• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pupuk Organik pada Nitrogen, Fosfor, dan Produksi Kedelai di Tanah Masam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Efektivitas Pupuk Organik pada Nitrogen, Fosfor, dan Produksi Kedelai di Tanah Masam "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun 2020

Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19

Efektivitas Pupuk Organik pada Nitrogen, Fosfor, dan Produksi Kedelai di Tanah Masam

Ulfa Mutammimah1, Slamet Minardi2, Suryono2, Ongko Cahyono2, dan Sudadi2

1 Program Studi S2 Ilmu Tanah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

2 Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Abstrak

Permasalahan pada tanah masam adalah produktivitas tanah yang rendah karena minimnya unsur hara tersedia dan tingkat keasaman yang cukup tinggi. Upaya optimalisasi lahan masam dapat dilakukan dengan aplikasi pupuk organik untuk meningkatkan kecukupan unsur hara tersedia di dalam tanah. Unsur hara yang berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen diperlukan tanaman dalam pembentukan organ vegetatif, sedangkan fosfor berperan penting dalam fase generatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk organik terhadap N, P, dan produksi kedelai di tanah masam.

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Jumantono Karanganyar pada bulan Januari-April 2020 menggunakan rancangan acak kelompok lengkap meliputi : P0 (kontrol), P1 (pupuk kandang 5 ton/ha+BFA 2,5 ton/ha), P2 (pupuk kandang 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha), P3 (pupuk kandang 5 ton/ha+dolomit 2,5 ton/ha), P4 (pupuk kandang 5 ton/ha+dolomit 5 ton/ha), P5 (pupuk kandang 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha+dolomit 5 ton/ha). P5 menunjukkan peningkatan pada tinggi tanaman, kadar klorofil, berat kering tanaman kedelai, kadar N total (0,70%), kadar P tersedia (2,6 ppm). P5 juga menunjukkan produksi mencapai 1,39 ton/ha dengan kualitas berat 100 biji 9,55 g.

Kata kunci: pupuk organik, nitrogen, fosfor, kedelai, tanah masam

Pendahuluan

Perluasan areal tanam komoditas pertanian seperti kedelai dilakukan dengan memanfaatkan lahan masam yang umumnya memiliki pH rendah yang menyebabkan tingginya kandungan Al, Fe, dan Mn larut yang bisa menjadi racun bagi tanaman (Suryantini, 2014).

Perbaikan tanah masam dapat dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesuburan tanah, sehingga ketersediaan unsur hara akan tercukupi bagi tanaman. Karakteristik lahan sub optimal dicirikan dengan tingkat kesuburannya sangat menurun sehingga cepat atau lambat akan menjadi tidak berfungsi sebagai unsur produksi pertanian (Edarwanto dan Sudaryono, 2016).

(2)

Upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai harus sinergi dengan peningkatan kesuburan tanah melalui pupuk, terutama pupuk organik. Fatkur et al., (2010) menyebutkan bahwa peningkatan produktivitas kedelai dapat dilakukan dengan teknologi pemupukan.

Penggunaan pupuk organik dapat membantu memodifikasi iklim mikro tanaman, dapat meningkatkan kapasitas pertukaran kation tanah, yang dapat meningkatkan produksi kedelai (Enujeke et al., 2013). Pupuk organik berbahan dasar kotoran hewan pada umumnya mampu meningkatkan kandungan unsur hara makro (N, P, dan K). kombinasi beberapa macam pupuk organik seperti pupuk kandang dengan batuan fosfat alam maupun dolomit diharapkan mampu menciptakan kondisi yang optimal bagi ketersediaan hara tanaman. Bahan organik tanah berperan untuk mencegah pengendapan unsur fosfor oleh aluminium dan besi (Sumarsono 2010). BFA berperan dalam penyediaan unsur P, sedangkan dolomit menciptakan kondisi pH yang sesuai untuk keberlangsungan proses mineralisasi unsur hara dari pupuk organik yang digunakan. Kasno (2009) menyebutkan bahwa batu fosfat tidak hanya mengandung nutrisi P tetapi juga memiliki kandungan nutrisi sekunder seperti Ca dan Mg yang relatif lebih tinggi.

