• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Media Audio Visual dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap terhadap Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Samarinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Efektivitas Media Audio Visual dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap terhadap Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Samarinda"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

25 Penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Palaran Samarinda yang berlokasi di JL. Kesehatan, Kel Rawa Makmur, Kec.

Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Puskesmas Palaran sebenarnya sudah ada sejak tahun 1972 yang merupakan kelanjutan dari poliklinik Transmigrasi. Pengembangan Puskesmas Induk Palaran yang dibangun pada tahun 2002 dan rampung pada bulan Oktober 2003. Setelah diresmikan 21 Januari 2004 sampai sekarang.

3.2 Hasil Penelitian

3.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada variabel yang diteliti untuk mengetahui dan menyampaikan nilai minimum, maximum dan mean.

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini seperti Usia, Jenis kelamin, Pendidikan terakhir, Riwayat tekanan darah dalam keluarga.

(2)

1. Usia Responden

Tabel 3. 1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia

Usia N % Min Max Mean

>50 – 69 tahun 68 68,7 70 – 80 tahun 27 27,3

>80 tahun 4 4,0 50 84 65 Total 99 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui jumlah responden berdasarkan usia memiliki rentan tertinggi pada usia >50 – 69 tahun sebanyak 68 Lansia dengan nilai persentase 68,7 % lansia. Adapun usia termuda 50 tahun sedangkan usia tertua 84 tahun dan usia rata – ratanya 65 tahun.

2. Jenis Kelamin Responden

Tabel 3. 2 Distribusi frekuensi jenis kelamin

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Perempuan sebanyak 70 lansia dengan nilai persentase 70,7 % sedangkan untuk responden yang berjenis kelamin Laki – laki berjumlah 29 lansia dengan persentase sebesar 29,3

%.

Jenis Kelamin N %

Perempuan 70 70,7

Laki – laki 29 29,3

Total 99 100,0

Sumber : Data Primer

(3)

3. Pendidikan Terakhir Responden

Tabel 3. 3Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden

Pendidikan Terakhir N % Belum tamat SD 26 26,3

SD 53 53,5

SLTP 9 9,1

SLTA 7 7,1

Tidak sekolah 4 4,0

Total 99 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui karakteristik responden minoritas berdasarkan tingkat Pendidikan terakhir yaitu SD sebanyak 53 lansia dengan nilai persentase 58,5 %.

4. Riwayat Tekanan Darah dalam Keluarga

Tabel 3. 4 Distribusi frekuensi riwayat tekanan darah dalam keluarga

Berdasarkan tabel 3.4 diketahui karakteristik responden riwayat tekanan darah dalam keluarga pada penelitian ini sebanyak 82 lansia tidak memiliki riwayat tekanan darah dalam keluarga dengan persentase 82,8%

sedangkan pada lansia yang memiliki riwayat tekanan darah keluarga sebanyak 17 lansia dengan persentase 17,2%.

Riwayat dalam Keluarga N %

Tidak ada 82 82,8

Ada 17 17,2

Total 99 100,0

Sumber : Data Primer

(4)

5. Nilai Minimum, Maximum Dan Mean Pengetahuan

Tabel 3. 5 Kategori nilai minimum, maximum dan mean pengetahuan

Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa nilai rata - rata pengetahuan sebelum diberikan pemberlakuan berupa video animasi sebesar 51,31 sedangkan setelah pemberlakuan mencapai 91,97. Untuk nilai terendah pada pre-test pengetahuan 25 dan nilai pos-test pengetahuan 80. Nilai tertinggi pada pre-test 80 sedangkan untuk post- test 100.

