• Tidak ada hasil yang ditemukan

EnviroScienteae Vol. 18 No. 1, April 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EnviroScienteae Vol. 18 No. 1, April 2022"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

87

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA ALAM BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI WILAYAH KERJA RESORT SEMANGIT

Empowerment of Natural Resources Based on Local Wisdom in the Semangit Resort Work Area

Sekolastika Febria Ema1)*, Kartini 2), Jumiati1), Robby Irsan1)

1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Pontianak

2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

*email: sekolastika.febria40@gmail.com

Abstract

Semangit Resort is a management unit of Lake Sentarum National Park that has wealth and biodiversity as a supporter of conservation development, sustainable economy, and socio- cultural life of the local community. The natural resources available there are utilized by local communities to meet economic needs. People in the Semangit Resort Work Area conduct natural resource management based on local wisdom because local habits have been done since long ago and can support the sustainability of natural resources. This research aims to find out the available natural resources, the form of local wisdom in the management of natural resources, and their effect on improving the economy of the community in the Semangit Resort Work Area. The method of data collection in this study is done by doing field observations, semi-structured interviews, and documentation of community activities. The data obtained is then analyzed, assisted by the literature related to the purpose of research. The results of this study show that the available natural resources are divided into 3 sectors, namely the fisheries sector, the forest products sector, and the agricultural and plantation sectors. Most of the local wisdom carried out by the community related to the management of natural resources is proven to improve the economy of the community. This shows that natural resource management based on local wisdom can improve the economy in support of sustainable development.

Keywords : community economics, local wisdom, natural resource management

PENDAHULUAN

Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) merupakan satu diantara Taman Nasional di Kalimantan Barat yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dan merupakan kawasan konservasi lahan basah terbesar di Indonesia. Taman Nasional Danau Sentarum kaya akan sumber daya alam berupa flora dan fauna yang jenisnya sangat beragam.

Secara geografis kawasan TNDS terletak diantara koordinat 0º45’ - 01º02’ LU dan 111º57’ - 112º20’ BT (Zamroni, 2015).

Salah satu unit pengeloaan TNDS yang banyak menyediakan sumber daya alam dan dimanfaatkan masyarakat untuk

meningkatkan ekonomi adalah Wilayah Kerja Resort Semangit. Masyarakat Resort Semangit memanfaatkan sumber daya alam secara tradisional yaitu tanpa menggunakan teknologi modern dan dengan jumlah yang terbatas. Hal tersebut membuat masyarakat tetap bisa memanfaatkan kekayaan alam yang ada namun tetap memperhatikan ketersediaannya dimasa mendatang.

Masyarakat memanfaatkan potensi alam dalam upaya peningkatan ekonomi secara arif dan bijak serta membentuk tatanan sosial budaya di Resort Semangit sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan termasuk kearifan lokal.

Kearifan lokal dapat diartikan sebagai

(2)

88 gagasan-gagasan lokal di suatu wilayah

tertentu yang bersifat bijaksana, memiliki nilai baik, tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat wilayah tersebut (Sartini, 2004).

Karena dianggap sebagai budaya leluhur, maka masyarakat akan patuh terhadap aturan yang ada. Hal tersebut membuat konsep kearifan lokal di wilayah ini tepat digunakan untuk pemanfaatan sumber daya alam yang berpotensi meningkatkan perekonomian dan keberlanjutan lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi atau kajian lebih dalam untuk melihat perkembangan kearifan lokal penunjang perekonomian masyarakat dalam mendukung pembangunan daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk pemanfaatan sumber daya alam dan mengetahui bentuk kearifan lokal serta menganalisis pengaruh kearifan lokal terhadap peningkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di Wilayah Kerja Resort Semangit.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Resort Semangit Taman Nasional Danau Sentarum, Seksi PTN Wilayah V (Selimbau), Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Resort Semangit memiliki 3 desa binaan yaitu Desa Nanga Leboyan, Desa Semalah, dan Desa Tempurau. Resort Semangit merupakan unit pengelolaan berbasis resort dan termasuk dalam zona tradisional Taman Nasional Danau Sentarum yang kaya akan flora dan fauna serta keragaman hayati sehingga masyarakat memanfaatkan potensi tersebut secara berkelanjutan dengan menerapkan prinsip konservasi. Wilayah ini meliputi hutan dataran rendah, perbukitan, danau, sungai, dan hutan rawa tergenang.

