• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eklesiologi Kelas 2 Gereja Sebagai Persekutuan

Fy Perdana Sitepu

Academic year: 2024

Membagikan "Eklesiologi Kelas 2 Gereja Sebagai Persekutuan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Ferdy Perdana Sitepu Kelas : II A

NIM : 210510025

Dosen : Raidin Sinaga, Lic. S. Th.

Mata Kuliah : Eklesiologi

GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN 1. Pengantar

Dalam arti dasariah Gereja berarti umat beriman.1 Umat beriman tersebut disebut dalam Gereja sebagai umat Allah. Dalam perjanjian lama sebutan umat Allah diberikan pada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah yang dipisahkan dari bangsa lai. Adapun bangsa Israel menurut daging, yang mengembara di padang gurun, sudah disebut Gereja (jemaat) Allah (lih. Neh. 13:1;

Bil. 20:4; Ul. 23:1 dst), begitu pula Israel baru, yang berjalan dalam masa sekarang dan mencari kota yang tetap di masa mendatang (lih. Ibr. 13:14), juga disebut Gereja Kristus (lih. Mat 16:18).

Sebab Ia sendiri telah memperolehnya dengan darah-Nya (lih. Kis. 20:28). Allah memanggil untuk berhimpun mereka yang penuh iman mengarahkan pandangan kepada Yesus, pencipta keselamatan serta dasar kesatuan dan perdamaian. Ia membentuk mereka menjadi Gereja, supaya bagi semua dan setiap orang menjadi sakramen kelihatan, yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan.2

2. Isi

2.1. Arti Dan Makna Persekutuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata persekutuan merupakan kata benda yang menerangkan tentang hal bersekutu, persatuan, perhimpunan, atau ikatan (orang-orang yang

1 B. S. Mardiatamadja, Eklesiologi: Makna dan Sejarahnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 51.

2 Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Tentang Gereja ”Lumen Gentium” (21 November 1964), dalam R. Hardawiryana (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), Art. 9.

(2)

memiliki kepentingan yang sama).3

Dalam tulisan surat-surat Paulus Kata persekutuan digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani yaitu koinonia. Kata koinonia berasal dari kata koinos yang berarti bersama, umum;

Koinoo: menjadikan bersama. Dengan demikian arti kata koinonia adalah memiliki sesuatu bersama, berbagi sesuatu dengan orang lain, atau ikut serta dalam sesuatu.4 Koinonia adalah istilah yang dipakai dalam Perjanjian Baru yang berarti berbagi dalam penderitaan Kristus (Fil 3:10), membantu orang yang membutuhkan (Rm 15:26), keikutsertaan dalam Ekaristi (1 Kor 10:16), persekutuan dengan dan yang dihasilkan oleh Roh Kudus (2 Kor 13:13), dan juga untuk menyebut orang-orang beriman yang ikut serta dalam kehidupan Allah (2 Ptr 1:3-4).

2.2. Persekutuan Dalam kitab Suci

Kata persekutuan ditemukan paling banyak terdapat dalam surat-surat Paulus. Kata koinonia dipakai 13 kali dalam surat-surat Paulus. Dalam suratnya ditemukan juga kata koinonos dan koinonein. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI),menerjemahkan koinonia dengan arti persekutuan. Tetapi dalam Rm 15:26 memiliki arti menyumbangkan sesuatu. Dalam 2 Kor 6:14 koinonia diterjemahkan dengan bersatu; dalam 2 Kor 8:4 memiliki arti mengambil bagian. Untuk koinonos dikatakan mendapat bagian, bersekutu, teman; untuk koinonein, memiliki arti bantulah, beroleh bagian, membagi. Dari semua itu dapat disimpulkan bahwa dalam kata- kata itu terungkap suatu kebersamaan, suatu mempunyai aneka obyek. Kata ini memang menyangkut suatu obyek yang tidak diungkapkan secara langsung yang dimiliki bersama. Koinos berarti yang dimiliki bersama dalam arti biasa. Jika dikatakan perihal seorang manusia dapat berarti: tersangkut, terlibat. Khususnya kalau koinonein dipakai tanpa obyek, maka artinya menjurus kepada bergaul. Tetapi tekanannya selalu pada kebersamaan. Dasar dari kebersamaan ini adalah kasih atau persahabatan, tetapi hal itu tidak terungkap dengan kata koinon. Yang terungkap adalah kebersamaan atas dasar apapun dan mengenai obyek manapun.

Maka arti kata ini harus dilihat dalam konteksnya yang konkret.5

3 Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya, 2011), hlm. 468.

4 Willibrodus Hane Hipir, Ekaristi dan persekutuan Gereja Dalam Terang Ensiklik Ecclesia de Eucharistia Nomor 44 dan Relevansinya Dalam Kehidupan Gereja (Skripsi) (Kupang: Fakultas Filsafat Unwira, 2011), hlm. 39.