Kondisi ini mendorong batuan fosfat bisa bermanfaat sebagai bahan untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Aplikasi pupuk organik dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan biasanya relatif kurang tersedia sehingga diperlukan pengkayaan penggunaan pupuk organik dengan aplikasi fosfat alam dan dolomit untuk pembentukan ADP dan ATP pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi perlakuan bahan organik dengan fosfat alam meningkatkan pH, P-tersedia tanah (Batubara, 2014). Bahan organik yang dikombinasikan dengan dolomit nyata meningkatkan hasil kedelai hingga 76% (Sudaryono et al., 2011). Pemberian pupuk P secara tunggal justru tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Sudaryono et al., 2011, Hanum 2013). Uguru et al. (2012) menyebutkan bahwa penambahan kapur 1,15 ton/ha meningkatkan pH tanah dari 5,5 menjadi 6,0 dan meningkatkan hasil kedelai dari 1,32 ton/ha menjadi 1,5 ton/ha. Fosfat alam dengan kandungan Ca mempunyai reaktivitas tinggi sehingga sesuai digunakan pada tanah-tanah masam. Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan penelitian tentang pengkayaan nutrisi pupuk organik dengan BFA dan dolomit terhadap kondisi N, P, dan produksi kedelai di tanah masam.

Metodologi

Penelitian dilaksanakan Januari-April 2020 di Lahan Pertanian Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan

(3)

Tanah UNS. Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) meliputi : P0 (kontrol), P1 (pupuk kandang 5 ton/ha+BFA 2,5 ton/ha), P2 (pupuk kandang 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha) , P3 (pupuk kandang 5 ton/ha+dolomit 2,5 ton/ha), P4 (pupuk kandang 5 ton/ha+dolomit 5 ton/ha), P5 (pupuk kandang 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha+dolomit 5 ton/ha).

Lahan dibuat 4 blok dengan jarak antar blok 50 cm dan ukuran 2m x 1m sejumlah 6 petak sehingga diperoleh 24 petak tanam dan jarak tanam 20cm x 25cm.

Penelitian laboratorium meliputi persiapan sampel tanah awal, sampel tanah setelah 1 minggu inkubasi perlakuan, dan sampel tanah akhir setelah masa tanam yang siap uji (tanah kering angin). Analisis laboratorium meliputi pengamatan terhadap sampel tanah awal, sampel tanah akhir, analisis brangkasan tanaman, analisis klorofil tanaman, dan pupuk yang digunakan. Beberapa analisis yang dilakukan di laboratorium antara lain : pH, tekstur tanah, kejenuhan basa, kapasitas tukar kation, bahan organik, Nitrogen tanah, P tersedia, P total, K tersedia, K total, biomassa mikroba N, kadar klorofil tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F 5 %, apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 5 %.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Lokasi Penelitian

Tabel 1. Karakteristik tanah, batuan fosfat alam, pupuk kandang, dan dolomit

Karakteristik Kimia Tanah Harkat Dolomit BFA Pupuk Kandang

pH H20 5,6 masam 7,1 8,1 6,6

C-organik (%) 0,62 rendah - - 14,34

KTK (cmol.kg-1) 16,1 sedang - - -

Kejenuhan Basa (%) 17,13 tinggi - - -

N Total (%) 0,26 rendah - - 1,7

P Tersedia (ppm) 1,93 rendah - - 0,30

K Tersedia

(cmol(+)/kg)