6. Nilai Minimum, Maximum Dan Mean Sikap

Tabel 3. 6 Kategori nilai minimum, maximum dan mean sikap

Pre-Test Sikap

Post-Test Sikap

Mean 55,94 72,03

Median 56,00 71,00

Std. Deviation 3,619 3,627

Minimum 48 67

Maximum 67 83

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa nilai rata - rata pada pre-test sikap 55,94 sedangkan untuk post-test sikap sebesar 72,03. Untuk nilai terendah sebelum

Pre-Test Pengetahuan

Post-Test Pengetahuan

Mean 51,31 91.97

Median 50,00 90.00

Std. Deviation 12,709 4.393

Minimum 25 80

Maximum 80 100

Sumber : Data Primer

(5)

pemberlakuan sebesar 48 setelah pemberlakuan menjadi 67. Nilai tertinggi pada pre-test sikap 67 dan pada post- test sikap 83.

3.2.2 Uji Normalitas

Tabel 3. 7 Uji normalitas kolmogrov - smirnov

Kolmogrov - Smirnova Statistic df Sig.

Pre-Test Pengetahuan .117 99 .002 Post-Test Pengetahuan .239 99 .000 Pre-Test Sikap .095 99 .029 Post-Test Sikap .126 99 .001 Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.7 maka didapatkan hasil uji normalitas menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel 99 respondent pada pre-test pengetahuan .002, post-test pengetahuan .000, pre-test sikap .029 dan post-test sikap .001 sehingga dapat disimpulkan bahwa uji tidak berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon Test.

Uji persyaratan analisis dilakukan dengan menggunakan uji normalitas data untuk menentukan kelayakan penggunaan uji Dependent t test atau harus menggunakan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon signed rank test jika data tidak berdistribusi normal.

3.2.3 Analisis Bivariat

Setelah melakukan analisis data secara univariat, selanjutnya di lakukan analisis data secara bivariat untuk mengidentifikasi pengaruh antara variabel independen dan

(6)

dependen yang dilakukan dengan perhitungan menggunakan Wilcoxon signed rank test. Wilcoxon signed rank test di gunakan karena data berdistribusi tidak normal. Dalam penelitian ini variabel dependen-nya adalah Hipertensi, dan variabel independen berupa pengetahuan dan sikap.

1. Wilcoxson Signed Rank Pengetahuan

Tabel 3. 8 Uji wilcoxon signed rank pada pengetahuan

N Mean Ranks

Sum of Ranks Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 99b 50,00 4950.00

Ties 0c

Total 99

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 3.8 Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test Pengetahuan yang telah dilakukan, didapatkan Hasil Negative Ranks 0 tidak ada nilai post- test < nilai pre-test, positifive rank 99 sehingga terdapat nilai post-test > nilai pre-test dan Ties 0 tidak terdapat persamaan nilai antara nilai post-test dan nilai pre-test.

Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan dari nilai mean Post-test Pengetahuan 91,97 dengan nilai Pre-test Pengetahuan 51,31 maka mendapatkan hasil peningkatan sebesar 44,29 % hasil ini didapatkan dari perhitungan seperti berikut :

{(𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒) ÷ 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑡 × 100}

(7)

91,97 − 51,31 = 40,66

40,66

91,79= 0,44

0,44 × 100 = 44,29 %

2. Wilcoxson Signed Rank Sikap

Tabel 3. 9 Uji wilcoxon signed rank pada sikap

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 3.9 Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test Sikap yang telah dilakukan, didapatkan Hasil Negative Ranks 0 tidak ada nilai post- test < nilai pre-test, positifive rank 99 sehingga terdapat nilai post-test > nilai pre-test dan Ties 0 tidak terdapat persamaan nilai antara nilai post-test dan nilai pre-test . Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan dari nilai mean Post-test Sikap 72,03 dengan nilai Pre-test Sikap 55,94 maka mendapatkan hasil peningkatan sebesar 22,33 % hasil ini didapatkan dari perhitungan seperti berikut :

{(𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒) ÷ 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑡 × 100}

72,03 − 55,94 = 16,09

16,09

72,03= 0,22

N Mean Ranks

Sum of Ranks Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 99b 50,00 4950.00

Ties 0c

Total 99

(8)

0,22 × 100 = 22,33 %

3. Evektivitas media audio visual dalam meningkatkan pengetahuan pada lansia terhadap hipertensi.

Tabel 3. 10 Efektivitas media audio visual dalam meningkatkan pengetahuan pada lansia terhadap

hipertensi

Nilai (P)

Pengetahuan .000

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel 3.10 Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test yang telah dilakukan, diperoleh nilai p- value sebesar 0,000, Nilai ini lebih kecil dari signifikan yaitu 0,05. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pendidikan kesehatan yang di sampaikan melalui media audio visual berupa video animasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden.