5 Tom Jacobs, Koinonia Dalam Eklesiologi Paulus, (Malang: Dioma,2007), hlm. 29-30.

(3)

2.3. Persekutuan Dalam Gereja

Gereja pada hakikatnya merupakan kumpulan umat atau persekutuan umat yang mengimani dan percaya kepada Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus. Maka secara sederhana, persekutuan Gereja adalah persekutuan umat Allah yang percaya kepada Kristus. Dalam menghayati imannya, umat Allah yang adalah Gereja itu sendiri membentuk satu persekutuan atau communio. Communio itu berakar dari keputusan Allah yang abadi untuk menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidup ilahi, dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal sendiri. Gereja merupakan sarana yang membantu, agar manusia dapat mencapai tujuan yang luhur itu. Dalam konstitusi tentang Wahyu Ilahi dikatakan bahwa:

maka dengan wahyu Allah yang tak kelihatan (bdk. Kol 1:15), karena cinta kasih-Nya yang melimpah ruah, menyapa manusia sebagai sahabat (bdk. Kel 33:11; Yoh 15:14-15) dan bergaul dengan mereka (bdk. Bar 3:38), guna mengundang dan menerima mereka ke dalam persekutuan- Nya.6

Begitu pula Ad Gentes menyebut “perdamaian dan persekutuan dengan Dia”7 sebagai alasan Allah untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya yang khusus. Manusia dipanggil untuk bersatu dengan Allah. Persekutuan dengan Allah inilah yang merupakan tujuan universal seluruh Gereja umat manusia yang terletak secara istimewa dalam sejarah yaitu dalam diri Yesus Kristus yang adalah pengantara.

Gereja sebagai persekutuan didasarkan atas prinsip misteri persekutuan antara setiap manusia dengan Allah Trinitas dan persekutuan antara manusia yang satu dengan yang lain, yang dimulai dengan iman, dan dimulai di dunia ini dalam Gereja dan menuju penggenapannya yang sempurna dalam Gereja Surgawi kelak di akhir zaman. Maka Gereja sebagai persekutuan itu mempunyai dua dimensi, yaitu: Deimensi vertical: persekutuan dengan Tuhan, dan dimensi horizontal: persekutuan dengan sesama.

6 Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi ”Dei Verbum” (18 November 1965), dalam R.

Hardawiryana (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), Art. 2.

7 Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang Kegiatan Misioner Gereja “Ad Gentes” (7 Desember 1965), dalam R.

Hardawiryana (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), Art.3.

(4)

Gereja sebagai persekutuan ini dimulai dengan iman dan Baptisan, dan mempunyai akar dan pusatnya dalam Ekaristi. Melalui Ekaristi, Gereja dapat dikatakan Tubuh Mistik Kristus, dan karena Kristus adalah satu, maka Tubuh-Nya juga adalah satu. Setiap kali Ekaristi dirayakan misteri Gereja secara keseluruhan dihadirkan. Karena Ekaristi hanya dapat dirayakan dalam kesatuan dengan Uskup, dan dengan Paus, maka kesatuan dengan Uskup dan Paus menjadi tak terpisahkan dengan karakter Ekaristis Gereja.8

3. Kesimpulan

Persekutuan antara manusia dengan Allah diciptakan Yesus Kristus dalam hidup-Nya yang historis dan konkret, dan dilanjutkan oleh Roh Kudus yang berdiam dalam hati orang- orang beriman. Maka misteri Gereja adalah bahwa dalam Roh dan melalui Kristus, umat manusia memiliki jalan kepada Bapa dan boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal.

Dengan demikian, Gereja merupakan jawaban atas kerinduan manusia akan persekutuan dengan Allah. Gereja merayakan diri sebagai persekutuan dalam persaudaraan, agar dapat menjadi jalan dan sarana agar manusia memperoleh persekutuan dengan Allah.9

8 Willibrodus Hane Hipir, Ekaristi…, hlm 62.

9 Georg Kirchberger, Allah Menggugat, Sebuah Dogmatik Kristiani, (Maumere: Penerbit Ledalero, 2007), hlm.

421.

Referensi

Dokumen terkait

3.3 Menggali informasi dari Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang makna Yesus Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. 3.4 Menggali bentuk-bentuk panggilan dan

gereja adalah persekutuan orang-orang kudus, yaitu persekutuan orang-orang yang menjadi suci kembali di hadapan Allah oleh karena perbuatan Tuhan Yesus Kristus.”

Dalam rangka pemeliharaan iman Warga Gereja di masa pandemi Covid-19 ini, maka mulai bulan Juni 2020 Komisi Pembinaan Warga Gereja GKJ Kabluk akan mengadakan persekutuan

 Mengumpulkan informasi ajaran Kitab Suci tentang manusia sebagai Citra Allah (misalnya dalam Kej 1:26-31)  Mengumpulkan informasi dari buku-buku atau dokumen.. ajaran Gereja

Kalian dapat menjelaskan makna iman kepada kitab-kitab Allah Swt, menjelaskan kandungan dalil naqli tentang iman kepada kitab-kitab Allah Swt, menunjukan perilaku yang

Gereja-gereja di Indonesia lahir dari rahim sejarah bangsa Indonesia dan merupakan karya Roh Kudus untuk menjalankan panggilan persekutuan, pemberitaan Injil, dan

• Martin Luther menolak segala tradisi Gereja dan beberapa ajaran teologi Gereja yang tidak terdapat dalam Kitab Suci.. • Hanya yang terdapat dalam Kitab Suci yang

PEMBAHASAN Persekutuan Persahabatan yang Terbuka: Membuka dan Memberi Ruang Bagi Perbedaan Moltmann menyebut bahwa karakteristik utama dari sebuah gereja yang setia kepada Kristus