0,24

rendah - 0,5

Ca (cmol.kg-1) 1,74 rendah 21 - 0,56

Mg (cmol.kg-1) 0,44 rendah 10,8 - 0,88

P total (%) 2,04 rendah - 1,95 0,50

Tekstur Pasir 15,05%

Lempung 47,67%

Debu 13,28%

Clay - - -

(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah masam pada lokasi penelitian merupakan jenis tanah alfisol pada Soil Taksonomi USDA. Alfisols merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki kandungan pH rendah (masam) yang disebabkan karena adanya pengkhelatan Al dan Fe. Triatmoko et al., (2019) menyebutkan bahwa Alfisols memiliki masalah dalam sifat kimia tanah salah satunya adalah ketersediaan P rendah akibat terikat oleh Al dan Fe. Upaya perbaikan pada tanah Alfisol dilakukan dengan pemberian pupuk kandang, dolomit, dan BFA mampu memperbaiki sifat-sifat tanah namun mudah terdekomposisi oleh mikroba tanah sehingga membutuhkan dosis yang cukup tinggi dan dalam jumlah yang cukup besar (Nurhayati, 2015). Mosebi et al. (2015) menyebutkan bahwa penerapan kotoran sapi memiliki peran yang berpotensi sangat penting sebagai amandemen untuk memperbaiki siklus nutrisi.

Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai pupuk kandang memiliki kadar unsur hara yang cukup tinggi. Minardi et al., (2020) menyebutkan bahwa pupuk kandang adalah bahan yang bisa digunakan untuk memperbaiki karakteristik sifat kimia tanah dengan penambahan bahan yang cocok meningkatkan produktivitas tanaman. Hasil penelitian terhadap Batuan fosfat alam (BFA) yang digunakan pada penelitian menunjukkan nilai pH 8,1 dan nilai P total 1,95%. Total kandungan fosfat dan kalsium dalam batuan fosfat bervariasi antara 8,79 - 31,88% P2O5, dan 0,60 - 57,50% Ca (Kasno dan Sutriadi 2012). Batuan fosfat, dapat melakukan mineralisasi tanah dan meningkatkan kualitas tanaman dan struktur tanah. Namun, kegunaan utamanya adalah untuk meningkatkan fosfat di mana levelnya rendah dan/atau untuk meningkatkan aktivitas akar dalam transplantasi dan menumbuhkan benih. Dolomit yang digunakan pada penelitian menunjukkan nilai kadar Ca 21 cmol.kg-1 dan Mg 10,8 cmol.kg-1 untuk meningkatkan kesuburan tanah masam karena mengurangi Al3+ yang dapat ditukar melalui penggantian dengan Ca2+ dan Mg2+. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Lahudin (2010) bahwa tujuan pengapuran adalah penetralan aluminium dapat ditukar, hidrogen dan mangan dapat ditukar, dan mensuplai Ca dan Mg.

pH Tanah

Pengkayaan pupuk organik menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pH tanah secara statistik, tetapi menunjukkan nilai pH yang meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pupuk kandang yang dikombinasikan dengan dolomit atau BFA maupun kombinasinya meningkatkan pH tanah dan menurunkan keasaman yang dapat ditukar, karena alkali dan ion OH telah berkontribusi mengurangi ion Al3+ dan H+ di dalam tanah. Pupuk kandang mengalami dekomposisi pelepasan kation yang dapat ditukar dengan larutan tanah,

(5)

yang menggantikan ion Al3+ dan H+ di lokasi penyerapan tanah sehingga meningkatkan pH tanah dan mengurangi keasaman yang dapat ditukar (Khoi et al., 2010).

Peningkatan pH tanah P3 dan P4 karena penambahan CaO yang bereaksi dengan air yang mengarah ke produksi ion OH- yang terbentuk Al(OH)3 dan H2O dengan demikian meningkatkan pH tanah dan mengurangi keasaman yang dapat ditukar. Aplikasi kapur menyebabkan peningkatan pH tanah dan menurun keasaman yang dapat dipertukarkan dengan tanah (The et al., 2001; Nekesa et al., 2005).