4. Evektivitas media audio visual dalam meningkatkan Sikap pada lansia terhadap hipertensi

Tabel 3. 11 Efektivitas media audio visual dalam meningkatkan sikap pada lansia terhadap hipertensi

Nilai (P)

Nilai Sikap .000

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.11 Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value sebesar 0,000, Nilai ini lebih kecil dari signifikan yaitu 0,05. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pendidikan

(9)

kesehatan yang di sampaikan melalui media audio visual berupa video animasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap meningkatan sikap responden.

3.3 Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan desain penelitian quasy-experiment dengan one group pretest posttest design. Penelitian ini dilaksanakan di posyandu lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Palaran Samarinda pada tanggal 16 Mei 2023 Posyandu Karya Bakti, 23 Mei 2023 Posyandu Nurul Iman, 24 Mei 2023 Posyandu Melati Putih, 25 Mei 2023 Posyandu Mawar Putih, 27 Mei 2023 Posyandu Harapan, 30 Mei 2023 Posyandu Harapan Sehat.

Sampel pada penelitian ini ialah para lansia hipertensi yang berkunjung ke posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Palaran Samarinda. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik proportional stratified random sampling dengan jumlah 99 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan berskala Guttman yang terdiri dari 20 pertanyaan dan 6 subdimensi. Sedangkan untuk kuesioner sikap berskala Likert yang terdiri dari 20 pertanyaan.

(10)

3.3.1 Analisis Bivariat

1. Perbedaan Pengetahuan Lansia Terhadap Hipertensi Antara Sebelum Dan Sesudah Diberi Media Audio Visual

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pemberian media audio visual berupa video animasi berpengaruh terhadap pengetahuan yang dibuktikan dengan hasil p-analisis. Pada nilai 0,000 ini memiliki nilai p value yang kurang signifikan yang artinya yaitu 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka dikatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak maka pemberian media audiovisual berupa video animasi berpengaruh terhadap pengetahuan tentang hipertensi pada lansia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa media audiovisual berupa animasi dengan topik tekanan darah tinggi berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan responden. Hal ini dapat diperkuat juga dengan penelitian (Nurwahidah, Syaiful, A.Haris, Fitrah, 2023) yang menyatakan bahwa dengan video lebih signifikan meningkatkan pengetahuan responden terkait hipertensi.

Hal ini didukung oleh penelitian Siwi (2022) bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan melalui audio visual terhadap lansia dikarenakan lansia memiliki akses media

(11)

informasi yang lebih baik dan media ini melibatkan dua indera yaitu indera penglihatan dan indera pendengaran yang dapat memeberikan informasi yang lebih baik terakait pendidikan kesehatan bagi penderita hipertensi (Sri Widhowati et al., 2022).

Media audio visual adalah sebuah media yang bisa memaksimalkan indra lebih banyak dalam mendapatkan suatu informasi (Sri Mastuti, Laila Ulfa, 2023). Media audio visual adalah media yang mengandung unsur suara dan gambar (Ningsih, 2022).

Media ini dinilai lebih menarik dan efektif karena melibatkan dua indera, yaitu indera penglihatan dan pendengaran yang membantu lansia untuk menerima informasi secara maksimal dibanding media yang hanya menggunakan satu indra seperti leaflet (Samantha &

Almalik, 2019). Menurut penelitian sebelumnya Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu.

Media penyuluhan merupakan salah satu komponen yang penting. Media audio visual memang dianggap mampu untuk memberikan gambaran secara lebih jelas dan lebih menarik sebagai media untuk menyampaikan pesan penyuluhan kesehatan (Rini, 2020).