Resort Semangit terletak pada koordinat 0º48’4,144” - 0º55’4,573” LU dan 122º7’10,909” - 112º23’8,682” BT Penelitian dilakukan selama 1 minggu pada akhir Juli – Agustus 2021.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Resort Semangit

Sumber : Resort Semangit tahun 2021 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian kualitatif mengacu pada Hardani et al.

(2020) yaitu dengan wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumentasi.

Wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi terstruktur yaitu peneliti menyusun pedoman wawancara dan jika jawaban kurang jelas peneliti dapat memberikan pertanyaan baru kepada narasumber. Narasumber dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling) berjumlah 11 orang.

Narasumber yang dipilih yaitu yang mengetahui informasi dari masalah penelitian secara mendalam dan dapat dipercaya dijadikan sumber data.

Analisis Data

Analisis data kualitatif yaitu data yang telah diperoleh di lapangan dianalisis secara deskriptif kemudian data ditampilkan dengan tabel. Analisis data kualitatif dibagi dalam 3 alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber Daya Alam di Wilayah Kerja Resort Semangit

Sumber daya alam yang ada di Wilayah Kerja Resort Semangit dapat dibagi

(3)

89

menjadi 3 sektor yaitu perikanan, hasil hutan, serta pertanian dan perkebunan.

Sektor yang menjadi sumber daya alam sebagai pendapatan utama masyaraat adalah sektor perikanan. Hal tersebut karena sebagian besar wilayah Resort Semangit merupakan perairan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) sehingga memiliki potensi perikanan yang besar. Berdasarkan database potensi fauna di kawasan TNDS, terdapat sebanyak 266 jenis ikan termasuk ikan yang dilindungi seperti arwana super red (Scleropages formosus) dan ikan yang dapat dikonsumsi seperti ikan toman (Channa micropeltes) dan ikan biawan (Helostoma temminkii) (Yuniarti, 2018).

Tabel 1. Sumber Daya Alam di Resort Semangit

No. SDA Pemanfaatan Meningkatkan Ekonomi Perikanan

1. Toman Dijual, konsumsi pribadi, diolah menjadi kerupuk, ikan asin, dan ikan asap

2. Biawan

3. Patin 4. Lais 5. Lainnya

Hasil Hutan

1. Madu Dijual dan

dikonsumsi

2. Jasa wisata alam

Ekowisata berbasis

masyarakat

Pertanian dan Perkebunan

1. Padi Konsumsi -

2. Karet Dijual -

Sumber : Hasil Analisis tahun 2021

Dari Tabel 1 terlihat bahwa ikan yang banyak didapatkan oleh masyarakat Resort Semangit adalah ikan toman (Channa micropeltes), biawan (Helostoma temminkii), patin (Pangasius nasutus), lais (Cryptopterus Spp), dan ikan air tawar lainnya. Selain menangkap ikan secara

langsung, masyarakat juga memiliki keramba terapung di sekitar rumah mereka untuk memelihara ikan toman (Channa micropeltes) dan patin (Pangasius nasutus).

Sektor perikanan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat karena masyarakat sejak dahulu menggantungkan hidup pada perikanan dan kebutuhan ekonomi masyarakat hingga sekarang dapat terpenuhi.

Tabel 1 juga menunjukan terdapat 2 jenis sumber daya alam pada sektor hasil hutan yaitu madu dan wisata alam. Wilayah Resort Semangit memiliki potensi madu karena pada wiayah ini banyak tumbuh pohon-pohon endemik penghasil pakan lebah seperti pohon Putat (Barringtonia acutangula), Kayu Tahun (Carallia bracteata), Kawi (Shorea balangeran), dan pohon penghasil pakan lebah lainnya.

Keberadaan pohon-pohon ini membuat lebah hutan Apis dorsata membuat sarang dan menghasilkan madu. Madu hutan dari Resort Semangit merupakan madu organis yang bermutu tinggi yang telah memiliki sertifikat organik oleh BioCert sejak tahun 2007. BioCert adalah lembaga sertifikasi pertanian organik di Indonesia yang telah terakreditasi di nasional maupun internasional (Aliansi Organis Indonesia, 2016).

