• Tidak ada hasil yang ditemukan

Enhancing Science Learning through Image Media in Grade IV Students

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Enhancing Science Learning through Image Media in Grade IV Students"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 2 (JP2V)

E-ISSN :2720-9229 P-ISSN :2720-9210

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

204

Penggunaan media gambar dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi rangka dan pemeliharaannya

siswa kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya

Muzzalifah1*

Diterima: 12 Juni 2020 Disetujui: 30 Juni 2020 Abstract

The purpose of this study is to improve the activities and learning outcomes of science in the framework material and its maintenance through the use of image media. The learning method used in this study is the image media method. The subjects of this study were students in grade IV MIN 9 Southwest Aceh.

The number of students is 14 students with a total of 7 male students and 7 female students. This research was conducted in the 2017/2018 Academic Year within a period of 3 months, from September to Novem- ber 2017 in Odd Semester. The methodology of this research is Classroom Action Research (CAR) con- sists of two cycles and each cycle consists of two meetings. In each cycle consists of planning, implemen- tation, observation and reflection. Data collection technique is to collect the value of the test carried out at the end of each learning in each cycle using the question instrument (written test). Observation data is done by looking at student activities in the learning process. Data were analyzed by means of percentage statistics. The results showed that an increase in student learning activities in both cycles, from the cate- gory of being good enough and the good category increasing to very good. Completeness of student learn- ing outcomes has increased from 42.85% in pre-study increased to 64.28% in the first cycle and increased to 85.71% in the second cycle. The application of the use of image media can increase the activities and learning outcomes of science in the framework material and the maintenance of fourth grade students MIN 9 Aceh Barat Daya 2017/2018 Academic Year.

Keywords: Image media, activities, learning outcomes, framework and maintenance.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi rangka dan pemeliharannya melalui penggunaan media gambar. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode media gambar. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya. Jumlah siswa adalah 14 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan sebanyak 7 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan September s.d November 2017 pada Semester Ganjil. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada kedua siklus tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik.

Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 42.85% pada pra penelitian meningkat menjadi 64.28% pada siklus I dan meningkat menjadi 85.71% pada siklus II. Penerapan penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi rangka dan pemeliharannya siswa kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Media gambar, aktivitas, hasil belajar, rangka dan pemeliharannya.

(2)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

205 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai indikator langsung terhadap mutu pendidikan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, misalnya saja dari faktor internal, seperti; bakat, minat, motivasi belajar dan lain-lain, serta faktor ekster- nal seperti pergaulan, lingkungan dan keluarga. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya. Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasi- lannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-ssekolah (Her- mawan, 2014). Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif terlihat dari adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pen- capaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.

Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan ma- salah-masalah yang dihadapi dengan lebih baik menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam. IPA sebagai ilmu dapat didefinisikan sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah, dan produk ilmiah. IPA sebagai produk memiliki komponen yang terdiri dari hokum dan teori. Di dalam hukum dan teori terdapat kom- ponen yang lebih kecil lagi yang disebut konsep. Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamentasl dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan inovatif (Depdiknas, 2006). Agar tujuan dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yanitu melalui proses dan sikap ilmiah. Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembela- jaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Sementara ini masih banyak orang beranggapan bahwa IPA merupakan pelajaran yang sulit, serta kurang menarik minat baik di kalangan siswa maupun guru. Hal tersebut mungkin karena dalam materi IPA banyak sekali menggunakan rumus-rumus, dan hi- tungan yang cukup sulit dimengerti oleh siswa (Winataputra, 2001).

Dari uraian tersebut untuk menguasai konsep seseorang harus bisa membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain, demikain juga dengan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Di dalam belajar penyajian materi secara langsung tanpa pertimbangan konsep dasar dari siswa dapat beraki- bat kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari contohnya ketika siswa diajarkan tentang daun dan akar, siswa hanya akan mempelajari materi itu saja yang teorinya bersumber dari guru saja, tanpa adanya keinginan untuk mempelajari hal yang lebih luas dari itu (eksperimen) bahwa ada satuan peta konsep yang lebih luas dari sekedar akan dan daun. Mayoritas siswa di MI akan mengantuk atau bahkan stress setiap kali ada pelajaran atau ujian IPA. Hasil observasi terhadap siswa kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya menunjukkan ternyata separuh siswa tidak mengerti konsep materi IPA yang dipelajari.

