• Tidak ada hasil yang ditemukan

effect of acceptance parents of children with autism

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "effect of acceptance parents of children with autism"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Latar Belakang

Pentingnya penerimaan orang tua terhadap anak autis dalam proses terapi akan sangat menentukan kemajuan proses terapi. Memang terapi okupasi yang diberikan pada setiap anak autis akan lebih efektif bila melibatkan partisipasi aktif orang tua. Tujuannya adalah agar setiap orang tua merasa bahwa mereka mempunyai kepentingan dalam kemajuan yang dicapai anak autis mereka dalam setiap fase terapi.

Oleh karena itu, ada alasan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak autis mempengaruhi terapi okupasi.

Batasan Masalah

Batasan Penelitian

Anak autis mempunyai keterbatasan, salah satunya adalah kemampuan motorik halus, seperti tidak melakukan aktivitas sehari-hari. Kalaupun orang tua menyekolahkannya dan memberikan terapi yang baik oleh orang tua, namun hasilnya sangat mengecewakan mengingat anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama orang tuanya di rumah. Jadi, tidak hanya diperlukan terapi agar tumbuh kembangnya bisa maju, namun juga pola asuh yang baik dari orangtuanya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti membatasi masalah yang dirumuskan menjadi pertanyaan penelitian: “Pengaruh penerimaan orang tua terhadap anak autis terhadap keberhasilan terapi okupasi.”

  • Defenisi Autisme
  • Pembagian Autisme
  • Penegakan Diagnosis dan diagnosis banding
  • Jenis-jenis terapi pada Autisme

Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih ilmiah dan memberikan tambahan wawasan bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian selanjutnya mengenai dampak penerimaan diri orang tua terhadap anak autis yang menjalani terapi okupasi. Penelitian ini bermanfaat untuk berbagi pengalaman dan kesadaran akan pentingnya penerimaan orang tua dalam tumbuh kembang setiap anak yang menjalani terapi. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pemikiran agar lembaga dan terapis dapat mengedukasi orang tua tentang pentingnya penerimaan orang tua terhadap anak autis dalam pekerjaan bagi anak autis.

Pada awal tahun 1938, Dr. Leo Kanner (seorang spesialis psikiatri) melaporkan bahwa dia telah mendiagnosis dan merawat pasien dengan sindrom autistik. Saat itu, dalam penelitian klinisnya, ia memperhatikan bahwa sebelas anak dengan kelainan tersebut menunjukkan perilaku yang tidak terlihat pada anak penyandang disabilitas intelektual. penyakit mental atau skizofrenia. Psikologis: Beberapa alasan yang sama yang membuat Kanner percaya bahwa anak-anak autis memiliki kecerdasan rata-rata, penampilan normal, dan fungsi fisiologis yang tampaknya normal membuat para ahli teori sebelumnya membuat kesalahan dengan mengabaikan pentingnya faktor biologis. Meskipun terdapat banyak teori psikoanalitik tentang penyebab gangguan autis, teori yang paling terkenal dikemukakan oleh Bruno Bettelheim, yang banyak bekerja dengan anak-anak autis.

Faktor Neurologis: Berbagai penelitian EEG sebelumnya pada anak autis menunjukkan banyak di antara mereka yang memiliki gelombang otak tidak normal. Jenis tes neurologis lainnya juga mengungkapkan tanda-tanda disfungsi otak pada banyak anak. Dan otopsi yang dilakukan pada 9 kelompok penelitian independen menemukan kelainan pada otak kecil anak autis, dan kelainan neurologis pada individu dengan autisme menunjukkan bahwa sel-sel otak gagal menyatu dengan baik selama perkembangan otak dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti pada perkembangan otak normal. .

Hal ini akan menyulitkan pemberian layanan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilaku yang mendasarinya. Banyak dari anak-anak ini memerlukan bantuan dalam keterampilan komunikasi dua arah, berteman dan bermain bersama di taman bermain.

