• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP ANGGARAN BERBASIS KINEERJA PADA DINAS PENATAAN RUANG KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP ANGGARAN BERBASIS KINEERJA PADA DINAS PENATAAN RUANG KOTA "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP ANGGARAN BERBASIS KINEERJA PADA DINAS PENATAAN RUANG KOTA

MAKASSAR

Fatmawaty1, Sultan Iskandar2, Tamsil3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

ABSTRACK

This research aimed to determine the effectiveness of using direct expenditure budget on performance-based budgeting. The data taken in this research was a general description of Spatial Planning department of Makassar City, the organizational structure and reports on the realization of the regional revenue and expenditure budget. The data collection techniques used was observation and interviews. The type of data used was qualitative and quantitative data. The data sources used were primary data and secondary data. Analyzing the data by using descriptive analysis technique that was collecting data in accordance with the truth then the data was compiled, processed, and analyzed to provide an overview of the existing problems, and analysis of the effectiveness ratio that was realization divided into budget target multiplied by 100%. The results showed the effectiveness of using direct expenditure budget in2017 performance-based budget of Rp 8.783.038.738 or 80.77% so there was a difference in the budget of Rp2.091.252.962. 77%. The effectiveness of using direct expenditure budget to the performance-based budget in 2018 was Rp10.096.190.641 or 83.38%. So there was a difference in budget deficit of Rp 2.013.072.359 the level of effectiveness criteria budget used in 2018 was only quite effective because of the presentation of achievements was 83.38%.

Keywords : Effectiveness of Budget Used, Direct Expenditure, Performance Based Budgeting.

PENDAHULUAN

Di Indonesia saat ini perkembangan akuntansi pemerintahan semakin pesat dimana adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah ini berpengaruh terhadap nasib suatu daerah karena daerah bisa menjadi daerah yang kuat dan berkuasa juga mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak berdaya tergantung caranya mengelola keuangan.

Realisasi anggaran merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan untuk periode tertentu. Dalam PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) No.2 disebutkan Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai anggaran-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari setiap entitas pelaporan yang masing- masing diperbandingkan dengan anggarannya.

Informasi tersebut bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam pertimbangan tentang

sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan: (1) menyediakan informasi sumber, kontribusi, dan penggunaan sumber daya ekonomi. (2) menyediakan informasi tentang anggaran pengeluaran untuk pemerintah dalam hal efisiensi dan penggunaan anggaran.

Berfokus pada pemerintahan kota Makassar, jelang akhir tahun, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota (Pemkot) Tahun Anggaran 2018 belum terserap maksimal. Dari total APBD 2018 sebesar Rp. 2,87 Triliun, Pemkot Makassar baru berhasil menyerap sekitar Rp 1,9 Triliun. Artinya masih ada sisa anggaran sekitar Rp 888 Miliar. Salah satu SKPD yang capaian realisasi keuangannya dibawah 75 persen adalah Dinas Penataan Ruang.

Perencanaan anggaran pada Dinas Penataan Ruang merupakan kegiatan menyusun rencana pendapatan belanja dan pembiayaan dalam jangka waktu tertentu.

Proses perencanaan anggaran ini menyangkut proses penentuan jumlah alokasi dana untuk

(2)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.03, September 2020, pp 332-340 333 mendukung terlaksananya tugas pokok dari

DinasPenataanRuang Kota Makassar. Dalam mengelola keuangan termasuk pembuatan rencana anggaran ini dilakukan dengan klasifikasi anggaran yang tepat agar pengendalian anggaran, pengukuran dan pelaporan kinerja anggaran tercipta dengan baik.

Pencapaian kinerja pada SKPD merupakan prestasi para anggota itu sendiri mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah.

Dan juga sebagai bukti kinerja dalam pelayanan masyarakat yang baik maka disusunla penganggaran sedemikian rupa agar tujuan-tujuan dari pemerintahan tercapai.