Sumber daya hasil hutan lainnya yaitu jasa wisata alam. Potensi wisata unggulan di wilayah ini adalah Bukit Semujan yang memiliki ketinggian 374 mdpl. Objek wisata lainnya yaitu pengamatan satwa, ekspedisi gua, tracking, dan mendampingi kegiatan penelitian. Pengelolaan wisata yang dilakukan masyarakat yaitu membentuk kelompok masyarakat bernama Kelompok Pengelola Pariwisata (KPP) Semujan Dorsata. KPP beranggotakan masyarakat yang menyediakan fasilitas untuk wisatawan yang datang seperti homestay, konsumsi, pemandu, serta transportasi. Pendapatan yang didapatkan 10% diserahkan kepada KPP dan 90% untuk masyarakat, sedangkan biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) diperoleh dari pungkutan biaya tiket masuk yaitu sebesar Rp5.000/orang/hari

(4)

90 untuk hari biasa dan sebesar

Rp7.500/orang/hari untuk hari libur.

Menurut Husen (2017), pariwisata saat ini merupakan sektor yang berpengauh terhadap peningkatan sektor ekonomi, karena itu dengan pemanfaatan objek wisata yang ada di Taman Nasional Danau Sentarum dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, mendukung pembangunan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bermukim di kawasan objek wisata.

Tabel 1 juga menunjukan pertanian dan perkebunan sebagai sumber daya alam yang ada di Resort Semangit. Potensi pertanian dan perkebunan di Wilayah Kerja Resort Semangit tergolong rendah karena sebagian besar wilayah Resort Semangit merupakan perairan. Wilayah yang memiliki potensi pertanian dan perkebunan hanya di Desa Tempurau, wilayah tersebut dimanfaakan untuk membuat ladang dan kebun karet. Luas lahan yang dimiliki masyarakat untuk membuat ladang rata-rata 1 KK hanya 600 m2. Hasil padi yang didapat hanya cukup untuk dikonsumsi pribadi yaitu sekitar 200 kg/ KK setiap kali panen. Untuk perkebunan karet, tidak semua masyarakat Desa Tempurau yang memiliki kebun karet.

Hanya 80 KK dari total 109 KK di Desa Tempurau yang memiliki kebun karet. Rata- rata 1 KK yang memiliki kebun karet dapat menghasilkan 10 kg/hari jika cuaca baik dan cuaca baik dalam 1 bulan itu biasanya 20 hari sehingga pendapatan dari karet adalah 200kg/ bulan. Harga jual karet Rp5.000/kg maka dalam 1 bulan masyarakat dapat memperoleh sekitar Rp1.000.000 dari penjualan karet. Hasil penjualan juga tidak berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi Resort Semangit secara keseluruhan.

Kearifan Lokal di Wilayah Kerja Resort Semangit

Kearifan Lokal pada Sektor Perikanan Berdasarkan analisis dari wawancara yang dilakukan, didapatkan bentuk kearifan lokal sektor perikanan yang ada di Wilayah Kerja Resort Semangit meliputi:

1. Aturan Adat

Kearifan lokal pada pemanfaatan perikanan terlahir dari kelompok nelayan yang sudah ada sejak desa-desa binaan Resort Semangit berdiri dan telah menjadi aturan adat setempat. Kelompok nelayan ini sendiri ada di setiap wilayah kerja dan setiap masyarakat yang bermukim di wilayah kerja tersebut harus menjadi anggota kelompok nelayan agar boleh mengambil ikan.

Pendatang yang pindah ke Wilayah Resort Semangit dan ingin menjadi anggota kelompok nelayan harus menyertakan surat pindah, membangun lanting, dan membayar Rp100.000 untuk keperluan kelompok nelayan. Selain itu pendatang juga tidak boleh langsung mencari ikan dan tidak boleh menggunakan sampan sendiri. Mereka harus didampingi nelayan lainnya selama 6 bulan dan dianggap magang. Kemudian jika ada penduduk dari satu kelompok nelayan yang sudah berpindah tempat namun mau kembali lagi ke tempat asalnya akan sulit diterima kembali. Ketatnya aturan bagi pendatang sebenarnya untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk karena luas wilayah tangkap ikan tetap sedangkan pertumbuhan penduduk semakin bertambah. Sanksi dari pelanggaran dalam pemanfaatan sektor ikan ini bermacam-macam sesuaipelanggaran yang dilakukan. Misalnya jika memasang alat tangkap melebihi jumlah yang diperbolehkan maka nelayan akan di skors selama 3 hari tidak boleh mencari ikan.

2. Waktu Tangkap

Nelayan menangkap ikan setiap hari, namun nelayan akan lebih banyak mendapat ikan pada musim kemarau karena volume air berkurang sehingga menangkap ikan menjadi lebih mudah. Waktu penangkapan ikan juga berhubungan dengan alat tangkap yang digunakan. Pada saat air pasang dan surut jenis alat dan aturan yang berlaku berbeda. Penanda naik turunnya air yang nampak yaitu sebuah papan duga berskala yang berada di wilayah permukiman. Namun kapan penggunaan aturan pasang dan surut tetap menjadi kewenangan ketua nelayan.

(5)

91

Berdasarkan hasil wawancara, saat musim kemarau berlaku aturan yaitu 1 KK hanya boleh memasang 1 alat tangkap di danau.

Pada saat pasang tidak ada batasan jumlah pemasangan bubu untuk 1 KK karena pada saat pasang ikan tidak terlalu banyak.

3. Alat Tangkap

Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh masyarakat Resort Semangit untuk menangkap ikan sebagian besar menggunakan jaring. Jaring yang diperbolehkan untuk digunakan yaitu berukuran 1,5 hingga 2,5 inch keatas. Alat- alat yang digunakan diantaranya yaitu temilar, bubu jaring, rabai, dan jala.

1) Temilar adalah perangkap ikan yang terbuat dari kerangka kayu dengan dinding jaring. Bentuknya segiempat, dengan pintu jebakan di salah satu sisinya. Sekali masuk ikan akan terjebak di temilar.

2) Bubu jaring adalah alat tangkap ikan pasif yang terdiri dari tiang pancang, jaring, dan bilik tempat penampungan ikan yang terjebak. Bubu jaring memiliki 3 mulut tempat masuknya ikan. Mulut ini berungsi untuk menahan ikan telah masuk ke dalam bubu jaring tidak dapat meloloskan diri. Di mulut jermal pertama terdapat pintu masuk yang akan menggiring ikan ke bilik jermal pertama, kedua, dan ketiga. Bilik ketiga menjadi penampung ikan yang terjebak.

3) Rabai yaitu alat tangkap yang termasuk kedalam jenis pancing, berbentuk tali panjang yang dibentangkan kemudian setiap jarak 1 meter pada tali diikat tali pancing dan diberi umpan ikan hidup agar menarik perhatian ikan.

4) Jala terbuat dari benang nilon bila dikembangkan membentuk kerucut besar. Bagian atas jala dilengkapi tali sepanjang 4-5 meter sebagai tempat untuk memegang jala saat digunakan, bagian bawah jala dipasang pemberat berupa rantai yang terbuat dari besi atau timah.

Cara menangkap ikan yang tidak diperbolehkan di Resort Semangit yaitu menggunakan pukat, meracun (tuba), dan menyentrum. Pukat yaitu jaring yang dibentangkan di badan sungai untuk menjebak ikan. Pukat dilarang karena dapat menghalangi jalan ikan dan membatasi ruang gerak ikan, sehingga ikan terjebak pada wilayah yang terpasang pukat.

Meracun (tuba) dan menyentrum tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan kematian untuk semua ukuran ikan dan biota air lainnya sehingga dapat mengganggu keberlanjutan populasi ikan.

4. Ukuran Ikan

Ukuran ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap yaitu ikan yang dapat terjebak pada jaring dengan ukuran 1,5 hingga 2,5 inch keatas (dalam satuan cm menjadi 3,81 hingga 6,35 cm). Menurut penelitian Samuel (2015), jaring dengan ukuran tersebut dapat menjebak ikan yang memiliki panjang 11,6 cm hingga 19,33 cm keatas. Ikan dengan ukuran tersebut merupakan ukuran yang tepat untuk diambil sedangkan ikan yang berukuran kecil merupakan sumber keberlanjutan dari keberadaan ikan di wilayah Semangit.

5. Wilayah Tangkap

Nelayan hanya boleh menggambil ikan di wilayah mereka bermukim karena yang boleh mengambil ikan hanya masyarakat lokal dan harus menjadi anggota kelompok nelayan. Hal tersebut dilakukan agar sumber daya ikan yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat wilayah itu sendiri dan untuk mencegah adanya orang yang ingin bertindak seenaknya diluar aturan nelayan.

