PERAN YONZIPUR DALAM
OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya dan sumber daya alam serta keanekaragaman bencana dengan stratifikasi dari yang paling ringan hingga paling berat. Keanekaragaman bencana ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire).
Oleh sebab itu, wajar jika secara historiografis Indonesia merupakan wilayah langganan bencana gempa tektonik dan tsunami. Disamping itu, sebagai daerah tropis juga sangat beresiko mengakibatkan terjadinya bencana banjir, tanah longsor dan angin topan serta kebakaran hutan, sehingga memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi. Sesuai dengan UU RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, TNI melaksanakan tugas Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satu tugas OMSP adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. Yonzipur merupakan salah satu unsur TNI dengan tugas pokok yaitu memperlancar gerak maju pasukan kawan, menghambat gerak maju pasukan musuh dan menjamin kelangsungan hidup satuan yang di bantu . Dalam melaksanakan tugas pokoknya dihadapkan pada operasi militer selain perang khususnya maka Yonzipur dapat melaksanakan bantuan kemanusiaan pada operasi penanggulangan bencana alam.
Dalam melaksanakan tugasnya selama ini peran Yonzipur sangat terasa bagi masyarakat korban bencana. Namun demikian, berdasarkan evaluasi dan pengamatan di lapangan peran tersebut masih belum optimal karena masih terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan rendahnya mutu hasil kerja. Agar pelaksanaan tugas pokok Yonzipur berjalan optimal serta mencapai target yang di tetapkan, maka perlu suatu langkah meningkatkan kemampuan Yonzipur sehingga dapat lebih berperan dalam rehabilitasi daerah pasca bencana alam sesuai tujuan yang telah di tetapkan.
Sesuai dengan jati diri TNI sebagai insan Prajurit Pancasila, maka setiap prajurit harus dapat memanifestasikan sikap hidup disiplin dan tidak kenal menyerah sesuai dengan
janji suci Sapta Marga dan Sumpah Prajurit serta Delapan TNI Wajib. Selanjutnya di dalam Ketetapan MPR Nomor TAP/Vll/2000 pasal 1 disebutkan bahwa prajurit TNI wajib memperoleh kemampuan dan ketrampilan secara profesional sesuai dengan peran dan fungsinya. Sedangkan dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 pasal 2 disebutkan jati diri TNI adalah tentara yang profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
Satuan Yonzipur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mempunyai peran yang sangat signifikan dalam operasi penanggulangan bencana alam terutama kegiatan rehabilitasi daerah. Bencana alam besar yang melibatkan personil Yonzipur dalam jumlah besar antara lain di Ende (Flores), Nabire (Papua) dan puncaknya pada Gempa bumi dan Tsunami di Aceh dan Nias. Dari tugas dan pelibatan tersebut dapat dilaksanakan beberapa evaluasi terhadap beberapa hal menonjol antara lain sebagai berikut, 1. Apakah kemampuan personil mulai tingkat terendah sampai unsur pimpinan dapat ditingkatkan lagi dihadapkan pada tantangan tugas yang dibatasi waktu dan mutu ? 2. Apakah kemampuan peralatan zeni sudah didayagunakan secara maksimal ? 3. Apakah prosedur penanggulangan bencana telah diterapkan secara terpadu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas ?
Adapun maksud dalam penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang upaya meningkatkan kemampuan Yonzipur dalam rangka penanggulangan bencana alam. Sedangkan tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi pimpinan TNI AD pada umumnya dan Direktorat Zeni pada khususnya dalam menentukan kebijaksanaan lebih lanjut.
Landasan yuridis yang dijadikan dasar dalam penulisan essai ini adalah UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI dan landasan operasionalnya adalah Doktrin TNI AD
“Kartika Eka Paksi”.
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan tugas dilapangan terdapat beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki, sehingga peran Yonzipur dalam operasi penanggulangan bencana lebih optimal, diantaranya adalah kemampuan personel, kemampuan peralatan dan kemampuan manajemen bencana. Di bidang personel, saat ini kemampuan dan ketahanan mental mulai menurun, hal ini terlihat adanya misorentasi sikap mental berupa meningkatnya sikap materialistis, dimana terwujud dalam sikap menunggu bayaran baru bekerja. Penurunan kemampuan teknis kecabangan dapat terlihat pada 1) Lemahnya kemampuan inovasi dan rancang bangun konstruksi dengan memanfaatkan meterial yang ada. 2) Menurunnya kemampuan Intelijen Zeni, sehingga inisiatif untuk mengumpulkan
data lapangan sangat rendah sehingga terkesan menunggu dari komando atas saja.
Kurangnya kemampuan berbahasa Inggris terutama di kalangan perwira dapat membatasi komunikasi terhadap pihak asing yang memberikan bantuan. Sedangkan lemahnya kemampuan kepemimpinan lapangan menimbulkan maraknya sikap mental juragan sehingga melemahkan solidaritas dan soliditas tim kerja.
