• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wanita Harus Tinggal di Rumah

N/A
N/A
19-169 Dearda Angelin haloho

Academic year: 2024

Membagikan "Wanita Harus Tinggal di Rumah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PRESENTED BY: ZHAFIRA QANITA ASRI

ENGLISH TASK

(2)

Topic

WOMAN SHOULD STAY

AT HOME

(3)

WOMAN/WOMEN

Women as humans, essentially have the right to determine the path of their lives regardless of how and what choices they will make in the future. Women have a wide spectrum of ways to take steps forward, which can be accessed in many ways. Unfortunately, women are always faced with a crossroads regarding life decisions. It's as if every leap a woman takes is very limited and never quite right. This is proven by the emergence and stereotypes related to career women and housewives.

Perempuan sebagaimana manusia, pada hakikatnya memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka terlepas dari bagaimana dan apa pilihan yang akan dituju kelak. Perempuan memiliki spektrum yang sangat luas dalam mengambil langkah ke depan, yang bisa diakses lewat banyak cara.

Sayangnya, perempuan selalu dihadapkan pada persimpangan jalan terkait ketetapan-ketetapan dalam hidup mereka. Seolah-olah setiap batu lompatan yang perempuan ambil sangat terbatas dan tidak pernah tepat. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya perdebatan dan stereotipe masyarakat terkait wanita karier dan ibu rumah tangga.

(4)

Career women are labeled as women who are independent, independent, and full of freedom because they can generate income according to their wishes. However, if seen from a second perspective, they are also considered to be blind to household matters, tend not to care about family, are thought not to understand how to educate children, women do not need to go to high school, and only focus on the welfare of their lives.

Wanita karier dilabeli sebagai perempuan independen yang berdikari, mandiri, dan penuh kebebasan karena mampu menghasilkan pendapatan sesuai kehendak mereka. Namun, ibarat belati bermata dua, mereka juga dinilai buta terhadap urusan rumah tangga, cenderung tidak peduli dengan keluarga, dianggap tidak paham cara mendidik anak, perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi, dan hanya berorientasi pada kesejahteraan hidupnya saja.

(5)

The same thing happens to housewives, they are seen as women who make sacrifices for their husbands and children. However, at the same time, they are considered to be hiding behind their partner's armpit, have no life of their own or a future, are completely dependent, and are seen as uneducated. It is not uncommon for the role of a housewife to be equated with a household assistant (ART).

Then, underlining the two stereotypes above, the most basic question that also arises is, "Is a woman's life a turtle shell that only has two life alternatives?" No, women do not need to choose between the two options. Women have the right to be career women, housewives, both, or even neither. Women's freedom cannot simply be compartmentalized because women have multiple roles.

Demikian pula yang terjadi pada ibu rumah tangga, mereka dipandang sebagai perempuan yang penuh pengorbanan untuk suami dan anak. Namun, di saat yang bersamaan dinilai bersembunyi di balik ketiak pasangannya, tidak memiliki hidup sendiri dan masa depan, serba ketergantungan, hingga dipandang tidak berpendidikan. Bahkan, tidak jarang peran ibu rumah tangga disamakan dengan asisten rumah tangga (ART).

Kemudian, menggarisbawahi dua stereotip di atas, pertanyaan paling dasar yang lantas muncul, “apakah kehidupan perempuan adalah tempurung kura-kura yang hanya memiliki dua alternatif hidup saja?” Tidak, perempuan tidak perlu memilih di antara kedua opsi tersebut. Perempuan berhak menjadi wanita karier, ibu rumah tangga, keduanya, atau bahkan tidak keduanya.

Kebebasan perempuan tidak bisa dikotak-kotakkan begitu saja karena perempuan multiperan.

(6)

keputusan hidup perempuan tidak ada yang lebih baik karena menjadi wanita karier maupun ibu rumah tangga bukanlah cabang olahraga Olympic yang harus dijadikan kompetisi. Baik atau tidaknya pilihan hidup, pada akhirnya hanya akan dirasakan oleh masing-masing orang dalam bentuk tanggung jawab dan bukan karena adanya perbedaan derajat dalam pilihan sehingga memutuskan pilihan hidup tanpa perlu dihantui stigma adalah hak perempuan.

There are no better life decisions for women because being a career woman or a housewife is not an Olympic sport that should be a competition.

Whether a life choice is good or not, in the end, it

will only be felt by each person in the form of

responsibility and not because of differences in

degree of choice, so deciding on life choices

without being haunted by stigma is a woman's

right.

(7)

The view of women as a marginalized group who are only allowed to enter the kitchen, well, and bed is slowly eroding. The concept of women as the second strata is no longer relevant with the promotion of narratives related to equality, even though up to now the push for equality is still being fought for. There is a wolf in every woman, but don't let that wolf tear the flesh of other wolves.

Pandangan terhadap perempuan sebagai kelompok

marginal yang hanya boleh merangkak dalam

dapur, sumur, dan kasur sejatinya perlahan

terkikis. Konsep tentang perempuan sebagai strata

kedua tidak lagi relevan dengan digalakkannya

narasi terkait kesetaraan, meskipun hingga

sekarang dorongan kepada kesetaraan masih terus

diperjuangkan. Memang ada serigala dalam diri

setiap perempuan, tetapi jangan sampai serigala

itu mengoyak daging serigala lain.

(8)

THANKYOU FOR ATTETION

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi ini dapat digunakan untuk menentukan lamanya lampu lalu lintas hidup agar penumpukkan kendaraan tidak terlalu padat pada setiap ruas jalan dalam suatu

Untuk mengetahui konsep hak ijbar wali terhadap anak perempuan dalam. menentukan

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial. Sejak berada dalam kandungan, manusia sudah bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti

Simulasi ini dapat digunakan untuk menentukan lamanya lampu lalu lintas hidup agar penumpukkan kendaraan tidak terlalu padat pada setiap ruas jalan dalam suatu persimpangan..

Arsitektur bioklimatik menitikberatkan pada pengaturan suhu pada bangunan. Suhu merupakan aspek krusial dalam proses bertahan hidup bagi manusia. Untuk itu perlu

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

Kesetaraan gender mempunyai arti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-hak yang sama sebagai manusia, agar mampu

Rumah merupakan kebutuhan manusia yang bersifat psikologis, yaitu sebagai salah satu kebutuhan selain untuk keamanan, kehidupan sosial, juga kebutuhan untuk tetap hidup atau