(12)

Pendidikan kesehatan juga penting guna meningkatkan pengetahuan terkait informasi – informasi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan proses pembelajaran bagi individu, kelompok atau masyarakat dari ketidaktahuan menjadi kesadaran akan nilai-nilai kesehatan, ketidakmampuan menghadapi masalah kesehatan dan keterampilan (Purbasari et al., 2023).

Metode audiovisual dapat menjadi media pendukung untuk melakukan penyuluhan karena informasi yang diberikan singkat padat dan jelas serta menarik dan mudah dipahami ibu-ibu dan juga dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Keunggulan metode audiovisual dari metode lainnya ialah mudah serta efektif. Penggunaan media audiovisual mempunyai jenis beragam seperti film pendek, video, iklan, video animasi, serta video grafis. Banyaknya pilihan media ini bisa memudahkan peserta serta membuat para peserta tidak bosan dengan penyuluhan biasa yang dilakukan menggunakan metode ceramah yang menggunakan poster dan flipchart (Ginting suriani et al., 2022). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual mengalami peningkatan yang signifikan.

(13)

Penelitian sebelumnya oleh Luthfiani et.al (2021) menyatakan bahwa terdapat efektivitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan video untuk meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi pada pra- lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurmayunita (2019) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap pengetahuan pengendalian hipertensi pada populasi lansia. Dalam pendidikan kesehatan, media audio visual dapat memaksimalkan pemberian informasi karena memiliki efek yang lebih.

Media ini melibatkan dua indera yaitu indera penglihatan dan indera pendengaran yang dapat memberikan informasi terkait pendidikan kesehatan bagi lansia penderita hipertensi (Sri Widhowati et al., 2022).

Berdasarkan hasil pada penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa media audio visual cocok untuk digunakan pada lansia karena dapat meningkatkan sikap pada lansia.

2. Perbedaan Sikap Lansia Terhadap Hipertensi Antara Sebelum Dan Sesudah Diberi Media Audio Visual

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pemberian media audio visual

(14)

berupa video animasi berpengaruh terhadap sikap yang dibuktikan dengan hasil p-analisis. Pada nilai 0,000 ini memiliki nilai p value yang kurang signifikan yang artinya yaitu 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka dikatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak maka pemberian media audiovisual berupa video animasi berpengaruh terhadap pengetahuan tentang hipertensi pada lansia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa media audiovisual berupa animasi dengan topik tekanan darah tinggi berpengaruh signifikan terhadap sikap responden. Hal ini dapat diperkuat juga dengan penelitian Komang (2022) Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan responden yang berpengetahuan cukup dari 57 orang (60,6%) menjadi 60 orang (63,8%), peningkatan sikap cukup responden dari 50 responden (53,2%) menjadi 58 responden (61,7%), peningkatan tindakan cukup dari 53 responden (56,4%) menjadi 58 responden (61,7%). Hasil penelitian didapatkan nilai p-value = 0,000 (a < 0,05), ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap perilaku lansia dalam penguatan menerapkan protokol Kesehatan (Achjar & Putri, 2022).

hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Muhammad (2021) Edukasi Hipertensi Kepada

(15)

Masyarakat Desa Pemurus Rt 002 Secara Daring Menggunakan Media Audio Visual adanya mengalami peningkatan secara signifikan setelah diberikan edukasi berupa media audio visual (Irfan et al., 2021).

