• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Evaluasi Kelengkapan Administratif, Farmasetik dan Klinis Resep Pediatri Di Puskesmas Wedi Periode Desember 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Evaluasi Kelengkapan Administratif, Farmasetik dan Klinis Resep Pediatri Di Puskesmas Wedi Periode Desember 2021"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 Jurnal FarmasiKoe, 2023, 6(1), 1-6

DOI: 10.31965/jfkoe.v6i1.1136

EVALUASI KELENGKAPAN ADMINISTRATIF, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP PEDIATRI DI PUSKESMAS WEDI PERIODE DESEMBER 2021

Indarko Bagus Wibowo, Definingsih Yuliastuti*, Murwati

Prodi DIII Farmasi, Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Surakarta, Klaten, Indonesia

*e-mail koresponden:

defie.farmasi@gmail.com

Diterima: 31 Maret 2023 Disetujui: 29 Mei 2023 Dipublikasikan: 26 Juni 2023

Abstrak

Permasalahan Medication error dalam resep dapat menyebabkan suatu kesalahan dalam penggunaan obat dan mengakibatkan kerugian bagi pasien. Ketidaklengkapan resep secara administrasi, farmasetik dan klinis dapat menyebabkan medication error. Penelitian ini untuk mengetahui kelengkapan administrasi, farmasetik, dan klinis resep pediatrik di puskesmas Wedi. Penelitian ini menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif, dengan pengambilan data secara retrospektif terhadap resep pediatrik yang ada di puskesmas tersebut pada bulan desember tahun 2021. Hasil penelitian menunjukkan kategori administrasi yang lengkap yaitu aspek nama pasien (100,00%), umur pasien (100,00%), jenis kelamin (100%), berat badan (0,00%), nama dokter (0,00%), paraf dokter (0,00%), tanggal resep (100,00%), dan unitasal resep (0,00%). Kelengkapan kategori farmasetik berupa aspek nama obat (100,00%), bentuk sediaan (33,33%), aspek kekuatan sediaan (16,11%), jumlah sediaan (100,00%), aturan dan cara penggunaan sediaan (100,00%) dan dosis sediaan (100,00%). Kesesuaian kategori klinis berupa aspek ketepatan dosis (12,77%), indikasi (100,00%), waktu penggunaan obat (7,77%), duplikasi/polifarmasi (100,00%), interaksi minor (98,33%), interaksi moderat (100,00%), interaksi mayor (100,00%). Hasil evaluasi kelengkapan resep pediatrik di puskesmas Wedi menunjukan belum semuanya memenuhi kelengkapan administrasi, farmasetik, dan klinis sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016.

Kata Kunci: Kajian Resep, Kelengkapan Resep, Puskesmas Wedi

Abstract

Medication errors in prescribing can harm the patient. This can lead to errors in drug use. Incomplete prescriptions administratively, pharmaceutically and clinically can lead to medication errors. This study evaluated the administrative, pharmaceutical, and clinical completeness of pediatric prescriptions at the Wedi Health Center.

This research is an observational study that is descriptive in nature, with retrospective data collection on pediatric prescriptions at the Puskesmas in December 2021. The results showed a complete administration category, namely aspects of patient name (100,00%), patient age (100,00%), gender (100,00%), body weight (0,00%), doctor's name (0,00%), doctor's initials (0,00%), date of prescription (100,00%), and unit of origin of prescription (0,00%).

Completeness of the pharmaceutical category in the form of aspects of drug names (100,00%), dosage forms (33.33%), aspects of dosage strength (16.11%), dosage amounts (100,00%), rules and how to use preparations (100,00%) and dosage of preparations (100,00%). Suitability of clinical categories in the form of aspects of dosage accuracy (12.77%), indication (100,00%), time of drug use (7.77%), duplication/polypharmacy (100,00%), minor interactions (98.33%), moderate interactions (100,00%), major interactions (100,00%). The results of the evaluation of the completeness of pediatric prescriptions at the Wedi Health Center showed that not all of them met the administrative, pharmaceutical and clinical requirements according to the standards of Minister of Health Regulation No. 74 of 2016.

