• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI BIDANG KEBENCANAAN TERHADAP POTENSI BENCANA ALAM

N/A
N/A
Kristina Andriani

Academic year: 2024

Membagikan "PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI BIDANG KEBENCANAAN TERHADAP POTENSI BENCANA ALAM "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN : 1412 - 6982

e-ISSN : 2443-3977

Volume XX Nomor XX Bulan Tahun

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI BIDANG KEBENCANAAN TERHADAP POTENSI BENCANA ALAM

Fajri Tsaniati Hasanah (20040274052)

S1 Pendidikan Geografi Universitas Negeri Surabaya [email protected]

abstrak : Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi, kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan karakteristik dari suatu populasi atau sebuah fenomena yang menjadi objek penelitian dengan jenis penelitian yang digunakan berupa library research (kepustakaan) dengan penggunaan jurnal atau karya ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam menganalisis potensi bencana alam agar dapat terpecahkannya masalah dengan sumber yang relevan. Kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam dapat dilihat dari beberapa faktor seperti pengetahuan, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan mobilisasi sumber daya.

A. PENDAHULUAN

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Terletak dalam jalur ring of fire pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami.

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis mengakibatkan suhu di Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 28º C), dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan Corespondency address :

E-mail : [email protected]

(2)

dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.

Bencana selalu menimbulkan banyak korban jiwa. Untuk menyiasati hal tersebut, diperlukan adanya masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana yang akan dan yang sedang terjadi. Salah satunya dengan pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam menganalisis potensi bencana alam. Di negara maju seperti Jepang, sistem informasi sudah dapat dimanfaatkan dengan baik sebagaimana untuk memberikan peringatan dini adanya potensi gempa di suatu lokasi tertentu. Hal ini sangat berpengaruh bagi masyarakat, karena dengan peringatan dini sebelum terjadinya gempa, masyarakat bisa mempersiapkan mental diri mulai dari mental dan segala sesuatu yang dapat diselamatkan seperti dokumen penting, sumber- sumber finansial, hingga barang-barang berharga, atau bahkan mereka dapat mengungsi lebih awal sebelum terjadinya gempa. Dengan adanya peringatan dini ini juga bisa meminimalisir atau mengurangi dampak akibat bencana alam. Pemanfaatan teknologi seperti telah sepatutnya dikembangkan di Indonesia mengingat Indonesia adalah negara yang rawan akan bencana alam, yaitu dengan meningkatkan peran teknologi informasi dalam memberikan informasi lebih awal tentang potensi terjadinya bencana alam di daerah tertentu.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan karakteristik dari suatu populasi atau sebuah fenomena yang menjadi objek penelitian. Adapun jenis penelitian yang digunakan berupa library research (kepustakaan) dengan penggunaan jurnal atau karya ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam menganalisis potensi bencana alam agar dapat terpecahkannya masalah dengan sumber yang relevan.

Indikator yang menjadi dasar dari penelitian ini adalah pemanfaatan citra penginderaan jauh dan teknologi informasi terhadap potensi bencana alam. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini merupakan penelitian survey, yaitu mengumpulkan data terhadap daerah-daerah di Indonesia yang rawan bencana dan bagaimana penduduk atau masyarakat dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mencari informasi se-akurat mungkin mengenai potensi bencana yang ada didaerah mereka. Hasil penelitian berupa deskripsi narasi yang dipaparkan dalam bentuk penjelasan berdasarkan data yang ada.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN C.1 HASIL

Bencana Alam

Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

(3)

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Dalam pengertian yang sama, disebutkan juga rawan bencana sebagai kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Berikut beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia, diantaranya :

1. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan di permukaan bumi dan diakibatkan oleh tumbukan antarlempeng bumi, patahan aktif, runtuhan batuan, atau aktivitas gunung api.

2. Letusan Gunung Api

Letusan gunung api adalah bagian dari aktivitas vulkanik yang juga dikenal sebagai erupsi.

Bencana alam berupa letusan gunung api dapat menimbulkan sejumlah bahaya seperti awan panas, hujan abu lebat gas racun, lontaran material/pijar, gas racun, lava, tsunami, serta banjir lahar.

3. Tsunami

Nama bencana tsunami diambil dari bahasa Jepang yang artinya gelombang ombak lautan.

Suku kata 'tsu' berarti lautan dan 'nami' berarti gelombang ombak.

Tsunami adalah rangkaian gelombang ombak laut raksasa yang terjadi karena pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.

