• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di TPS Industri Persenjataan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di TPS Industri Persenjataan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di TPS Industri Persenjataan

Eka Wardhani1, Novi Lisnawati2*

1,2Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Indonesia

*Koresponden email: [email protected]

Diterima: 12 Mei 2023 Disetujui: 15 Mei 2023

Abstract

PT X is one of the companies that generates waste from maintenance of machines used in the production process. There are 7 types of toxic and hazardous waste generated, namely wastewater treatment sludge (WWT Sludge), water coolant, expired chemicals, used batteries, rags, used toxic and dangerous materials packaging, and used toner. The purpose of this research is to identify characteristics toxic and hazardous waste produced by PT X and give recommendations for improvement. This research used primary and secondary data collection method. The results showed that at the reduction stage, only the substitution of materials for workers' gloves was carried out, at the stage of giving toxic and hazardous waste symbols and labels, the toxic and hazardous waste labeling was not appropriate because the placement of the toxic and hazardous waste label was below the toxic and hazardous waste symbol, and in several packages, there were symbol which placed next to the label. Recommendations for improvement that can be given are to provide socialization to workers regarding toxic and hazardous waste management in each division and always regularly check the condition of toxic and hazardous waste stored in the toxic and hazardous waste a temporary storage area.

Keywords: hazardous and toxic waste, reduction, symbol and label, substitution, recommendation

Abstrak

PT X merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan limbah dari pemeliharaan mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi. Terdapat 7 jenis LB3 yang dihasilkan yaitu wastewater treatment sludge (WWT Sludge), water coolant, bahan kimia kadaluwarsa, aki bekas, kain majun, kemasan bekas B3, dan toner bekas. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi, sumber, karakteristik LB3 yang dihasilkan PT X dan memberikan rekomendasi perbaikan terhadap temuan yang tidak sesuai. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pengurangan hanya dilakukan substitusi bahan untuk sarung tangan pekerja, pada tahap pemberian simbol dan label LB3 penempelan label LB3 tidak sesuai karena penempatan label LB3 berada dibawah simbol LB3 dan pada beberapa kemasan terdapat label LB3 yang sejajar dengan simbol. Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan yaitu memberikan sosialisasi kepada pekerja terkait pengelolaan LB3 di setiap divisi dan selalu mengecek secara rutin kondisi LB3 yang tersimpan di TPS LB3.

Kata Kunci: LB3, pengurangan, simbol dan label, substitusi bahan,metode, rekomendasi.

1. Pendahuluan

Perkembangan industri diikuti juga dengan kemajuan-kemajuan teknologi sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan industri yang berguna untuk menunjang kebutuhan manusia dan memudahkan dalam segala hal baik dalam segi ekonomi, Peningkatan proses produksi barang menyebabkan peningkatan dalam penggunaan bahan kimia [1]. Penggunaan bahan kimia diperlukan dalam proses produksi secara terus menerus dapat memberi dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan yang tercemar serta timbulan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) yang meningkat tiap tahunnya yang masih belum teratasi karena kurangnya penanganan sehingga diperlukan adanya penanganan dan pemantauan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan [1].

PT X adalah perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang Alutsista (alat utama sistem persenjataan), industri manufaktur dan produk komersial [2]. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan limbah dari produk yang dihasilkan dan dari pemeliharaan mesin- mesin yang digunakan dalam proses produksi [2]. PT X Salah satunya adalah menghasilkan LB3 seperti wastewater treatment sludge (WWT Sludge), water coolant, bahan kimia kadaluwarsa, aki bekas, kain majun, kemasan bekas B3, dan toner bekas. Limbah tersebut dihasilkan dari beberapa proses produksi dan

(2)

sarana penunjang produksi (utilitas) sehingga perlu adanya tindak lanjut yang dilakukan untuk meminimalisir dampak dari limbah yang dihasilkan [2].

PT X telah menerima penghargaan Program Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) Hijau sesuai surat keterangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.1370/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2021 [2]. Perusahaan ini menerapkan kebijakan untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan perusahaan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan terbagi dalam delapan aspek salah satunya adalah pengelolaan LB3 [2]. Pengelolaan LB3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi terjadinya masalah terhadap lingkungan, manusia dan makhluk hidup lainnya.

Maksud penelitian ini melakukan evaluasi terkait pengelolaan LB3 di tempat penyimpanan sementara (TPS) PT X menurut peraturan yang berlaku serta memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat meningkatkan pengelolaan LB3. Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui jenis dan karakteristik LB3 yang masuk ke TPS; (2) mengetahui proses pengelolaan LB3 di TPS; (3) mengetahui melakukan analisis terkait pengelolaan LB3 berdasarkan peraturan yang berlaku; (4) Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap temuan yang tidak sesuai.