Sikap adalah jenis evaluasi atau respon terhadap beberapa aspek lingkungan dan mendasari proses perilaku manusia. Notoatmodjo (2012) menambahkan bahwa pengetahuan positif mempengaruhi sikap positif seseorang dan sebaliknya (Oktaria et al., 2023). Sikap menentukan sikap, karakter, sifat dan tindakan sekarang dan masa depan (Karnia et al., 2023). Menurut penelitian terdahulu teori difusi inovasi dari Rogers tahun 1983 mengatakan bahwa media yang mempunyai gagasan baru mampu menyebarkan pesan yang dapat meningkatkan motivasi, dan sikap dari sesorang, tahapan yang harus dilalui sebelum sikap adalah terbentuknya pengetahuan terlebih dahulu, berdasarkan hasil intervensi yang telah dilakukan terhadap pekerja ini terdapat proses yang sejalan antara perubahan perilaku dengan peningkatan pengetahuan (Sri Mastuti, Laila Ulfa, 2023). Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audio visual ini dapat mepengaruhi peningkatan sikap para lansia Hasil

(16)

penelitian ini sejalan dengan Emira (2023) Pendidikan Kesehatan Hipertensi Pada Lansia, adanya peningkatan pengetahuan dan sikap lansia terhadap hipertensi sebesar 8,25% dengan menggunakan media audio visual tekait pendidikan kesehatan terhadap hipertensi (Benshlomo, 2023). Hal ini sejalan dengan penelitian Rani (2020) terkait Pengaruh Penyuluhan Dengan Menggunakan Media Video Terhadap Pengetahuan Pra Lansia Mengenai Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata pre-test adalah 6.02 (40.13%) dan skor rata-rata posttest adalah 12.77 (85.13%). Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh penyuluhan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap responden mengenai hipertensi dengan nilai p=0,000 (p<0.05) (Luthfiani, 2021). Hal ini sejalan juga dengan penelitian Yuni (2021) Promosi Kesehatan Edukasi Individu Dengan Media Audio Visual Melalui Hp Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Faktor Risiko Diabetes Di Kelurahan Sukamerindu Hasil penelitian rerata pengetahuan tentang faktor risiko diabetes pada lansia di kelurahan sukamerindu menggunakan Audiovisual adalah pretest (4,80) , posttest (7,90), sedangkan pada rerata sikap pretest (24,47), posttest (37,23). Ada pengaruh

(17)

peningkatan skor pengetahuan dan sikap tentang faktor risiko diabetes pada lansia di kelurahan sukamerindu dengan media Audio visual dengan (p<0.05). Berdasarkan hasil pada penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa media audio visual cocok untuk digunakan pada lansia karena dapat meningkatkan sikap pada lansia.

3.4 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan saat berada dilapangan, diantaranya sebagai berikut :

1. One group pretest-posttest design : Kelemahan pada design penelitian ini terdapat pada tidak adanya kelompok kontrol.

Dampak yang akan didapatkan jika tidak ada kelompok kontrol yaitu tidak ada pembanding untuk hasil pre-test dan post-test.

2. Media audio visual : sangat bergantung pada elektronik dan memerlukan daya listrik juga peralatan pelengkap seperti LCD / Televisi / Leptop, speaker, sehingga jika tidak ada alat perlengkapan tersebut maka audio visual tidak dapat ditayangkan atau dilihat oleh masyarakat.

3. Video animasi hanya diperlihatkan 1 kali Pre-test dan Post-test dilakukan dalam satu hari yang sama sehingga memiliki kelemahan pada perubahan sikap para responden karena sikap tidak bisa diubah dalam waktu dekat. Dampak yang akan didapatkan responden tidak dapat memutar kembali videonya

(18)

pada saat mereka sudah mulai lupa (ingin melihat kembali) akan informasinya dan dampak yang akan didapatkan perubahan sikap bisa saja hanya bersifat sementara karena baru mendapatkan materi audio visual.

4. Dapat terjadinya bias pada responden saat melihat tayangan media audio visual berupa indera pendengaran yang mengalamin penurunan fungsi kurang bisa mendengar dan indera penglihatan yang buram untuk melihat tayangan media audio visual hal ini dapat mengakibatkan kurangnya konsentrasi pada saat melihat tayangan yang ada di dalam media audio visual (Jumatrin et al., 2022).

Referensi

Dokumen terkait

Prevention services targeted at high-risk groups have been intensified since 2003 with support from the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria.1 In Mongolia,