Upaya mengefektifkan pelaksanaan anggaran belanja Dinas Penataan Ruang Kota Makassar menjadi tuntutan yang harus dijawab. Dalam suatu era yang baru dan tantangan baru, dengan logika baru, juga paradigma baru yang lain. Kebijakan efektivitas merupakan pekerjaan besar, karena kita bukan hanya berhadapan dengan masalah-masalah teknis semata, tetapi juga konsekuensi financial dan adopsi metode kerja baru. Dinas Penataan Ruang Kota Makassar dalam menjalankan program kerjanya dapat berjalan sesuai dengan rencana, harus mengatur keuangan secara efektif.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurfadly (2016) dengan judul analisis efektivitas pelaksanaan anggaran belanja pada stasiun klimatologi Maros dan menyimpulkan bahwa tingkat kriteria efektivitas pelaksanaan anggaran belanja pada stasiun klimatologi Maros tahun 2013-2015 bervariasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penelitian deskriptif dan mengukur dengan menggunakan rasio efektivitas. Dari latar belakang diatas, maka saya tertarik untuk mengambil judul Efektivitas Penggunaan Anggaran Belanja Langsung Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja Pada Dinas Penataan Ruang Kota Makassar

TINJAUAN LITERATUR Menurut Mardiasmo dalam Yusnita, dan Miranti (2018) Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterprestasian atas hasilnya. Stndar akuntansi sangat penting sebagai pedoman

untuk pembuat laporan keuangan dan sebagai salah satu mekanisme pengendalian. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengendalian.

Akuntansi pemerintahan dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas pemberi jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemeririntah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan (Hasanah

& Fauzi 2017).

Forum Studi Keuangan Negara (2017) mengutip Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang dimaksud dengan akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan,serta tafsiran atas hasilnya.

Efektivitas menurut (Ricky 2003) adalah melakukan hal-hal yang benar. Dalam kaitannya dengan interaksi antara organisasi dan lingkungannya, efektivitas terutama berhubungan seberapa baik suatu organisasi dapat memahami, bereaksi terhadap, dan mempengaruhi lingkungannya.

Efektivitas menurut Pangguku (2003) adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasikan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Selanjutnya menurut Arindya (2019) pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.

Efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncakan (Anggrayni &Yisliati, 2018).

(3)

Efektvitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang paling tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai Menetapkan dan mengumumkan rencana umum pengadaan (RUP).

1) Mengawasi pelaksanaan anggaran.

2) Menetapkan Pejabat pembuat komitmen, pejabat pengadaan, panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan, tim teknis, dan tim juri.

3) Menetapkan pemegang pengadaan, yakni:

a. Barang/pekerjaan kontruksi atau jasa lainnya > RP. 100 Miliar

b. Jasa konsultansi > Rp. 10 Miliar.

4) Pelaporan keuangan.

5) Menyimpan seluruh dokumen.

6) Menyelesaikan Perselihan pihak yang diangkat.

Penganggaran adalah suatu proses menyusun rencana keuangan yaitu pendapatan dan pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-masing kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai (Nurkholis dan Khusaini 2019).

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan suatu kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan dating. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.

Menurut Mursyidi, (2013), laporan realisasi anggaran adalah laporan yang disusun sistematis tentangtentang realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan selama satu periode tertentu. LRA mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sember, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/derah dalam satu periode pelaporan.

Fungsi Anggaran Sektor Publik

a. Anggaran sebagai alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi, dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang dilakukan oleh

pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

b. Anggaran sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

c. Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal pemerintah yang digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

d. Anggaran sebagai alat politik digunakan untuk prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut.

e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi. Setiap unit kerja pemerintahan terlihat dalam proses penyusunan anggaraan.

f. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja.

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif).

g. Anggaran sebagai alat motivasi. Anggaran dapat digunakan sebagai alat memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efesien dalam mencapai target yang tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

h. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik.

Menurut Mursyidi (2013) belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Menurut Yunus dan Radjab (2018) belanja langsung merupakan belanja yang dipakai untuk membiayai program atau kegiatan yang berdampak langsung terhadap kinerja pemerintah daerah yang pelaksanaannya melalui SKPD dalam lingkup pemerintah daerah.