Keywords: Analysis of Prescription, Completeness of Prescription, Wedi Health Center

(2)

2 PENDAHULUAN

Medication error dalam peresepan masih banyak terjadi, permasalahan tersebut seperti kurang lengkapnya informasi tentang pasien, penulisan resep yang tidak terbaca atau kurang jelas, kesalahan penulisan dosis, aturan pemakaian obat yang tidak dicantumkan, rute pemberian obat yang tidak dituliskan, dan tidak adanya paraf dokter1. Ada beberapa kasus di RS masih terjadi medication error pada fase prescribing dan dispensing2. Medication error dapat mengakibatkan pasien mengalami kerugian. Kerugian ini akibat dari kesalahan dalam penggunaan obat selama proses penanganan tetapi hal ini sebetulnya dapat dicegah.

Cara mengurangi medication error diantaranya komunikasi yang baik antara dokter penulis resep dan apoteker. Permasalahan dalam resep seperti kesalahan pemberian obat, penggunaan obat duplikasi, kesalahan dosis dan kekuatan sediaan serta nama dokter penulis resep tidak ada sebagai bagian dari kelengkapan administrasi, farmasetik dan klinis resep3. Medication Erorr masih banyak dijumpai dibeberapa fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, salah satunya puskesmas.

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu bagian dari pelaksanaan upaya kesehatan. Pelayanan ini memiliki peran dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian di puskesmas berfungsi sebagai pendukung tiga fungsi pokok dari puskesmas4. Adanya permasalahan medication error dalam peresepan di Puskesmas dapat menyebabkan suatu kesalahan dalam penggunaan obat. Sebuah studi oleh Dewi et al5 yang meneliti resep pediatri di puskesmas Sarolangun, Indonesia, menunjukkan bahwa terjadinya ketidaklengkapan dan ketidaktepatan resep terjadi pada pada kategori administrasi berupa aspek jenis kelamin (0,00%), aspek berat badan (0,50%), aspek tinggi badan (0,00%), aspek SIP dokter (0,00%), dan aspek nomor rekam medis (0,00%). Kategori farmasetik berupa aspek bentuk sediaan (6,25%), aspek kekuatan sediaan (6,25%), aspek jumlah obat (6,25%), dan aspek aturan pakai (2,00%). Kategori klinis berupa aspek tepat dosis yaitu (7,25%), terjadinya aspek duplikasi (1,00%) dan aspek interaksi obat (10,75%) dan menimbulkan permasalahan medication error di Puskesmas tersebut.

Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, masih ada bayak resep yang belum lengkap secara administrasi, farmasetik dan klinis yang menyebabkan kasus medication error. Studi pendahuluan yang

dilakukan dipuskesmas Wedi menunjukkan juga pernah terjadi medication error, namun obat belum diserahkan kepada pasien. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kajian resep untuk mengetahui gambaran kelengkapan resep dalam aspek kesesuaian administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis pada pasien pediatri di puskesmas Wedi, apakah sudah sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 atau belum6.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Data dari penelitian dideskripsikan secara objektif dengan tabel atau gambar (deskriptif) dan data diambil dengan melakukan pengamatan kelengkapan resep di Puskesmas Wedi periode 2021 (retrospektif).

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Puskesmas Wedi.

Waktu pengumpulan dan analisis data diaksanakan pada bulan februari hingga maret 2022.

Populasi dan Sampel Populasi

Seluruh resep rawat jalan yang termasuk dalam resep pediatri puskesmas Wedi pada bulan desember tahun 2021 yaitu sebanyak 315 resep.