Tabel 2. pH H2O tanah alfisol setelah perlakuan pupuk organik

Perlakuan pH H2O Harkat

P0 6,3 a Agak masam

P1 6,39 a Agak masam

P2 6,5 a Agak masam

P3 6,7 a Netral

P4 6,71 a Netral

P5 6,73 a Netral

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang dikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%

Tanah dengan pH rendah (pH <5) memiliki konsentrasi ion H+ dan Al3+ yang tinggi, yang mempengaruhi secara negatif ketersediaan nutrisi lain untuk tanaman. Menurut Benhindo et al., (2014) aplikasi pupuk kandang, kapur dikombinasikan dengan BFA meningkatkan pH tanah dibandingkan dengan hanya menggunakan kombinasi pupuk kandang dan dolomit.

Aplikasi P3 dan P4 menunjukkan nilai pH 6,7 dan 6,71 pada harkat netral. Apliaksi P5 merupakan kombinasi dolomit, pupuk P, dan pupuk kandang 5 ton/ha yang mengandung Ca dan Mg mampu meningkatkan pH tanah (Moreira 2015). Pupuk kandang dan dolomit memiliki peran yang sama dalam menetralkan racun AI dan meningkatkan pH di tanah dan meningkatkan sifat fisik dan biologi tanah (Danso et al., 2010).

Nitrogen dan Fosfor Tanah

Konsentrasi P-tersedia di lokasi penelitian menunjukkan hasil sidik ragam bahwa aplikasi pengkayaan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap nilai P tersedia tanah (Tabel 3). Rendahnya status P-tersedia di tanah ini lebih disebabkan oleh bahan organik yang bersifat slow release dalam pelepasan unsur hara. Nilai P tersedia tanah yang rendah juga bisa disebabkan oleh P yang terjerap pada tanah Alfisol. Tan (2000) mengemukakan bahwa fiksasi P terjadi pada tanah masam dan tanah alkalin. Penggunaan pupuk organik BFA dapat meningkatkan pemulihan P dalam tanah dengan mengurangi pembentukan kompleks adsorpsi ireversibel di tanah dengan meningkatkan mobilitas P dalam tanah. Burhan (2016)

(6)

menyebutkan bahwa kombinasi perlakuan antara BFA dan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan fosfat dalam tanah. Proses dekomposisi bahan organik akan melepaskan asam- asam organik yang dapat meningkatkan kelarutan fosfat.

Tabel 3. Kandungan nitrogen total dan fosfor tersedia tanah

Perlakuan N total (%) Harkat P tersedia (ppm) Harkat

P0 0,30 a sedang 2,1 a Sangat rendah

P1 0,37 a Sedang 2,19 ab Sangat rendah

P2 0,40 a Sedang 2,3 abc Sangat rendah

P3 0,54 a Tinggi 2,4 abc Sangat rendah

P4 0,62 a Tinggi 2,49 bc Sangat rendah

P5 0,70 a Tinggi 2,6 c Sangat rendah

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang dikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam aplikasi pupuk kandang, dolomit, BFA, maupun kombinasinya menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap kadar nitrogen total tanah pada tiap-tiap perlakuan secara statistik. N total menunjukkan adanya perbedaan pada perlakuan kontrol dengan N total 0,3% (sedang) dan pada perlakuan dosis tertinggi P5 0,70%

(tinggi). Peningkatan N total tanah disebabkan karena aplikasi pupuk kandang, pupuk P, dan dolomit dapat dikaitkan dengan penambahan bahan organik ke tanah (Amba et al., 2011).

Maerere et al. (2001) di Tanzania juga menemukan bahwa pupuk organik ternak meningkatkan ketersediaan N secara signifikan di tanah yang cukup asam akibat dari mineralisasi kotoran.

Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Pengaruh pupuk kandang, dolomit, dan BFA terhadap tinggi tanaman menunjukkan peningkatan signifikan antar perlakuan pada 31 HST. Tinggi tanaman terendah pada perlakuan kontrol adalah 14,4 cm ; pertumbuhan tinggi tanaman 22,4 cm pada perlakuan P5 (pupuk kandang sapi 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha+Dolomit 5 ton/ha). Penggunaan pupuk organik dalam kombinasi dengan kapur pada tanah asam memiliki efek yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan dalam menjaga kesuburan tanah (Sri et al., 2012). Hasil berat kering tanaman menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada setiap perlakuan. Kombinasi P5 (pupuk kandang sapi 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha + Dolomit 5 ton/ha) meningkatkan berat kering lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Ketersediaan unsur hara yang optimal akan mendorong peningkatan biomassa tanaman karena hasil fotosintat yang optimal dalam pembentukan organ tumbuhan. Wijayanti et al., (2019) menyebutkan bahwa unsur N mempunyai peran utama untuk merangsang pertumbuhan secara

(7)

keseluruhan dan khususnya pertumbuhan batang yang dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman.

Penggunaan pupuk kandang, dolomit, dan BFA menunjukkan hasil yang signifikan pada kadar klorofil tanaman. Kadar klorofil tertinggi pada perlakuan P5 (pupuk kandang sapi 5 ton/ha+BFA 5 ton/ha + Dolomit 5 ton/ha) yaitu 38,1 (mg/g/berat segar daun) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Peningkatan kadar klorofil disebabkan oleh Mg yang tersedia secara optimal dari dolomit yang digunakan. Mg berperan dalam biosintesis klorofil tanaman dan fiksasi karbon sebagai kofaktor dari serangkaian enzim yang terlibat dalam metabolisme karbon (Pabian et al., 2012).

Tabel 4. Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Perlakuan Tinggi

Tanaman (cm)

Kadar Klorofil (mg/g/fresh leaf weight)

Berat Kering (g)

Berat 100 biji (g)

Produksi biji (t.ha-1)

P0 14,4 a 28,9 a 2,03 4,2 a 0,61 a

P1 17,3 b 32,4 ab 2,16 7,25 b 0,70 b

P2 17,8 bc 34,3 abc 2,43 8,3 c 0,8 bc

P3 18,39 cd 30,9 ab 2,47 8,6 c 0,82 c

P4 20 d 34,5 bc 2,47 8,8 c 1,11 d

P5 22,4 e 38,1 c 2,57 9.55 c 1,39 e

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda secara signifikan menurut Uji DMRT pada taraf 5%

Pupuk kandang sebagai sumber organik membutuhkan pembusukan mikroorganisme nutrisi ke tanah dan untuk penyerapan tanaman. Perlakuan P1 menunjukkan produksi kedelai 0,70 ton/ha sedangkan penggunaan dosis yang lebih tinggi pada perlakuan P2 adalah 0,8 ton/ha yang menunjukkan hasil tidak berbeda secara signifikan. Kombinasi pupuk kandang dan BFA menunjukan bahwa kedelai tidak hanya membutuhkan sejumlah besar N untuk menghasilkan tanaman, tetapi menurut Adeli et al., (2014) kedelai juga membutuhkan pasokan konstan P yang tersedia untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Kombinasi pupuk kandang dengan kapur dan BFA maupun kombinasi ketiganya meningkatkan pertumbuhan dan hasil polong kedelai. Kondisi ini menunjukkan pentingnya menggabungkan sumber nutrisi untuk meningkatkan perkembangan tanaman. Pupuk kandang menyediakan nutrisi yang berbeda dan bersama dengan kapur memperbaiki lingkungan tanah dan meningkatkan mineralisasi. Muthaura et al (2017) menyatakan bahwa dolomit berperan dalam memicu aktivitas enzim dan berperan dalam pembentukan benih. Semakin tinggi dosis pupuk kandang, semakin tinggi bobot kering 100 biji.