4. Tanah Longsor

Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan atau juga campuran keduanya yang keluar lereng akibat kestabilan tanah yang terganggu atau batuan penyusun lereng.

5. Banjir dan Banjir Bandang

Banjir adalah peristiwa terendamnya suatu daerah atau daratan karena naiknya volume air.

Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang tiba-tiba dengan debit air besar karena terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

6. Angin Puting Beliung

Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang dengan tiba-tiba, terdapat pusat, dan gerakannya melingkar seperti spiral dengan kecepatan 40-50 kilometer per jam. Angin puting beliung terjadi hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat kira- kira 3-5 menit.

Hasanah, Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan…

(4)

7. Kekeringan

Kekeringan adalah keadaan di mana jumlah ketersediaan air jauh di bawah yang dibutuhkan untuk hidup, bertani, dan kegiatan lingkungan maupun ekonomi. Sementara, kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian di mana ada tanaman yang sedang dibudidayakan.

8. Gelombang Pasang atau Badai

Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi akibat efek siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi besar menimbulkan bencana alam. Indonesia memang bukan wilayah lintasan siklon tropis, tetapi, keberadaaan siklon tropis bisa berpengaruh besar pada terjadinya angin kencang dan gelombang tinggi yang disertai hujan deras.

Mitigasi Bencana

Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi diartikan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Risiko bencana yang dimaksud meliputi timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, hilangnya dan kerugian harta benda (rumah, perabotan dan lain-lain) serta timbulnya dampak psikologis. Dalam Bahasa Inggris, mitigasi bencana disebut disaster mitigation. Dilansir dari Public Safety Canada, tindakan mitigasi bencana merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi dampak serta risiko bahaya lewat tindakan pro-aktif yang diambil sebelum bencana terjadi.

1. Penanganan Bencana

Bencana merupakan akibat dari peristiwa yang tidak mungkin diatasi dengan sumber daya setempat. Reaksi terjadinya diawali dengan adanya bahaya yang berevolusi menjadi suatu kejadian. Peristiwa tersebut dapat memberikan efek secara langsung pada manusia maupun sekitarnya. Apabila akibat peristiwa tersebut teratasi dengan sumber daya setempat, bisa jadi hal demikian dikatakan sebagai kecelakaan (accident). Sebaliknya, jika resiko dari peristiwa yang terjadi tidak dapat diatasi, maka hal tersebut dianggap sebagai bencana.

(Perdana, 2016). Menurut UU-RI No. 24 Tahun. 2007, bencana adalah peristiwa yang mengancam kehidupan dan penghidupan publik yang dicetuskan oleh kejadian alam atau nonalam maupun faktor dari manusia sehingga dapat memakan korban , lingkungan yang rusak, kerugian harta benda, dan pengaruh psikologis.

Berdasarkan kajian tersebut maka bencana dapat diartikan sebagai peristiwa karena ulah manusia ataupun karena faktor alam yang berakibat kemudaratan bagi manusia baik dari segi materil maupun non materil.

2. Manajemen Bencana

(5)

Manajemen bencana berupaya agar publik selamat dari bencana, baik dengan meminimalisir dampaknya maupun mengatasi kerumitan yang dihasilkan.

Terdapat lima model manajemen bencana menurut Purnama (2017) yaitu:

 Model manajemen bencana berkelanjutan. Dalam bentuk ini meliputi kedaruratan, bantuan, rehabilitasi, rekonstruksi, mitigatisi, kesiap siagaan, dan peringatan dini.

 Model sebelum-saat-setelah bencana. Model manajemen bencana ini sering digabungkan dengan model manajemen bencana berkelanjutan. Dimana terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana.

 Model kontrak-ekspansi. Model ini beranggapan bahwa setiap tahap yang ada pada tata laksana bencana (kedaruratan, bantuan, rehabilitasi, rekonstruksi, mitigatisi, kesiap siagaan, dan peringatan dini) seharusnya tetap dilaksanakan di daerah yang sering terkena bencana. Perbedaan sebelum dan sesudah adalah dimana ketikan menanggapi bencana tentu akan di tingkatkan sementara tahap yang lain misalnya rehabilitasi, rekonstruksi, mitigasi kurang ditekankan.

 Model rilis dan krisis. Mengurangi kerentanan melalui edukasi kepada masyarakat, walaupun apabila terjadi suatu bencana maka kecil kemungkinan terjadi kerusakan.