Penelitian mengenai pengelolaan logam berat di berbagai aktivitas dan industri telah banyak dilakukan seperti di perusahaan automotif PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang menghasilkan kesimpulan bahwa pengelolaan LB3 telah dilakukan dengan baik [3]. Pengelolaan LB3 di industri semen PT Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant [4]. Analisis sistem pengelolaan limbah B3 di industri tekstil Kabupaten Bandung [5] [6]. Pengelolaan LB3 di rumah sakit [7] [8] [9] yang semuanya menunjukkan hasil pengelolaan LB3 telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengelolaan LB3 di industri elektronik [10], industri pembuatan kertas [11] dan di Perusahaan Listrik Negara PUSHARLIS UP2 WIII Bandung [12].

Proses produksi di PT X menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Limbah yang terbentuk memerlukan pengelolaan lanjutan sebelum dibuang ke lingkungan. Berdasarkan Pasal 276 (1) PP No 22 tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, “Setiap orang yang menghasilkan LB3 wajib melakukan Pengelolaan LB3 yang dihasilkan” [2]. PT X sebagai penghasil LB3 telah melakukan pengelolaan LB3. Penyelenggaraan pengelolaan LB3 di PT X meliputi penetapan, pengurangan, penyimpanan, dan pengumpulan LB3. Proses pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan LB3 dilakukan oleh pihak ketiga berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Jumlah LB3 yang dihasilkan PT X tidak terlalu banyak karena produksi Alutsista yang dihasilkan tergantung dari pesanan yang diterima [2].

Sebagai pihak yang bertanggung dalam pengelolaan LB3, departemen K3LH memiliki instruksi kerja dalam pengendalian pengelolaan LB3. Departemen ini mengidentifikasi LB3 berdasarkan jenis, karakteristik, dan sumber (divisi/unit) yang menghasilkan LB3 dengan menggunakan dokumen terkait yaitu daftar jenis LB3 [2]. Proses selanjutnya yaitu dilakukan pemilihan, pengemasan, dan penyimpanan LB3 sesuai dengan jenis dan karakteristiknya dengan simbol dan label yang sesuai, dilanjutkan dengan pencatatan LB3 berdasarkan identifikasinya [2]. Penghasil LB3 (divisi/unit) akan menyerahkan LB3 ke TPS yang telah memiliki izin bangunan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penyerahan LB3 ke TPS dilakukan di bawah pengawasan dan tanggung jawab departemen K3LH. Pengangkutan dilakukan oleh pihak ketiga berizin disertai dokumen LB3. Proses pengiriman ke pihak ketiga sudah selesai, departemen K3LH akan mengirimkan dokumen laporan pengelolaan LB3 ke manajemen dan pihak yang berkepentingan yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, DLH Provinsi Jawa Barat, dan KLHK [2].

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan selama 4 minggu dimulai pada tanggal 4 Juli-4 Agustus 2022. Ketentuan jam kerja bagi pelaksanaan penelitian dilakukan dari Hari Senin sampai Jum’at dimulai pukul 07.30-15.00 WIB.

Pengambilan data primer dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.

a. Metode observasi, metode ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung kondisi di TPS LB3. Data dikumpulkan dengan mengamati kondisi di lapangan sehingga dapat dievaluasi dan didapat kesimpulan.

b. Wawancara, metode ini dilakukan dengan bertanya dan diskusi secara langsung kepada pembimbing lapangan yang bertanggung jawab dalam proses pengelolaan LB3 dari mulai tiap divisi melakukan penyimpanan hasil limbah sampai dengan pengelolaan di TPS LB3 sebelum dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga berizin.

c. Pengumpulan data dan informasi, metode ini dilakukan dengan meminta data-data penunjang yang diperlukan dalam penelitian terkait pengelolaan LB3 seperti timbulan LB3 yang dihasilkan dari

(3)

masing-masing jenis LB3, Logbook LB3, izin operasional pengelolaan LB3 serta standar operasional prosedur penyimpanan LB3.

d. Dokumentasi diperlukan sebagai data penunjang dalam penelitian.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Identifikasi Sumber LB3

PT X menghasilkan LB3 di setiap divisi. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair [2].