Kondisi alat berat dan alat angkut Zeni saat ini pada umumnya sudah tua sehingga menyebabkan kemampuan dan mobilitas yang semakin menurun serta dalam beberapa kasus Yonzipur harus berkerjasama dengan pihak lain terutama pada saat memobilisasi alat berat zeni dari pangkalan ke lokasi penugasan. Adapun kondisi toolkit Zeni secara umum masih manual sehingga pencapaian target waktu sering tidak tepat. Sedangkan alat penyeberangan zeni yang dimiliki Yonzipur sangat terbatas dan sudah tua, contohnya jembatan bailey, sehingga dihadapkan pada frekuensi terjadinya bencana peran Yonzipur tidak maksimal.
Rendahnya Kemampuan Manajemen Bencana dapat dilihat dari belum adanya peranti lunak yang mengatur tata cara pengerahan satuan Yonzipur dalam mengatasi bencana serta pengalaman yang minim akibat kurangnya penugasan serta kesempatan pendidikan. Hal ini menyebabkan pengerahan Yonzipur kurang efektif dan efisien.
Beberapa faktor eksternal yang dapat dijadikan peluang diantaranya adalah 1) Adanya Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang terdiri dari personil sipil dan militer, memberikan terbuka lebarnya kerjasama dalam pekerjaan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana. 2) Keberadaan Pemda yang memiliki Dinas Kesbang Linmas serta BLK dapat dijadikan mitra latihan bersama atau pendidikan. 3) Adanya Kerjasama Internasional di bidang pendidikan dapat dijadikan entry point untuk meningkatkan kualitas personil. 4) PT Pindad dan PT PAL adalah lembaga yang memiliki SDM serta peralatan rancang bangun yang dapat dimanfaatkan untuk memodernisasi alat zeni.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi berupa 1) Belum adanya peranti lunak yang lebih fokus mengatur tata cara pelibatan satuan Zipur pada operasi penanggulangan bencana alam. 2) Kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan masih belum merata dan umumnya masih distandarisasikan pada kemampuan dalam menghadapi tugas operasi militer untuk perang. 3) Pengembangan yang berkaitan dengan kebijakan baru menyentuh pada pangkalan dan personel, namun belum menyentuh pada alat peralatan.
4) Minimnya kesempatan penugasan bagi satuan Zipur karena lebih sering sebagai perkuatan satuan manuver.
Faktor internal yang dapat dijadikan kekuatan adalah 1) Masih terdapat prajurit yang memiliki kemampuan konstruksi terutama prajurit senior di satuan Yonzipur. 2) Masih adanya kemampuan berbahasa Inggeris terutama perwira di Satuan Yonzipur. 3) TOP Yonzipur yang baru telah mengarah pada modernisasi alat peralatan. Adapun beberapa kelemahan yang ada pada Satuan Yonzipur diantaranya 1) Peranti Lunak yang ada disatuan sudah kedaluwarsa dan sudah tidak aplikatif di hadapkan pada kondisi yang berlaku dewasa ini maupun masa mendatang. 2) Sarana prasarana latihan yang berkaitan dengan fungsi tehnis militer kecabangan sangat minim di satuan, lebih sering dipraktekkan langsung pada suatu proyek sehingga fungsi wasdal Dansat lemah.
Agar kemampuan yang selama ini telah eksis mencapai hasil yang optimal di hadapkan pada terbatasnya waktu dan tuntutan tingginya mutu hasil pekerjaan, maka diperlukan suatu upaya peningkatan untuk mencapai kondisi yang diharapkan.
Kondisi kemampuan personil yang diharapkan antara lain 1) Setiap prajurit Yonzipur tumbuh kerelaan dan kesadaran dalam jiwanya untuk berbuat secara ikhlas dan melakukan yang terbaik untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara. 2) Setiap prajurit Yonzipur bersinergi untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta minat yang tinggi untuk pengembangan diri dalam bidang kemampuan konstruksi, kemampuan Intelijen Zeni, kemampuan berbahasa asing terutama bahasa Inggeris dan kemampuan kepemimpinan lapangan.
Kondisi kemampuan peralatan zeni yang diharapkan adalah alat zeni dalam kondisi siap operasi dan memiliki jumlah yang cukup sesuai tantangan tugas. Alat berat zeni dapat berupa pengadaan baru atau rekondisi, toolkit yang masih manual diganti dengan toolkit mesin, minimal terdapat satu alat angkut di tiap satuan atau modifikasi kendaraan organik menjadi alat angkut bagi alat berat Zeni dan peremajaan alat penyeberangan serta modernisasi agar dapat mengatasi rintangan alam dengan bentangan 30 – 50 m.
