Bidang Infrastruktur
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
Melanjutkan pengembangan infrastruktur dan meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif serta
mengembangkan agro maritim industri di sentra produksi melalui peran aktif koperasi
Menjamin pelestarian lingkungan hidup
Melanjutkan pembangunan infrastruktur desa dan kelurahan
Mengembangkan dan Menata Infrastruktur yang Berkualitas, Estetik dan Ramah Lingkungan
1. Infrastruktur dengan prioritas jalan, jembatan dan irigasi yang langsung berdampak pada peningkatan ekonomi Masyarakat lokal
2. Pengembangan sistem logistik dan
transportasi yang mendukung pengembangan ekonomi dan daya saing
Belum optimalnya kualitas Infrastruktur.
Kualitas
Infrastruktur yang tinggi akan meningkatkan umur layanan infrastruktur
1. Peningkatan Kualitas Konstruksi.
2. Pengoptimalan Pemanfaatan Teknologi 3. Inovasi Desain
Jalan dan Jembatan
Dinas PUPR, Kontraktor, Dinas Teknologi Informasi dan Komunikasi , Konsultan Perencana dan Pengawas, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Penelitian
1. Kawasan yang Membutuhkan Perbaikan 2. Asahan,
Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai dan
Simalungun
Hasil Penelitian Tahun 2023 dengan judul:
“Strategi Pengembangan Jalan dan Jembatan di Provinsi Sumatera Utara: Studi Kasus Lokus Kawasan Strategis”
Belum optimalnya efisiensi energi pada
infrastruktur.
Perlu Memasukkan elemen teknologi hijau dalam desain dan operasi infrastruktur untuk
memaksimalkan efisiensi energi dan mengurangi dampak lingkungan negatif
1.Perencanaan dan
Pengembangan Jalan Ramah Lingkungan 2.Penggunaan
Energi Terbarukan untuk Jalan dan Jembatan.
3.Penelitian Pengaruh Infrastruktur Terhadap Lingkungan.
Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup, Bappelitbang, Perguruan Tinggi, Kontraktor, Konsultan Perencana, Ahli Energi
1. Kawasan terpilih 2. Asahan,
Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai dan Simalungun
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
Perlu integrasi rencana pembangunan infrastruktur dengan rencana pembangunan wilayah.
1. Peningkatan Aksesibilitas Menuju Kawasan Strategis.
2. Peningkatan Kualitas Jalan Pariwisata.
3. Pengembangan Rute Wisata 4.Peningkatan
Keterhubungan antar Kota.
5.Pengembangan Jalan Pedesaan.
Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Bappelitbang
1. Jalan Menuju kawasan strategis (KIM, KEK Sei Mangkei, KI Kuala Tanjung dan KSPN) 2. Jalan-jalan wisata dan sekitarnya yang memerlukan pemeliharaan berkala (KSPP).
3. Terminal transportasi di berbagai wilayah.
4. Area proyek atau wilayah yang terdampak, khususnya di sekitar jalan yang akan direncanakan atau diperbaiki.
5. Asahan, Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai dan Simalungun
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
2. Belum optimalnya perhatian pada keamanan dan keselamatan pengguna jalan
1. Penanganan Lokasi Rawan bencana pada jalan.
2. Peningkatan Keselamatan dan
Keamanan Lalu Lintas.
3. Peningkatan Keamanan Jalan dan Jembatan
Badan
Penanggulangan Bencana, Dinas Perhubungan
1.Daerah-daerah yang dikenal rawan bencana tanah,
khususnya yang memiliki sejarah atau potensi longsor atau perubahan struktur tanah.
2.Daerah rawan kecelakaan atau titik-titik di jalan yang membutuhkan rambu peringatan untuk
keamanan lalu lintas
3. Minimnya anggaran untuk perbaikan dan pembangunan infrastruktur
Pembiayaan alternatif infrastruktur yang melibatkan pemerintah dan Badan Usaha, seperti KPBU dan CSR
Pemerintah dan Badan Usaha
Asahan, Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai dan Simalungun
4. kurangnya ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja
Infrastruktur
Dinas
Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja
Asahan, Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai dan Simalungun.
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
5. Belum optimal pengelolaan lalu lintas yang efektif
1. Pengelolaan Lalu Lintas Berbasis Teknologi.
2. Pemantauan Lalu Lintas dan
Pengelolaan Kemacetan.
Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
1.Jalan-jalan strategis dan ruas jalan padat lalu lintas.
2.Jalur Utama dan Rawan
Kemacetan.
6. Ketersediaan sarana prasarana Infrastruktur yang Belum Memadai
1. Penyediaan Fasilitas Parkir yang Memadai.
2.Peningkatan Aksesibilitas untuk Difabel
Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, dan Dinas Sosial
1. Pusat Perbelanjaan, Pusat Bisnis, Pusat Wisata.
2. Asahan, Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai dan
Simalungun
Pengembangan infrastruktur di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu upaya strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memperkuat konektivitas antarwilayah, serta menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Namun, pengembangan ini menghadapi sejumlah permasalahan yang kompleks. Salah satu isu utama adalah kualitas infrastruktur yang belum optimal. Banyak jalan dan jembatan di wilayah ini belum memenuhi standar konstruksi yang ideal, sehingga memperpendek umur layanan dan meningkatkan biaya perawatan. Untuk mengatasi hal ini, strategi yang diusulkan mencakup peningkatan kualitas konstruksi dengan memanfaatkan teknologi modern, pengembangan desain infrastruktur yang inovatif dengan maksud agar usia pakai yang lebih tahan lama, serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan dan efisien. Pemanfaatan teknologi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan ketahanan infrastruktur, tetapi juga memperkuat estetika dan efisiensinya.
Selain itu, efisiensi energi dan dampak lingkungan menjadi perhatian yang mendesak. Banyak desain dan operasi infrastruktur saat ini belum mengintegrasikan elemen teknologi hijau. Oleh karena itu, penggunaan energi terbarukan, seperti solar cell atau biomassa, serta desain jalan dan jembatan yang ramah lingkungan menjadi solusi strategis. Penelitian lebih lanjut mengenai dampak infrastruktur terhadap lingkungan juga sangat diperlukan untuk memastikan pengelolaan yang berkelanjutan.
Keterhubungan dan aksesibilitas antarwilayah menjadi aspek kritis lainnya. Wilayah-wilayah strategis seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Kawasan Industri Medan (KIM), Kawasan Industri Kuala Tanjung, serta kawasan wisata prioritas nasional seperti Danau Toba membutuhkan peningkatan aksesibilitas. Pembangunan jaringan jalan yang terintegrasi dengan rencana pembangunan wilayah menjadi prioritas untuk mendukung mobilitas barang dan orang. Selain itu, perluasan jaringan jalan pedesaan diharapkan dapat mengurangi keterisolasian wilayah-wilayah terpencil, sekaligus memperkuat ekonomi lokal. Strategi ini melibatkan pengembangan rute wisata, peningkatan kualitas jalan menuju kawasan strategis, dan pemeliharaan berkala pada jalan-jalan wisata yang ada.
Keamanan dan keselamatan pengguna jalan juga menjadi perhatian utama. Saat ini, banyak
lokasi yang rawan bencana seperti longsor dan banjir, serta jalan dengan risiko kecelakaan
tinggi akibat minimnya rambu-rambu dan fasilitas keselamatan. Untuk mengatasi ini, langkah-
langkah seperti penanganan lokasi rawan bencana, peningkatan keamanan lalu lintas, serta
pengawasan ketat di daerah rawan kecelakaan harus segera dilakukan. Pendekatan ini
membutuhkan kolaborasi erat antara Dinas Perhubungan, Badan Penanggulangan Bencana, dan stakeholder lainnya.
Minimnya anggaran menjadi kendala signifikan dalam pengembangan infrastruktur. Untuk mengatasi hal ini, pembiayaan alternatif melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dan program Corporate Social Responsibility (CSR) perlu dioptimalkan. Dengan demikian, beban anggaran pemerintah dapat dikurangi, sekaligus melibatkan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur strategis. Di sisi lain, kurangnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang infrastruktur juga memerlukan perhatian khusus. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja menjadi kunci untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, sehingga dapat mendukung pembangunan infrastruktur yang lebih berkualitas.
Pengelolaan lalu lintas yang belum efektif juga menjadi tantangan besar, terutama di ruas jalan strategis dan area padat lalu lintas. Kemacetan yang sering terjadi menunjukkan perlunya sistem pengelolaan berbasis teknologi. Pemantauan lalu lintas secara real-time, pengaturan rute alternatif, dan teknologi manajemen lalu lintas diharapkan dapat mengurangi inefisiensi ini. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana seperti fasilitas parkir dan aksesibilitas untuk difabel juga masih minim, terutama di pusat-pusat bisnis dan wisata. Penyediaan fasilitas yang memadai akan meningkatkan kenyamanan pengguna dan mendukung pengembangan ekonomi lokal.
Fokus pembangunan infrastruktur diarahkan pada wilayah-wilayah prioritas seperti Asahan,
Batubara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Tanjung Balai, dan Simalungun. Wilayah-wilayah
ini memiliki kebutuhan mendesak untuk perbaikan infrastruktur guna mendukung
pengembangan kawasan strategis seperti KEK Sei Mangkei, KIM, KI Kuala Tanjung dan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) serta Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi
(KSPP). Dengan strategi yang terintegrasi dan melibatkan berbagai stakeholder seperti Dinas
PUPR, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Perguruan Tinggi serta lembaga penelitian dan dunia usaha,
diharapkan pengembangan infrastruktur ini dapat berjalan lebih efektif. Pendekatan ini tidak
hanya akan memperbaiki kualitas infrastruktur, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan konektivitas, dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan bagi Provinsi
Sumatera Utara.
Bidang : Pemerintahan dan Pembangunan Manusia (PPM), Perekonomian dan SDA (PKSDA) Misi Asta Cita Program
Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala
Daerah Prioritas
Provinsi Permasalahan dan Isu
Strategis Strategi dan Arah
Kebijakan Stakeholder Lokus Sumber Melanjutkan
hilirisasi dan mengembangka n industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri Membangun dari desa dan dari bawah untuk pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan pemberantasan kemiskinan
Melanjutkan pemerataan ekonomi dan penguatan UMKM melalui program kredit usaha dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) serta kota- kota inovatif karakteristik mandiri lainnya.
Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA), termasuk sumber daya maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas- luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi
Mencetak dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan lumbung pangan desa, daerah, dan nasional
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya manusia (SDM) Menjaga Stabilitas Makro Ekonomi Daerah Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Mengembangka n dan Menata Infrastruktur yang Berkualitas, Estetik dan Ramah Lingkungan Memperkuat Ketahanan Sosial dan Budaya untuk Membangun Masyarakat Sumut yang Tangguh
Melanjutkan Pembangun an berbasis desa Meningkatk an
ketahanan sosial dan budaya yang mendukung suasana harmonis, toleran dan rukun
Belum tersedianya aspek SDM yang mampu menjawab tantangan khususnya pada persaingan global, kemampuan SDM dalam memahami dan mengerti kemajuan teknologi yang berbasis digital,
Kurangnya Pelatihan dan Pendidikan mengenai pengelolaan usaha sekala kecil yang dapat
menjawab tantangan persaingan global yang sarat dengan teknologi secara digital
Kelembagaaan organisasi usaha sekala kecil sebagian tidak
terorganisasi secara baik sehingga untuk dapat melakukan penjualan keluar daerah atau provinsi masih terkendala dari sisi perizinan dan penetapan oleh BPOM Pembiayaan yang masih terkendala oleh adanya pinjaman lunak oleh
Pemberdayaan Usaha Mikro yang Dilakukan melalui Pendataan, Kemitraan, Kemudahan Perizinan, Penguatan Kelembagaan, dan Koordinasi dengan Para Pemangku Kepentingan Pengembangan Usaha Mikro dengan Orientasi Peningkatan Skala Usaha Menjadi Usaha Kecil Penyelenggaraan Promosi dan Misi Dagang Bagi Produk Ekspor Unggulan yang Terdapat Pada 1 Daerah
Kabupaten/Kota Pelaksanaan Promosi, Pemasaran dan Peningkatan
Dinas Koperasi dan UKM
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumberdaya Mineral
Dinas Tanaman Pangan, Ketahanan Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Toba Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Asahan
Hasil Penelitian Tahun 2023 Judul:
Pengembang an Usaha Lokal Desa Berbasis Digital Dalam Rangka Mendukung Program Inovasi Desa di Provinsi Sumatera Utara
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
Lembaga perbankan dan sejenisnya. Hal ini terjadi dikarenakan terbentur oleh kelengkapan 60 dokumen perizinan oleh pihak-pihak terkait.
Seperti izin usaha, anggunan yang tidak bisa digunakan sampai dengan laporan keuangan yang akan menjadi acuan perbankan bank dalam memberikan pinjaman lunak
Rendahnya produktifitas dan daya saing produk koperasi dan UKM.
Bidang pemasaran masih terkendala dengan adanya kemampuan memasarkan produk terutama yang berkaitan dengan pemasaran digital, Dimana masih minimnya penggunaan sarana digital khususnya pada dunia digital, seperti facebook, Instagram sampai dengan
pengelolaan website yang mengelola produk- produk unggulan daerah
Penggunaan Produk Dalam Negeri Pendidikan dan Latihan UKM bagi UKM yang Wilayah Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi Pemberdayaan Usaha Kecil yang dilakukan Melalui Pendataan, Kemitraan, Kemudahan Perijinan, Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi Dengan Para Pemangku Kepentingan
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
Kemampuan daerah dalam memenuhi sarana dan prasarana seperti sarana jalan raya untuk transportasi dan peralatan penunjang dengan teknologi digitalisasi yang mampu mendukung pemasaran produk unggulan
Permasalahan pengembangan usaha lokal desa perlu menjadi perhatian pemerintah daerah, baik Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil temuan bahwa belum bisa optimalnya UKM kualitas dan daya saing koperasi dikerenakan oleh adanya beberapa aspek seperti :
1. Belum tersedianya aspek SDM yang mampu menjawab tantangan khususnya pada persaingan global, kemampuan SDM dalam memahami dan mengerti kemajuan teknologi yang berbasis digital, dan kurangnya pelatihan dan Pendidikan mengenai pengelolaan usaha sekala kecil yang dapat menjawab tantangan persaingan global yang sarat dengan teknologi secara digital;
2. Kelembagaaan organisasi usaha sekala kecil sebagain tidak terorganisasi secara baik sehingga untuk dapat melakukan penjualan keluar daerah atau provinsi masih terkendala dari sisi perizinan dan penetapan oleh BPOM;
3. Pembiayaan yang masih terkendala oleh adanya pinjaman lunak oleh Lembaga perbankan dan sejenisnya. Hal ini terjadi dikarenakan terbentur oleh kelengkapan 60 dokumen perizinan oleh pihak-pihak terkait. Seperti izin usaha, anggunan yang tidak bisa digunakan sampai dengan laporan keuangan yang akan menjadi acuan perbankan bank dalam memberikan pinjaman lunak;
4. Rendahnya produktifitas dan daya saing produk koperasi dan UKM. Hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya keterbatasan ide dan inovasi dalam mengelola produk turunan untuk lebih bisa bervariasi lagi dari segi bentuk dan kandungan makanan yang diharapkan, hal ini berakibat pada rendahnya daya saing produk di pasar konsumen. Apalagi dengan adanya tantangan pada pemasaran digital yang dimana hasil produk turunan yang dihasilkan harus bersaing dengan pasar global yang akan datang berbagai daerah lainnya;
5. Bidang pemasaran masih terkendala dengan adanya kemampuan memasarkan produk terutama yang berkaitan dengan pemasaran digital, Dimana masih minimnya penggunaan sarana digital khususnya pada dunia digital, seperti facebook, Instagram sampai dengan pengelolaan website yang mengelola produk-produk unggulan daerah.
6. Kemampuan daerah dalam memenuhi sarana dan prasarana seperti sarana jalan
7. Belum tersedianya aspek SDM yang mampu menjawab tantangan khususnya pada persaingan global, kemampuan SDM dalam memahami dan mengerti kemajuan teknologi yang berbasis digital, dan kurangnya pelatihan dan Pendidikan mengenai pengelolaan usaha sekala kecil yang dapat menjawab tantangan persaingan global yang sarat dengan teknologi secara digital;
8. Kelembagaaan organisasi usaha sekala kecil sebagain tidak terorganisasi secara baik sehingga untuk dapat melakukan penjualan keluar daerah atau provinsi masih terkendala dari sisi perizinan dan penetapan oleh BPOM;
9. Pembiayaan yang masih terkendala oleh adanya pinjaman lunak oleh Lembaga perbankan dan sejenisnya. Hal ini terjadi dikarenakan terbentur oleh kelengkapan 60 dokumen perizinan oleh pihak-pihak terkait. Seperti izin usaha, anggunan yang tidak bisa digunakan sampai dengan laporan keuangan yang akan menjadi acuan perbankan bank dalam memberikan pinjaman lunak;
10. Rendahnya produktifitas dan daya saing produk koperasi dan UKM. Hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya keterbatasan ide dan inovasi dalam mengelola produk turunan untuk lebih bisa bervariasi lagi dari segi bentuk dan kandungan makanan yang diharapkan, hal ini berakibat pada rendahnya daya saing produk di pasar konsumen. Apalagi dengan adanya tantangan pada pemasaran digital yang dimana hasil produk turunan yang dihasilkan harus bersaing dengan pasar global yang akan datang berbagai daerah lainnya;
11. Bidang pemasaran masih terkendala dengan adanya kemampuan memasarkan produk terutama yang berkaitan dengan pemasaran digital, Dimana masih minimnya penggunaan sarana digital khususnya pada dunia digital, seperti facebook, Instagram sampai dengan pengelolaan website yang mengelola produk-produk unggulan daerah.
12. Kemampuan daerah dalam memenuhi sarana dan prasarana seperti sarana jalan.
Bidang : Pemberdayaan dan Pembangunan Manusia (PPM)
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala
Daerah Prioritas
Provinsi Permasalahan
dan Isu Strategis Strategi dan Arah
Kebijakan Stakeholder Lokus Sumber Membangun dari
desa dan dari bawah untuk pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan pemberantasan kemiskinan
Pemberanta san kemiskinan
Melanjutkan dan
menambahkan program kartu- kartu
kesejahteraan sosial serta kartu usaha untuk
menghilangkan kemiskinan absolut
Memperkuat Ketahanan Sosial dan Budaya untuk Membangun Masyarakat Sumut yang Tangguh
Pemberantasan kemiskinan melalui
perlindungan dan pemberdayaan Masyarakat rentan secara
menyeluruh dan tepat sasaran
1) Pada Perencanaan program tiap OPD terkait, tidak diuraikan dengan spesifik mengenai kegiatan/sub kegiatan, begitu juga dengan sasaran penerima manfaat dan lokus kegiatan tidak dibuat secara spesifik, padahal ini penting untuk dapat melihat dampak penghapusan kemiskinan ekstrem.
2) Kegiatan/sub kegiatan di OPD terkait tidak berdampak langsung bagi masyarakat miskin ekstrim, tetapi akan memiliki efek domino dalam
1) Terkait dengan perencanaan, direkomendasikan agar memiliki database mengenai kantong kemiskinan ektrem dan
persentase target penerima manfaat yang masuk dalam kategori miskin ektrem di tiap kabupaten/ kota, sehingga dapat diukur persentase penghapusan kemiskinan yang dapat dilakukan dari tahun ke tahun.
2) Terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan, perlu menyeragamkan format laporan yang dapat menampilkan capaian dalam bentuk jumlah penerima manfaat atau persentase anggaran yang direncanakan dan yang terealisasi di
OPD yang memiliki keterkaitan dengan peningkatan pendapatan dan pengkapasitasa n kemampuan masyarakat miskin ekstrem, yakni:
1)Dinas Koperasi dan UKM Provsu 2)Dinas Tenaga
Kerja Provsu 3)Dinas
Ketahanan Pangan dan Hortikultura 4)Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan Provsu 5)Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provsu 6)Dinas
Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/
kota Prioritas Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Tahun 2022-2024 menurut Kepmen Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No 25 Tahun 2022, dengan fokus lokus penelitian adalah pada Kabupaten/Kot a yang telah melakukan verifikasi dan validasi data, yakni: Tapanuli Utara, Samosir, Nias, Medan, dan
Mandailing Natal.
Hasil Penelitian Bappelitba ng Tahun 2023, Judul:
Analisis Evaluasi Program Penanggul angan Kemiskina n dalam Rangka Percepatan Penghapus an Kemiskina n Ekstrim di Provinsi Sumatera Utara
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
proses peningkatan pendapatan masyarakat miskin ekstrem.
3) Pada tiap perencanaan kegiatan/sub kegiatan OPD terkait, terdapat sasaran penerima manfaat, namun tidak dijelaskan secara spesifik, hanya jumlah target dan anggaran yang disebutkan.
tiap kabupaten kota, sehingga target kinerja dan kerangka anggaran dapat dianalisis dan dinilai berdasarkan perbandingan antara perencanaan dan realisasi, baik target maupun anggaran 3) Terkait dengan
penentuan OPD yang termasuk dalam kategori pengelola program pada kategori peningkatan pendapatan yang masuk dalam SK, disarankan memiliki target dan kerangka pendanaan khusus yang menyentuh langsung masyarakat yang masuk dalam kriteria miskin ekstrem.
Provsu
Permasalahan kemiskinan di Sumatera Utara belum bisa teratasi, terutama untuk mencapai kemiskinan ekstrem 0%. Berbagai strategi telah direncanakan dan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, seperti optimalisasi pemanfaatan sumberdaya, penguatan pencapaian prioritas target pembangunan daerah dan akselerasi pembangunan dalam rangka pengurangan tingkat kemiskinan dan peningkatan perekonomian wilayah. Pada tahun 2022, program yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara adalah program-program intervensi yang dapat mengurangi pengeluaran masyarakat melalui pengendalian inflasi dan pemberian bantuan-bantuan; peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dengan berbagai program peningkatan pertumbuhan ekonomi seperti pemberdayaan UMKM; peningkatan pelayanan dasar seperti penyediaan air minum perpipaan, perbaikan infrastruktur ekonomi dengan membangun jalan provinsi dan pembangunan irigasi; dan peningkatan KUR untuk menyediakan permodalan yang murah bagi UMKM dengan melibatkan perbankan di Sumut.
Pada tahun 2023, Pemerintah Sumatera Utara mengarahkan program dan kegiatan yang lebih fokus untuk menangani kemiskinan ekstrem melalui berbagai program di OPD, seperti:
perbaikan rumah, sanitasi, lansia, masyarakat pesisir dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa, serta menggalakkan iklim investasi yang kondusif yang bisa membuka lapangan kerja baru dan mengendalikan inflasi agar tetap terjaga.
Berdasarkan hasil penelitian Bappelitbang, bahwa ternyata program kegiatan yang dilaksanakan pada OPD, terutama pada peningkatan pendapatan masyarakat, tidak terlihat adanya target dan sasaran langsung tertulis pada masyarakat miskin ekstrem. Namun secara tidak langsung ataupun langsung dapat menyentuh masyarakat miskin ekstrem. Dalam perencanaan dan pelaksanaannya, OPD tidak memiliki daftar masyarakat miskin ekstrem, sehingga tidak bisa menjadikannya target ataupun sasaran dari program/kegiatan. Sehingga tidak dapat diukur dampak dari program/kegiatan OPD pada masyarakat miskin ekstrem.
Beberapa permasalahan lain yang ditemukan dari hasil evaluasi program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara adalah:
1. Pada perencanaan dan pelaksanaan program tiap OPD terkait, tidak diuraikan dengan spesifik mengenai kegiatan/sub kegiatan, begitu juga dengan sasaran penerima manfaat dan lokus kegiatan tidak dibuat secara spesifik, padahal ini penting untuk dapat melihat dampak penghapusan kemiskinan ekstrem secara langsung.
2. Kegiatan/sub kegiatan di OPD terkait tidak berdampak langsung bagi masyarakat miskin
ekstrim, tetapi akan memiliki efek domino dalam proses peningkatan pendapatan
masyarakat miskin ekstrem.
3. Pada tiap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan OPD terkait, terdapat sasaran penerima manfaat, namun tidak dijelaskan secara spesifik, hanya jumlah target dan anggaran yang disebutkan.
Berdasarkan analisis dan kesimpulan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, kegiatan dan sub kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas dan pendapatan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan OPD Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara, dapat direkomendasikan poin- poin berikut ini:
1. Terkait dengan perencanaan, direkomendasikan agar memiliki database mengenai kantong kemiskinan ektrem dan persentase target penerima manfaat yang masuk dalam kategori miskin ektrem di tiap kabupaten/ kota, sehingga dapat diukur persentase penghapusan kemiskinan yang dapat dilakukan dari tahun ke tahun.
2. Terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan, perlu menyeragamkan format laporan yang dapat menampilkan capaian dalam bentuk jumlah penerima manfaat atau persentase anggaran yang direncanakan dan yang terealisasi di tiap kabupaten kota, sehingga target kinerja dan kerangka anggaran dapat dianalisis dan dinilai berdasarkan perbandingan antara perencanaan dan realisasi, baik target maupun anggaran.
3. Terkait dengan penentuan OPD yang termasuk dalam kategori pengelola program pada
kategori peningkatan pendapatan yang masuk dalam SK, disarankan memiliki target dan
kerangka pendanaan khusus yang menyentuh langsung masyarakat yang masuk dalam
kriteria miskin ekstrem.
Bidang : Pertanian
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
Quick Wins Visi Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi
Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder/
OPD
Lokus Source (sumber)
Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi syariah, ekonomi digital, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Melanjutkan pengembangan infrastruktur dan meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong
kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif serta mengembangkan agro maritim industri di sentra produksi melalui peran aktif koperasi Memperkuat
pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda (generasi milenial dan generasi Z), dan
Mencapai
swasembada pangan, energi, dan air Menjamin
ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida langsung ke petani Melanjutkan pemerataan ekonomi dan penguatan UMKM melalui program kredit usaha dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) serta kota-kota inovatif
karakteristikmandiri lainnya.
Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA), termasuk sumber daya maritim untuk membuka lapangan kerja yang
seluasluasnya dalam mewujudkan keadilan
Mencetak dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan lumbung pangan desa, daerah, dan nasional
Meningkat kan Kualitas Sumber Daya manusia (SDM) Menjaga Stabilitas Makro Ekonomi Daerah
Penguatan stabilitas makro ekonomi dan kesinambunga n fiskal daerah Pengembanga n ekonomi hijau dan biru Ketahanan pangan melalui penguatan nilai budaya dan kearifan local agar diversifikasi hasil pertanian menjadi lebih produktif dan berdampak pada
kesejahteraan Masyarakat lokal
Keterbatasan akses terhadap teknologi informasi
Kurangnya pengetahuan petani dalam
memanfaatkan teknologi informasi untuk
meningkatkan produktivitas Keterbatasan dana/modal petani untuk membeli peralatan, teknologi dan sarana produksi pertanian untuk meningkatkan produktivitas Keterbatasan pengalaman dibidang pertanian modern
Kurangnya minat berwirausaha dibidang pertanian
Pengembang an
Komunitas Petani milenial Kerjasama dengan penyuluh pertanian Pengembang an inovasi pertanian alami/organi c sesuai dengan kondisi perubahan iklim dan faktor resiko Pengembang an dn pemasaran produk pertanin melalui digital marketing dan
peningkatan
Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Perkebunan dan Peternkan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Dinas
Ketenagakerjaan Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya Mineral
Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Karo
Laporan Penelitian Strategi Menumbuhke mbangkan Petani Milenial di Sumatera Utara Tahun 2023
penyandang disabilitas Melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri
Membangun dari desa dan dari bawah untuk pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan pemberantasan kemiskinan
Memperkuat
penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan alam dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
ekonomi Kurangnya
Pendidikan formal petani
Belum menerapkan teknologi digital marketing Rendahnya kesiapan penguasaan lahan Jumlah Tenaga kerja di sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 – 2020 mengalami penurunan paling besar di tahun 2015 sebesar 4.038.964 tenaga kerja dan paling tinggi pada tahun 2018 sebesar 3.524.457
Pada data BPS tahun 2022 penduduk yang bekerja di sektor pertanian usia >60 (24,37%); 30 -39 (16,52%); 40-49,9 (20,04%)
Rendahnya minat anak muda pada pertanian
kemitraan pemasaran Pengembang an sistem budaya pertanian modern Penumbuhan wirausaha pertanian (PWP) Pelatihan manajemen agribisnis petani melenial Mengadakan Agrofestival (mengangkat produk pertanian) Pengembang an bahan pangan alternatif Pendamping an dan pelatihan Pengembang an pertanian berbasis teknologi
disebabkan oleh penghasilan yang rendah, terbatasnya akses lahan.
Angkatan kerja petani milenial sering lebih terbuka terhadap
penggunaan teknologi pertanian.
Penurunan tingkat partisipasi Angkatan kerja sektor pertanian di Sumatera utara antara tahun 2020 dan 2023 memiliki hubungan dengan rendahnya pertumbuhan jumlah petani milenial, sektor pertanian, dan ketahanan pangan.
Kolaborasi petani milenial dengan pihak swasta Kolaborasi petani milenial dengan organissi yang ada di provinsi Sumatera Utara Program duta young ambassador, duta petani millennial dan duta petani andalan Pengembang an
komoditas unggulan
Deskripsi Permasalahan dan Isu Strategis :
Beberapa kendala yang berkaitan dengan Menumbuhkembangkan Petani Milenial di Sumatera Utara, antara lain:
1. Keterbatasan akses terhadap teknologi informasi, sehingga mengakibatkan Kurangnya pengetahuan petani dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
2. Keterbatasan dana/modal petani untuk membeli peralatan, teknologi dan sarana produksi pertanian untuk meningkatkan produktivitas
3. Keterbatasan pengalaman dibidang pertanian modern, kebanyakan petani saat ini masih melaksanakan kegiatan pertanian secara tradisional
4. Kurangnya minat berwirausaha dibidang pertanian, sehingga Ketika petani panen yang berlimpah dan harga komoditi tersebut turun, petani tidak bisa menjual hasil pertanian.
Padahal jika dilakukan pengolahan maka bisa menciptakan roduk dan itu bisa menjadi salah satu usaha petani dalam menghasilkan tambahan penghasilan.
5. Kurangnya Pendidikan formal petani, selama ini petani masih mengandalkan ajaran orang tua yang sebelumnya adalah petani. Padahal Pendidikan formal petani sangat diperlukan untuk meningkatkan ilmu dan pengalaman petani untuk melnjutkan usaha taninya.
6. Belum menerapkan teknologi digital marketing, selama ini penjualan masih dilakukan secara bertatap muka atau langsung dan kebanyakan melalui pihak ketiga. Sangat jarang petani melakukan penjualan hasil pertanian dengan digital marketing.
7. Rendahnya kesiapan penguasaan lahan, kebanyakan petani tidak mempunyai lahan untuk Bertani.
8. Jumlah Tenaga kerja di sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 – 2020 mengalami penurunan paling besar di tahun 2015 sebesar 4.038.964 tenaga kerja dan paling tinggi pada tahun 2018 sebesar 3.524.457
9. Pada data BPS tahun 2022 penduduk yang bekerja di sektor pertanian usia >60 (24,37%); 30 -39 (16,52%); 40-49,9 (20,04%)
10. Rendahnya minat anak muda pada pertanian disebabkan oleh penghasilan yang rendah, terbatasnya akses lahan.
11. Angkatan kerja petani milenial sering lebih terbuka terhadap penggunaan teknologi
pertanian.
12. Penurunan tingkat partisipasi Angkatan kerja sektor pertanian di Sumatera utara antara tahun
2020 dan 2023 memiliki hubungan dengan rendahnya pertumbuhan jumlah petani milenial,
sektor pertanian, dan ketahanan pangan.
Bidang Ekonomi Pembangunan (Integrated farming model dalam optimalisasi produktivitas pertanian di Sumatera Utara)
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi syariah, ekonomi digital, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Melanjutkan pengembangan infrastruktur dan meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif serta
mengembangkan agro maritim industri di sentra produksi melalui peran aktif koperasi Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi,
Mencapai swasembada pangan, energi, dan air
Pemberantasan kemiskinan Penguatan pendidikan, sains dan teknologi, serta digitalisasi Menjamin pelestarian lingkungan hidup Menjamin ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida
langsung ke petani Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA), termasuk sumber daya maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas luasnya dalam
Mencetak dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan lumbung pangan desa, daerah, dan nasional
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya manusia (SDM) Menjaga Stabilitas Makro Ekonomi Daerah 1.
2.
Pemberantasan kemiskinan melalui
perlindungan dan pemberdayaan Masyarakat rentan secara menyeluruh dan tepat sasaran Penguatan stabilitas makro ekonomi dan kesinambungan fiskal daerah Pengembangan ekonomi hijau dan biru Ketahanan pangan melalui penguatan nilai budaya dan kearifan local agar diversifikasi hasil pertanian menjadi lebih produktif dan berdampak pada kesejahteraan Masyarakat local Ekonomi kreatif dan industry berbasis teknologi
Beberapa kendala yang berkaitan dengan 5 komponen
utama sistem
pertanian terintegrasi di atas, antara lain : 1. Keterbatasan
ternak 2. Keterbatasan
lahan
3. Kurangnya modal 4. Sistem irigasi yang
kurang mendukung 5. Fasilitas lainnya
yang kurang
mendukung 6. Pasar yang kurang
mendukung 7. Peran penyuluh
dan dinas yang masih belum maksimal 8. Pemahaman
petani terhadap sistem
pertanian terintegrasi yang masih kurang
Perbaikan saluran irigasi teknis
Pendampingan Sertifikasi kelayakan budidaya ikan
Peningkatan Kapasitas Budidaya ikan dalam ember dan alternatif kegiatan reduksi lahan
Distribusi bibit ternak sapi, kambing, atau domba
Identifikasi, pemetaan, serta pengembangan kawasan pertanian terintegrasi (pilot project)
Hortikultura
Pemanfaatan smart farming (AI, robot, drone, dan lainnya) pada pertanian integrasi
Pengembangan pasar produk pertanian terpadu (packaging, branding, dan marketing)
Penyusunan
Dinas Ketahanan pangan, Perikanan dan Peternakan Kab.
Simalungun, Dinas
Peternakan dan Perikanan Kab.
Karo, Dinas Peternakan Kab.
Phakphak Bharat,Dinas Ketahanan Pangan dan Tanaman Pangan Hortikultura, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan , Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Dinas Pariwisata, Penyuluh Dinas Pertanian, Perkebunan,
Kab. Simalungun, Kab. Karo, Kab.
Phakphak, Kab.
Dairi dan pihak yang terkait yang membutuhkan data-data dan informasi terkait kegiatan Integrated farming model dalam
optimalisasi produktivitas pertanian di Sumatera Utara
Laporan Akhir Penelitian
Integrated farming model dalam optimalisasi produktivitas pertanian di Sumatera Utara Tahun 2024
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda (generasi milenial dan generasi Z), dan penyandang disabilitas Melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk
meningkatkan nilai tambah di dalam negeri
Membangun dari desa dan dari bawah untuk pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan pemberantasan kemiskinan Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan alam dan budaya, serta peningkatan toleransi
mewujudkan keadilan ekonomi
Transformasi digital dan inovasi teknologi pada pelayanan public dan
perekonomian Masyarakat Infrastruktur dengan prioritas jalan, jembatan dan irigasi yang langsung berdampak pada peningkatan ekonomi Masyarakat local Pengembangan sistem logistic dan transportasi yang mendukung pengembangan ekonomi dan daya saing Pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam secara
berkelanjutan serta berketahanan terhadap bencana Melanjutkan Pembangunan berbasis desa Terciptanya
inisiasi masterplan pembangunan kawasan
agropolitan dan kawasan
agromarinpolitan berbasis integrated farming untuk merangsang investasi dalam negeri dan luar
negeri yang
memanfaatkan sumber daya alam
lokal yang
berwawasan lingkungan
Pemberian bantuan benih/bibit tanaman
hortikultura dan pupuk organik
Optimalisasi rehabitlitasi serta pembangunan jaringan irigasi (Ha) dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor agraris
Perbaikan akses jalan
Pemberian bantuan
alat mesin
pertanian dan peningkatan penerapan
Peternakan dan Perikanan, Balai Latihan Penyuluh Pertanian (BLPP), Dinas Pendidikan, Bappelitbang Provsu, Litbang Kabupaten/Kota
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
kehidupan yang lebih lama dan tertib
teknologi pertanian (cold storage, pengeringan cabe menjadi cabai bubuk, mesin pembuat saos, hand tractor, dan pemipil jagung
Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian dalam pengawasan peredaran &
sertifikasi benih/bibit pertanian,
peternakan dan perikanan
Pelatihan petani terkait
pengelolaan dan penggunaan air untuk pertanian dan perikanan
Pemenuhan kebutuhan listrik untuk pertanian terintegrasi
Pelatihan
peningkatan skill petani dalam pengolahan hasil pertanian Dinas Perindustrian dan Perdagangan inovasi produk olahan pertanian serta penerapan teknologi pasca panen pertanian
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
(pengemasan, pengeringan, dll)
Sosialisasi model pertanian integrasi untuk lokus yang lain
Kajian SWOT, aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya penerapan pertanian integrasi (kajian lanjutan)
Kajian untuk melihat faktor-
faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan pertanian terintegrasi, seperti kajian terkait
kelembagaan tani untuk mendukung pertanian terintegrasi, peran penyuluh
pertanian, peran pemerintah, LSM, dan NGO, dan lainnya (kajian lanjutan)
Pembuatan website/aplikasi pertanian integrasi berisi
basis data
produksi dan
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan
Stakeholder Lokus Sumber
potensi pertanian terintegrasi
Penunjukan dan pembangunan demplot pertanian terintegrasi untuk peningkatan produksi dan produktivitas serta pendapatan petani
Pembuatan UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik)
Penambahan muatan lokal pertanian terintegrasi pada SMK Pertanian dan sejenisnya
Deskripsi Permasalahan dan Isu Strategis :
Beberapa kendala yang berkaitan dengan 5 komponen utama sistem pertanian terintegrasi di atas, antara lain:
1. Keterbatasan ternak
Ternak adalah komponen yang sangat penting dalam pertanian integrasi. Dua petani di Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat masih membeli kotoran sapi karena belum memiliki ternak. Hal ini dikarenakan biaya untuk membeli ternak cukup mahal, dan belum mendapat bantuan ternak dari pemerintah. Informasi dari penyuluh maupun dinas setempat juga menyebutkan sulitnya penerapan pertanian integrasi pangan dan ternak dikarenakan banyak petani yang tidak memiliki ternak.
2. Keterbatasan lahan
Lahan juga sangat penting untuk mendukung pertanin integrasi karena lahan diperlukan sebagai tempat budidaya tanaman, peletakan kandang ternak, maupun pembuatan kolam untuk ikan. Di beberapa lokus ditemukan petani yang hanya mengintegrasikan 2 sub sektor saja karena keterbatasan lahan. Tidak semua petani dapat membuat kolam karena lahan yang terbatas. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan penyuluh dan dinas setempat, salah sat kendala penerapan pertanian integrasi adalah petani yang tidak punya lahan, bahkan tidak sedikit petani yang harus menyewa untuk melakukan budidaya pertanian.
3. Kurangnya modal
Modal juga menjadi faktor penentu keberhasilan pertanian terintegrasi, khususnya modal awal dalam penyiapan infrastruktur pertanian terintegrasi. Beberapa petani hanya mampu melakukan budidaya pada lahan yang terbatas. Petani juga hanya memiliki ternak dalam jumlah yang sedikit. Untuk mampu melakukan budidaya pada lahan yang luas dan memiliki ternak dalam jumlah yang besar, tentu saja membutuhkan modal yang lebih besar pula.
Kendala yang dihadapi adalah modal petani yang cukup terbatas. Masih banyak petani yang memiliki keterbatasan akses untuk mendapat bantuan permodalan dari pemerintah.
4. Sistem irigasi yang kurang mendukung
Irigasi menjadi sangat penting untuk mendukung pertanian integrasi, khususnya bagi sub sektor yang membutuhkan ketersediaan air dalam jumlah yang besar, yaitu perikanan. Hasil wawancara, kuesioner, dan observasi lapangan menemukan masih banyaknya saluran irigasi yang sangat perlu untuk diperbaiki.
5. Fasilitas lainnya yang kurang mendukung
Tersedianya fasilitas lainnya yang memadai untuk mendukung pertanian integrasi juga sangat diperlukan, seperti UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik), traktor pengolah tanah, unit pemeriksa kesehatan ternak, dan fasilitas lainnya. Tidak semua kecamatan memiliki UPPO, dan tidak semua petani memiliki traktor pengolah tanah. Begitu juga dengan fasilitas pemeriksaan kesehatan ternak yang tidak tersedia.
6. Pasar yang kurang mendukung
Pasar sangat diperlukan untum menjamin bahwa produk akan laku dan terjual. Kondisi yang
ditemukan di lapangan yaitu masih banyaknya tengkulak sehingga harga jual menjadi lebih
rendah. Selain itu, kalaupun pasar tersedia, harga produk terkadang sangat murah sehingga
petani tidak mau menjual produk pertanian mereka. Sebagian petani memberikan produk
pertanian kepada hewan ternak, dan sebagian petani bahkan lebih memiliha untuk
membuang produk hasil pertanian mereka.
7. Peran penyuluh dan dinas yang masih belum maksimal
Peran penyuluh dan dinas tentu saja sangat diperlukan untuk keberhasilan penerapan pertaniani integrasi. Informasi terkait pertanian integrasi seringkali berasal dari dinas maupun penyuluh. Dinas dan penyuluh juga melakukan sosialisasi dan praktik langsung pertanian integrasi kepada petani dan peternak. Namun, dari hasil wawancara dan kuesioner, beberapa petani menyampaikan peran dinas dan penyuluh yang masih belum maskimal untuk mendukung pertanian integrasi.
3. Pemahaman petani terhadap sistem pertanian terintegrasi yang masih kurang
Pertanian integrasi merupakan sebuah sistem yang cukup kompleks karena berkaitan dengan interaksi antar komponen. Hal ini memerlukan pemahaman mendalam untuk mengelola dan mengatur sistem tersebut dari hulu hingga hilir. Namun masih banyak petani yang masih memerlukan pendampingan untuk peningkatan kualitas SDM pengelola pertanian intgerasi.
Bahkan berdasarkan kuesioner, masih banyak petani yang masih kesulitan untuk menjelaskan
analisis keuangan budidaya tanaman dan ternak, serta tidak melakukan pembukuan dan
pencatatan keuangan terhadap sub sektor yang diusahakan. Pemahaman petani juga terkait
dengan manajemen resiko, misalnya potensi penyebaran penyakit antar komponen, sehingga
diperlukan protokol kesehatan (biosekuriti) yang ketat untuk menjaga kesehatan sistem.
Bidang : Perekonomian dan SDA (PKSDA)
Misi Asta Cita Program Prioritas Nasional
PHTC Misi Kepala Daerah
Prioritas Provinsi Permasalahan dan Isu Strategis
Strategi dan Arah Kebijakan Stakeholder Lokus Sumber Memperkuat
penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan alam dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
Pelestarian seni budaya, peningkatan ekonomi kreatif, dan peningkatan prestasi olahraga
- Memperkuat
Ketahanan Sosial dan Budaya untuk Membangun Masyarakat Sumut yang Tangguh
Pariwisata yang menggerakkan potensi alam lokal di pedesaan dan perkotaan dengan melibatkan partisipasi masyarkat secara langsung Pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam secara
berkelanjutan serta berketahanan terhadap bencana
Geosite yang ada saat ini (16 geosite) dianggap minim dari segi kuantitas, singkapannya belum merepresentatifkan sejarah/proses geologi GKT (batuan dasar, batuan produk empat erupsi utama toba, fitur struktural kaldera toba) Narasi pada panel geosite yang ada saat ini masih membutuhkan perbaikan dan penyesuaian agar mudah dipahami oleh masyarakat umum dan/atau siswa/i sekolah Media/wadah promosi Geopark Toba masih membutuhkan
optimalisasi proses informasi dan diseminasi.
Program / kegiatan / `sub kegiatan yang telah dilakukan pemangku kepentingan belum mendukung pemenuhan rekomendasi UNESCO
1) Penambahan geosite baru yang merepresentasikan
sejarah/proses geologi Geopark Kaldera Toba
2) Perbaikan subtansi pada panel informasi geosite sehingga mudah dipahami masyarakat awam.
3) Pengarustutamaan
program/kegiatan/sub kegiatan pada OPD untuk keberlanjutan Geopark Kaldera Toba
4) Penguatan koordinasi dengan Perguruan Tinggi untuk melakukan riset terkait geodiversity, biodiversity, dan culturediversity pada Geopark Kaldera Toba.
5) Pemanfaatan rekomendasi riset sebagai acuan OPD
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam merencanakan kegiatan pada tahun 2026.
Dinas Pendidikan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Pemberdayaa n Masyarakat Desa
Dinas Koperasi dan UMKM
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Badan Penelitian dan Pengembanga n
Perguruan Tinggi/Akade misi/LPM
Lembaga Penelitian
Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan , Karo, Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, dan Toba,
Hasil Kajian Tahun 2024 Judul:
Identifikasi Batuan Dasar dan Empat Erupsi Utama Geopark Kaldera Toba
Rekomendasi Strategis dari Hasil Kajian
Rencana Strategis Rencana Tindakan Manfaat Penanggung Jawab
1. Penambahan geosite baru
Mengajukan penambahan geosite baru pada Geopark Kaldera Toba
Sebagai pemenuhan terhadap rekomendasi UNESCO
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
2. Perubahan narasi pada panel informasi geosite
Melakukan perubahan narasi terhadap informasi pada panel geosite sehingga mencerminkan keterkaitan antara geodiversity, biodiversity, dan culturedivesity di Geopark Kaldera Toba yang mudah dipahami masyarakat awam
Sebagai pemenuhan terhadap rekomendasi UNESCO
Membantu masyarakat awam untuk mengenal keberadaan Geopark Kaldera Toba
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Pendidikan
Perguruan Tinggi Negeri/Swasta
3. Penguatan
perencaanaan terkait pengelolaan
Geopark Kaldera Toba
Menyusun program / kegiatan / sub kegiatan yang mendukung keberlanjutan Geopark Kaldera Toba di tahun 2026
Memastikan keberlanjutan Geopark Kaldera Toba sebagai anggota UNESCO Global Geopark
Dinas Pendidikan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dinas Koperasi dan UMKM
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Badan Penelitian dan Pengembangan
Perguruan Tinggi/Akademisi/LPM
Lembaga Penelitian
Hasil revalidasi status GKT oleh Asessor dari UNESCO pada Agustus 2023 menyatakan bahwa keanggotaan GKT pada UNESCO Global Geopark (UGGp) akan di revalidasi ulang karena memperoleh yellow card (kartu kuning). Badan Pengelola GKT dan seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat memenuhi rekomendasi yang disampaikan UNESCO dan memiliki waktu hingga 31 Desember 2025 untuk memenuhi rekomendasi tersebut. Adapun 4 (empat) Rekomendasi UNESCO terhadap pengelolaan GKT, yaitu (UNESCO, 2023):
1. Warisan dan interpretasi geologi
Diversifikasi sejarah geologi dan lakukan survei yang lebih ekstensif untuk mencakup lebih banyak situs geologi. Pemilihan singkapan yang bagus dan mudah diakses yang menunjukkan batuan dasar, masing-masing dari empat letusan besar, dan fitur struktural Kaldera Toba, dan usaha mempromosikannya sebagai situs geologi baru. Masing-masing situs tersebut harus dideskripsikan dengan panel penjelasan yang bermakna ilmiah dan dipromosikan dalam peta yang komprehensif di website dan media lainnya. Informasi pada panel-panel ini dan media lainnya harus dapat dipahami oleh masyarakat dan pelajar.
2. Warisan lainnya
Mengidentifikasi dan menginventarisasi warisan alam, warisan budaya, dan warisan tak benda yang belum/tidak terdapat di dalam geopark dan menghubungkannya dalam sebuah narasi geopark yang komprehensif untuk memperkuat komunikasi dengan pihak UNESCO (UGG dan GGN) sebagai basis data/informasi terbaru tentang kebijakan, alur kerja, dan tugasnya.
3. Visibilitas dan kemitraan
Peningkatan visibilitas Geopark secara umum, peningkatan jumlah panel
penjelasan/interpretasi di wilayah tersebut. Serta perhatian khusus pada
visibilitas dan informasi yang disediakan di lokasi mitra penting seperti kawasan
pelestarian monyet dan gajah, resor Kaldera Toba, dan tempat penting lainnya
yang dapat mendukung komunikasi dan daya tarik geopark. Aktif mengupdate
konten akun media sosial geopark serta memperkaya konten website geopark,
usahakan untuk melengkapi website versi bahasa Inggris (atau bahkan bahasa ketiga), tetapi jangan mengandalkan terjemahan otomatis. Selain logo UGGp dan logo geopark, dibutuhkan penambahan jaringan geopark regional dan global jika relevan dengan menggunakan panel penjelasan/interpretasi, brosur promosi geopark, leaflet, buku, peta, dan sebagainya. Serta memastikan materi komunikasi ini benar dari sudut pandang ilmiah dan sudut pandang tata bahasa.
Mengembangkan kebijakan branding dengan kriteria yang rinci dan konkrit untuk geopark dan mitranya. Merinci kriteria kemitraan dengan mendefinisikan secara jelas tugas, tanggung jawab, mitigasi resiko-resiko serta memberikan pelatihan mitra (dan pertukaran ide) secara teratur.
4. Jaringan dan pelatihan
Memperkuat perluasan kemitraan dan menjalin kerjasama dengan geopark Indonesia namun lebih terlibat dalam jaringan geopark regional (APGN) dan Global (GGN) mempertimbangkan kemitraan dengan UGGp lainnya.
Peningkatan partisipasi anggota badan pengelolaan dan pengelola lokasi dalam kursus pelatihan nasional dan regional serta acara peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai aspek pengelolaan geopark. Menjalin kerjasama aktif dengan APGN/GGN dan Sekretariat UNESCO, termasuk kantor UNESCO yang berbasis di Jakarta, untuk mendapatkan panduan lebih lanjut dan tetap
.Hasil penelitian memberikan data singkapan/sebaran batuan dasar, empat produk/indikasi erupsi dan data fitur struktural Kaldera Toba serta 20 geosite baru, yaitu:
1. 20 (dua puluh) geosite/sub geosite baru, yang lokasinya berada di geosite yang sudah ada saat ini, yaitu pada geosite: Parapat – Sibaganding, Haranggaol, Sipisopiso – Tongging, Pangururan – Tele, Pusuk Buhit – Sianjur Mula Mula, dan, Ambarita – Tuktuk – Tomok. Serta terdapat geosite yang berada diluar geosite yang sudah ada, masing-masing berlokasi di Ajibata dan Pematang Sidamanik.
2. Narasi yang direkomendasikan penelitian ini adalah seperti pada Gambar 5.1.,
5.2., dan 5.3.
Gambar 5.1. Panel menginformasikan proses pembentukan Super Vulkano
(alternative pengganti panel yang eksisting)
Gambar 5.2. Substansi isi dan gambar untuk panel sub geosite baru batuan dasar asal gondwana di geosite Parapat-Sibaganding
Gambar 5.3. Subtansi isi dan gambar untuk panel geosite baru di geosite Ajibata 3. Rekomendasi program/kegiatan/sub kegiatan untuk mendukung pengelolaan GKT
menurut bidang urusan pemerintah disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Matriks Rencana Aksi Strategi Pengembangan Geopark Kaldera Toba
NO.
BIDANG URUSAN PEMERINTAH
*Sesuai Nomenklatur SIPD Tahun 2024
PROGRAM KEGIATAN SUB KEGIATAN
OPD/ STAK