Kegiatan identifikasi dilakukan agar data LB3 dapat dikelola dengan baik sebelum di serahkan ke pihak ketiga. LB3 yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. LB3 yang dihasilkan

No. Nama Limbah B3 Kode

Limbah Uraian LB3 Sumber

1. Sludge IPAL B324-3 Sludge IPAL Divisi Senjata

2. Water Coolant A108d Limbah Terkontaminasi B3 lain Divisi Senjata, Divisi Kendaraan Khusus, Divisi Infrastruktur pengembangan.

3. Bahan Kimia Kadaluwarsa A323-3 Bahan Kimia Kadaluwarsa Divisi Senjata, Divisi Alat Berat, Divisi Kendaraan Khusus 4. Aki/baterai bekas A102d Berasal dari kendaraan pengangkut

forklift, kendaraan operasional, dan mobil pemadam kebakaran.

Utilitas

5. Kain majun bekas (used rags) dan yang sejenis

B110d Kain lap dan sarung tangan bekas yang digunakan di ruang produksi

Utilitas

6. Kemasan LB3 B104d Kemasan LB3 Utilitas

7. Limbah elektronik termasuk cathode ray tube (CTR), lampu TL, printed circuit board (PCB), karet kawat (wire rubber)

B107d CRT (Tabung Sinar Katode pada monitor komputer), PCB (perangkat mikro pada komputer biasanya berwarna hijau), Lampu TL bekas

Utilitas

Sumber: [2]

3.2 Jumlah LB3

Setiap LB3 yang dihasilkan disimpan dan dicatat jumlahnya. Pencatatan jumlah LB3 dibagi menjadi dua yaitu neraca LB3 dan logbook LB3. Neraca LB3 merupakan dokumen yang berisikan informasi tentang perlakuan yang dilakukan terhadap LB3 yang dihasilkan beserta jumlahnya dalam periode tiga bulan sekali.

Logbook LB3 merupakan catatan masuk dan keluarnya LB3 pada saat melakukan penyimpanan serta pengangkutan oleh pihak ketiga dari TPS LB3 [2]. Jumlah LB3 yang dihasilkan oleh PT X tidak tetap, terdapat 7 jenis LB3 yang dominan dihasilkan yaitu WWT Sludge, water coolant, bahan kimia kadaluwarsa, accu bekas, majun/sarung tangan bekas, botol/kemasan B3, dan toner bekas [2]. Berdasarkan data logbook jumlah LB3 yang dihasilkan dari Bulan Juni 2021-Juli 2022 dapat dilihat pada Tabel 2 dan grafik timbulan limbah B3 pada Gambar 1.

Tabel 2. Jumlah LB3 (Ton) Bulan

Jenis Limbah WWT

Sludge

Water Coolant

Bahan Kimia Kadaluwarsa

Accu Bekas

Majun/Sarung tangan terkontaminasi B3

Kemasan Bekas B3

Juli 2021 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Agustus 2021 0,00 9,40 2,00 0,00 0,40 0,00

September 2021 0,00 5,00 0,00 0,00 1,60 0,00

Oktober 2021 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

November 2021 4,00 0,00 0,00 0,00 0,20 5,00

Desember 2021 4,00 8,60 0,00 0,00 0,00 8,00

Januari 2022 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Februari 2022 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

(4)

Bulan

Jenis Limbah WWT

Sludge

Water Coolant

Bahan Kimia Kadaluwarsa

Accu Bekas

Majun/Sarung tangan terkontaminasi B3

Kemasan Bekas B3

Maret 2022 0,00 6,80 1,50 0,05 12,00 0,00

April 2022 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Mei 2022 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Juni 2022 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 12,00 29,80 3,50 0,05 14,20 11,00

Sumber: [2]

Gambar 1. Jumlah LB3 yang dihasilkan Bulan Juli 2021-Juni 2022 Sumber: [2]

3.3 Karakteristik LB3

LB3 yang dihasilkan PT X tidak dilakukan uji karakteristik. Hal ini dikarenakan LB3 yang dihasilkan sudah langsung dapat diketahui jenis dan karakteristiknya tanpa dilakukan pengujian terlebih dahulu.

Secara lebih jelas tentang jenis karakteristik LB3 dapat dilihat pada Tabel 3. Katagori bahaya katagori 1 yaitu memiliki dampak langsung terhadap kesehatan manusia/dampak akut seperti bahan baku yang rusak/tumpah, produk yang tumpah, sisa produk tumpahan yang tidak dapat digunakan kembali dalam proses produksi, sisa hasil pengujian produk antara, ruahan, stabilitas dan lain-lain, dan produk kembalian.