(8)

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa pengaruh pupuk kandang, dolomit, dan BFA terhadap Nitrogen tidak menunjukkan nilai pengaruh yang signifikan, tetapi mengalami peningkatan kadar nitrogen dan berat brangkasan tanaman kedelai. Kombinasi P5 menunjukkan kadar N total 0,70% dan berat brangkasan tanaman 2,57g.

Aplikasi P5 menunjukkan nilai signifikan pada tinggi tanaman (22,4 cm), kadar klorofil (38,1 mg/g/fresh leaf weight), produksi kedelai (1,39 ton/ha), dan kadar Fosfor Tanah (2,6 ppm).

Ucapan Terimakasih

Penulis berterima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia atas pendanaan penelitian ini melalui Program Unggulan Universitas Sebelas Maret Surakarta (PU-UNS) tahun 2020.

Daftar pustaka

Adeli, A., Sistani, K. R., Rowe, D. E. & Tewolde, H. (2005). Manure management : effects of broiler litter on soybean production and soil nitrogen and phosphorus concentrations. Agronomy Journal, 97: 314 – 321.

Andric, L., Rastija, M., Teklic, T. & Kovacevic, V. (2012). Response of maize and soybeans to liming. Turkish Journal of Agriculture and Forestry, 36: 415 - 420.

Amba, A. A., Agbo, E. B., Voncir, N. & Oyawoye, M. O. (2011). Effect of phosphorus fertilizer on some soil chemical properties and nitrogen fixation of legumes at Bauchi.

Continental Journal of Agricultural Science, 5(1): 39 – 44.

Batubara IS, Fauzi, Kemala SL. (2014). Pengaruh pemberian fosfat alam dan bahan organik terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhan dan produksi padi Oryza sativa l.) pada tanah sulfat masam potensial. Jurnal Online Agroekoteknologi 2(3) : 1251- 1259 Benvindo V, Serafim, Danga, Benjamin Oginga, Mugwe, Jayne Njeri. (2013). Effects of

manure, lime and mineral P fertilizer on soybean yields and soil fertility in a humic nitisol in the Central Highlands of Kenya. 2. 283-291.

Danso, S. K. A. (1992). Biological nitrogen fixation in tropical agro-ecosystems: Twenty years of biological nitrogen fixation research in Africa. In K. Mulongoy, M. Gueye & D.

S. C. Spencer (Eds). Biological nitrogen fixation and sustainability of tropical agriculture. Chichester, UK: John Wiley and Sons Ltd. pp 3 – 13.

Edarwanto Q D dan Sudaryono T. (2016). Rehabilitasi Lahan Marginal dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Konservasi Air. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Banjarbaru, 20 Juli 2016

Enujeke, E.C., Ojeifo, I.M., and Nnaji, G.U. (2013). Residual effects of organic manure and inorganic fertilizer on maize grain weight and some soil properties in Asaba area of Delta State. International Journal of Advanced Biological Research 3(3):433-442.

Fatkur, Supriyadi, T. and Haryuni. (2010). Effects of plant density and doses of manure on potato growth and yield (Solanum tuberosum L.) Granola varieties. Agrineca 10:121-134 (in Indonesian).

(9)

Kasno A dan MT Sutriadi. (2012). Indonesian rock-phosphate effectivity for maize crop on ultisols soils. Agrivita 34(1) : 14-21. DOI 10.17503/Agrivita-2012-34-1-p014-021 Khoi, C. M., Guong, V. T., Trung, P. N. M. & Nilsson, S. I. (2010). Effects of compost and

lime amendment on soil acidity and N availability in acid sulfate soil. Paper presented on 19th World Congress of Soil Science, Soil Solutions for a Changing World, 1st – 6th August 2010, Brisbane, Australia.

Koesrini, Khairil A, dam Eva B. (2015). Penggunaan Kapur dan Varietas Adaptif untuk Meningkatkan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat Masam Aktual. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.