Sampel

Penetapan sampel menggunakan teknik random sampling dan jumlah sampel yang perlu diambil dihitung dengan menggunakan Rumus Slovin agar diketahui ukuran sampel minimal (n) dari ukuran populasi (N) pada taraf signifikan (margin of error) α sebesar 5% dengan rumus 1:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑎2 … (1)

𝑛 = 315

1 + 315(0,05)2 𝑛 = 176,22

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil sebanyak 176 lembar resep sebagai jumlah sampel minimal yang dapat diambil selama bulan desember 2021. Penelitian ini menggunakan resep sebanyak 180 lembar untuk lebih mendekati populasi.

Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi Kriteria Inklusi

(3)

3 Resep pasien pediatri dengan rentang usia 0-17 tahun

yang diterima oleh puskesmas Wedi pada bulan desember tahun 2021.

Kriteria Ekslusi

Resep pasien yang tidak dapat dibaca oleh peneliti dan salinan resep.

Pengumpulan dan Analisis Data

Penilaian terhadap tiap aspek pengkajian resep secara manual adalah dengan melihat langsung lembar resep anak dengan rentang 0-17 tahun di puskesmas Wedi pada bulan desember 2021. Pengolahan data dilakukan pada program komputer dengan cara skoring,

skor 1 artinya aspek dilakukan /data terpenuhi dan skor 0 artinya data tidak dilakukan/ data tidak terpenuhi. Data dianalisis secara univariat dengan analisis deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah resep pediatri di puskesmas Wedi yang diperoleh dalam rentang bulan desember 2021 yaitu rata-rata 13 resep/hari, kemudian dalam penelitian diambil 7-8 resep perhari dalam kurun waktu 26 hari masa kerja, sehingga total resep yang digunakan sebagai sampel adalah 180 lembar resep.

Tabel 1. Kajian Aspek Administrasi (n=180)

Aspek yang Dikaji Hasil Kajian Resep Lengkap Hasil Kajian Resep Tidak Lengkap

n Persentase (%) n Persentase (%)

Nama Pasien 180 100,00 0 0,00

Usia Pasien 180 100,00 0 0,00

Jenis Kelamin Pasien 180 100,00 0 0,00

Berat Badan Pasien 0 0,00 180 100,00

Nama Dokter 0 0,00 180 100,00

Paraf Dokter 0 0,00 180 100,00

Tanggal Penulisan Resep 180 100,00 0 0,00

Ruangan/ Uni asal 180 100,00 0 0,00

Total Aspek Administrasi 900 540

Persentase Administrasi 62,50% 37,50%

Hasil aspek administratif berdasarkan pada Tabel 1, untuk kelengkapan data pasien pada resep didapatkan penulisan nama pasien, usia pasien, jenis kelamin pasien sebanyak 100,00% dan berat badan pasien sebanyak 0,00%. Hasil ketidaklengkapan berat badan pasien ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Hoedojo3, yang menunjukkan bahwa penulisan nama pasien, usia pasien, berat badan pasien 100,00% dan penulisan jenis kelamin pasien 84,00%, namun mayoritas data pasien telah lengkap. Data pasien cukup penting terutama berat badan pasien pada pasien pediatri. Berat badan neonatus, bayi dan anak-anak merupakan pertimbangan dalam permintaan dosis, misalnya miligram per kg berat badan untuk diberikan pada satu atau lebih dosis pemberian dalam sehari. Hal yang dapat membahayakan pasien terkhususnya anak-anak adalah kurangnya kelengkapan resep pada aspek berat badan pasien7, maka diperlukan adanya penulisan berat badan untuk pasien pediatri pada lembar resep.

Hasil konfirmasi kepada apoteker puskesmas Wedi bahwa apoteker menanyakan langsung kepada pasien perihal berat badan pasien untuk mengurangi % medication error yang dapat terjadi dan puskesmas

Wedi juga sudah menyimpan data pasien pada resep simpus. Puskesmas masih belum menuliskan berat badan pasien pediatri pada lembar fisik resep yang diberikan kepada apoteker dalam penyerahan obat kepada pasien sehingga dapat menyebabkan % medication error dalam % fase prescribing error di puskesmas Wedi.