Katagori bahaya katagori 2 yaitu memiliki dampak secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia/dampak kronis seperti majun dan bekas oli, kertas saring sisa pengujian, bahan kemas primer dan lumpur dari IPAL [13].

Tabel 3. Karakteristik Limbah B3

No. Jenis Limbah Karakteristik Kode Limbah Kategori Bahaya

1. WWT Sludge Beracun B324-3 2

2. Water Coolant Beracun A108d 1

3. Bahan Kimia Kadaluwarsa Korosif, Beracun, Mudah Terbakar A323-3 1

4. Accu Bekas Korosif A102d 1

5. Majun/sarung tangan bekas Beracun B110d 2

6. Botol/Kemasan Bekas B3 Beracun B104d 2

7. Toner Bekas Beracun B353-1 2

Sumber: [2]

WWT Sludge dihasilkan dari IPAL yang memproses pengelolaan air limbah dari divisi senjata yang kemudian setelah diolah akan dilakukan pemisahan air dan padatan melalui filter press belt yang nantinya akan terbentuk gumpalan-gumpalan lumpur yang akan dikeringkan selama 1 hari. Sludge IPAL mempunyai karakteristik beracun dan memiliki kode limbah B324-3 dengan kategori bahaya 2

0 5 10 15

Massa (Ton)

Bulan

WWT Slduge Water Coolant

Bahan Kimia Kadaluwarsa Accu Bekas Majun/sarung tangan terkontaminasi B3 Kemasan Bekas B3

(5)

seperti yang tercantum dalam Lampiran IX PPRI No 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup [14].

Water coolant/cutting fluid digunakan dalam proses pemotongan logam. Water coolant digunakan untuk melumasi dan mendinginkan mesin. Water coolant memiliki peran yang peting dalam pengoperasian mesin, mempengaruhi produktivits, memperpanjang umur mesin, dan memperbaiki kualitas produk.

Seiring dengan waktu, kualitas water coolant akan berkurang dan harus dibuang saat efisiensinya rendah.

✓ Bahan kimia kadaluwarsa berasal dari bahan kimia yang sudah habis masa pakai, mempunyai karakteristik beracun dan memiliki kode limbah A323-3 dengan kategori bahaya 1 seperti yang tercantum dalam Lampiran IX PPRI No. 22 Tahun 2021 [14].

✓ Aki bekas berasal dari kendaraan, mempunyai karakteristik beracun dengan kode limbah A102d serta kategori bahaya 1 seperti yang tercantum dalam Lampiran IX PPRI No 22 Tahun 2021 [14].

✓ Limbah botol/kemasan bekas B3 dihasilkan dari wadah bahan untuk proses produksi yang mempunyai karakteristik beracun seperti cat, oli, tiner dan water coolant. Kemasan B3 memiliki karakteristik sesuai dengan bahan yang sebelumnya diwadahinya. Limbah Botol/Kemasan B3 memiliki kode limbah B104d dan berkategori 2 seperti yang tercantum dalam Lampiran IX PPRI No. 22 Tahun 2021 [14].

✓ Limbah majun bekas memiliki karakteristik beracun dan mudah terbakar dengan kode limbah B110d dan kategori bahaya 2 seperti yang tercantum dalam Lampiran IX PPRI No. 22 Tahun 2021, limbah majun bekas berkarakteristik beracun [14]

✓ Toner bekas dihasilkan dari printer seperti tinta printer, catridge dan memiliki karakteristik beracun dengan kode limbah B353-1 serta kategori bahaya 2 seperti yang tercantum dalam Lampiran IX PPRI No 22 Tahun 2021, toner bekas berkarakteristik beracun [14].

3.4 Aspek Teknis Pengelolaan LB3

Pengelolaan LB3 di PT X memiliki beberapa tahap kegiatan. Kegiatan pengelolaan LB3 dimulai dari identifikasi karakteristik, izin pengelolaan, pengangkutan internal, pengemasan sebelum dan sesudah masuk TPS, penyimpanan di TPS, dan pengangkutan oleh pihak ketiga. Tata cara pengelolaan LB3 di PT X diatur dalam Surat Keputusan Nomor Skep/35/P/BD/IV/2012 yang berlaku untuk seluruh divisi produksi [2]. Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) tersebut, LB3 yang dihasilkan oleh kegiatan produksi dilakukan diidentifikasi yang meliputi jenis karakteristik dan sumber. LB3 dilakukan pemilahan dan pengemasan (dilengkapi simbol dan label), pemasangan sesuai jenis dan karakteristik yang dilakukan oleh divisi penghasil limbah, setelah itu LB3 akan ditampung sementara sampai wadah/kemasan penuh di tempat penyimpanan masing-masing divisi.