Penerimaan Orang tua

Dari berbagai penjelasan mengenai pengertian penerimaan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua berupa perasaan dan perilaku positif yang diungkapkan terhadap anak autisnya akan sangat berguna dalam proses tumbuh kembangnya. Dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak, maka anak dan orang tua pada umumnya akan mampu bersosialisasi dengan baik. Penerimaan orang tua secara total terhadap anaknya memberikan rasa percaya diri yang tinggi pada anak dan dapat mempercepat proses belajar dan tumbuh kembang anak.

Hubungan atau ikatan batin yang kuat antara orang tua dan anak dapat menciptakan rasa aman secara emosional, kedamaian dan kebahagiaan menjadi diri sendiri. Mendukung orang tua seperti menghormati dan menghargai anak sebagai individu yang unik, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya hingga menjadi individu yang mandiri. Orang tua merasa bersalah atas kejadian yang menimpa anaknya, terkadang orang tua juga merasa marah pada tahap ini sebagai reaksi “memberontak” terhadap kondisi anaknya.

Tahap ini merupakan tahap penerimaan awal terhadap keberadaan anak dan pandangan yang lebih realistis terhadap kondisi anak. Jika kedua orang tua dapat mencapai kondisi ini pada saat yang bersamaan, maka akan lebih mudah dalam mengatur pengobatan anaknya di kemudian hari. Pada tahap ini, orang tua mulai bersikap lebih terbuka dan kooperatif dalam menerima dan mengatur pendekatan terhadap anaknya, tergantung kebutuhan anak.

Interaksi timbal balik antara orang tua, lingkungan perawatan, dan pihak lain yang terlibat dalam pemberian dukungan kepada anak akan lebih mungkin terjadi dan terorganisir. Pada tahap ini, orang tua dapat mengusulkan program terapi yang akan disusun, tim terapi yang akan dibentuk, serta jadwal kegiatan dan kunjungan.

Terapi Okupasi

Terapi okupasi merupakan profesi yang membantu anak autis dalam bidang produktivitas yaitu belajar, perawatan diri, dalam hal ini kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, dan waktu luang yaitu cara bermain. Yang dimaksud dengan produktivitas adalah bagaimana agar anak autis dapat menyerap proses belajar dengan maksimal: baik dari segi konsentrasi, menyalurkan energi hiperaktifnya jika ada anak hiperaktif, keterampilan prasekolah (menulis, mewarnai, menggambar, menempel, dll. . ). .) dan segala hal yang berkaitan dengan pencatatan informasi di bidang akademik. Yang dimaksud dengan perawatan diri disini adalah bagaimana mereka secara mandiri melakukan aktivitas seperti makan, minum, berpakaian (kaos, kemeja, celana panjang), memakai sepatu, menyisir rambut, mengancingkan baju, mengancingkan celana, segala sesuatu yang ada hubungannya. dengan pergi ke toilet (BAK dan BAB), dan sebagainya. dll.

Kerangka konsep

Variabel Penelitian

Definisi : Bagaimana perasaan dan perilaku orang tua dapat menerima keberadaan anak tanpa syarat, adapun sikap orang tua terhadap anak autis adalah menerima (favorable) atau tidak menerima (unfavorably). Nilai skala ini mempunyai empat poin yaitu menerima poin, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, jawaban tidak setuju (TS) diberi nilai 2, jawaban setuju (S) diberi nilai 3, dan Sangat setuju (SS) jawabannya diberi nilai 4. Sedangkan untuk pernyataan yang tidak diterima, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4, diberikan jawaban Tidak Setuju (TS).

Terima jika total skor yang diperoleh ≥70 - Tolak jika total skor yang diperoleh <70 o Okupasi terapi. Definisi: Terapi okupasi pada umumnya menekankan pada keterampilan motorik halus, selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar mampu melakukan aktivitas sehari-hari, aktivitas produktif dan pemanfaatan waktu senggang.

Hipotesis

Objek penelitian dalam hal ini adalah seluruh anak autis yang telah menjalani terapi minimal 1 bulan dan masih mempunyai orang tua dalam hal ini ibu kandung di SLB Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, SLB Yoseph Foundation Rajawali, dan SLB YPPLB Cendrawasih. C.

Desain Penelitian

Waktu dan Tempat

Populasi

Populasi yang tersedia dalam penelitian ini adalah penderita autis di SLB Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, SLB Yayasan Yoseph Rajawali dan YPPLB SLB-C Cendrawasih.