Lahudin, Hardy G, Bintang S et al. (2010). Interaksi kompos dan dolomit: efek interaksi perlakuan kompos dan dolomit pada tanah sangat asam terhadap kadar Ca-dd, Al- dd, dan P-Bray II dalam tanah. J Ilmu Pertanian Kultivar 4(2) : 4-5.

Maerere, A. P., Kimbi, G. G. and Nonga, D. L. M. (2001). Comparative effectiveness of animal manures on soil chemical properties, yield and root growth of amaranthus (Amaranthus cruentus L.). African Journal of Science and Technology, 1(4): 14-21.

Minardi, S., Haniati, I. L., and Nastiti, A. H. L. (2020). Adding manure and zeolite to improve soil chemical properties and increase soybean yield. Sains Tanah Journal of Soil Science and Agroclimatology, 17(1): 1-6 (doi: 10.20961/stjssa.v17i1.41087).

Mosebi et al. (2015). Manure from cattle as fertilizer for soil fertility and growth characteristics of Tall Fescue (Festuca arundinacea) and Smuts Finger grass (Digitaria eriantha).

Livestock Research for Rural Development 27(10).

Nurhayati et al. (2015). Pengaruh Saat Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Wijen di Lahan Pasir Pantai. Sains Peternakan 13(1) : 46- 51

Sudaryono. (2002). Pemberdayaan Alfisol untuk Pengembangan Sentra Area Tanam dan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Bul. Palawija No. 4: 84–99

Pabian SE, Rummel SM, Sharpe WE, Brittingham MC. “Terrestrial liming as a restoration technique for acidified forest ecosystems”. International Journal of Forestry Research. 2012;2012:976809.

Sri N. H. U., Muhsin H., Nasih W. Y. (2012). “NPK Nutrient Absorption in Rice Plants with Various Lengths of Use of Organic Fertilizers on Vertisol Sragen.” Ilmu Tanah dan Lingkunan 10(1): 1-13.

Sumarsono, Syaiful Anwar, Didik Wisnu Widjajanto, Susilo Budiyanto. (2010). Organic fertilizer application on performance and production of king grass in acid soil. The 5th International Seminar on Tropical Animal Production Community Empowerment and Tropical Animal Industry October 19-22, 2010, Yogyakarta, Indonesia.

Suryantini. (2014). Effect of lime, organic and inorganic fertilizer on nodulation and yield of soybean (glycine max) varieties in ultisol soils. Journal of Experimental Biology and Agricultural Sciences 2(1) : 79-83.

The, C., Calba, H., Horst, W. J. & Zonkeng, C. (2001). Maize grain yield correlated responses to change in acidic soil characteristics after 3 years of soil amendments. Paper presented on Seventh Eastern and Southern Africa Regional Maize Conference, 11th – 15th February, 2001. pp. 222 – 227.

Triatmoko V, P Alvernia1 ,I L Haniati , S Minardi , Suntoro W , and D P Ariyanto. (2019).

Zeolite and manure treatment on the increase of N soil, N absorption and soybean production in alfisols. International Conference on Food Science and Engineering.

IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 633 (2019) 012026 IOP Publishing doi:10.1088/1757-899X/633/1/012026.

(10)

Uguru et al., (2012). Responses of Some Soybean Genotypes to Different Soil pH Regimes in Two Planting Seasons. The African Journal of Plant Science and Biotechnology 6(1): 26-37.

Wijayanti P, Endah DH, Sri H. (2019). Pengaruh Masa Inkubasi Pupuk dari Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.).

ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/index. Volume 4 Nomor 1 Februari 2019

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak proses pembelajaran berani di tengah pandemi covid-19 pada mata pelajaran PKn dan untuk mengetahui

- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan tulisan tangan  Topik Situasi yang memungkinkan pemberian saran dan tawaran melakukan tindakan yang dapat