Kondisi kemampuan manajemen bencana yang diharapkan adalah adanya buku yang mengatur tata cara pelibatan dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana oleh Yonzipur serta adanya kesempatan proses pendewasaan diri dengan penugasan baik berupa tugas operasi, latihan maupun pendidikan serta TMMD.
Upaya meningkatkan kemampuan Yonzipur agar dapat lebih berperan dalam operasi penanggulangan bencana alam dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kamampuan personel, kemampuan peralatan dan kemampuan manajemen bencana.
Upaya meningkatkan kemampuan personel dilaksanakan dengan langkah-langkah 1) Mabesad memberikan peluang pendidikan / kursus / penataran bagi prajurit Yonzipur. 2) Ditziad mengeluarkan proglatsi yang mengacu pada aplikasi konstruksi dan intelijen zeni pada operasi penanggulangan bencana. 3) Kotama memberikan kesempatan penugasan operasi kepada para perwira zeni yang berkaitan dengan operasi penanggulangan bencana. 4) Dansat aktif memantau kemampuan personel melalui ”Engineer Track”, mengadakan koordinasi dan kerjasama berupa ”Latihan kemitraan” bersama dengan Pemda atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah, memberikan kesempatan penugasan yang merata kepada seluruh perwira dengan mengesampingkan profit dan money oriented menjadi aspek pembinaan kemampuan.
Upaya meningkatkan kemampuan personel dilaksanakan dengan langkah-langkah 1) Ditziad mengajukan kembali alat peralatan yang diharuskan ada pada TOP Yonzipur. 2) Adanya modifikasi peralatan yang ada terutama Alberzi dengan supervisi Subditbinmatzi Ditziad yang dapat dilakukan secara mandiri atau kemitraan dengan pihak lain di luar TNI AD seperti Pindad dan PT PAL. 3) Peremajaan alat penyeberangan yang ada sekarang agar lebih optimal dan capabel dalam menjalankan tugas. 3) Dansat melakukan pendataan ulang tentang kondisi alat peralatan yang tidak layak pakai sebagai dasar Kotama mengajukan kebutuhan dan upaya pembenahan/perbaikan sehingga satuan tidak dianggap berinisiatif sendiri.
Upaya meningkatkan kemampuan manajemen bencana dilaksanakan dengan langkah- langkah 1) Mengurangi birokrasi yang berbelit-belit dan tidak menyentuh permasalahan seperti perijinan sedapat mungkin disederhanakan oleh Mabesad dan Kotama terutama bila harus dilaksanakan latihan di daerah dengan Pemda dan Bakornas. 2) Dansat membina hubungan dan menjalin kemitraan dengan BLK diwilayah masing-masing agar prajurit dapat dilatih dengan terus menerus. Hal ini dapat dilaksanakan denga menitipkan prajurit pada lembaga yang ada atau mengundang pengajar. 3) Pemberian kesempatan kepada para perwira untuk dapat mengikuti pendidikan manajemen bencana di luar negeri oleh Mabesad. 4) Pembukaan kesempatan penanggulangan bencana terhadap daerah yang terkena musibah bagi satuan zeni secara bergiliran dan Mabesad. 5) Mabesad menjalin kerjasama pendidikan dengan negara sahabat yang kondisi alam dan karakter manusianya menyerupai bangsa Indonesia secara umum. Sebagai perbandingan pengiriman perwira untuk mengikuti pendidikan tentang bencana alam akan lebih aplikatif ke Jepang dari pada Australia atau Amerika Serikat. 6) Membuka kesempatan latihan
bersama dengan negara sahabat tentang penanggulangan bencana bagi perwira Yonzipur oleh Mabesad.
KESIMPULAN
Peran Yonzipur dalam operasi penanggulangan bencana saat ini sudah berjalan lancar namun masih belum maksimal dihadapkan pada terbatasnya waktu serta standard mutu hasil pekerjaan yang tinggi. Guna mencapai hasil yang optimal maka aspek yang berkaitan dengan kemampuan personel, kemampuan alat peralatan serta kemampuan manajemen bencana harus ditingkatkan. Faktor-faktor yang berpengaruh berupa peluang dan kekuatan harus dieksploitasi, adapun kendala dan kelemahan harus dieliminir sehingga bersinergi dalam peningkatkan kemampuan Yonzipur dalam berperan mendukung operasi penanggulangan bencana alam .
Selanjutnya untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut ada beberapa hal yang perlu disarankan ke Komando Atas antara lain 1) Perlunya program latihan yang distandarisasikan untuk mencapai kemampuan teknis guna mendukung operasi militer selain perang oleh mabesad. 2) Perlunya peranti lunak penerlibatan dan pengerahan satuan Yonzipur dalam operasi penanggulangan bencana oleh ditziad dan mabesad. 3) Perlunya jam dan secara terus menerus baik di home base maupun di daerah penugasan oleh dansat.
Jakarta, Nopember 2010
Penulis
Agung Budi Laksono, ST Mayor Czi NRP. 11930097580769