Menurut Khusaini (2018) belanja langsung adalah belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Belanja langsung dapat berupa:

1) Belanja pegawai merupakan belanja untuk honorarium/upah dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan. Belanja pegawai dapat meliputi:

a. Honorarium pegawai negeri sipil (PNS)

(4)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.03, September 2020, pp 332-340 335 b. Honorarium non pegawai negeri sipil.

c. Uang lembur.

d. Belanja beasiswa pendidikan PNS.

e. Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan teknis PNS.

2) Belanja barang yang digunakan untuk pengadaan/pemebelian barang yang manfaatnya paling lama 12 bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan. Jenis belanja ini meliputi:

a. Belanja bahan habis pakai.

b. Belanja bahan/material.

c. Belanja jasa kantor.

d. Belanja premi asuransi.

e. Belanja perawatan kendaraan bermotor.

f. Belanja cetak dan pengadaan.

g. Belanja sewa rumah/gedung/kantor.

h. Belanja sewa sarana mobilitas.

i. Belanja sewa alat berat

j. Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor

k. Belanja Makan dan Minuman

l. Belanja pakaian dinas dan atributnya.

3. Belanja modal

Menurut Halim dan Abdullah dalam Asnidar et al (2019), belanja modal merupakan pengeluaran untuk perolehan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari periode akuntansi. Belanja modal termasuk, belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi, serta belanja aset tetap lainnya.

Sedangkan Nordiawan dalan Asnidar et al (2019) menyatakan bahwa belanja modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau pembangunan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, meliputi:

a. Tanah b. Peralatan c. Mesin

d. Gedung dan bangunan.

e. Jalan f. Irigasi.

g. Dan aset tetap lainnya.

Anggaran berbasis kinerja (Perfomace based budgeting) pada dasarnya adalah

sebuah sistem pengadaan yang berorientasi pada output. Halim dalam Gabriel et al (2016) menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan- kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah (Astria, 2016).

Anggaran berbasis kinerja (ABK) adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja (Nurkholis dan Khusaini, 2019).

Menurut Noerdiawan dalam Astria, (2016) tahap-tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Strategi Organisasi (Visi Dan Misi)

b. Pembuatan Tujuan c. Penetapan Aktivitas

d. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan

Dalam menyusun anggaran berdasarkan berdasarkan kinerja, organisasi ataupun unit organisasi tidak hanya diwajibkan menyusun anggaran atas dasar fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja tetapi juga menetapkan kinerja yang ingin dicapai. Kinerja tersebut antara lain dalam bentuk keluaran (output) dari kegiatan yang akan dilaksanakan dan hasil (outcome) dari program yang telah ditetapkan. Apabila telah ditetapkan prestasi (kinerja) yang hendak dicapai, baru kemudian dihitung pendanaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran atau hasil yang ditargetkan sesuai rencana kinerja.

1. Prinsip – Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja.

1. Prinsip Value For Money

(5)

Dalam kaitan dengan penggaran prinsip ini digunakan untuk menilai apakah Negara telah mendapatkan manfaat maksimal dari belanja yang dilakukan serta pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.

2. Prinsip Good Corporate Govermance Prinsip good corporate govermance telah diadopsi oleh hampir semua pemerintahan yang mengaku menjalankan administrasi publik yang modern.

Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah berbasis kinerja dapat dikembangkan untuk:

1. Melayani berbagai tujuan antara lain sebagai pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari

penggunaan dana dan

pertanggungjawaban kepada publik.

2. Sebagai alat pengukuran dan pertangungjawaban kinerja pemerintah tersebut.

3. Sebagai suatu metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan.

4. Penganggaran berbasis kinerja yang efektif akan mengidentifikasikan keterkaitan antara nilai uang dan hasil, serta menjelaskan bagaimana keterkaitan tersebut dapat terjadi.