Besar Sampel

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

Cara Pengambilan Sampel

Cara Kerja Penelitian

Tekhnik Pengumpulan Data 1. Data primer

Dalam penelitian pengelolaan data yang akan dilakukan, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam analisis penelitian kuantitatif. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah proses coding yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban responden dan tahap selanjutnya adalah memasukkan data ke dalam software komputer dan melakukan proses pembersihan data untuk menghilangkan kesalahan pada data yang dimasukkan. membersihkan.

Analisis Data

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SLB Rajawali Makassar didirikan pada tahun 1978, sekolah ini berlokasi di Jalan Arief Rate No. Keduanya dikelola oleh Joseph Yeemye Foundation yang berpusat di Makassar. Berikut ini adalah kepala sekolah yang mengepalai SLB Rajawali dari tahun 1978 sampai saat ini, yaitu: 1) Sr. Veronica Wa Maundu JMJ, 2) Sr. Jaquiline Tulak JMJ, 3) Yoseph Ribo, 4) Sr. Balbina Imbang JMJ, 5) Priska Lethe, 6) Krispina tepu Palambanan, 7) Sri Muliyana, S.Sos, 8) Sr. Jenjang pendidikan di sekolah ini terdiri dari TKLB (TK Khusus), SDLB (Sekolah Dasar).

Hasil Analisis Univariat

Distribusi anak autis berdasarkan usia ketika pertamakali gejala ditemukan

Distribusi anak autis berdasarkan berdasarkan terapi okupasi

Analisis Bivariat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerimaan orang tua terhadap anak autis dalam terapi okupasi di SLB Makassar. Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p value, dimana tingkat signifikansi 0,05 digunakan dalam penelitian ini. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna apabila mempunyai p-value ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dan dikatakan tidak bermakna bila mempunyai p-value > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Saran

Dari hasil penelitian tersebut, orang tua dalam hal ini ibu kandung dihimbau untuk menerima kondisi anak autis tanpa syarat dan berperan aktif dalam proses terapi anak. Kami sangat berharap bagi para peneliti selanjutnya untuk menyelidiki lebih jauh dan mendalam mengenai dampak penerimaan orang tua terhadap anak autis dalam terapi okupasi. Dalam mengemban amanah Allah SWT, dalam membentuk anak yang fitrah, hendaknya orang tua menjadikan Islam sebagai landasan bimbingan dan pendidikan anak, agar mereka menjadi manusia yang bertakwa dan selalu hidup rukun di sisi Allah. SWT.17.

Oleh karena itu, mengenai pengasuhan dan pengasuhan anak, ajaran Islam tertulis dalam Al-Qur'an, dalam Hadits, tentang pola pengasuhan anak sebelum dan sesudah kelahiran. Harta dan anak-anak adalah hiasan kehidupan dunia, tetapi amal shaleh dan shaleh lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik harapannya.” 18. (Kopi: 46). Apabila suatu obat cocok untuk suatu penyakit, maka akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim).

Kerana Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak meletakkan penyakit, tetapi juga meletakkan penawarnya, kecuali satu penyakit." 44 Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, dia berkata bahawa hadis ini sahih.Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i menshahihkan hadis ini dalam kitabnya Al-Jami' Ash-Shahih mimma Laisa ikan Shahihain, 4/486).

Narkoba itu diketahui oleh orang yang dapat mengenalinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak dapat mengenalinya.” Dalam berobat, banyak cara yang bisa ditempuh asalkan tidak melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. 1993 Persepsi Penerimaan Orang Tua, Konsep Diri dan Prestasi Belajar Pada Remaja Tunarungu Skripsi (tidak dipublikasikan) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

2003 Manajemen Holistik Autisme Pusat Informasi dan Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Distribusi anak autis menurut jenis kelamin
Tabel  Hubungan  Penerimaan  Orang  Tua  Terhadap  Anak  Autis  dalam  terapi  okupasi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

2 doi:10.1128/jmbe.v21i2.1895 This publication is the latest to result from her work on the NSF funded project ”Development and Assessment of Interactive Video Vignette Modules for