminya serta akan memandirikan siswa dalam menghadapi perubahan yang terjadi baik pada dirinya maupun pada lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi (1987: 236) bahwa: “layanan informasi dalam pelaksanaan bimbingan karir memegang peranan penting karena informasi adalah suatu proses yang dinamis dalam menuju suatu pengetahuan”. Dengan layanan informasi akan secara langsung bisa membantu para siswa untuk memahami dirinya dalam katannya dengan dunia kerja, pendidikan,

(13)

sosial, dan masalah-masalah kemasyarakatan lainnya. Sehingga dengan pemberian layanan informasi karir dengan menggunakan langkah-langkah sistematis tersebut akan mengajarkan siswa mengalami proses berfikir analis sintesis.

Layanan informasi karir yang diberikan kepada siswa mampu mengembangkan kebutuhan yang ada dalam dirinya yang menunjukkan perlunya upaya strategis untuk mematangkan karir siswa serta meningkatkan mutu pelayanan bimbingan konseling dalam bimbingan karir. Layanan informasi karir dengan berbagai macam materi yang diberikan dapat memberikan rambu-rambu dan langkah-langkah proses mengatasi masalah yang secara sistematis baik kepada guru BK maupun memberikan pelajaran kepada siswa agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga layanan informasi ini dapat dijadikan sebagai sebuah layanan alternatif dan efektif dalam upaya mengatasi berbagai persoalan yang dialami siswa di sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua indikator perencanaan karir mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga layanan informasi karir dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan perencanaan karir siswa. Indikator yang mengalami skor kenaikan tertinggi yaitu pada indikator pengetahuan dan pemahaman diri sendiri. Hal ini sesuai dengan dengan penjelasan Super (Gonzalez, 2008 :754) bahwa pemahaman terhadap diri sendiri sangat penting dan besar pengaruhnya bagi individu dalam melakukan apapun termasuk dalam membuat keputusan yang penting bagi hidupnya seperti dalam membuat keputusan karir. Dengan memahami diri sendiri maka individu menyadari wawasan dan persiapan karir, memahami dan mampu membuat pertimbangan alternatif pilihan karir dan merencanakan karir di masa depan yang sesuai dengan potensi dirinya. Sedangkan indikator yang memiliki kenaikan terendah adalah pengetahuan dan pemahaman pendidikan lanjut dan dunia kerja, hal ini disebabkan karena materi tentang pemahaman pendidikan lanjut dan dunia kerja sangat luas dan perlu disampaikan secara bertahap dan komprehensif sehingga siswa betul-betul memahami informasi tentang dunia kerja dan pendidikan lanjut dengan baik.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa skor awal perencanaan karir siswa sebesar 56,98% atau berada pada kategori rendah, namun setelah diberikan layanan informasi karir maka skor perencanaan karir siswa meningkat menjadi 68% atau berada pada kategori tinggi.

Pemberian layanan informasi karir mampu meningkatkan skor perencanaan karir siswa sebesar 10,95%. Sedangkan berdsarkan analisis inferensial diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0.05, yang berarti layanan informasi karir efektif meningkatkan perencanaan karir siswa kelas XII SMA Negeri 6 Kendari.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XII SMA Negeri 6 Kendari, maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Untuk siswa, layanan informasi karir dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karir siswa, sehingga diharapkan siswa dapat menerapkan pemahaman tentang perencanaan karir yang telah diperoleh saat mengikuti layanan informasi karir.

2. Bagi guru BK, layanan informasi karir terbukti dapat meningkatkan perencanaan karir siswa, sehingga diharapkan guru BK dapat menjadikan salah satu alternatif dalam membantu siswa meningkatkan perencanaan siswa.

3. Bagi sekolah, layanan bimbingan dan konseling secara umum dan layanan informasi khususnya telah terbukti efektif dalam meningkatkan perencanaan karir siswa, sehingga pihak sekolah diharapkan dapat memberikan jadwal tatap muka bagi guru BK dengan siswa dalam rangka menyampaikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh siswa.

Daftar Pustaka

Abidin, Z dan Budiyono A. (2010). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

(14)

Gibson dan Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling: Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gonzalez, M.A. (2008). Career maturity: a priority for secondary education. Journal of Research in Educational Psychology. No. 16, Vol. 6, 749-772.

Hartono. (2016). Bimbingan Karier. Jakarta: Kencana.

Juwitaningrum, Ita. (2013). Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK Negeri 11 Bandung. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 2.

Khoiriyah, Yeni Muslihatul. 2013. Meningkatkan Pemahaman Karir Siswa dengan Pemberian Layanan Informasi Karir di Kelas Xi Is-4 SMA Negeri 13 Surabaya (Suatu Penelitian Tindakan Dalam Bimbingan Dan Konseling). Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling. Vol. 01 No. 01, Hal. 201-216.

Latipun. (2015). Psikologi Konseling: Edisi Ketiga. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang:

Press.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. (2004). Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

Sukardi, Dewa Ketut. (1987). Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta,: Raja Grafindo Persada.

Walgito, Bimo. (2004). Bimbingan Konseling: Studi & Karier. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Winkel, W.S dan Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di institusi Pendidikan. Yogyakarta:

Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan karir adalah proses berkelanjutan dimana individu melakukan penilaian diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah- langkah yang harus dilakukan untuk

peluang masa depan lebih baik jika tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi..

Sehingga, hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu ada perbedaan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, antara siswa yang mengikuti pelatihan perencanaan

Selain itu sikap terhadap perencanaan karir merupakan suatu pendorong internal yang mendorong seseorang untuk dapat merencanakan atau melakukan sesuatu hal pada

Pelatihan karirku cemerlang Untuk Meningkatkan Perencanaan Karir pada Siswa.. SMU ” , dapat

Selanjutnya dengan pelatihan ini diharapkan akan membantu siswa memiliki perencanaan karir yang jelas sehingga pada akhirnya mereka dapat memutuskan karir yang

Menurut Basori (2004:89) pengambilan keputusan merupakan suatu ketrampilan dan kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa yang akan merencanakan masa depan. Sedangkan

Sehingga, hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu ada perbedaan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, antara siswa yang mengikuti pelatihan perencanaan