Sebelum limbah akan diangkut ke TPS LB3 akan dilakukan pencatatan dari jenis, sumber, tanggal serta jumlah yang dihasilkan. Pencatatan akan diserahkan dan dilaporkan ke Departemen K3LH PT X kemudian akan dilakukan pengangkutan LB3 ke TPS dengan ketentuan lama penyimpanan 90 hari [2].

Kondisi penyimpanan LB3 di TPS secara rutin dipantau serta dipastikan kesesuaiannya dengan ketentuan oleh penanggung jawab yaitu Kasubdep Pengendalian Lingkungan Departemen K3LH Pusat. Pengolahan LB3 PT X bekerja sama dengan pihak ketiga dan LB3 yang telah dikirim ke pengolah akan dibuat pencatatan keluarnya (neraca limbah). Dokumen LB3 yang berupa neraca limbah serta laporan pengelolaannya dilaporkan ke pihak internal yaitu manajemen K3LH dan laporan evaluasi lingkungan ke pihak eksternal yaitu DLH Kota dan Provinsi juga KLHK [2].

3.5 Izin Operasional Pengelolaan LB3

Pengelolaan timbulan LB3 yang dihasilkan oleh PT X memiliki izin operasional pengelolaan LB3 untuk penghasil nomor: 0001/IOLB3P/I/2021/DPMPTSP tanggal 4 Januari 2021. Salah satu bentuk komitmen adalah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor SKEP/40/P/BD/XII/2010 mengenai kebijakan pengurangan dan pemanfaatan LB3 dan atau Non LB3 PT X [2]. Menurut kebijakan tersebut, cara mengurangi dan memanfaatkan limbah yaitu dengan cara: (1) mengurangi timbulan LB3 dengan menyediakan material atau bahan sesuai kebutuhan dengan penggunaannya secara efektif dan efisien; (2) melakukan upaya pemanfaatan atau memperpanjang nilai tambah LB3 sebagai produk atau produk sampingan untuk mengurangi LB3 dan atau non LB3 juga menerapkan konsep 3R (Reuse, Recycle, Recovery); (3) mengelola LB3 dan Non B3 sesuai peraturan yang berlaku dengan menggunakan proses dan teknologi ramah lingkungan; (4) memberdayakan seluruh karyawan dan pihak terkait dalam kegiatan pengurangan dan pemanfaatan LB3 [2].

(6)

3.6 TPS LB3

PT X memiliki satu TPS LB3, TPS tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan LB3 yang dihasilkan yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Bangunan TPS merupakan bangunan tertutup dengan dimensi 15,4 x 24 x 3 m atau dengan luas 13.500 m3. TPS memiliki titik koordinat yaitu 06⁰93’790’’LS dan 107⁰ 64’990’’BT [2]. Pengelolaan LB3 harus mempunyai fasilitas penunjang yang berguna untuk meminimalisir terjadinya kesalahan atau kecelakaan dalam melakukan pengelolaan LB3 agar limbah tersebut tetap dalam kondisi aman.

Proses menetapkan fasilitas penunjang untuk TPS LB3 perlu diperhatikan jenis dan fasilitas yang digunakan dan yang jelas tidak berpengaruh negatif terhadap LB3 yang disimpan [2]. Hasil dari perbandingan antara Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 Tentang tata cara dan persyaratan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun [15].

Fasilitas TPS dilengkapi gutter dan bak tumpahan sebagai antisipasi tumpahan LB3, APD, eye washer, water sprinkle, prosedur operasional (SOP) dan tanggap darurat yang dipasang, dan logbook limbah B3 dan satu pintu masuk [2].

Pengurangan LB3

Tahap pengurangan LB3 yang telah dilakukan oleh seluruh divisi PT X adalah mengganti sarung tangan yang semula berbahan rajut yang menjadi karet, yang semula menggunakan rajut bisa terpakai 1 minggu/orang sebanyak 4 pasang menjadi 1 minggu/orang menjadi hanya 1 pasang. Tahap evaluasi pengurangan LB3 PT X sudah mengikuti peraturan yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk tahap pengurangan dengan melakukan pengurangan Limbah B3 dan melakukan pelaporan setiap 3 bulan sekali [2].

Pengemasan LB3

PT X menggunakan jumbo bag (2 Ton) dan drum (200 L) berbahan logam untuk kemasan LB3 [2].