6. Panen Raya

Wilayah Resort Semangit juga melaksanakan panen raya pada saat musim kemarau. Terdapat 2 istilah panen raya yang dikenal di Resort Semangit yaitu kerinan dan jakat.

1) Kerinan merupakan danau lindung berupa cekungan-cekungan dalam

(6)

92 yang membentuk kolam jadi ikan-ikan

akan terjebak di cekungan tersebut.

Pada saat air pasang, kerinan hanya nampak sebagai hamparan air. Kerinan akan terlihat wujudnya saat permukaan air benar-benar surut.

Nelayan-nelayan akan mengambil ikan bersama-sama di kerinan menggunakan jala. Untuk pemilihan wilayah tiap kelompok dilakukan undi agar pembagian wilayah untuk tiap kelompok adil.

2) Jakat adalah bendungan sementara yang terbuat dari jaring dipasang di Sungai Semangit yang fungsinya untuk menghambat ikan agar tidak keluar dari wilayah Semangit. Saat sungai sudah dijakat, ketua nelayan akan menentukan satu hari untuk menjala bersama. Nelayan akan menjala wilayah tersebut dari atas sampan, nelayan bebas menentukan wilayah menebar jala, tidak dilakukan undi seperti halnya kerinan. Meskipun tidak ditentukan, lokasi penebaran jala harus berhadap-hadapan dan saling silang agar tidak terjadi adu pelemparaan jala untuk tiap nelayan.

Kearifan Lokal pada Madu

Berdasarkan analisis dari wawancara yang dilakukan, didapatkan bentuk kearifan lokal pada madu yang ada di Wilayah Kerja Resort Semangit meliputi:

1. Aturan Adat

Madu Semangit menggunakan tikung (dahan buatan) sebagai tempat lebah bersarang. Dari cerita mulut ke mulut, pembuatan tikung bermula dari tersangkutnya sepotong kayu di pohon rawa.

Pada saat danau banjir, sebatang kayu hanyut dan sangkut di dahan pohon. Kemudian lebah membuat sarang pada kayu yang tersangkut tersebut. Dari peristiwa itu, leluhur di Wilayah Danau Sentarum meniru membuat dahan buatan dengan harapan lebah akan membuat sarang pada dahan tersebut. Tikung kebanyakan menggunakan kayu tembesu (Fagraea fragrans) dandibuat

menggunakan kayu mati karena lebah tidak mau hinggap di dahan yang bergetah dan juga masyarakat tidak diperbolehkan untuk menebang pohon. Berdasarkan hasil wawancara, ukuran tikung yaitu memiliki panjang 1,5 hingga 2 meter, lebar sekitar 15 hingga 20 cm, dan tebal 3 hingga 5 cm.

Tikung harus diletakkan di dahan pohon yang merupakan pohon pakan lebah madu.

Tinggi pemasangan tikung yaitu maksimal 10 meter dari ketinggian pohon atau sampai kira-kira batas tikung tidak tenggelam saat air pasang. Untuk memancing lebah bersarang maka pada tikung tersebut dioles madu. Setiap tikung diberi kode untuk menandakan kepemilikan tikung, jadi tidak boleh sembarangan memanen tikung. Jika ada orang yang melihat tikung sudah dihinggapi lebah maka orang tersebut akan memberi kabar atau informasi kepada pemilik tikung sesuai kode yang ada bahwa tikungnya dihinggapi lebah. Jika ketahuan mencuri akan dikenakan sanksi yaitu membayar denda sebesar 1 juta rupiah kepada desa dan pemilik tikung akan mendapat bagian dari sanksi tersebut.

2. Teknik Panen

Teknik panen madu di Resort Semangit menggunanakan teknik panen lestari yang dikembangkan oleh APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum) yaitu kelompok masarakat yang bertugas mengelola madu Danau Sentarum.

