• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of EFFORTS OF THE OFFICE OF RELIGIOUS AFFAIRS (KUA) IN REDUCING DIVORCE RATES THROUGH THE SAKINAH FAMILY GUIDANCE PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of EFFORTS OF THE OFFICE OF RELIGIOUS AFFAIRS (KUA) IN REDUCING DIVORCE RATES THROUGH THE SAKINAH FAMILY GUIDANCE PROGRAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

29 | Jurnal Kybernan, Vol. 14, No. 1, 2023

UPAYA KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENGURANGI ANGKA PERCERAIAN MELALUI PROGRAM BIMBINGAN KELUARGA SAKINAH

EFFORTS OF THE OFFICE OF RELIGIOUS AFFAIRS (KUA) IN REDUCING DIVORCE RATES THROUGH THE SAKINAH FAMILY GUIDANCE PROGRAM

Ainur Rofieq1, Rosa Andini2

1,2 Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam “45” Bekasi e-mail: [email protected]

Abstrak

Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.

Oleh karena itu, Kantor Urusan Agama (KUA) Cilamaya Wetan memiliki peran dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dalam rumah tangga melalui Program Bimbingan Keluarga Sakinah. Diharapkan adanya program ini mampu mengurangi kasus perceraian serta menekan kasus kekerasan dalam rumah tangga sehingga meningkatkan kualitas generasi melalui sebuah keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program bimbingan keluarga Sakinah yang dilaksanakan oleh KUA Cilamaya Wetan mampu mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peranan KUA Cilamaya Wetan dalam menyelenggarakan Program Bimbingan Keluarga Sakinah berjalan dengan rutin sesuai dengan standar operasional prosedur dan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat. Adanya hambatan yaitu, kurangnya kesadaran dan partisipasi untuk calon pengantin mengikuti bimbingan keluarga sakinah.

Kata Kunci: Perceraian, Program Bimbingan Keluarga Sakinah, Kantor Urusan Agama Abstract

The background of this study is the number of divorces and domestic violence cases that occurred.

Therefore, the Cilamaya Wetan Religious Affairs Office (KUA) has a role in resolving conflicts that occur in the household through the Sakinah Family Guidance Program. Hopefully, this program will be able to reduce divorce cases and cases of domestic violence to improve the quality of generation through a family. The purpose of this study was to determine whether the Sakinah family guidance program implemented by KUA Cilamaya Wetan was able to reduce divorce and domestic violence. The method used is a qualitative method with a descriptive approach. Data collection is carried out through interviews, observation, documentation, and literature studies. The results of this study can be seen that the role of KUA Cilamaya Wetan in organizing the Sakinah Family Guidance Program runs regularly by standard operating procedures and gets a positive response from the community. Some obstacles are, lack of awareness and participation for brides-to-be to follow the guidance of the Sakinah family.

Keywords: Divorce, Sakinah family guidance program, office of religious affairs

I. Pendahuluan

Kesetaraan dan keadilan dalam menjalani rumah tangga telah menjadi sebuah harapan setiap pasangan agar tidak ada penindasan dan pertikaian (Kumala &

Tresnawaty, 2019). Pertikaian dalam rumah tangga sangat berdampak pada kokohnya keluarga yang telah dibangun, meskipun telah dilakukan cara-cara seperti mencari jalan keluar terbaik untuk menengahi serta adanya sikap saling mengalah dan

(2)

pengertian. Akan tetapi apabila kedua belah pihak sudah memberi keputusan untuk berpisah dengan sebab yang jelas, maka tidak dapat lagi bisa dipertahankan terjadilah arah ke perceraian.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Barat menjadi urutan pertama pada kasus perceraian berdasarkan provinsi di Indonesia sebanyak 98.088 kasus pada tahun 2021. Pada posisi kedua yaitu Jawa Timur berjumlah 88.235 kasus, kemudian Jawa Tengah ada 75.509 kasus (https://databoks.katadata.co.id diakses pada 22 Mei 2022).