Drum logam memanfaatkan drum bekas dari kemasan bahan kimia bekas proses produksi yang kondisinya tidak bocor, rusak ataupun berkarat dan beberapa drum yang disediakan oleh pihak ketiga [3]. Jenis kemasan LB3 yang digunakan sudah sesuai dengan karakteristik LB3 yang dihasilkan. Kemasan LB3 yang digunakan adalah jumbo bag untuk menyimpan Sludge IPAL (B324-3), sedangkan kemasan lainnya menggunakan drum logam 200 L tertutup untuk LB3 dengan bentuk cair/basah serta memiliki karakteristik korosif. Kegiatan pengemasan LB3 yang dilakukan PT X dimulai dari sumber limbah tersebut dihasilkan hingga penyimpanan sementara di TPS LB3 sebelum diangkut pihak ketiga. Pengemasan yang dilakukan menjadi dua, yaitu pengemasan sebelum masuk TPS dan pengemasan setelah masuk TPS [2].

Alur Pengemasan LB3

Alur dari pewadahan yang dilakukan setiap divisi hingga limbah di transfer ke TPS LB3 yaitu [2]:

1. Setiap divisi memiliki bagian yang disebut K3LH divisi yang bertanggung jawab dalam mengurus segala aspek kesehatan keselamatan kerja di divisinya termasuk pengelolaan limbah dari hasil produksi divisi;

2. Setiap divisi sudah melakukan pengemasan atau pewadahan LB3 hasil produksi menggunakan wadah yang sesuai dengan jenis limbahnya. Salah satu contohnya adalah divisi senjata yang menghasilkan LB3 berupa sludge IPAL yang telah diwadahi menggunakan jumbo bag;

3. Pengemasan LB3 dilakukan dengan cara mengemas satu jenis LB3 dengan satu kemasan. LB3 akan diisi penuh di setiap divisi penghasil dan masuk ke TPS dalam keadaan tertutup dan tidak dilakukan lagi penambahan LB3 ke dalamnya;

4. Sudah dilakukan dengan mengosongkan 10% dari volume total tempat penyimpanan drum 200 L sebagai antisipasi penguapan;

5. LB3 yang dihasilkan divisi produksi akan disimpan di suatu tempat sementara di area divisi produksi untuk ditampung terlebih dahulu sampai limbah cukup banyak;

6. Ketika LB3 sudah cukup banyak dihasilkan, maka divisi K3LH akan menghubungi K3LH pusat untuk melakukan pembuangan ke TPS. Penanggung jawab TPS LB3 di PT X dipegang oleh satu orang dari K3LH pusat dengan tujuan untuk memudahkan pendataan keluar masuknya limbah;

7. Setelah menghubungi pihak K3LH Korporat, maka K3LH divisi dapat menyimpannya ke TPS LB3.

Alur pengumpulan LB3 dari setiap divisi menuju TPS dapat dilihat pada Gambar 2.

(7)

Gambar 2. Alur Pengumpulan LB3 dari setiap Divisi Menuju TPS Sumber: [2]

Pengemasan Sebelum Masuk TPS LB3

LB3 dikemas sementara untuk memudahkan pengumpulan dan pengangkutan ke TPS. Pengemasan sebelum masuk ke TPS bertujuan agar LB3 yang dihasilkan tidak tercemar ke lingkungan. Pengemasan limbah sebelum masuk ke TPS dilakukan oleh Departemen ataupun Divisi yang menghasilkan LB3.

Kemasan yang digunakan merupakan kemasan yang tidak bereaksi dengan LB3. Jenis LB3 yang dihasilkan serta kemasan yang digunakan sebelum disimpan di TPS dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengemasan LB3 sebelum Masuk TPS

No Jenis Limbah Karakteristik Kemasan

1. WWT Sludge Beracun Jumbo Bag

2. Water Coolant Beracun Drum

3. Bahan Kimia Kadaluwarsa Korosif, Beacun, Mudah Terbakar Drum

4. Accu Bekas Korosif Drum

5. Majun/sarung tangan bekas Beracun Disesuaikan dengan jenis limbah

6. Botol/Kemasan Bekas B3 Beracun Drum

7. Toner Bekas Beracun Drum

Sumber: [2]

Pengemasan Setelah Masuk TPS

LB3 yang masuk ke TPS akan diatur tata cara yang tepat agar aman disimpan dan tidak mencemari lingkungan, seperti memberi keterangan LB3 dengan simbol dan label, dan menghindari terjadinya penyatuan/tercampurnya limbah dengan karakteristik yang berbeda yang nantinya akan menimbulkan dampak negatif tertentu. Tabel 5 menjelaskan mengenai pengemasan setelah masuk TPS [2].