Perbedaan teknik panen madu sebelum dan setelah menerapkan panen lestari disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Teknik Panen Sebelum dan Setelah Panen Lestari

No. Teknik Panen Madu Sebelum Panen

Lestari

Setelah Panen Lestari 1. Memanen malam

hari

Memanen siang hari

2. Jumlah pemanen bebas

Jumlah pemanen minimal 3 orang 3. Seluruh bagian

sarang diambil

Menyisakan sekitar 5 cm kepala sarang yang bermadu

(7)

93

4. Sarang diperas Sarang disayat kemudian

ditiriskan 5. Peralatan tidak

bersih

Peralatan harus steril dicuci dengan air hangat tanpa deterjen 6. Menggunakan

pisau kayu

Menggunakan pisau stainless anti karat

Sumber : Hasil Analisis tahun 2021

Standar pemanenan madu lestari harus dilakukan pada siang hari. Dahulu petani madu memanen madu pada malam hari untuk menghindari serangan lebah namun sekarang pemanenan harus dilakukan pada siang hari agar setelah selesai panen lebah dapat kembali ke sarangnya dengan bantuan matahari. Panen lestari juga mewajibkan petani memanen madu minimal 3 orang pemanen. Satu orang khusus mengemudi perahu, satu orang yang mengambil madu, dan satu orang asisten yang mengambil madu. Pengemudi perahu tidak boleh ikut mengambil madu karena cairan bahan bakar yang menempel ditangan pengemudi dapat mencemari madu.

Agar lestari, petani hanya boleh mengambil madu di bagian kepala sarang yang mengandung madu. Bagian yang mengandung madu harus disisakan kurang lebih 5 cm. Dengan teknik panen ini, jika bunga masih ada, petani dapat memanen madu dua hingga tiga kali dalam satu musim bunga. Sarang madu yang mengandung madu disayat-sayat kemudian sarang ditiriskan menggunakan saringan, madu dibiarkan menetes ke wadah penampung hingga madu benar-benar habis. Penirisan bertujuan agar sarang dan larva dari lebah tidak ikut mencemari madu. Penirisan juga harus dilakukan jauh dari bahan-bahan yang dapat mencemari madu.

3. Alat-alat Panen Madu

Alat-alat yang digunakan petani saat panen madu yaitu alat perlindungan diri pemanen, akar tebauk, wadah penyimpanan, dan pisau stainless steel anti karat. Petani yang mengambil madu harus menggunakan

kerudung jaring, sarung tangan karet, dan baju lengan panjang sebagai upaya perlindungan diri dan menjaga madu agar tetap steril. Pengasapan untuk mengusir lebah dilakukan secara tradisional menggunakan akar tebauk yang terbuat dari akar kayu menyadin kering dan diikat dengan rotan. Tebauk mampu menghasilkan asap tanpa api usai dibakar, asapnya tidak berbahaya bagi lebah dan tidak akan mencemari madu. Wadah penyimpanan sarang madu jerigen ukuran bebas namun pada umumnya menggunakan jerigen 20 liter. Untuk mengunduh dan membuat sayatan pada sarang lebah digunakan pisau stainless steel anti karat agar tidak mencemari madu. Sebelum digunakan, wadah dan pisau harus dicuci menggunakan air hangat agar steril. Pencucian tidak boleh menggunakan sabun ataupun deterjen.

Kearifan Lokal pada Sektor Pertanian Berdasarkan analisis dari wawancara yang dilakukan, didapatkan bentuk kearifan lokal pada sektor pertanian di Wilayah Kerja Resort Semangit meliputi:

1. Pengelolaan Lahan

Sistem pengelolaan lahan untuk padi dilakukan bersama-sama untuk lahan-lahan yang posisinya berdekatan. Masyarakat lokal menyebutnya dengan istilah “dendai”.

Satu “dendai” biasanya berisi lahan milik 10 KK. Pengelolaan dalam satu “dendai

dilakukan bergantian dimulai dari membakar lahan hingga panen.

2. Menanam Padi (Menugal)

Menanam padi disebut dengan istilah

menugal”. Pada saat penanaman juga dilakukan secara bertahap dan bergotong royong. Biasanya pada saat “menugal”

dikenal dengan acara “bekumus” yaitu menggosok arang-arang bekas pembakaran ke wajah orang-orang yang ikut menugal sambil saling berbalas. Kebanyakan dilakukan oleh muda-mudi yang ikut menugal. “Bekumus” merupakan kegiatan suka-suka yang bertujuan untuk menambah nilai kekeluargaan masyarakat.

(8)

94 Kearifan Lokal dalam Mengatasi Masalah

Lingkungan Akibat Pemanfaatan SDA Aktivtas pemanfaatan SDA yang ada juga memiliki dampak negatif yaitu masalah banjir, kebakaran hutan, dan berkurangnya jumlah spesies ikar arwana di alam liar.