Berdasarkan situs SI KABAYAN kasus perceraian yang terjadi di Jawa Barat sebagai berikut:

Tabel 1. Angka Perceraian di Jawa Barat

Tahun Cerai Talak % Cerai Gugat % Jumlah

2018 24.610 26% 70.999 74% 95.609

2019 26.560 25% 78.285 75% 104.845

2020 25.775 25% 76.389 75% 102.164

2021 25.927 25% 79.617 75% 105.544

2022 10.792 25% 33.154 75% 43.946

Jumlah 452.108

Sumber: Situs Si Kabayan, data diolah

Berdasarkan data, angka perceraian di Jawa Barat secara keseluruhan dari tahun 2018-2022 mencapai 452.108. Kasus perceraian lebih banyak pada kasus cerai gugat rata-rata sebesar 75% dibandingkan cerai talak rata-rata sebesar 25%.

Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 34 Tahun 2016 tentang Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan menyebutkan bahwa Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disingkat KUA Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada Kementerian Agama, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang bertugas melaksanakan, layanan dan bimbingan masyarakat Islam di wilayah kerjanya. Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016 tidak hanya sekedar melakukan urusan pernikahan.

Setiap Kantor Urusan Agama (KUA) mempunyai kegiatan masing-masing untuk mencapai tujuannya, seperti KUA Cilamaya Wetan dengan salah satu program prioritasnya yaitu, pelayanan pembinaan keluarga sakinah. Program Bimbingan Keluarga sakinah di KUA Cilamaya Wetan berupa Bimbingan Perkawinan (Bimwin) yang dilakukan dan dibina oleh Kantor Urusan Agama (KUA) sebagaimana telah menjadi fungsinya.

Bimbingan Keluarga Sakinah dilakukan melalui adanya penyuluhan kepada masyarakat dengan membangun keluarga yang ideal, membentuk kesiapan mental dalam melangsungkan rumah tangganya (Sundani, 2018). Dalam buku Fondasi Keluarga Sakinah Tim Bina KUA & Keluarga Sakinah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama RI (2020:6), pelaksanaan pelayanan pada program bimbingan keluarga sakinah sangatlah penting dalam memperbaiki penerapan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul khalimah dalam pola perilaku masyarakat.

(3)

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis upaya yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Cilamaya Wetan dalam mengurangi angka perceraian melalui program bimbingan Keluarga Sakinah. Pelaksanaan Bimbingan Keluarga Sakinah di KUA Kecamatan Cilamaya Wetan diukur melalui indikator perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian berdasarkan indikator peran menurut Melayu S.P Hasibuan (2011:40). Hal yang menarik adalah peran KUA dalam memberikan pelayanan terhadap pasangan yang akan menikah. Kajian yang lain melihat pada sisi kualitas layanan yang diberikan oleh KUA ((Zabidi & Rofieq, 2021)

II. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif atau dapat dikatakan menggambarkan suatu objek yang diamati sebagai tujuan untuk mencari tahu sehingga dapat menjelaskan bagaimana pelaksanaan Program Bimbingan Keluarga Sakinah di Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang sebagai upaya menyelesaikan konflik rumah tangga dalam meminimalisir perceraian. Data bersumber dari hasil laporan kegiatan, wawancara, catatan lapangan, foto dan dokumen yang penting lainnya. Penelitian kualitatif bagi (Hendryadi, dkk, 2019: 218) dijelaskan sebagai tahapan- tahapan yang membutuhkan proses pengusutan naturalistik yang mencari pemahaman yang berakar mengenai fenomena sosial berdasarkan secara langsung