Tabel 5. Pengemasan Setelah Masuk TPS

Jenis Limbah Karakteristik Kemasan Ukuran

WWT Sludge Beracun Jumbo Bag 2 Ton

Water Coolant Beracun Drum Baja 200 L

Bahan Kimia Kadaluwarsa

Korosif, Beacun, Mudah Terbakar

Drum, Dirijen (High-density polyethylene)

HDPE, (Polypropylene) PP 200 L, 20 L

Accu Bekas Korosif Wrapping Kg

Majun/sarung tangan

bekas Beracun Drum 200 L

Kemasan Bekas B3 Beracun Jumbo Bag dan Wrapping 2 Ton, Kg

Toner Bekas Beracun Drum 200 L

Sumber: [2]

Pemberian Simbol dan Label B3

Pengelolaan LB3 yang mencakup kegiatan pengumpulan dan penyimpanan harus dilakukan secara baik dan benar, sehingga penggunaan dan penanganan LB3 akan aman bagi yang menggunakan dan tidak mencemari lingkungan yang dapat menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup lainnya. Hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam pengelolaan LB3 salah satunya yaitu pemberian simbol dan label.

Pemberian simbol dan label pada kemasan LB3 bertujuan untuk memberi peringatan agar berhati-hati saat mendekati kemasan LB3 dan mengetahui akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari LB3 tersebut. Hasil dari

(8)

perbandingan antara Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label LB3.

Penyimpanan LB3

Penyimpanan LB3 di PT X sebelum masuk ke TPS akan dikumpulkan terlebih dahulu oleh masing- masing divisinya. Setelah LB3 masuk ke TPS akan dilakukan penyimpanan selama 90 hari maksimal dari LB3 yang pertama masuk. Hasil dari perbandingan antara Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun [15].

Pengangkutan LB3

PT X dalam pengelolaan LB3, pengangkutan LB3 dilakukan oleh dua pihak, yaitu internal dan eksternal. Pengangkutan LB3 internal dilakukan oleh penghasil, sedangkan pengangkutan eksternal dilakukan oleh pihak ketiga [2]. Pengangkutan internal dilakukan oleh masing-masing divisi/unit penghasil.

Pengangkutan oleh pihak internal dilakukan mulai dari sumber hingga ke TPS LB3. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan forklift. Pengangkutan LB3 ke TPS dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh Departemen K3LH. Tahapan/ prosedur pengangkutan internal LB3 PT X adalah sebagai berikut: (1) divisi/unit penghasil LB3 menghubungi Sub Departemen LH di Departemen K3LH untuk melakukan pengangkutan dan penyimpanan sementara LB3; (2) LB3 yang akan diangkut dan disimpan sementara ke TPS dilaporkan terlebih dahulu jenis LB3 dan jumlahnya. LB3 yang dihasilkan di catat jumlah dan tanggal masuknya dalam logbook; (3) pengangkutan LB3 dilakukan ke TPS, dan disimpan sesuai dengan jenis dan karakteristiknya [2].

Pengangkutan eksternal adalah pengangkutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pengangkutan dilakukan mulai dari TPS hingga ke tempat pengolahan LB3 hingga ke tempat pengolahan LB3 yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pemilihan pihak ketiga sebagai pengangkut LB3 didasarkan pada persyaratan- persyaratan teknis dan administrasi. Proses pengangkutan pihak ketiga harus sudah memiliki izin pengangkutan untuk mengangkut barang berbahaya dari Kementerian Perhubungan dan sudah memenuhi persyaratan teknis pengangkutan LB3 baik mengenai bentuk dokumen, simbol, maupun label. Saat pengangkutan LB3 oleh pihak ketiga harus memberikan dokumen LB3 atau manifes. Dokumen LB3 merupakan bentuk surat serah terima dari pihak penghasil kepada pihak pengangkut dan pihak pengolah.

