BERDASARKAN PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENGUASAAN TANAH PERTANIAN
(Studi di Desa Sejati Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pada Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Oleh:
Khatibul Umam 21601021008
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
MALANG 2020
EKSISTENSI LARANGAN KEPEMILIKAN TANAH SECARA LATIFUNDIA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 18 TAHUN
2016 TENTANG PENGENDALIAN PENGUASAAN TANAH PERTANIAN (Studi di Desa Sejati Kabupaten Sampang)
Khatibul Umam
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secaralatifundia Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian (Studi Di Desa Sejati Kabupaten Sampang). Pilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya bentuk- bentuk kepemilikan tanah yang tidak berkesesuaian dengan undang-undang yang mengaturnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja latar belakang timbulnya kepemilikan tanah secara latifundia di Desa Sejati Kabupaten Sampang? 2. Apakah pelaksanaan peraturan larangan kepemilikan tanah latifundia masih efektif dioperasionalkan dalam pelaksanaan restrukturisasi kepemilikan tanah pertanian di Desa Sejati Kabupaten Sampang? 3. Bagaiamana peranan kantor pertanahan kabupaten Sampang terhadap pelaksanaan larangan kepemilikan tanah secara latifundia tersebut? Penelitian ini merupakan penelitian hokum yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan kasus dan perundang-undangan. Pengumpulan bahan hukum melalui metode studi literatur, dengan bahan hukum primer maupun sekunder. Selanjutnya bahan hokum dikaji dan dianalisis dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab isu hokum dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan tanah secara melampaui batas, rata-rata karena orang kota yang mempunyai uang kemudian membelinya sebagai bentuk investasi yang bisa diperjual-belikan kembali dengan nilai keuntungan.
Berdasarkan penelitian dari data lapangan efektifitas aturan tersebut tidaklah efektif dikarenakan adanya orang-orang yang memiliki tanah melebihi batas yang ditentukan oleh peraturan menteri agrarian nomor 18 tahun 2016 tentang pengendalian penguasaan tanah pertanian. Peran aktif kantor pertanahan dalam penegakan aturan ini terbukti dinilai kurang maksimal karena masih banyak peraturan dari menteri agraria yang belum berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Latifundia, Tanah, Permenag Nomor 18 Tahun 2016
EXISTENCE OF LATIFUNDIA SOIL OWNERSHIP BANNING BASED ON REGULATION OF THE MINISTER OF AGRARIA NUMBER 18 OF 2016
CONCERNING CONTROL OF AGRICULTURAL LAND CONTROL (Study in the Sejati Village of Sampang Regency)
Khatibul Umam
Faculty of Law, University pf Islam Malang
In this thesis, the author raises the problem of the Existence of Secaralatifundia Land Ownership Provisions Based on the Regulation of the Minister of Agrarian Number 18 Year 2016 Concerning Control of Agricultural Land Tenure (Study in the True Village of Sampang Regency). The choice of the theme is motivated by the many forms of land ownership that are not in accordance with the laws that govern them.
Based on this background, this paper raises the following problem formulation: 1. What are the background to the emergence of land ownership in Latifundia in the Sejati Village of Sampang Regency? 2. Is the implementation of latifundia land ownership regulations still effectively operationalized in the implementation of restructuring of agricultural land ownership in the Sejati Village of Sampang Regency? 3. How is the role of the Sampang district land office in implementing the latifundia land ownership ban? This research is an empirical juridical legal research using a case and legislative approach. Collection of legal materials through the method of literature study, with primary and secondary legal materials. Furthermore, legal materials are reviewed and analyzed with approaches used in research to address legal issues in this study.
The results of this study indicate that land ownership exceeds the limit, on average because city people who have money then buy it as a form of investment that can be traded back at a profit value. Based on research from the field data the effectiveness of the regulation is not effective because there are people who own land that exceeds the limit determined by the agrarian ministerial regulation number 18 of 2016 concerning control of control of agricultural land. The active role of the lan
d office in the enforcement of this rule has proven to be less than optimal because there are still many regulations from the agrarian minister that have not been going well.
Keywords: Latifundia, Land, Permenag Number 18 Year 2016
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara agraris dimana penduduknya sebagian besar bermata pencaharian dibidang pertanian (agraris) baik sebagai petani pemilik tanah, petani penggarap tanah maupun buruh tani. Tanah merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi masyarakat, baik sebagai media untuk bercocok tanam maupun tanah digunakan sebagai wadah atau tempat untuk melakukan berbagai kegiatan. Masyarakat hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah. Eratnya hubungan antara manusia dan tanah dapat dilihat dalam ketentuan Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.”
Tanah sebagai bagian dari bumi dapat dipergunakan untuk sebesar- besarnya kepentingan rakyat dan menghindari segala bentuk yang merugikan kepentingan umum. Adapun tujuan Negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945, 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Untuk memajukan kesejahteraan umum, 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, 4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Maka dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia melindungi negara tanah air dan seluruh
2
warga negara Indonesia baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.
Selain itu negara kita menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, sentosa, dan lain sebagainya.
Persoalan mendasar dalam hukum tanah meliputi, 1) masalah kepemilikan tanah yang tidak proporsional dan kebutuhan tanah yang semakin meningkat terutama di Pulau Jawa semakin mengecil dengan penduduknya yang terus bertambah. Soal-soal tersebut memunculkan masalah landreform, distribusi tanah, bagi hasil dan hubungan sewa menyewa antara pemilik tanah dan penggarap, 2) masalah-masalah diatas melahirkan ide perlunya pembaharuan dalam hukum tanah itu sendiri atau reforma agraria dapat dipahami bahwa tanah merupakan sesuatu yang bernilai bagi manusia.
Bernilainya tanah terkait dengan banyak aspek. Aspek ekonomi, dengan tanah sebagai sumber daya alam yang sangat penting, aspek sosial, mengingat berbagai golongan masyarakat dengan nilai-nilai sosialnya yang mempunyai hak dalam penguasaan tanah yang berbeda-beda. dan aspek politik, serta aspek hukum yang menegakkan dan mengatur hak penguasaan tanah tersebut.
Tanah pertanian berkaitan dengan landreform. Landreform merupakan peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan atas tanah pertanian yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh seseorang. Menurut Michael lipton menyatakan bahwa “pemerataan pemilikan tanah dibarengi dengan peningkatan produksi pertanian.” Berdasarkan pernyataan tersebut tujuan dari landreform yaitu ada dua, yang pertama untuk menyempurnakan adanya pemerataan tanah, yang kedua untuk meningkatkan dan memperbaiki daya guna penggunaan tanah. Yang ketiga peraturan yang mengatur tentang pengendalian penguasaan tanah pertanian diatur dalam peraturan yang terbaru yaitu dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian. Pasal 3 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian yang menyatakan bahwa, tanah di daerah tidak padat penduduk paling luas 20 hektar, tanah di daerah kurang padat penduduk paling luas 12 hektar, tanah di daerah cukup padat penduduk paling luas 9 hektar, tanah di daerah sangat padat penduduk paling luas 6 hektar. Di Kabupaten Sampang terdapat tanah pertanian yang sangat luas, sehingga masih terdapat masyarakat yang mempunyai hak milik atas tanah pertanian yang melebihi luas batas maksimum kepemilikan hak milik atas tanah pertanian yang telah ditentukan.
Khususnya di Desa Sejati Kabupaten Sampang, terdapat seseorang yang mempunyai tanah diluar kecamatan dan luas tanah yang dimiliki melebihi batas maksimum yang telah diatur.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul:
Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian (Studi Desa Sejati Kabupaten Sampang).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa saja latar belakang timbulnya kepemilikan tanah secara latifundia di Desa Sejati Kabupaten Sampang?
2. Apakah pelaksanaan peraturan larangan kepemilikan tanah latifundia masih efektif di operasionalkan dalam pelaksanaan restrukturisasi pemilikan tanah pertanian di Desa Sejati Kabupaten Sampang?
3. Bagaimana peranan Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang terhadap pelaksanaan larangan kepemilikan tanah secara latifundia tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui sebab timbulnya kepemilikan tanah secara latifundia di Desa Sejati Kabupaten Sampang.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan peraturan larangan kepemilikan tanah secara latifundia dalam pelaksanaan restruktirisasi pemilikan tanah pertanian di Desa Sejati Kabupaten Sampang.
3. Untuk mengetahui peranan Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang terhadap pelaksanaan kepemilikan tanah secara latifundia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1) Secara Teoritis, hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dalam ilmu hukum khususnya hukum pertanahan atau hukum agraria mengenai larangan kepemilikan tanah secara latifundia berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 18 tahun 2016 tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian.
2) Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan teguran bagi siapa saja yang melanggar peraturan menteri agraria, sebagai pandangan dan arahan yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
E. Orisinilitas
Berkaitan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian yang sama berkaitan dengan penyelesaian wanprestasi pada perjanjian di Bank Syariah dan atas penelitian tersebut terdapat beberapa persamaan, perbedaan, kontribusi dan nilai kebaruan jika dibandingkan dengan eksistensi penelitian ini :
Tesis yang pertama, dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO” yang disusun oleh Firdajasari mahasiswa Univeritas Islam Negeri Alauddin Makasar. Pada penelitian ini, memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni sama- sama mengkaji dan menganalisis tentang kepemilikan tanah pertanian.
Sedangkan perbedaannya adalah pada tesis ini objek yang dibahas adalah kepemilikan tanah latifundia, pada tesis diatas membahas kepemilikan tanah absentee. Kontribusi atas penelitian tersebut, berguna untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kepemilikan tanah absentee dan peran pemerintah setempat untuk menangulangi permasalaha berkaitan dengan tanah.
Tesis yang kedua, dengan judul “PELAKSANAAN LARANGAN KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE (Studi Kasus di Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul)” yang disusun oleh
Juraida, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama membahas dan mengkaji mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian yang dilarang oleh Undang-undang, sedangkan untuk perbedaannya adalah objek penelitiannya, pada penelitian ini yang dijadikan objek adalah larangan kepemilikan tanah secara latifundia , pada tesis tersebut, objek yang diteliti adalah larangan kepemilikan tanah secara absentee atau guntai. Kontribusi atas penelitian tersebut adalah mrngetahui faktor apa yang melatar belakangi timbulnya kepemilikan tanah secara absentee dan bagaimana cara pemerintah khususnya Kantor Pertanahan menangani masalah yang ada dari kepemilikan tanah secara absentee.
F. Metode Penelitian
Untuk membahas masalah yang dikemukakan diatas,maka penulis menggunakan metode sebagai salah satu prosedur dan tata cara penulisan skripsi serta acuan dalam landasan penulisan maka berikut ini adalah metode penelitian yang penulis gunakan :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis metode yang penulis gunakan adalah metode pendekatan secara yuridis empiris yang dengan kata lain penelitian lapangan, yaitu sesuatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang di butuhkan terkumpul,kemudian
menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.1
Metode pendekatan yuridis empiris ini digunakan dalam penelitian mengenai kajian yuridis atas larangan kepemilikan tanah secara latifundia di Desa Sejati Kabupaten Sampang. Karena permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini membutuhkan data sekunder dan data tersebut akan dianalisa untuk menemukan jawaban permasalahan yang muncul dari penelitian ini.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan ini,penulis menggunakan pendekatan sosiologis untuk memperoleh data dalam lapangan dan mengkaji permasalahan hukum dalam kehidupan masyarakat yang akan dikaitkan dengan peraturan-peraturan hukum yang berlaku yang akan di teliti oleh penulis. Penelitian ini mengkaji peraturan perundang-undangan terkait setelah itu mengaitkan dengan dinamika sosial yang terdapat di masyarakat.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang, Jl. Jaksa Agung Suprapto, RW. II, Gang Sekar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang.
4. Sumber Data
1 Bambang Waluyo, (2002), Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta:
Sinar Grafika, h. 16
Sumber data adalah subyek atau segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data-data. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. Sumber data primer dari skripsi ini adalah hasil yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan secara bebas di Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang, tepatnya wawancara ini dilakukan kepada narasumber utama yaitu Pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi dokumen,data sekunder ini sebagai pelengkap dari sumber data primer. Sumber data sekunder ini diperoleh dari bahan-bahan hukum yaitu, Undang-undang yang berkaitan dengan skripsi ini, buku-buku, hasil penelitian,jurnal hukum,kamus hukum, serta tulisan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Bahan- bahan hukum terbagi menjadi bahan hukum primer,bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Bahan hukum primer meliputi
Undang-undang yang berlaku saat ini, dalam skripsi ini, yang di gunakan antara lain :
1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok- Pokok Agraria.
4. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian
5. Peraturan Menteri Agraria Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian b. Bahan Hukum Sekunder
Adalah studi kepustakaan yang antara lain meliputi makalah atau jurnal dan buku literatur seperti pendapat para pakar yang dapat memberikan penjelasan lebih dari bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Primer
Adalah buku-buku yang berisi petunjuk tentang suatu kalimat atau istilah-istilah tertentu,antara lain kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia,dan kamus bahasa Inggris.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan ini cara penulis mengumpulkan data dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang, dengan cara
menggunakan wawancara secara langsung agar dapat mendapatkan informasi secara langsung yang berubungan dengan masalah yang akan di teliti.
b. Penelitian kepustakaan pengumpulan data dari literatur
Penulis menggunakan tinjauan kepustakaan agar melengkapi beberapa informasi secara tertulis pada buku, untuk mengumpulkan berbagai macam data dengan membaca dan menelusuri beberapa literatur yang berhubungan dengan apa yang akan dibahas oleh penulis.
6. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sampang, yang akan dianalisa berdasarkan kajian teoritis yang dilaksanakan dan ketentuan yuridis mengenai larangan kepemilikan tanah secara latifundia tersebut menggunakan metode berfikir indukatif yang artinya cara berpikir yang bertitik tolak dari hal-hal yang khusus lalu menarik kesimpulan dari permasalahan yang dibahas secara khusus.
G. Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran keseluruhan sistematika terhadap penulisan skripsi ini, penulis memberikan sistematika menjadi 4 (empat) bab,yaitu bab pertama adalah pendahuluan,bab kedua adalah tinjauan pustaka, bab ketiga adalah hasil penelitian dan pembahasan dan yang terakhir bab keempat adalah kesimpulan dan saran beserta dengan daftar
pustaka serta lampiran-lampiran, yang jika disusun secara sistematis oleh penulis,maka sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara jelas dan lengkap mengenai Latar Belakang Permasalahan, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan secara jelas dan lengkap mengenai Tinjauan Umum Tentang Hak Atas Tanah, Tinjauan Umum tentang Landeform, dan Tinjauan Umum tentang Latifundia.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi dari hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan Gambaran Umum Lokasi, Latar Belakang Timbulnya Kepemilikan Tanah Latifundia, Efektivitas Peraturan Kepemilikan Tanah Latifundia, Peranan Kantor Pertanahan Dalam Menangani Masalah Mengenai Kepemilikan Tanah Latifundia.
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini memuat dua sub bab, yaitu kesimpulan yang akan memberikan kesimpulan secara keseluruhan dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Sub bab yang kedua adalah saran, dimana penulis akan memberikan saran sebagai sumbangan pemikiran dari penulis.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Latar belakang kepemilikan tanah secara latifundia ini yaitu dikarenakan oleh kepemilikan tanah yang melampaui batas yang telah ditentukan sehingga tanah-tanah yang seharusnya dapat dikuasai oleh petani justru tidak bisa dikuasai hal ini mengakibatkan taraf kehidupan yang dialami oleh petani relatif rendah. Penetapan luas maksimum untuk tiap-tiap daerah ditetapkan dengan memperhatikan daerah masing-masing dan faktor-faktor sebagai berikut: 1) Tersedianya tanah yang masih bisa dibagi-bagi, 2) Kepadatan penduduk, 3) Jenis dan kesuburan tanahnya, 4) Besarnya usaha tani sebaik-baiknya, 5) Tingkat kemajuan teknik pertanian pada sekarang ini.
2. Keefektivan kepemilikan tanah latifundia di Desa Sejati dirasa masih belum efektif karena masih banyaknya tuan tanah yang memiliki tanah melampui luas batas. Hal tersebut didasari oleh banyaknya orang-orang yang mempunyai banyak uang dan membeli tanah-tanah tersebut dengan batas yang melampui ketentuan, kurangnya kesadaran tuan-tuan tanah yang membeli tanah dengan batas yang terlampui. Hal ini juga mengakibatkan kehidupan para petani penggarap sawahpun bisa dikatakan jauh dari kata makmur.
3. Kantor pertanahan juga mengemban 3 tugas pokok sebagai berikut:
penggunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah serta pengukuran dan pendaftaran tanah.
b. Melaksanakan kegiatan pelayanan pengaturan penguasaan atas tanah, penggunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah serta pengukuran dan pendaftaran tanah.
c. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
B. Saran
Hendaknya untuk aturan mengenai larangan kepemilikan tanah secara latifundia lebih ditegaskan lagi agar pelanggaran kepemilikan tanah melebihi batas maksimum dapat dihindari sehingga penghidupan para petani penggarap sawah dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ady Kusnadi’ Cs, Penelitian tentang Efektifitas Peraturan Perundang-undangan Larangan Tanah Absentee, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2001), hlm. 69
Aminuddin Salle, (2011), Bahan Ajar Hukum Agraria, Makassar:Penerbit AS Publishing, h.224-225
Aminuddin Salle, (2011), Bahan Ajar Hukum Agraria, Makassar:Penerbit AS Publishing, h.226.
A.P Parlindungan, (1983), Aneka Hukum Agraria, Bandung: Alumni, h.8
A.P Parlindungan, (2004), Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Medan:
Pustaka Bangsa, h.72
Bambang Waluyo, (2002), Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta:
Sinar Grafika, h. 16
Boedi Harsono,(2003), Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria, Jakarta:Djambatan, h. 24.
Boedi Harsono, (2008), Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Jakarta : Djambatan, h. 175.
Diyan Isnaeni, Kebijakan Landreform Sebagai Penerapan Politik Pembaharuan Hukum Agraria Yang Berparadigma Pancasila, Vol.1, Nomor 2, Desember 2017.
Effendi Perangin. 1986. Hukum Agraria di Indonesia. Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum. Jakarta. CV. Rajawali. Hlm. 122.
Hustiati, (1990), Agrarian Reform di Philipina dan Perbandingannya dengan
Isdiyana K.A dan Benny K.H, Perlindungan Hukum Terhadap Lahan Pertanian Akibat Terjadinya Alih Fungsi Lahan Di Indonesia
Nurhasan Ismail, Perkembangan Hukum Pertanahan, Pendekatan Ekonomi Politik, (Perubahan Pilihan Kepentingan, Nilai Sosial dan Kelompok Diuntungkan), HuMa, Jakarta, 2007, hlm. 184.
Maria SW. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif….., loc.cit, hlm. 14.
Peraturan Menteri Agraria Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian
Peraturan Menteri Agrarian No. 18 Tahun 2016.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Bdan Pertanahan Nasional.
Sudargo Gautama, (1981), Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Alumni, h.270
Surat Kabar Harian Kompas, Ketimpangan Penguasaan Lahan Menjadi Persoalan, 6 Januari 2012.
Urip Santoso,(2005), Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta:Kencana, h.80 Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960.
Undang-Undang Pokok Agraria
Wawancara dengan Bapak Syaifudin, Petani Desa Sejati, 14 Juni 2020
Wawancara dengan Bapak Safi, Kepala Desa Sejati Kabupaten Sampang, 16 Juni 2020
Wawancara dengan Bapak Syaiful Arifin, Sekretaris BPN di Kabupaten Sampang, 27 Juni 2020
Wawancara dengan Bapak Syaiful Arifin, Sekretaris BPN di Kabupaten Sampang, 27 Juni 2020
Wawancara dengan Bapak Ahmad Busiri, Saksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah BPN Kabupaten Sampang, 27 Juni 2020
http://agroindonesia.co.id/2012/08/28/batas-kepemilikan-kebun-bakal-dibatasi/, diunduh pada 17 mei 2020 jam 10.0
https://id.m.wikipedia/wiki/Badan_Pertanah_Nasional (diakses tanggal 12 Juni 2020,
pukul 14:21)
http://id.wikipwdia.org/w/index.php?title=Camplong,_Sampang&oldid=16633884 (diakses tanggal 3 Juli 2020, pukul 12:27)