Masyarakat Resort Semangit menggunakn kearifan lokal sebagai upaya penanggulangan masalah yang terjadi.

1. Banjir

Banjir di wilayah Resort Semangit sebagian besar disebabkan oleh pendangkalan sungai akibat banyaknya keramba yang dimiliki masyarakat.

Keramba menyebabkan terjadinya sedimentasi di dasar sungai sehingga sungai menjadi dangkal dan terjadi banjir. Sebagai bentuk adaptasi terhadap masalah banjir, masyarakat membuat rumah panggung dengan ketinggian 4-5 meter, namun kadang-kadang air melebihi ketinggian tersebut. Untuk menyelamatkan barang- barang dari banjir, masyarakat menerapkan kearifan lokal dengan membuat panggung bertahap di dalam rumah mengikuti tinggi air. Nama lokal panggung bertahap tersebut adalah “menangkat”.

2. Kebakaran Hutan

Kebakaran di Danau Sentarum selain disebabkan oleh proses alami juga disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu pada saat panen ikan. Saat masa panen, masyarakat akan menghidupkan api kemudian api tersebut menjadi sumber kebakaran hutan. Resort Semangit menerapkan pencegahan kebakaran hutan berbasis periau sebagai bentuk kearifan lokal yang ada. Periau merupakan istilah lokal untuk kelompok petani madu yang ada di setiap wilayah. Setiap periau bertanggung jawab dalam menjaga wilayah kelolanya dari kebakaran hutan. Periau mampu mengendalikan kebakaran hutan karena tiap petani madu mengenal wilayah kerjanya dan dapat menjangkau lokasi dengan cepat.

3. Berkurangnya Spesies Ikan Arwana Spesies ikan arwana super red (Sclerophages formosus) yang merupakan spesies asli TNDS sekarang sulit ditemukan di habitat aslinya, namun ikan ini lebih mudah ditemui di penangkaran-penangkaran sekitar Danau Sentarum. Hal ini dikarenakan nilai jual ikan arwana sangat tinggi yaitu mencapai 2 juta rupiah untuk anakannya sehingga terjadi eksploitasi pada habitat aslinya. Upaya untuk memulihkan populasi alami ikan arwana yang telah dilakukan yaitu melepasliarkan indukan arwana oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS). Keberhasilan program pelepasliaran arwana ini juga ditentukan oleh pastisipasi masyarakat dan kearifan lokal yang ada. Masyarakat melindungi danau secara adat sehingga tidak sembarangan orang boleh masuk dan memanen ikan.

Kelompok Masyarakat Pendukung Kearifan Lokal

Kelompok masyarakat dapat menjadi penggerak seluruh masyarakat sehingga kearifan lokal yang ada tidak pudar. Berikut ini merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang mendukung kearifan lokal di Wiayah Kerja Resort Semangit.

1. Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS)

Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) didirikan pada tahun 2006 tujuannya agar petani madu dapat mengelola madu sesuai baku mutu Internal Control System (ICS) yang di Indonesia disebut Sistem Pengawasan Mutu Internal.

Pengelolaan madu sesuai baku mutu ini membuat kualitas madu lebih baik dan juga membuat harga jual madu lebih meningkat dan stabil. Pada tahun 2007, APDS mendapatkan sertifikat organik BioCert.

BioCert ini sendiri merupakan lembaga sertifikasi pertanian organik di Indonesia yang telah terakreditasi di nasional maupun internasional. Keberadaan APDS ini memperbaiki tata kelola madu hutan, mulai

(9)

95

dari pemanenan, pengolahan pascapanen, hingga pemasaran madu.

2. Kelompok Nelayan

Kelompok nelayan bertugas untuk mengelola seluruh aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam pada sektor perikanan. Aturan- aturan yang dibuat oleh kelompok nelayan memiliki tujuan agar sektor perikanan di wilayah Resort Semangit tetap berlanjut.

Aturan yang dibuat juga ditetapkan sebagai aturan adat sehingga anggota kelompok nelayan patuh akan aturan-aturan yang telah berlaku sejak dahulu dan diturunkan dari generasi ke generasi.