Dokumen LB3 juga berfungsi sebagai alat pengawasan bagi pemerintah terkait pengolahan LB3 yang dilakukan oleh penghasil limbah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan serta mengetahui perpindahan serta penyebaran LB3.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terkait pengelolaan LB3 di PT X Bandung didapat kesimpulan bahwa terdapat 7 Limbah Dominan yang dihasilkan yaitu: WWT Sludge (beracun), water coolant (beracun), bahan kimia kadaluwarsa (korosif, beracun, mudah terbakar), accu bekas, majun/sarung tangan bekas (beracun), botol/kemasan B3 (beracun), dan toner bekas (beracun). Proses pengelolaan LB3 meliputi pengurangan, pengemasan sebelum dan sesudah masuk ke TPS, pemberian simbol dan label, penyimpanan dengan waktu maksimal 90 hari di TPS, dan pengangkutan oleh pihak ketiga. Tahap penyimpanan LB3 hanya dilakukan pengurangan berupa substitusi bahan yaitu melakukan pergantian bahan untuk sarung tangan pekerja, pada tahap pemberian simbol dan label LB3 penempelan label LB3 tidak sesuai karena penempatan label LB3 berada dibawah simbol LB3 dan pada beberapa kemasan terdapat label LB3 yang sejajar dengan simbol.

Membuat ruangan khusus untuk tempat penyimpanan LB3 kosong agar tidak menumpuk dan terlihat berantakan di dalam TPS serta mengganti simbol dan label LB3 yang sudah rusak seperti pada pintu TPS LB3 dan pada beberapa kemasan LB3. Saran yang dapat diberikan terkait pengelolaan LB3 yaitu: (1) perlunya sosialisasi terkait pengelolaan LB3 di divisi produksi untuk lebih memperhatikan kemasan LB3 yang digunakan; (2) selalu mengecek kondisi LB3 yang tersimpan di TPS secara rutin; dan (3) melakukan sosialisasi kepada setiap penghasil LB3 terkait dampak dan penanganan pertama bila terkena LB3.

5. Ucapan Terimakasih

Terimakasih kami ucapkan kepada PT X sebagai tempat dilakukannya evaluasi terkait pengelolaan LB3.

6. Singkatan

B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

BUMN Badan Usaha Milik Negara

(9)

ALUTSISTA Alat Utama Sistem Persenjataan WWT Sludge Wastewater Treatment Sludge TPS Tempat Penyimpanan Sementara

K3LH Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup

7. Referensi

1. Damanhuri, E. (2010). Diktat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

2. Laporan Kajian Pengelolaan Limbah B3 PT X. (2020). PT. X

3. Syafrudin, S. (2010). Penerapan Pengelolaan Limbah B3 Di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 7(2), 62- 70.

4. Utami, K. T., dan Syafrudin, S. (2018). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Studi Kasuspt. Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 15(2), 127-132.

5. Wardhani, E., dan Salsabila, D. (2021). Analisis Sistem Pengelolaan Limbah B3 Di Industri Tekstil Kabupaten Bandung. Rekayasa Hijau: Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan, 5(1), 15-26

6. Siti Amalia Fajriyah, Eka Wardhani. (2020), “Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. X,” Jurnal Serambi Engineering., Vol. 5 No 1, 2020.

7. Siddik, S. S., dan Wardhani, E. (2020). Pengelolaan Limbah B3 Di Rumah Sakit X Kota Batam.

Jurnal Serambi Engineering, 5(1).

8. Eka Wardhani, Fitra Akbar Kamil, (2020) “Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran Kota Bandung,” Jurnal Serambi Engineering., Vol. 5 No 4, 2020.

9. Ade Ariesmayana, Hajali, (2018) “Studi Pengelolaan Limbah B3 di RSUD dr Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang,” Jurnal Serambi Engineering., Vol. 3 No 2, 2018.

10. Eka Wardhani, Aldi Prasetya Triatmaja, (2021), “Identifikasi dan Kuantifikasi Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3) Pada Industri X Di Kota Bandung,” Jurnal Serambi Engineering., Vol.

6 No 3, 2021.

11. Eka Wardhani, Rosmeiliyana, (2020), “Identifikasi Timbulan dan Analisis Pengelolaan Limbah B3 di Pabrik Kertas PT X," Jurnal Serambi Engineering., Vol. 5 No 3.

12. Eka Wardhani, Muhammad Viqi Rafianto, (2021). “Pengelolaan LB3 di Perusahaan Listrik Negara PUSHARLIS UP2 WIII Bandung,” Rekayasa Hijau Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan, Vol. 5 No 3, 2021.

13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Referensi

Dokumen terkait

Một số yếu tố ảnh hưởng đến kiệt sức nghề nghiệp ở bác sĩ và điều dưỡng tại một bệnh viện hạng 1 ở Thành phố Hồ Chí Minh, Việt Nam, năm 2020 Nguyễn Ngọc Bích1, Vũ Thái Sơn1 Tóm tắt