2. Fungsi-fungsi penganggaran secara umum Fungsi-fungsi penganggaran secara umum menurut Tjandra (2015): 1) Financial control of inputs, ialah pengendalian terhadap masukan-masukan berupa belanja pegawai dan belanja langsung. 2) Management of ongoing activities, ialah menggunakan informasi biaya, aktivitas, dan hasil-hasil guna mengevaluasi keberhasilan program. 3) Planning, ialah sistem penganggaran dipergunakan untuk perencanaan masa yang akan dating dalam dua cara, pertama yaitu sistem anggaran mewajibkan setiap instansi menghitung berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk program yang diusulkan dan jika mungkin mengaitkan biaya-biaya tersebut dengan tingkat aktivitas untuk selama beberapa tahun dimasa mendatang. Kedua sistem anggaran mewajibkan kementerian Negara/lembaga pengguna anggaran beserta unit-unitnya untuk menerapkan perencanaan strategis. Selanjutnya, usulan

anggaran, penetapan anggaran dan pelaksanaannya harus selalu mengacu kepada rencana-rencana tersebut. 1) Setting priorities, ialah sistem penganggaran membantu dalam penentuan prioritas program dari instansi-instansi yang mengusulkan anggaran. 2) Accountability,ialah sistem penganggaran dipergunakan untuk menginformasikan kualitas pencapaian sasaran strategis berdasarkan out-comes yang dicapai.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah peneliti menggunakan analisis kuantitatif bersifat deskriptif yaitu mengevaluasi realisasi anggaran belanja langsung dengan menghitung analisis rasio efektivitas penggunaan anggaran. Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah Data kualitatif, yaitu gambaran umum Dinas Penataan Ruang Kota Makassar dan struktur organisasi, dan Data kuantitatif, yaitu target dan realisasi anggaran Dinas Penataan Ruang Kota Makassar tahun anggaran 2017-2018.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, baik dari informasi maupun pihak lain yang terkait dan Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil publikasi oleh instansi yang terkait terutama yang berhubungan dengan keuangan pemerintah.

Penelitian dilakukan pada Dinas Penataan Ruang Kota Makassar ini terletak di Jalan Urip Sumoharjo No.8 Makassar Telp.0411-435550 Makassar 902232 E-mail:

[email protected].

Tempat penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data, informasi, keterangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

Adapun waktu dilakukannya penelitian yaitu sekitar dua bulan.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalahData kualitatif, yaitu gambaran umum Dinas Penataan Ruang Kota Makassar dan struktur organisasi dan Data kuantitatif, yaitu target dan realisasi anggaran Dinas Penataan Ruang Kota Makassar tahun anggaran 2017-2018.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, baik dari informasi maupun pihak

(6)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.03, September 2020, pp 332-340 337 lain yang terkait dan Data Sekunder adalah

data yang diperoleh dari hasil publikasi oleh instansi yang terkait terutama yang berhubungan dengan keuangan pemerintah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikutObervasi , Wawancara, Dokumentasi.

Untuk memecahkan masalah pokok dalam penelitian ini, maka digunakan metode analisis analisis deskriptif menurut Sugiyono (2009) adalah mengumpulkan data- data sesuai dengan sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah, dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.Analisis rasio efektivitas penggunaananggaran (Halim, 2013), yaitu:

𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐄𝐟𝐞𝐤𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐄𝐟𝐞𝐤𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬

= 𝐑𝐞𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 𝐀𝐧𝐠𝐠𝐚𝐫𝐚𝐧

𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐀𝐧𝐠𝐠𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐚𝐱𝟏𝟎𝟎%

Kriteria efektivitas penggunaan anggaran Menurut Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 tahun 1996, kriteria tingkat efektivitas penggunaan anggaran sebagai berikut:

Tabel 1.

Kriteria Tingkat Efektivitas Penggunaan Anggaran Kriteria

Persentase Kinerja Efektivitas Sangat efektif Lebih dari 100%

Efektif 91%-100%

Cukup Efektif 81%-90%

Kurang Efektif 61%-80%

Tidak Efektif Dibawah 60%

Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada laporan keuangan Dinas Penataan Ruang Kota Makassar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu realisasi anggaran. Laporan realisasi anggaran Dinas Penataan Ruang Kota Makassar menyajikan informasi realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran dan telah dilakukan rekonsiliasi sebelumnya dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) setiap bulannya. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen anggaran serta menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya suatu periode pelaporan.

Laporan realisasi anggaran Dinas Penataan Ruang Kota Makassar meliputi pendapatan dan belanja namun yang diuraikan dalam laporan ini hanya pada realisasi belanja. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Perbandingan anggaran dan realisasi belanja langsung Dinas Penataan Ruang Kota Makassar tahun 2017.