III. Hasil Penelitian

Program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) berawal dicetuskan oleh Menteri Agama terdahulu yaitu, Lukman Hakim Saifuddin pada tahun 2017 adalah pergantian nama dari Kursus Calon Pengantin. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/491 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin, pada tahun 2013 peraturan tersebut disempurnakan dengan dikeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/542 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah dijelaskan pada pasal 2 menyatakan jika “Peraturan ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian dan kekerasan rumah tangga”. Kedua keputusan tersebut telah dievaluasi meskipun tidak menghilangkan tujuan yang sama, namun terdapat perbedaaan dari pelaksanaannya sebagai bentuk pengoptimalan menjadi, Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah bagi Calon Pengantin. Adapun perbedaan dari sebelumnya:

1. Sebelumnya hanya 2-3 jam, dievaluasi menjadi durasi 16 jam dalam 2 hari. Artinya 8 jam per hari mencakup tujuh materi yang diberikan dengan metode diskusi.

2. Adanya pemberian materi mengutamakan keterlibatan peserta, tanya jawab, dengan dibuka melalui pretest, ditutup dengan posttest, dan evaluasi penilaian dari peserta mengenai bagaimana pelayanan Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai acuan mengoptimalkan program.

(4)

3. Pemberian sertifikat sebagai kelulusan Bimbigan Perkawinan secara kelompok bahwa telah mengikuti kegiatan yang ditanda tangani oleh penyelenggara, dan pemberian buku gratis berupa Fondasi Keluarga Sakinah yang diterbitkan oleh Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, sebagai bahan bacaan peserta. Namun sertifikat tidak menjadi salah satu berkas pernikahan yang harus dimiliki. Apabila calon pengantin berhalangan menghadiri bimbingan perkawinan secara kelompok, maka pelaksanaan bimbingan secara mandiri perlu memenuhi persyaratan terlebih dahulu, yaitu menentukan hari untuk ke Kantor Urusan Agama agar dibimbing dengan kepala Kantor Urusan Agama, penghulu, maupun penyuluh.

Calon pengantin juga disarankan mendatangi puskesmas mengenai bimbingan reproduksi (https://kumparan.com diakses pada, 17 juni 2022)

Muhammad Adib Machrus selaku Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam mengatakan, Program Bimbingan Perkawinan menjadi program prioritas nasional yang telah dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia dan pada 2018 Bimbingan Perkawinan baru menjangkau 125.142 pasangan calon pengantin pada 34 provinsi.

Meskipun Bimbingan Perkawinan ini belum merata hingga seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) akibat keterbatasan anggaran. Sedangkan peserta yang mengikuti bimbingan seluruh Indonesia pada tahun 2019 ada 59.291 pasangan calon pengantin (https://kumparan.com diakses pada, 17 juni 2022).

Jumlah peserta tahun 2019 turun drastis dari 2018 mengingat terjadi wabah penyakit menular yaitu virus Covid-19. Hal ini menjadi hambatan untuk pelaksanaan Bimbingan Perkawinan jika harus secara tatap muka karena adanya kebijakan pemerintah berupa pembatasan aktivitas masyarakat. Tetapi pada era teknologi digital beberapa Kantor Urusan Agama (KUA) pelaksanaan Program Bimbingan Perkawinan dilakukan dengan melakukan video virtual melalui aplikasi zoom, meskipun dalam pelaksanaanya kurang konsisten dari jam yang ditentukan karena keterbatasan (Fuad, dkk, 2022).

Kantor Urusan Agama (KUA) Cilamaya Wetan merupakan salah satu dari 30 KUA Kecamatan pada wilayah Kabupaten Karawang. Kantor Urusan Agama (KUA) Cilamaya Wetan merupakan pemekaran dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cilamaya Kulon sejak tahun 2003 dimekarkan menjadi dua kecamatan. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cilamaya Wetan pertama kali dipimpin oleh seorang kepala KUA bernama H. Dudin Fachrudin pada tahun 1983-1989.

Adapun peranan yang dilakukan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cilamaya Wetan pada pelaksanaan pembinaan yang dilakukan yaitu, peran sebagai penyelenggara Bimbingan Perkawinan pra nikah maupun pasca nikah yang terbagi pada 2 metode yaitu, secara kelompok dan mandiri. Kemudian peranan sebagai penyuluh dengan cara pembinaan melalui sosialisasi pendekatan kepada kelompok-kelompok masyarakat.

1. Indikator Perencanaan

Perencanaan dapat menjadikan suatu proses dari pelaksanaan Program Bimbingan Keluarga Sakinah. Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan tersebut dapat dirinci berdasarkan suatu SOP (Standar Operasional Prosedur) berupa rangkaian prosedur

(5)

untuk suatu kegiatan sebagai panduan untuk mencapai tujuan. Dalam merencanakan pelaksanaan KUA Kecamatan Cilamaya Wetan yang menyelenggarakan program kerja Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas) tersebut, karena tugasnya melaksanakan pembinaan dan bimbingan masyarakat Islam di wilayahnya tercapai, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerjanya. Dengan demikian berdasarkan SOP dari Kantor Kementerian Agama Karawang, KUA menyelenggarakan berupa:

1. Metode Pelaksanaan Materi yang disampaikan yakni tentang pondasi keluarga sakinah, penyiapan psikologi keluarga, manajemen konflik, tata kelola keuangan keluarga, menjaga kesehatan keluarga, dan mencetak generasi berkualitas.

2. Metode Pelaksanaan Anggaran. Metode pelaksanaan anggaran kegiatan ini melalui mekanisme, terdiri dari belanja bahan, honor output kegiatan, belanja jasa profesi dan belanja perjalanan dinas paket meeting dalam kota biaya untuk kegiatan bimbingan perkawinan calon pengantin tahun 2022.

3. Tahapan Pelaksanaan merupakan tahapan kegiatan untuk mewujudkan rangkaian pelaksanaan kegiatan Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin Tahun 2022 agar sesuai dengan tujuan dan penerima manfaat yang ditetapkan. Tahapan kegiatan ini, terdiri dari:

a. Tahapan persiapan yaitu tahap persiapan administrasi pelaksanaan kegiatan Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin.

b. Tahapan pelaksanaan yaitu tahap inti atau proses pelaksanaan kegiatan Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin.

c. Tahapan evaluasi yaitu tahap penilaian tahap inti atau proses pelaksanaan kegiatan Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin.

d. Tahapan pelaporan yaitu tahap pembuatan laporan pertanggungjawaban kegiatan Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin.

Latar belakang munculnya Program Bimbingan Keluarga Sakinah di KUA Cilamaya Wetan adalah upaya pemerintah untuk menjadikan rumah tangga yang memiliki prinsip fondasi yang kuat yaitu Sakinah, Mawadah, Warohmah secara pendekatan agama.

Perencanaan yang dilakukan KUA Cilamaya Wetan pada pelaksanaan Program Bimbingan Keluarga Sakinah diatur sesuai penetapan dari pusat yaitu dari Dirjen Bimas Islam (Bimbingan Masyarakat Islam) Kementerian Agama. Setelah itu adanya rapat bersama sesuai instruksi dari Kepala KUA Cilamaya Wetan dalam membahas kegiatan Bimbingan Perkawinan bersama perangkat KUA untuk menginstruksikan tugasnya masing-masing.

Sebelum mengadakan Bimbingan Perkawinan, tugas seorang penghulu adalah memberikan informasi kepada calon pengantin yang ingin daftar menikah agar mengikuti pelaksanaan program Bimbingan Perkawinan terlebih dahulu. Jika berhalangan untuk hadir maka, dapat dilakukan secara mandiri. Tugas penyuluh adalah memberikan arahan kepada amil desa agar menyiapkan calon pengantin di setiap desa. Sedangkan tugas pengadministrasi adalah perencanaan mendata dan membuat undangan untuk calon pengantin.