Ketidaklengkapan resep aspek adiministratif lainnya juga terdapat pada informasi nama dokter sebanyak 0,00% dan paraf dari dokter yang bersangkutan sebanyak 0,00%. Penelitian Hoedojo3 yang menyatakan kelengkapan data dokter penulisan nama dokter dan paraf dokter sebanyak 100,00%, hal ini berarti penelitian ini dengan penelitian tersebut tidak sesuai. Resep terjamin keaslianya jika terdapat paraf atau tanda tangan dokter, hal ini juga berfungsi sebagai legalitas dan keabsahan dari suatu resep8. Diperlukan adanya legalitas dan keabsahan resep agar tidak terjadi adanya pemalsuan resep. Hasil wawancara apoteker perihal nama dan paraf dokter yang tidak dituliskan langsung dalam lembar resep dikarenakan dokter- dokter yang bekerja di Puskesmas Wedi sudah terdata dalam resep simpus.

(4)

4 Tabel 2. Kajian Aspek Farmasetis (n=180)

Aspek yang Dikaji Hasil Kajian Resep Lengkap Hasil Kajian Resep Tidak Lengkap

n Persentase (%) n Persentase (%)

Nama Sediaan 180 100,00 0 0,00

Bentuk Sediaan 60 33,33 120 66,57

Kekuatan Sediaan 29 16,11 151 83,89

Aturan dan Cara

Penggunaan 180 100,00 0 0,00

Dosis Sediaan 180 100,00 0 0,00

Jumlah Sediaan 180 100,00 0 0,00

Total Aspek Farmasetik 809 271

Persentase Farmasetik 74,9% 25,1%

Hasil kajian farmasetik berdasarkan pada Tabel 2, untuk kajian kelengkapan dan ketepatan aspek farmasetik berupa aspek nama sediaan, aspek aturan cara penggunaan, aspek dosis sediaan, jumlah sediaan sebanyak 100,00%, aspek bentuk sediaan 33,33%, aspek kekuatan sediaan 16,11%. Hasil Kajian farmasetik ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bilqis8 yang menunjukkan aspek farmasetik berupa kelengkapan nama obat (100,00%), bentuk sediaan (93,75%), kekuatan sediaan (93,75%), jumlah obat (93,75%), dan aturan pakai (98,00%). Agar tidak menjadi permasalahan dalam pemberian bentuk sediaan obat, maka penulisan bentuk sediaan dan kekuatan harus di tulis dengan jelas.

Pemilihan dosis obat jika di dalam resep tidak tercantum maka dipilih obat dengan kekuatan paling kecil7.

Salah satu contohnya pada resep yaitu parasetamol, obat parasetamol memiliki tiga bentuk

sediaan yaitu tablet, drop dan sirup, maka dalam resep perlu dituliskan bentuk sediaan obat parasetamol agar tidak keliru dalam pemberiannya. Penggunaan obat parasetamol pada pasien pediatrik di puskesmas Wedi menggunakan parasetamol 500 mg diminum sebanyak

½ tablet. Namun ada juga beberapa obat-obatan puskesmas Wedi yang memiliki 2 kekuatan sediaan maka akan dituliskan kekuatan sediaan pada resep, tetapi untuk penulisan kekuatan dan bentuk sediaan di puskesmasWedi masih banyak yang belum dituliskan secara jelas di resep manual sedangkan pada simpus Wedi telah tercantum. Penelitian ini tidak dilakukan penelitian lanjutan karena tidak adanya dua aspek dalam lembar resep, yaitu stabilitas dan inkompatibilitas serta ketersediaan obat, peneliti juga tidak melihat secara fisik sediaan obat di masing- masing resep.

Tabel 3. Kajian Aspek Klinis (n=180)

Aspek yang Dikaji Hasil Kajian Resep Lengkap Hasil Kajian Resep Tidak Lengkap

n Persentase (%) n Persentase (%)

Ketepatan Dosis Obat 23 12,77 157 87,23

Ketepatan Indikasi Obat 180 100,00 0 0,00

Ketepatan Waktu Penggunaan 14 7,77 166 92,23

Duplikasi/ Polifarmasi 180 100,00 0 0,00

Interaksi Obat 1. Minor 2. Moderat 3. Mayor

177 174 180

98,33 96,67 100

3 6 0

1,67 3,33 0,00

Total Aspek Klinis 928 332

Persentase Klinis 73,65 26,35

Hasil kajian klinis berdasarkan pada Tabel 3, untuk kajian aspek klinis berupa ketepatan dosis sediaan sebesar 12,77%, penelitian yang dilakukan Dewi et al5 menyatakan dimana aspek tepat dosis jauh lebih besar yaitu 92,75% telah lengkap, ini berarti penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tersebut. Tepat dosis

merupakan suatu kesesuaian antara pemberian obat dengan rentang dosis terapi, hal ini dilihat dari penggunaan dosis obat per hari dengan mempertimbangkan kondisi pasien2. Salah satu contoh di puskesmas Wedi pasien dengan umur 38 bulan dengan obat amoksisilin sirup dan parasetamol sirup

(5)

5 diminum 3x sehari dengan menggunakan rumus fried

yaitu :

Amoksisilin sirup (5 mL/125 mg):

38

150× 500 = 126 𝑚𝑔 Parasetamol sirup (5 mL/125 mg):

38

150× 500 = 126 𝑚𝑔

Dosis maksimal yang boleh dikonsumsi oleh pasien adalah 126 mg dalam sekali minum. Aspek tepat dosis pada resep pasien pediatri dari penelitian ini masih belum dilakukan pengecekan secara maksimal, karena pengecekan dosis obat hanya bergantung dengan umurnya saja tidak dengan berat badan pasien sebab tidak terdapat dalam resep fisik dan tidak mengetahui langsung kondisi dari pasien. Hasil konfirmasi apoteker di puskesmas Wedi resep pasien pediatri yang lebih lengkap terdapat pada resep simpus, yang terdapat penulisan berat badan pasien dan dapat digunakan sebagai perhitungan dosis pada pasien

Aspek dosis obat pada pasien pediatri memiliki perbedaan dengan dosis dewasa, menurut Bilqis8 dan Untari et al2 bahwa umur, sensitivitas individu, kondisi khusus dan patofisiologi pada pasien mempengaruhi dosis dari obat. Penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa resep yang memiliki dosis kurang tepat karena perhitungan dosis obat menggunakan acuan umur dan kondisi dari pasien tidak diketahui, maka perhitungan tepat dosis hanya sekadar melakukan perhitungan pada dosis anak berdasarkan umur pada resep dan dosis yang tidak melebihi dosis maksimum dari orang dewasa karena dosis tersebut dikatakan sebagai dosis lethal atau dosis yang berbahaya dari pasien pediatri maupun pasien dewasa9. Hasil aspek ketepatan waktu penggunaan obat berdasarkan Tabel 3 didapati sebesar 7,77% sesuai, hasil ini tidak sesuai/sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hoedojo3, dimana aspek tepat dosis jauh lebih besar yaitu 98,00% telah sesuai. Tepat cara dan penggunaan obat diartikan sebagai suatu tindakan pemilihan obat untuk digunakan berdasarkan bioavailabilitas, daya kerja obat dan pola hidup pasien8. Setiap penulisan resep harus mencantumkan waktu penggunaan obat sesuai dengan kondisi masing-masing pasien, hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan informasi penggunaan obat.

misalnya obat digunakan 3 kali sehari maka artinya obat diminum tiap 8 jam juga pemberian keterangan obat diminum sesudah atau sebelum makan, yang artinya obat di minum 1-2 jam sebelum atau sesudah makan.

Penulisan keterangan ini bertujuan agar pasien dapat menggunakan obat dengan benar10. Penelitian dilakukan

pengecekan pada resep yang diberikan kepada pasien pada puskesmas Wedi menunjukkan ada beberapa resep yang tidak tepat dan lengkap dalam penulisan karena pada resep sebagian besar tidak dituliskan adanya rincian penggunaan obat, misalnya penggunaan antasida 3x1/2 dikunyah 30 menit sebelum makan (antecoenam) seharusnya dituliskan, namun dibeberapa resep tidak dituliskan. Hasil konfirmasi apoteker, dalam waktu penggunaan obat di puskesmas Wedi dijelaskan langsung oleh apoteker kepada pasien pada saat pasien menerima obat atau KIE menggunakan etiket pada obat sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan dan pasien dengan juga dapat mengingat kembali melalui etiket obat. Etiket obat berwarna putih untuk penggunaan obat peroral dan etiket biru dengan penggunaan obat luar.

Hasil aspek ketepatan indikasi obat berdasarkan Tabel 3 didapati sebesar 100% sesuai.

Penelitian Untari et al2 menyatakan bahwa tepat indikasi sebesar 100%, hal ini menunjukan penelitian ini telah sejalan dengan penelitian tersebut. Tepat indikasi merupakan kesesuaian indikasi dan pemberian obat dengan hasil diagnosa dokter. pemberian obat biasanya mengacu pada diagnosa yang dialami pasien. Jika pemberian obat tidak sesuai dengan indikasi dan diagnosa maka obat yang diberikan tidak akan menimbulkan efek terapi obat2. Hasil penelitian pada resep puskesmas Wedi dilakukan pengecekan dengan menggunakan diagnosa yang ada pada resep pasien pediatri dengan dicocokkan dengan obat yang diberikan kepada pasien, salah satu contohnya pasien dengan diagnosis ISPA dari dokter biasanya akan diberikan ambroksol sebagai terapi gangguan pernapasan, parasetamol sebagai terapi analgesiknya dan ctm sebagai terapi antihistaminnya.

Hasil aspek duplikasi/polifarmasi yang tidak terjadi dalam lembar resep sebesar 100,00% dan tidak terjadi aspek interaksi obat dengan tingkat keparahan mayor pada resep sebanyak 100,00%. Penelitian Hoedojo3 menyatakan aspek duplikasi yang terjadi pada lembar resep sebesar 48,00%, aspek polifarmasi yang terjadi 6,00% dan interaksi obat mayor yang terjadi sebesar 0,00%, yang arinya penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian tersebut. Permasalahan dalam resep juga disebabkan oleh pemberian obat duplikasi dan polifarmasi, hal ini dapat memunculkan adanya interaksi obat yang tidak diinginkan8.

Duplikasi obat tidak boleh terjadi dalam peresepan karena dapat menyebabkan interaksi obat dan terjadinya prescribing error11. Pada penelitian ini hasil pengkajian seluruh resep tidak terdapat interaksi

(6)

6 mayor obat dengan obat yang terjadi namun terdapat 6

resep yang terjadi interaksi obat dengan obat keparahan moderat dan terdapat 3 resep yang terjadi interaksi obat dengan obat keparahan minor. Interaksi obat dengan obat dilakukan analisis berdasarkan website:

https://www.drugs.com/drug_interactions.html,

https://www.medscape.com/ dan http://www.mims.com/.

Interaksi minor yang dikaji dari penelitian yaitu penggunaan bersamaan antara obat antasida dengan metil prednisolon dimana kandungan antasida dapat mengganggu penyerapan prednisolon dalam darah, interaksi lainnya penggunaan bersamaan antara obat antasida dengan obat ibuprofen dimana kandungan magnesium hidroksida dapat meningkatkan respon cepat terhadap ibuprofen (https://www.drugs.com/drug_interactions.html).