Tabel 2.

Laporan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Penataan

Ruang Kota Makassar Tahun Anggaran 2017

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 2 tersebut nampak bahwa jumlah realisasi belanja Dinas Penataan Ruang Kota Makassar terealisasi sebesar Rp 8.783.038.738 atau 80,77%. Jadi terdapat selisih kurang anggaran sebesar Rp 2.091.252.962 Tingkat kriteria efektivitas penggunaan anggaran belanja tahun 2017 cukup efektif karena presentasi capaian sebesar 80,77%.

Berikut perbandingan anggaran dan realisasi belanja langsung Dinas Penataan Ruang Kota Makassar tahun 2018 :

Tabel3.

Laporan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Penataan Ruang Kota Makassar

Tahun Anggaran 2018

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

Realisasi di Atas (Bawah) Anggaran

(RP)

%

1 Belanja

Pegawai 4.497.166.000 4.158.848.748 338.317.252 92,48 2 Belanja

Barang 5.991.875.700 4.624.189.990 1.367.685.710 77,17 3 Belanja

Modal 385.250.000 - 385.250.000 100

JumlahBelanja 10.874.291.700 8.783.038.738 2.091.252.962 80,77

(7)

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 3 tersebut nampak bahwa jumlah realisasi belanja Dinas Penataan Ruang Kota Makassar terealisasi sebesar Rp 10.096.190.641 atau 83,38%. Jadi terdapat selisih kurang anggaran sebesar Rp 2.013.072.359 Tingkat kriteria efektivitas penggunaan anggaran belanja tahun 2018 cukup efektif karena presentasi capaian sebesar 83,38%.

Tabel4.

Analisis Rasio Tingkat Efektivitas Anggaran Belanja

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa tahun 2017 anggaran belanja yang ditetapkan kepada Dinas Penataan Ruang Kota Makassar sebesar Rp 10.874.291.700 dan anggaran yang terpakai (realisasi) sebesar Rp 8.783.038.738. Sehingga dana yang masih tersisa sebesar Rp 2.091.252.962 akan dimasukkan kembali ke kas umum Negara untuk digunakan pada tahun anggaranberikutnya. Pada tahun 2017 tingkat efektivitas anggaran belanja tergolong cukup efektif sebesar 80,77%. Hal ini terjadi karena adanya instruksi presiden tentang penghematan pada belanja barang khususnya perjalanan dinas.

Pada tahun 2018 anggaran belanja yang ditetapkan kepada Dinas Penataan Ruang Kota Makassar sebesar Rp

12.109.263.000 dan anggaran yang terpakai (realisasi) sebesar Rp 10.096.190.641.

Sehingga dana yang masih tersisa sebesar Rp 2.013.072.359 akan dimasukkan kembali ke kas umum Negara untuk digunakan pada tahun anggaran berikutnya. Pada tahun 2018 tingkat efektivitas anggaran belanja sebesar 83,38%. Tingkat efektivitas pada tahun 2018 tersebut cukup efektif. Mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 2,61%. Hal ini terjadi karena adanya instruksipresiden tentang penghematan pada belanja barang khususnya perjalanan dinas.

Tabel5.

Analisis Rasio Tingkat Efektivitas Anggaran Belanja Pegawai

Pegawai

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa realisasi belanja pegawai tahun 2017 dan 2018 memiliki trend yang hampir sama dan kriteria efektivitas yaitu efektif karena merupakan pengeluaran rutin atau belanja yang mengikat. Tingkat efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu dari anggaran sebesar Rp 4.367.271.000 terealisasi sebesar Rp 4.367.271.000 atau 93,19%, mendekati dari anggaran yang ditetapkan. Sementara realisasi terendah terjadi pada tahun 2017, yaitu dari anggaran sebesar Rp 4.997.166.000teralisasi sebesar Rp 4.158.848.748 atau 92,48%. Realisasi belanja pegawai terdiri dari gaji pokok, tunjangan- tunjangan, uang makan dan lembur pegawai sebagaimana terinci dalam lampiran hasil penelitian ini.