(6)

2. Indikator Pengorganisasian

Pengorganisasian berupa makna pengelompokan dari pengaturan sesuai tugas pada aktivitas pelaksanaan Program Bimbingan Keluarga Sakinah. Pada KUA Kecamatan Cilamaya Wetan telah menyelenggarakan adanya kualifikasi pelaksanaan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Undang-undang Perkawinan dan bersertifikasi dengan penugasan pemberian materi yaitu:

a. Fasilitator dari Kantor Kementerian Agama Karawang. Pembekalan materi mengenai generasi yang berkualitas.

b. Fasilitator dari PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana). Pembekalan materi mengenai Program Keluarga Berencana dan pencegahan anak stunting atau gizi buruk.

c. Fasilitator dari Puskesmas. Pembekalan materi mengenai kesehatan dan reproduksi.

d. Fasilitator dari KUA Kecamatan Cilamaya Wetan (Kepala KUA, Penghulu, Penyuluh).

Pembekalan materi mengenai keluarga sakinah.

Pengorganisasian KUA Kecamatan Cilamaya Wetan pada pelaksanaan program bimbingan keluarga sakinah, yaitu adanya pembagian program bimbingan perkawinan secara kelompok dan secara mandiri. Apabila secara kelompok, maka fasilitator yang diberikan tugas untuk menyampaikan materi kepada calon pengantin adalah fasilitator yang telah resmi mendapatkan sertifikasi Bimtek (Bimbingan Teknisi) sehingga mampu dan memahami materi yang akan disampaikan. Fasilitator program bimbingan perkawinan di KUA Cilamaya Wetan, yaitu Kantor Kementerian Agama Karawang, PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana), dan Puskesmas. Sedangkan bimbingan perkawinan secara mandiri fasilitatornya adalah Perangkat KUA seperti Kepala KUA, penghulu dan penyuluh.

3. Indikator Pengarahan

Pengarahan berupa petunjuk-petunjuk untuk mewujudkan pelaksanaan pada Program Bimbingan Keluarga Sakinah di KUA Kecamatan Cilamaya Wetan.

Penyelenggaraan Bimbingan Perkawinan secara kelompok sesuai arahan tugas jadwal dari Bimas Islam (Bimbingan Masyarakat Islam) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karawang, berikut jadwal pelaksanaan.

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan

NARASUMBER/

FASILITATOR 1 Pembukaan, Pre-Test, Perkenalan,

Pengutaraan Harapan dan Kontrak Belajar 08.00 - 09.00 WIB Unsur Pimpinan/Panitia

2 Mempersiapkan Keluarga Sakinah 09.00 - 11.00 WIB Fasilitator Terbimtek

3 Mengelola Psikologi dan Dinamika Keluarga 11.00 - 12.00 WIB Fasilitator Terbimtek 12.00 - 13.00 WIB

4 Mengelola Psikologi dan Dinamika Keluarga 13.00 - 14.00 WIB Fasilitator Terbimtek 5 Memenuhi Kebutuhan dan Mengelola

Keuangan Keluarga 14.00 - 16.00 WIB Fasilitator Terbimtek

6 Menjaga Kesehatan Reproduksi 08.00 - 10.00 WIB Unsur Kesehatan/Puskesmas

7 Mempersiapkan Generasi Berkualitas 10.00 - 12.00 WIB Unsur BKKBN/PLKB

8 Refleksi, Evaluasi, Post Test dan Penutupan 12.00 - 13.00 WIB Panitia HARI KE-1

HARI KE-2 ISHOMA

NO. TEMA POKOK/MATERI JAM KET.

(7)

Sumber: Data KUA Kecamatan Cilamaya Wetan 2022

Pengarahan yang dilakukan KUA Kecamatan Cilamaya Wetan pada pelaksanaan Program Bimbingan Perkawinan berupa pengarahan pelaksanaan program yang telah ditetapkan berdasarkan wewenang dan tugas masing-masing pegawai KUA. Peranan kepala KUA ikut serta memberikan arahan menjadi ketua panitia acara, seperti membuka dan menutup, memberi sambutan, dan ceramah. Tugas Penyuluh KUA melakukan pendekatan kepada masyarakat bertujuan membimbing calon pengantin maupun masyarakat di lingkungan Kecamatan Cilamaya Wetan untuk menghindari terjadinya perselisihan maupun konflik antar masyarakat, masalah rumah tangga, pernikahan dini di organisasi masyarakat melalui pengajian, majelis taklim, anak-anak sekolah SMA dan SMP. Pengarahan yang diberikan berupa memberikan petunjuk kepada calon pengantin yang menghadiri pelaksanaan program bimbingan perkawinan.