3. Kelompok Pengelola Pariwisata (KPP) Semujan Dorsata

Resort Semangit memiliki satu kelompok masyarakat yang bekerja dibidang pariwisata yaitu Kelompok Pengelola Pariwisata (KPP) Semujan Dorsata.

Pengelolaan pariwisata ini mendukung berjalannya kearifan lokal secara tidak langsung dimana KPP ikut menerapkan aturan-aturan berbasis kearifan lokal. KPP menyediakan fasilitas seperti homestay, makanan, pemandu, serta transportasi.

Semua fasilias tersebut sudah disediakan lengkap dengan syarat dan harga yang telah ditentukan. Hal tersebut memudahkan pengunjung yang ingin menikmati berbagai potensi wisata di Resort Semangit.

Pengaruh Kearifan Lokal terhadap Perekonomian

Kearifan lokal pada sektor perikanan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dengan adanya kearifan lokal, nelayan tidak dapat mengeksploitasi sumber daya alam perikanan dan keberlanjutan sumber daya perikanan terjaga. Hingga sekarang nelayan masih dapat menikmati hasil tangkapan ikan dengan jumlah yang sama sejak dahulu.

Padahal saat ini jumlah penduduk semakin meningkat sedangkan luas wilayah tangkapan tetap. Hal tersebut membuat perekonomian masyarakat meningkat.

Kearifan lokal dalam pemanfaatan madu juga berdampak baik bagi perekonomian masyarakat. Adanya teknik panen lestari yang termasuk kearifan lokal membuat madu yang dihasilkan berkualitas baik dan keberadaannya terus ada. Teknik panen lestari membuat madu yang dihasilkan berkualitas baik sehingga harga jual madu juga meningkat.

Kearifan lokal pada pertanian tidak memberi dampak terhadap peningkatan ekonomi. Kearifan lokal pada pertanian ini lebih memberi dampak sosial dengan meningkatkan rasa kekeluargaan. Untuk perekonomian, hasil yang didapat hanya cukup untuk dikonsumsi pribadi dan tidak mencukupi untuk dijual.

KESIMPULAN

Sumber daya alam yang ada di Wilayah Kerja Resort Semangit dibagi menjadi 3 sektor yaitu perikanan, hasil hutan, serta pertanian dan perkebunan.

Pengelolaan SDA menggunakan kearifan lokal yang merupakan kebiasaan dan aturan turun temurun bertujuan agar terjadi keberlanjutan lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan adanya kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, memberikan pengaruh terhadap peningkatan ekonomi. Hal tersebut karena kearifan lokal bertujuan baik dan dipatuhi oleh masyarakat sehingga memberikan pengaruh yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aliansi Organis Indonesia. (2016). Madu Hutan Organis Sentarum: Sebuah Upaya Komunitas Periau untuk Pelestarian Hutan dan Membangunan Kemandirian Ekonomi.

Hardani., Ustiawaty, J. Andriani, H. (2020).

Metode Penelitian Kualitatif &

Kuantitatif. Jakarta: Pustaka Ilmu.

(10)

96 Husen, S., Rahmawati, R., & Hernawan, D.

(2017). Implementasi Kebijakan Pemanfaatan Pariwisata Taman Nasional Betung Kerihun Dan Danau Sentarum (TNBKDS) Kalimantan Barat. JURNAL GOVERNANSI, 3(2), 81-98.

Samuel. 2015. Selektivitas Jaring Insang Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Danau Kerinci, Jambi.

Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum.

Sartini, S. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati.

Jurnal Filsafat, 37(2), 111-120.

Yuniarti, E., Soekmadi, R, Afin, H.S., &

Noorachmat, B.P. (2018). Analisis Potensi Ekowisata Heart Of Borneo di Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 8(1), 44-54.

Zamroni, M., Musa, A., Sugito, S., Sutrisna, R., & Zulkifli, A. (2015). Ecological study of the habitat and growth of tiger fish (Datnioides microlepis) in Lake Sentarum, West Kalimantan.

In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia.

1(4), 707-713.

Referensi

Dokumen terkait

This research explains about the addiction that a student gets, Eskasasnanda uses a kind of video game where the results of the study explain that students can have addictions to video

1 E-ISSN : 2722-1512, May 2020 1 JOURNAL OF Terrorism Studies THE THREAT OF ECONOMIC RECESSION AND ITS IMPACT ON GLOBAL TERRORISM Ahmad Bahrul Anshori National Resilience