Interaksi kategori moderat pada penelitian ini yaitu penggunaan bersamaan antara obat antasida dengan ciprofloxacin dimana ciprofloxacin dalam darah, interaksi lainnya yaitu penggunaan bersamaan antara obat antasida dengan methylprednisolon dimana dapat meningkatkan resiko dehidrasi dan hipokalemia, apabila interaksi terjadi pada pasien, monitoring harus dilakukan (https://www.medscape.com). Efek interaksi moderat dapat menyebabkan perubahan pada status klinis pasien12. Sebelum terjadi adanya interaksi obat sudah dilakukan pencegahan oleh apoteker di puskesmas Wedi misalnya penggunaan antasida akan diberitahukan langsung kepada pasien secarajelas juga menuliskan pada etiket obat, jika obat digunakan/dikunyah sebelum makan.

SIMPULAN

Hasil evaluasi kelengkapan resep pediatrik di puskesmas Wedi menunjukan belum semua resep memenuhi kelengkapan pada administrasi, farmasetik, dan klinis sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016.

SARAN

Saran terhadap penelitian lebih lanjut dapat dilakukan berkaitan dengan faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidaksesuaian hasil kajian administratif, farmasetik dan klinis resep pediatri di puskesmas Wedi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada UPPM Penelitian dan Pengabdian Masyarakat serta kepada Prodi DIII Farmasi Poltekkes Kemenkes

Surakarta yang sudah memberikan ijin dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sari, A.F.N., Putri, P.H. 2020. Analisis Kebutuhan dan Desain Model Sistem Informasi Skrining Resep Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kotagede I.

Indones J Pharm Nat Prod, 3(2),1-10 DOI:

https://doi.org/10.35473/ijpnp.v3i2.543

2. Untari, E.K., Agilina, A.R., Susanti, R. 2018. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi di Puskesmas Siantan Hilir Kota Pontianak Tahun 2015. Pharm Sci Res, 5(1), 32-39. DOI:

https://doi.org/10.7454/psr.v5i1.3870

3. Hoedojo, D.C. 2018. Kajian Administrasi, Farmasetik dan Klinis Terhadap Resep Bagi Pasien Pediatrik di Apotek “X” Puwokerto. Skripsi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Dasopang, E.S., Harahap, U., Lindarto, D. 2015.

Polifarmasi dan Interaksi Obat Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan Dengan Penyakit Metabolik. Indones J Clin Pharm, 4(4), 235-241. DOI:

https://doi.org/10.15416/ijcp.2015.4.4.235

5. Dewi, R., Sutrisno, D., Aristantia, O. 2021. Evaluasi Kelengkapan Administrasi, Farmasetik dan Klinis Resep di Puskesmas Sarolangun Tahun 2019.

Pharma Xplore: Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi, 6(2), 1-12. https://doi.org/10.36805/jpx.v6i2.1937

6. Wardani, D. 2022. Dasar Dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

7. Cholisoh, Z., Damayanti, A., Sari, D.N. Kualitas Penulisan Resep untuk Pasien Pediatri di Rumah Sakit Surakarta. 2019. Proceeding of The 10th University Research Colloquium: Universitas Muhammadiyah Pekalongan.

8. Bilqis, S.U. 2015. Kajian Administrasi, Farmasetik dan Klinis Resep Pasien Rawat Jalan di Rumkital Dr.

Mintohardjo Pada Bulan Januari 2015. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.

9. Rizkiana A, 2022. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Waktu Pulih Sadar Pada Pasien Laparatomi Post General Anestesi di IBS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2022. Skripsi, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

10. Audina, T. 2018. Pengkajian Resep Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Skripsi, Universitas Sumetera Utara, Sumetera Utara.

11. Waluyo, K.O. 2015. Medication Error dalam Keperawatan. J Keperawatan, 8(3), 173-178.

12. Maalangen, T., Citraningtyas, G., Wiyono, W.I. 2019.

Identifikasi Medication Error Pada Resep Pasien Poli Interna Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado. Pharmacon, 8(2), 434- 441. DOI: https://doi.org/10.35799/pha.8.2019.29310.

Referensi

Dokumen terkait