4. Indikator Pengendalian

Dengan adanya pengendalian pada Program Bimbingan Keluarga Sakinah, KUA Cilamaya Wetan melakukan pelayanan masyarakat dengan menyelesaikan masalah- masalah masyarakat yang ada terutama masalah tentang bimbingan perkawinan. KUA Cilamaya Wetan berharap adanya program ini mampu untuk membawa perubahan besar dan meningkatkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari dalam berumah tangga melalui upaya dalam bidang urusan agama.

Tabel 3. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan

Sumber: Data KUA Cilamaya Wetan 2022

Berdasarkan data tabel dapat diketahui pengelompokan kegiatan dari Program Bimbingan Perkawinan (Bimwin), yaitu tahap pertama pembuatan dan distribusi undangan Bimbingan Perkawinan kepada calon pengantin atau pengantin yang telah

Petugas Administrasi

1 30 Menit

2 10 Menit

3 Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan

12 Jam Terlaksananya Bimbingan Perkawinan 4 Penulisan Sertifikat

Bimbingan Perkawinan

10 Menit Tersedianya Sertifikat Bimbingan Perkawinan 5 Penyerahan Sertifikat

dan Buku Bacaan Mandiri Bimbingan Perkawinan

15 Menit Terlaksananya Penyerahan Sertifikat dan Buku Bacaan Mandiri Bimbingan Perkawinan Sertifikat, buku bacaan

mandiri

Terisinya Data Peserta Bimbingan Perkawinan Fasilitator/Narasumber,

peserta, materi, alat bantu, ruang, meja, kursi 1. Membawa Undangan 2. Mengisi Daftar Hadir 3. Menerima Biodata dll

Persyaratan/

Blanko sertifikat ATK, Komputer, Printer

No. Petugas/Panitia Narasumber Waktu Output

Perlengkapan

Pendaftaran Peserta Bimbingan Perkawinan

Pelaksana Mutu Baku

Aktifitas

1. Daftar Calon Pengantin 2. ATK, Komputer, Printer 3. Kurir/Media Lain Pembuatan dan

Distribusi Undangan Bimbingan Perkawinan

Terdistribusinya Undangan 1

2

3

4

5

(8)

menikah. Pada tahap kedua yaitu pendaftaran peserta bimbingan perkawinan, pengisian pretest sehingga terisinya data peserta yang mengikuti Bimbingan Perkawinan. Pada tahap ketiga pelaksanaan bimbingan perkawinan sehingga terlaksananya penyampaian materi, dan diskusi-tanya jawab. Pada tahap keempat yaitu penulisan sertifikat Bimbingan Perkawinan sehingga peserta yang telah mengikuti kegiatan mendapatkan sertifikat bimbingan perkawinan. Pada tahap kelima yaitu penyerahan buku bacaan mandiri dan pengisian postest.

Program Bimbingan Keluarga Sakinah dikendalikan berdasarkan saran dan masukan dari masyarakat sehingga dapat diketahui manfaat dan kekurangan pelaksananan Bimbingan Perkawinan. Untuk meningkatkan kepesertaan masyarakat yang mengikuti Bimbingan Perkawinan, maka mereka yang berhalangan hadir sebelum ijab qobul berlangsung untuk datang ke KUA agar dibimbing secara mandiri lebih dulu.

Sedangkan dalam metode penyuluhan KUA Kecamatan Cilamaya Wetan mengembangkan penyuluhan agar masyarakat memperbaiki pemahaman mengenai kesehatan dan edukasi.

Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan hasil wawancara bahwa, adanya penjabaran dari temuan-temuan yang menghambat maupun mendukung dari pelaksanaan Program Bimbingan Keluarga Sakinah di KUA Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang, yaitu berupa:

1. Faktor Penghambat

a. Terbatasnya SDM yang profesional dari KUA Cilamaya Wetan yang memahami secara luas penyampaian bimbingan keluarga sakinah, yakni Kepala KUA, satu penghulu, dan satu penyuluh fungsional, sehingga tidak dapat menjangkau banyaknya jumlah angka yang menikah.

b. Masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya mengikuti Program Bimbingan Perkawinan dan kesibukan yang dimiliki sehingga sulit untuk izin dari pekerjaan. Minimnya angka yang mengikuti Program Bimbingan Perkawinan karena bagi mereka Program Bimbingan Pernikahan tidak wajib sehingga perusahaan tempat bekerja juga tidak memberi izin untuk hadir mengikuti pelaksanaan.

c. Ketika pembinaan pelaksanaan Program Bimbingan Perkawinan dilakukan, calon pengantin mampu menerima materi yang telah disampaikan. Namun peserta kurang aktif ketika dibuka sesi tanya jawab.

2. Faktor Pendukung

a. Adanya dukungan masyarakat terhadap Program Bimbingan Perkawinan serta dukungan dari lintas sektor instansi pemerintah seperti dari kecamatan, pukesmas, dan PLKB. Terjalin baiknya hubungan kerjasama yang sinergis dengan berbagai organisasi atau lembaga kemasyarakatan yang memiliki tujuan meningkatkan mutu sumberdaya manusia sehingga kegiatan program pembinaan keluarga sakinah dapat dijalankan dengan dukungan-dukungan antar sektor.

(9)

b. Pembimbing secara mandiri seperti penghulu dan penyuluh fungsional sangat menguasai materi yang akan disampaikan kepada calon pasangan pengantin.

Penyampaian materi sangat disesuaikan dengan situasi dan kondisi calon pasangan pengantin dan tidak dibuat tegang, adanya edukasi yang humoris, hiburan namun tidak menghilangkan makna dalam menyampaikan materinya dan membuat pasangan tersebut ingin mengikuti bimbingan tersebut.

IV. Kesimpulan

Kantor Urusan Agama (KUA) Cilamaya Wetan memiliki tugas dalam menjalankan dan menyelenggarakan program prioritasnya yaitu membentuk keluarga sakinah dan kerukunan umat beragama. Peranan KUA Cilamaya Wetan pada program bimbingan keluarga sakinah dilakukan pada perencanaan yaitu KUA diberikan wewenang dalam pelaksanaan Bimbingan Perkawinan yang dimana pada setiap tahun dilakukan dalam 3- 4 kali. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan diselenggarakan apabila jadwal dan anggaran telah diberikan oleh Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kantor Kementerian Agama Karawang sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Perencanaan dilakukan dengan diadakannya rapat sesuai arahan kepala KUA membahas mengenai strategi dan pengaturan acara. Peranan KUA Cilamaya Wetan dalam pengorganisasian menentukan mulai dari fasilitas dari pelaksanaan bimbingan perkawinan baik secara kelompok dan mandiri. Apabila secara kelompok, maka KUA Cilamaya Wetan bekerjasama dengan lintas sektor sesuai dengan arahan Kementerian Agama, yaitu PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana), Puskesmas. Sedangkan Bimbingan Perkawinan secara mandiri fasilitatornya adalah perangkat KUA seperti Kepala KUA, penghulu dan penyuluh. Pengarahan dari KUA Cilamaya Wetan yang berperan adalah tugas penyuluh untuk turun langsung ke lingkungan masyarakat dengan pendekatan edukasi melalui majelis talim, jumat ibadah dan pengajian, serta pemberian solusi, membantu terhadap permasalahan masyarakat. Pengendalian dilakukan KUA Cilamaya Wetan adalah mengembangkan dari pelaksanaan bimbingan perkawinan baik secara mandiri maupun kelompok, dan metode penyuluhan.