Tabel 6 Analisis Rasio Tingkat Efektivitas Anggaran Belanja Barang

No Uraian Anggaran

(RP)

Realisasi (RP)

Realisasi di Atas (Bawah) Anggaran

(RP)

%

1. Belanja Pegawai

4.367.271.000 4.070.050.314 297.220.686 93,19

2. Belanja Barang

7.691.992.000 6.026.140.327 1.665.851.673 78,34

3. Belanja Modal

50.000.000 - 50.000.000 100

Jumlah Belanja 12.109.263.000 10.096.190.641 2.013.072.359 83,38

Tahun Target/Anggaran (RP)

Realisasi (RP)

Tingkat Efektivitas

(%)

Kriteria

(1) (2) (3) (3/2) (4)

2017 10.874.291.700 8.783.038.738 80,77 Cukup

Efektif

2018 12.109.263.000 10.096.190.641 83,38 Cukup Efektif

Tahun Target/Anggaran (RP)

Realisasi (RP)

Tingkat Efektivitas

(%)

Kriteria

(1) (2) (3) (3/2) (4)

2017 4.497.166.000 4.158.848.748 92,48 Efektif

2018 4.367.271.000 4.070.050.314 93,19 Efektif

(8)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.03, September 2020, pp 332-340 339

Tahun Anggaran

(RP)

Realisasi (RP)

Tingkat Efektivitas

(%) Kriteria

(1) (2) (3) (3/2) (4)

2017 5.991.875.700 4.624.189.990 77,17 Kurang

efektif

2018 7.691.992.000 6.026.140.327 78,34 Kurang

efektif

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 6 nampak bahwa realisasi belanja barang tahun 2017 tingkat efektivitas yaitu kurang efektif dari total anggaran sebesar Rp 5.991.875.700 dan capaian realisasi sebesar Rp 624.189.990 atau 77,17%. Capaian pada tahun 2017 merupakan terendah karena adanya instruksi presiden terkait penghematan anggaran khususnya perjalanan dinas. Pada tahun 2018 tingkat efektivitas masih kurang efektif dimana realisasi belanja barang mengalami peningkatan yang cukup siginifikan yaitu dari anggaran sebesar Rp 7.691.992.000 terealisasi sebesar Rp 6.026.140.327 atau 78,34%.

Tingkat efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu dari anggaran sebesar Rp 7.691.992.000 terealisasi sebesar Rp 6.026.140.327 atau 78,34%. Sementara realisasi terendah terjadi pada tahun 2017, yaitu dari total anggaran sebesar Rp 5.991.875.700 dan capaian realisasi sebesar Rp 624.189.990 atau 77,17%. Realisasi belanja barang terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non-operasional, belanja pemeliharaan, belanja langganan daya dan jasa, belanja barang persediaan, belanja sewa, belanja honorarium dan belanja perjalanan dinas sebagaimana terinci dalam lampiran hasil penelitian ini.

Tabel7.

Analisis Rasio Tingkat Efektivitas Anggaran Belanja Modal

Tahun Anggaran

(RP)

Realisasi (RP)

Tingkat Efektivitas

(%) Kriteria

(1) (2) (3) (3/2) s(4)

2017 385..250.000 - 0 Tidak

efektif

2018 50.000.000 - 0

Tidak efektif

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 7 nampak bahwa realisasi belanja modal tahun 2017 dapat disimpulkan masuk dalam kriteria tidak efektif pada tingkat efektivitasnya dari total anggaran sebesar Rp 385.250.000 dan capaian

realisasi sebesar 0%, begitu pula pada tahun 2018 realisasi belanja modal masuk dalam kriteria tidak efektif dari total anggaran Rp 50.000.000 dan capaian realisasi sebesar 0%.

PENUTUP

Efektivitas penggunaan anggaran belanja langsung terhadap anggaran berbasis kinerja tahun 2017 sebesar Rp 8.783.038.738 atau 80,77%. Jadi terdapat selisih kurang anggaran sebesar Rp 2.091.252.962 Tingkat kriteria efektivitas penggunaan anggaran belanja tahun 2017 cukup efektif karena presentasi capaian sebesar 80,77%.