Siswa sebatas menghafal teori untuk kemudian akan diujikan baik dalam ulangan harian, ujian tengan semester, ujian semester. Hal ini cenderung mengakibatkan adanya sikap bosan yang berakibat dengan turunnya minat belajar, sehingga nilai ulangan harian siswa untuk mata pelajaran IPA banyak berada di bawah KKM yaitu 65. Di samping pemahaman siswa yang belum benar, penyajian materi yang monoton tanpa menggunakan model belajar yang menarik menimbulkan sikap pasif dari siswa. Menurut pengama- tan penulis, rendahnya pemahaman siswa disebabkan karena metode guru dalam mengajar kurang meli- batkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Guru masih banyak memposisikan dirinya sebagai subyek pembelajaran sementara siswa banyak memposisikan didirinya sebagai obyek pembelaja- ran guru juga kurang memperhatikan bahwa masing-masing siswa mempunyai gaya belajar yang ber- lainan, sehingga dalam penyampaian dan penerimaan materi oleh siswa dalam taraf yang berlainan.

Penggunaan media gambar sebagai alternative pembelajaran, dimaksudkan agar siswa mudah memahami dan mengingat materi yang diajarkan. Ketika siswa belajar sebenarnya mereka melakukan suatu kegiatan merangkai konsep yang telah dimilikinya dengan konsep baru. Dengan demikian, konsep yang dimiliki seorang siswa merupakan dasar untuk mempelajari konsep berikutnya. Pembelajaran akan berhasil jika dalam setiap penyampaian materi, guru memperhitungkan tingkat pengalaman awal siswa dan sejauh ma-

(3)

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 2 (JP2V)

E-ISSN :2720-9229 P-ISSN :2720-9210

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

206 na siswa mengetahui materi ajar yang akan dipelajari. Dampak konkret dari pembelajaran yang tidak memperhitungkan pengalaman awal siswa adalah terjadinya penurunan minat belajar, siswa tidak mengerti apa yang dipelajarinya, karena siswa tidak pernah mengalami secara nyata materi apa yang di- jelaskan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan media gambar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada materi rangka dan pemeliharannya di kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya Tahun Pelaja- ran 2017/2018.

b. Untuk mengetahui seberapa besar metode media gambar mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi rangka dan pemeliharannya di kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2017/2018.

2 . Metode Penelitian 2.1 Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Dijelaskan oleh Bloom, menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hasl yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrument yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

2.2 Media Gambar

Di antara media pendidikan, gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmti dimana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Media gambar sesuai kelompoknya merupakan media visual dua dimensi pada bidang tidak transparan. Menurut Azhar Arsyad (2011) media gambar termasuk dalam bentuk visual berupa gambar representasi seperti gambar, lukisan, atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1986) berpendapat bahwa Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Menurut Arief Sadiman, dkk (2011): Media grafis visual sebagimana

(4)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

207 halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.

Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien.

2.3 Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya

Gambar 2.1 Kerangka Tubuh Manusia Gambar 2.2 Tengkorak dan Bagian Pelindung Otak Tubuh manusia dapat berdiri tegak karena ada bagian tubuh yang menegakkannya. Bagian tubuh tersebut adalah tulang. Tulang merupakan bagian tubuh yang paling keras. Tulang terdiri dari sel-sel hidup, mineral, dan sejenis protein. Mineral penyusun tulang adalah kalsium dan fosfat. Kedua mineral ini menyebabkan tulang menjadi keras. Tulang mengandung sejenis protein yang disebut kolagen. Kolagen adalah zat yang menyebabkan tulang mempunyai sifat agak lentur. Tulang pada tubuh kita berjumlah 206 ruas tulang. Ratusan tulang yang saling berhubungan tersebut dinamakan rangka. Rangka (skelet) merupakan rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ tubuh yang lunak. Tulang satu dengan tulang yang lain dihubungkan oleh persendian (artikulasi). Sistem rangka yang terletak di dalam tubuh dan dilindungi oleh kulit dan otot disebut endoskeleton.

2.4 Hubungan antar tulang (Persendian)

Persendian ialah tempat perhubungan antara tulang-tulang penyusun rangka tubuh. Tulang hanya dapat dibengkokkan atau diputar di daerah sendi saja karena tulang sendiri terlalu keras untuk dibengkokkan tanpa patah. Tulang-tulang yang menyusun tubuh kita dihubungkan oleh sendi. Setiap sendi menghubungkan dua tulang. Sendi menyebabkan tulang dapat digerakkan. Dengan adanya sendi, tubuh kita mudah digerakkan, dibelokkan, dilipat, ditekuk, dan diputar.

Secara fungsional, sendi dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Sendi mati (sinartrosis), yaitu sendi yang tidak memungkinkan adanya gerak. Contohnya, sendi antar tulang penyusun tengkorak.

b. Sendi kaku (amphiartrosis), yaitu sendi yang pergerakannya sedikit. Contohnya, pada persendian tulang rusuk dan tulang dada.

c. Sendi gerak (diartrosis), yaitu sendi yang pergerakannya bebas. Sendi ini dibedakan menjadi empat macam yaitu: sendi peluru, pelana, engsel dan putar.

1) Sendi Engsel

Gerakan sendi engsel seperti engsel pintu. Sendi ini hanya dapat digerakkan ke satu arah. Contohnya lutut, siku, serta ruas jari tangan dan kaki.

2) Sendi Pelana

Sendi pelana dapat digerakkan ke kedua arah (ke samping dan ke depan). Contohnya tulang pangkal ibu jari tangan dan tulang pertama pergelangan tangan.

3) Sendi Peluru

Sendi peluru merupakan pertemuan antara ujung tulang berbentuk bola dan tulang berbentuk mangkuk. Sendi peluru memungkinkan gerakan ke semua arah. Contoh sendi peluru terdapat di antara tulang lengan atas dan gelang bahu.

4) Sendi Putar

Sendi putar memungkinkan tulang yang satu berputar mengelilingi tulang lain yang bertindak sebagai poros. Sendi putar terdapat pada pertemuan antara tulang leher pertama dan tulang leher kedua. Sendi putar mengakibatkan kepala dapat diputar

(5)

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 2 (JP2V)

E-ISSN :2720-9229 P-ISSN :2720-9210

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

208 2.5 Hipotesis tindakan

Dengan uraian di atas, maka hipotesis Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: Dengan penerapan media gambar pada pembelajaran IPA materi rangka dan pemeliharannya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya tahun pelajaran 2017/2018.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengidentifikasi masalah yang terjadi di MIN 9 Aceh Barat Daya. Terlebih dahulu peneliti menemui Kepala Sekolah MIN 9 Aceh Barat Daya di ru- angan Kepala Sekolah untuk meminta izin serta menceritakan apa saja yang akan dilakukan sewaktu melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti juga akan melakukan pretest kepada siswa dan memberitahukan siswa bahwa mulai Minggu depan akan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas serta memberikan gambaran kepada siswa mengenai penelitian yang akan dilakukan. Dalam pra siklus ini peneliti sebagai guru mata pelajaran IPA guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu model ceramah belum menggunakan Media gambar. Penggunaan model secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi rangka dan pemeliharannya . Hal ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung bersifat pasif. Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penggunaan Media gambar dalam pembelajaran. Hasil pretes siswa sebelum penggunaan Media gambar dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Pretes Siswa Sebelum Penggunaan Media gambar dalam Pembelajaran.

No Nama L/P KKM Nilai Keterangan

1 Ainal Fitria P 65 60 Belum tuntas

2 Asril Munandar L 65 40 Belum tuntas

3 Andrian Maulana L 65 70 Tuntas

4 Charli Ihza Maulana L 65 50 Belum tuntas

5 Cut Asria P 65 70 Tuntas

6 Farah Sofiani P 65 80 Tuntas

7 Fitri Yaulan Syarif P 65 60 Belum tuntas

8 Gadis Yuanna P 65 50 Belum tuntas

9 M. Ardiansyah Yura L 65 70 Tuntas

10 M. Iqbal Maulana L 65 50 Belum tuntas

11 Rizki Ananda L 65 40 Belum tuntas

12 Rizqina Fijriah P 65 80 Tuntas

13 Sayed Aziz Maulana L 65 70 Tuntas

14 Zakia Ariza P 65 60 Belum tuntas

Jumlah 850

Jumlah Rata-rata 60.71

Persentase (%) 42.85%

Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pretes siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian masih tergo- long sangat rendah, dengan jumlah nilai 850 dari jumlah nilai keseluruhan siswa, nilai rata-rata siswa 60.71 didapat dari jumlah keseluruhan nilai siswa dibagi jumlah siswa, dan nilai tertinggi siswa 80 dan nilai terendah 40 terbukti dari 14 siswa hanya 6 siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan belajar (42.85%), sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 8 orang (57.14%). Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pra siklus, dimana pada pra siklus ini terdapat beberapa permasalahan diantaranya:

1) Masih banyak siswa yang belum mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan peneliti yaitu tetang Rangka dan pemeliharannya.

2) Pemahaman dan penguasaan siswa dalam rangka dan pemeliharannya masih tergolong sangat ren- dah.

3) Siswa tidak bisa menjelaskan pengertian Rangka dan pemeliharannya dengan baik dan benar.

(6)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

209 3.2 Hasil Penelitian Siklus I

Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu hal yang memberikan peranan dalam proses pembelajaran. Selama ini penggunaan model secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi rangka dan pemeliharannya. Hal ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung terlihat guru yang lebih aktif. Hambatan yang selama ini dihada- pi oleh siswa adalah masih kurang memiliki pemahaman yang baik terhadap materi rangka dan pemeli- harannya dan sebagian siswa lagi ada yang merasa bahwa materi ini sangatlah susah. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Media gambar adalah sebuah gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berguna untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini bisa membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antara komponen dalam masalah tersebut bisa terlihat dengan lebih jelas. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti.

Berdasarkan hasil tes, hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti. Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), akan tetapi terlihat adanya peningkatan nilai pada setiap siswa walaupun ada beberapa siswa yang hanya memiliki peningkatan hasil belajar yang sedikit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, penggunaan media gambar telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa terutama pada materi rangka dan pemeliharannya. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.

Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus persentase ketuntasan belajar siswa sebelum penggunaan Media gambar dalam pembelajaran hanya 42.85%. Pada siklus I, penggunaan Media gambar telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 64.28%, dan telah mengalami peningkatan menjadi 85.71% pada siklus II. Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus

Kategori Nilai Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai 40 2 siswa - -

Nilai 50 3 siswa 2 siswa -

Nilai 60 3 siswa 3 siswa 2 siswa

42,85%

64,28%

85,71%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II Persentase Ketuntasan (%) Perbandingan Persentase Ketuntasan

Hasil Belajar Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

(7)

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 2 (JP2V)

E-ISSN :2720-9229 P-ISSN :2720-9210

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

210

Nilai 70 4 siswa 3 siswa 3 siswa

Nilai 80 2 siswa 4 siswa 3 siswa

Nilai 90 - 2 siswa 3 siswa

Nilai 100 - - 3 siswa

Jumlah siswa tuntas 6 9 12

Jumlah siswa tidak tuntas 8 5 2

Nilai Rata-rata 60.71 70.71 81.42

Persentase ketuntasan 42.85% 64.28% 85.71%

Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada pra siklus, nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 80. Pada siklus I, nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90. Pada siklus II, nilai terendah adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100. Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus menandakan bahwa penggunaan media gambar telah memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan, penggunaan media gambar telah memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa dan telah mencapai indikator ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II yang ditetapkan oleh peneliti. Penggunaan Media gambar telah mening- katkan aktivitas belajar siswa antar siklus. Perbandingan aktivitas siswa antar siklus dapat dilihat pada Tabel 4.7.Tabel 4.7. Perbandingan Aktivitas Siswa Antar Siklus.