Adanya hambatan dalam pelaksanaan dihadapi oleh pihak KUA Cilamaya Wetan seperti, pelaksanaan yang ditunda karena jarangnya bulan pernikahan karena peserta jauh dari target sehingga diundurnya jadwal Bimbingan Perkawinan secara kelompok.

Terbatasnya SDM yang profesional, masih banyak masyarakat yang belum menyadari arti pentingnya mengikuti Bimbingan Perkawinan dan adanya pasangan yang dilihat dari segi pemahaman keagamaannya masih sangat kurang.

Diharapkan masyarakat, baik pasangan suami-isteri yang akan melangsungkan pernikahan maupun telah menjalani pernikahan, kedepannya dapat melaksanakan dan menjaga rumah tangga. Kemudian juga lebih baik apabila ada masalah yang dihadapi di lingkungan masyarakat agar dapat secepatnya dilaporkan kepada pihak KUA agar pihak KUA dapat memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah dan mencari jalan keluar yang terbaik. Adanya kerja sama antara KUA Kecamatan Cilamaya Wetan dengan Pengadilan Agama Karawang agar pasangan suami istri yang memiliki perselisihan dan berkeinginan untuk mengajukan perceraian, seharusnya terlebih dahulu melapor di KUA.

(10)

Sehingga pihak dari KUA dapat ikut membantu pasangan suami-istri dalam menyelesaikan permasalahannya dengan diberi bimbingan dan berupa solusi jalan tengah untuk kebaikan pasangan terlebih dahulu.

Referensi

Fuad, Z., Syahmedi, R., & Safitri, M. (2022). Implementasi KMA No. 3 Tahun 1999 (Studi Tentang Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah oleh Bp4 pada Masa Covid-19 (Studi Kasus KUA Kabupaten Aceh Tamiang). Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial, 9(02).

Hendryadi, Tricahyadinata, I, & Zannati, R. (2019). Metode Penelitian: Pedoman Penelitian Bisnis dan Akademik. Jakarta: Lembaga Pengembagan Manajemen dan Publikasi Imperium (LPMP Imperium).

kabayan.pta-bandung.go.id. Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat 2018- 2022. Diakses Pada 27 April 2022, Pukul 11:02. http://kabayan.pta- bandung.go.id/pengawasan_sipp/

Kumala, A., & Tresnawaty, Y. (2019). Keluarga sakinah dan konstruksi alat ukurnya. Jurnal ilmiah penelitian psikologi, 5(1), 33-44.

kumparan.com. Rina Nurjanah (2019) Bimbingan Pranikah Ikut Nggak, ya. Diakses Pada 17 Juni 2022, Puku 20:02.

Sundani, F. L. (2018). Layanan Bimbingan Pra Nikah dalam Membentuk Kesiapan Mental Calon Pengantin. Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, 6(2), 165-184.

Tim Penyusun Bina Keluarga sakinah, (2020). Fondasi Keluarga Sakinah, Jakarta: Ditjen Bimas Islam Kemenag RI.

Zabidi, A., & Rofieq, A. (2021). KUALITAS PELAYANAN WAKAF DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI. KYBERNAN: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 12(2), 71–79. https://doi.org/10.33558/kybernan.v12i2.3141

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena menggambarkan situasi yang ada pada subjek dan objek berdasarkan fakta yang tampak.. Menurut Nana

METODE PENELITIAN Metode Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan proses analisis dan perancangan ulang

METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekat- an kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan

Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif di mana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan

Kesimpulan Dari hasil penelitian ini yang dilakukan mulai dari tahap awal hingga pengujian penerapan sistem digitalisasi dokumen menggunakan metode visible watermark dikatakan layak

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan karakteristik dari suatu populasi atau sebuah fenomena yang menjadi objek penelitian dengan