Efektivitas penggunaan anggaran belanja langsung terhadap anggaran berbasis kinerja tahun 2018 sebesar Rp 10.096.190.641 atau 83,38%. Jadi terdapat selisih kurang anggaran sebesar Rp 2.013.072.359 Tingkat kriteria efektivitas penggunaan anggaran belanja tahun 2018 hanya cukup efektif karena presentasi capaian sebesar 83,38%.

Realisasi belanja modal 2017 tidak efektif, berdasarkan tabel diatas nampak bahwa realisasi belanja modal tahun 2017 dapat disimpulkan masuk dalam kriteria tidak efektif pada tingkat efektivitasnya dari total anggaran sebesar Rp 385.250.000 dan capaian realisasi sebesar 0%, begitu pula pada tahun 2018 realisasi belanja modal masuk dalam kriteria tidak efektif dari total anggaran Rp 50.000.000 dan capaian realisasi sebesar 0%.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. & Ita, H. (2012). Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian akses pada tanggal 11 September 2019 melalui website https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publk kasi artikel-anggaran-dan- perbendaharaan/11459-relevansi- disiplin-pegawai-negeri-sipil-dan- anggaran-berbasis-kinerja.

Amalia, F. (2014). Analisis Penyusunan Anggaran Belanja Daerah Berbasis Kinerja Pada Biro Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi.

Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.

Angrayni, L & Yusliati. (2018). Efektivitas Rehabilitasi Pecandu Narkotika Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kesejahteraan Di Indonesia. Edisi

(9)

Pertama. Ponorogo. Uwais Inspirasi Indonesia.

Anwar, C., Sari, Y., & Barusman, T. M (2012). Analisis Penggunaan Anggaran Biaya Administrasi Umum dan Efisiensi Terhadap Peningkatan Kinerja Supervisior.

Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.3. No.1 Hal.139-152.

Arindya, R. (2019). Efektivitas Organisasi Tata Kelola Minyak Bumi Dan Gas. Surabaya. Media Sahabat Cendekia.

Asnidar & Sintia, N.H (2019). Pengaruh Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Langsa. Jurnal Samudra Ekonomika, Vol. 3, No. 1, April 2019. Hal. 11.

Astria, F. V. (2016). Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Kota Langsa. Jurnal Samudra Ekonomi, Vol.3, No. 1, April 2019. Hal 11.

Erawati, I., Darwis. M., & Nasrullah. M (2017). Efektivitas Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan PallanggaKabupaten Gowa.

Vol.3No.1

Farouq, I. J (2017). Pengaruh Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Terhadap Kemiskinan,.

Jurnal Vol.17 No.1. Hal. 55- 59.

Forum Studi Keuangan Negara (2017). Essai Keuangan Negara. Cetakan Pertama.

Yogyakarta. Penerbit Diandra Kreatif.

Gabriel, A.M., Tinangon, J. J., & Elim. I.

(2016). Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Untuk

Menunjang Publik Pada Badan Lingkungan Hidup Kota Manado. Jurnal EMBA Vol.4 No.3. Hal.

553- 563.

Hasanah, N. dan Fauzi,A. (2017).

Akuntansi Pemerintahan.

Bogor . Penerbit In Media.

Indriantoro, N & Supomo B (2014).

Metodologi Penelitian Bisnis.

Edisi Pertama. Cetakan Ke 6. Yogyakarta. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Khusaini, M. (2018). Keuangan Daerah.

Cetakan Pertama. Malang.

Penerbit UB Press.

Mursyidi, S.E. (2013). Akuntansi Pemerintahan Di Indonesia.

Cetakan Kedua. Bandung.

PT.Refika Aditama.

Nurfadly (2018). Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Belanja Pada Satuan Kerja Klimatologi Maros. Skripsi.

Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar.

Nurkholis dan Khusaini, M (2019).

Penganggaran Sektor Publik.

Malang. Tim UB Press.

Panggulu, Y. T. (2013). Efektivitas Kebijakan Retribusi Pada Dinas Pengelolaan Pasar Kebersihan dan Pertamanan Di Kabupaten Kepulauan Talaut.

Jurnal Vol.2. No.4.

Referensi

Dokumen terkait

Autumn lambing accentuates the normal de- crease in wool production in autumn and, be- cause most of this decrease in volume is due to a decrease in fibre diameter, there is an increase

[r]