No Aspek yang Diamati

Nilai Siklus I Pertemuan

1

Nilai Siklus I Per- temuan 2

Nilai Siklus II Per- temuan 1

Nilai Siklus II Pertemuan

2 A B C D A B C D A B C D A B C D 1. Kemampuan siswa dalam

menceritakan pengala- mannya

√ √ √ √

2. Kemampuan siswa dalam mendeskripsikan tentang rangka dan pemeliharannya

√ √ √ √

3. Siswa aktif dalam menja- wab pertanyaan dari guru tentang rangka dan pemeli- harannya

√ √ √ √

4. Kemampuan siswa dalam menggambar rangka serta mampu menjelaskannya

√ √ √ √

5. Siswa mengikuti pembela- jaran dengan aktif dan ter- tib

√ √ √ √

(Sumber: Data hasil penelitian Tahun 2017) Keterangan:

A = Sangat Baik C = Cukup B = Baik D = Kurang

Berdasarkan pada Tabel 4.7, terlihat bahwa adanya peningkatan kategori aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Hal ini menandakan bahwa penggunaan media gambar telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil aktivitas belajar siswa menjadi lebih baik.

Secara keseluruhan penggunaan media gambar telah dapat meningatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Penggunaan media gambar mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya pada materi pokok rangka dan pemeliharannya. Hal ini ditunjukkan oleh data sebe- lum penggunaan media gambar rata–rata hasil belajar hanya 60.71 dengan ketuntasan belajar

(8)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

211 42.85%. Setelah penggunaan media gambar, nilai rata–rata hasil belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi 70.71 dengan ketuntasan belajar 64.28%. Pada siklus II nilai rata–rata hasil belajar siswa mencapai 81.42 dengan ketuntasan belajar 85.71%.

2) Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pokok rangka dan pemeliharannya di kelas IV MIN 9 Aceh Barat Daya dalam 2 siklus pembelajaran. Siklus pertama dilaksanakan dengan membagikan soal kuis dan individu, siklus kedua dilaksanakan dengan memberikan selain soal kuis dan individu juga menyiapkan gambar serta ringkasan kecil terkait materi pada rangka dan pemeliharannya dengan memberikan bimbingan yang lebih merata pada siswa dan meminta siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

5. Daftar Pustaka

[1] Agus Nur Hidayat. 2013. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPA dengan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas V MIN Karangmojo Gunungkidul Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Is- lam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[2] Depdiknas. 2006. Silabus IPA SD Kelas V. http://www.guruonline.com.

[3] Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

[4] Dinn Wahyudin, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

[5] Hermawan, dkk. Belajar dan Pembelajaran SD. http://.repository.upi.edu.

[6] Poerwadarminta.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

[7] Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA.

[8] Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:Rineka Cipta.

[9] Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA melalui penggunaan strategi pembelajaran Group Investigation berbasis media

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan metode inkuiri dengan media nyata dalam peningkatan pem- belajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Kaligowong ta- hun

Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Tambakaji 04 dalam pembelajaran IPA melalui model Role Playing berbantuan media Audiovisual dari siklus I, siklus II,

Analisis Hasil Belajar Psikomotorik dengan Model Problem Based Learning Berbantuan Media Gambar Siklus I ... Silabus Pembelajaran Siklus

Diagram Deskipsi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Siklus II Berdasarkan gambar tentang diagram ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas IV pada siklus II menunjukkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang penggunaan model Children Learning In Science (CLIS)dalam peningkatan pembelajaran IPA siswa

Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Tambakaji 04 dalam pembelajaran IPA melalui model Role Playing berbantuan media Audiovisual dari siklus I, siklus II,

Hasil penelitian adalah pertama melalui penggunaan media gambar minat dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan, yang dapat terlihat dalam lembar