 Kerangka kerja pengurangan resiko bencana. Model ini menekankan usaha dalam mengidentifikasi resiko serta meningkatkan kapasitas didalam meminimalisir kerentanan didalam mengurangi resiko tersebut.

Beberapa pakar bersibaku membangun siklus manajemen dengan tujuan supaya dalam memahami maupun pelaksanaannya terbilang mudah oleh masyarakat. Sebagai contoh pihak program pembangunan persatuan bangsa ( dalam singkatan bahasa inggris UNDP) suatu program pelatihan manajemen bencana yang diadakan tahun 1995 dan 2003, membuat siklus manajemen bencana dalam bentuk cukup sederhana.

UNDP menyepakati bahwa ada empat tahapan besar yang dibagi dalam manajemen bencana yaitu :

 Siap siaga (perencanaan siaga, peringatan dini),

 tanggap darurat (kajian kegawatan, rencana operasional, bantuan kegawatan)

 Setelah darurat (mengembalikan seperti semula, memperbaiki, dan membangun kembali), pencegahan dan pengurangan resiko atau penjinakan.

 Dari ke empat tahapan memiliki kepentingan yang sama.

Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh

Secara prinsip, setiap obyek dan fenomena alam yang berada di ruang permukaan bumi dapat dideteksi dari citra satelit. Kemampuan citra satelit dalam mendeteksi objek dan fenomena alam yang terjadi sangat tergantung dari resolusinya, baik spasial, spektral, radiometrik, dan Hasanah, Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan…

(6)

temporal. Bencana geologi pada umumnya berhubungan dengan proses geologi, yaitu proses – proses yang berasal dari permukaan bumi (eksogen) atau di bawah permukaan bumi (endogen) yang melibatkan material batuan penyusunnya.

Informasi permukaan bumi yang diperoleh dari citra penginderaan jauh:

1. Bentuk dan penggunaan lahan 2. perubahan penggunaan lahan 3. kondisi geologi dan geomorfologi 4. lokasi kebakaran hutan

Informasi geologi yang dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh, yaitu:

1. pola topografi

2. lokasi sumberdaya geologi

3. macam dan persebaran satuan batuan

4. pola penyaluran, tekstur penyaluran, dan densitas penyaluran 5. pola erosi

6. persebaran banjir

7. lokasi lipatan, sesar, dan kekar di permukaan bumi

8. lokasi bencana geologi potensial seperti gerakan massa, banjir, gempabumi, dan gunungapi C.2 PEMBAHASAN

Kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam dapat dilihat dari beberapa faktor seperti pengetahuan, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan mobilisasi sumber daya.Pengetahuan masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana dilihat dari pemahaman masyarakat mengenai karakter bencana yang ada di sekitarnya, latar belakang budaya, dan tingkat pemahaman masyarakat dalam menerima informasi. Pengetahuan dan sikap yang dimiliki masyarakat juga dapat diperoleh dari pengalaman kejadian bencana yang terjadi di sekitarnya, sehingga akan mempengaruhi kepedulian masyarakat untuk lebih meningkatkan sikap siap siaga ketika terjadi bencana.

Selain kesiapan pengetahuan masyarakat, perlu adanya pemanfaatan citra peginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam kesiapan penanganan bencana. Salah satunya dengan pemaanfaatan teknologi. Penggunaan teknologi untuk mendeteksi bahaya yang digunakan oleh BMKG masih mengandalkan data sekunder sehingga masyarakat tidak secara cepat dan kontinyu menerima informasi kebencaan. Perkembangan teknologi saat ini telah sampai pada penggunaan satelit di skala makro. Satelit dapat digunakan untuk mempelajari pembentukan awan, suhu dan perkiraan cuaca, sedangkan dalam skala mikro dapat digunakan untuk mendeteksi kecepatan angin atau suhu di daerah tertentu. Namun pemanfaatan satelit dalam skala mikro, misalnya untuk mendeteksi kecepatan angin, belum dapat diandalkan. Maka dari itu pemerintah atau badan lembaga perlu mengembangkan teknologi yang akurat dalam mendeteksi bencana.

(7)

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Samsu (2021) yang mengembangkan SiMBa dengan tujuan untuk membangun sistem pendukung mitigasi bencana berbasis Geographic Information System dengan platform open source dalam pengolahan, pembuatan, dan penyebarluasan peta kebencanaan (peta risiko, bahaya, dan kerentanan) serta pencatatan kejadian bencana di Kabupaten Gunungkidul. Implementasi dari SiMBa sebagai solusi efektif dan efisien dalam mitigasi bencana serta menjadi salah satu alat bantu dalam perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana. Dengan adanya pengembangan model tersebut dapat membantu lembaga dan juga masyarakat menghadapi bencana yang terjadi didaerahnya.

D. KESIMPULAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Oleh karena itu di perlukan upaya mitigasi bencana seperti upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Salah satu upaya pencegahan bencana yaitu dengan memanfaatkan sistem informasi geografi sebagai sistem yang dapat dimanfaatkan oleh mansyarakat dalam memperoleh informasi kebencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanganan Bencana. Tanpa tahun. Potensi Ancaman Bencana.

https://www.bnpb.go.id/potensi-ancaman-bencana (diakses pada 24 Maret 2022)

Syafnidawaty. 2020. Teknologi Informasi. https://raharja.ac.id/2020/11/21/teknologi-informasi/

(diakses pada 24 Maret 2022)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Tanpa tahun. Definisi Bencana.

https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana (diakses pada 25 Maret 2022)

Putri, Vanya Karunia Mulia. 2021. Mitigasi Bencana: Pengertian, Tujuan, Jenis Dan Contohnya.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/26/141402669/mitigasi-bencana-pengertian- tujuan-jenis-dan-contohnya (diakses pada 25 Maret 2022)

Husni, Adi. 2020. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi Informasi Pada Penanggulangan Bencana Di Dalam Lingkup Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maros. http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/2237/2/P1508216012_tesis

%2012.pdf#page=32&zoom=auto,-15,790 (diakses pada 25 Maret 2022)

Muhtar. 2015. Pemanfaatan Citra Topografi Menggunakan Transformasi Watershed Pada Das Yang Rawan Bencana Alam dalam: Jurnal Media Teknik Sipil Vol 13, Nomor 1 (Hal 65) Universitas Muhammadiyah Jember (diakses pada 28 Maret 2022)

Hasanah, Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan…

(8)

Aisyah, Novia. 2021. 9 Jenis Bencana Alam yang Terjadi di Indonesia, Siswa Perlu Tahu!.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5845863/9-jenis-bencana-alam-yang-terjadi-di- indonesia-siswa-perlu-tahu. (diakses pada 28 Maret 2022).

Laboratorium geologi dinamik universitas gadjah mada. 2017. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Sebagai Informasi Permukaan Bumi, Ilmu Geologi dan Mitigasi Bencana Alam.

https://mitgeo.ft.ugm.ac.id/2017/05/23/pemanfaatan-citra-penginderaan-jauh-sebagai-

informasi-permukaan-bumi-ilmu-geologi-dan-mitigasi-bencana-alam/ (diakses pada 28 Maret 2022)

Wijayanti, Alfina Dkk. 2021. Identifikasi Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Banjarsari Kecamatan Gabus Terhadap Risiko Bencana Banjir dalam: JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya Vol XIX No 1 (hal 4-6) Universitas Muhammadiyah Surakarta. (diakses pada 28 Maret 2022)

Alfatikh, Ebid Rocky. 2019. Pengembangan Sensor Kecepatan Angin Untuk Early Warning System Bahaya Angin Kencang Di Jembatan Suramadu dalam: JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya Vol XVII No 1 (hal 16-17) Universitas Negeri Surabaya. (diakses pada 28 Maret 2022)

Samsu, Nur. 2021. SiMBa (Disaster Mitigation Information System) Application Development As A Disaster Prone Information Service Media In Gunungkidul Regency, Indonesia dalam:

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya Vol XIX No 2 (hal 1-18) Bappeda Kabupaten Gunung Kidul (diakses pada 28 Maret 2022)

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mencoba menggambarkan bagaimana pola adaptasi sosial ekonomi yang

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Landsat 8 OLI dalam memetakan kerentanan banjir dengan pendekatan kelembababn tanah permukaan, Mengkaji

Judul Penelitian : Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Bahaya dan Resiko Bencana Alam Di Kota Bogor

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif , Menurut Maman (2002: hal 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan sifat sesuatu gejala sosial. Dengan

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penelitian ingin mengadakan suatu penelitian yang berjudul “ Estimasi Potensi Limpasan Permukaan menggunakan Penginderaan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif , Menurut Maman (2002: hal 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan sifat sesuatu gejala sosial. Dengan

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Landsat 8 OLI dalam memetakan kerentanan banjir dengan pendekatan kelembababn tanah permukaan, Mengkaji

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif dengan maksud untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan