• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVOLUSI TEORI MANAJEMEN

N/A
N/A
ghina

Academic year: 2023

Membagikan "EVOLUSI TEORI MANAJEMEN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

EVOLUSI TEORI MANAJEMEN

(Jatmiko, MM., MBA)

I. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG EVOLUSI TEORI MANAJEMEN Perkembangan Pemikiran Manajemen, sama halnya dengan organisasi, konsep manajemen juga memiliki perkembangan yang sama. Bahkan, perkembangan pemikiran manajemen ini relatif “berhimpitan” dengan perkembangan pemikiran organisasi. Tokoh-tokoh pemikirnya pun relatif banyak yang sama. Ini menambah catatan bahwa kedua bidang, organisasi dan manajemen, memiliki kedekatan yang sangat serius.

Ellen A. Benowitz, seperti halnya Stephen P. Robbins, melakukan pemetaan atas perkembangan pemikiran manajemen. Benowitz membaginya menjadi 5 kategori perkembangan pemikiran yaitu : (1) Classical School of Management, (2) Behavioral Management Theory, (3) Quantitative School of Management, (4) Contingency School of Management, dan (5) Quality School of Management. Masing-masing tahap perkembangan pemikiran tersebut masih dibagi lagi ke dalam sub-sub pemikiran.

1. Classical School of Manajemen (Aliran Manajemen Klasik)

Pemikiran ini berkembang selama Revolusi Industri tatkala masalah-masalah baru sehubungan sistem yang berlaku di pabrik bermunculan. Manajer relatif mengalami ketidakpastian seputar bagaimana cara melatih pekerja, karena banyak di antara mereka merupakan imigran dari negara-negara non berbahasa Inggris.

Manajer juga gagap dalam menangani ketidakpuasan para pekerja yang meningkat.Lalu, mereka mulai menguji sejumlah solusi.Hasilnya, teori manajemen klasik terbentuk lewat upaya menemukan “cara terbaik” guna mengerjakan dan memanajemen pekerjaan.Aliran Manajemen Klasik (Classical School of Management) initerdiri atas dua cabang, yakni Saintifik Klasik dan Administrasi Klasik.

1). Aliran Saintifik Klasik (Classical Scientific School)

Aliran ini muncul akibat kebutuhan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Penekanan pada upaya menemukan cara terbaik guna menyelesaikan pekerjaan lewat pengujian bagaimana proses kerja dilakukan dan keahlian yang dibutuhkan

(2)

oleh para pekerja. Aliran ini banyak berhutang pada sejumlah pemikir dominan seperti Frederick Taylor, Henry Gantt, dan Frank serta Lillian Gilbreth.[3]

Diantaranya yaitu Frank dan Lillian Gilbreth. Sepasang suami istri ini merupakan satu tim. Mereka mempelajari gerakan kerja pekerja.Karir awal Frank selaku pemasang bata membuatnya tertarik dan mempelajari metode dan standardisasi kerja.Ia memperhatikan pemasangan bata dan melihat sejumlah pekerja bekerja lambat dan tidak efisien, sementara lainnya produktif. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa setiap pemasang bata menggunakan gerakan yang berbeda.

Dari observasi tersebut, Frank mengisolasi gerakan dasar yang penting untuk melakukan pekerjaan serta membuang gerakan yang tidak perlu. Pekerja yang menggunakan metode baru ternyata mampu meningkatkan output dari 1000 menjadi 2700 per hari. Ini merupakan studi gerakan pertama yang didesain untuk mempertahankan cara terbaik dalam bekerja. Kemudian, Frank dan Lillian Gilbreth mempelajari gerakan kerja menggunakan kamera perekam dan jam. Tatkala suaminya wafat di usia 56, Lillian meneruskan pekerjaan mereka.

Hal yang dipetik dari studi suami isteri ini adalah gagasan dasar seputar manajemen saintifik, yang terdiri atas :

Membangun metode-metode standar baru dalam melakukan pekerjaan. Memilih, melatih, dan mengembangkan pekerja ketimbang mengizinkan mereka memilih sendiri tugas dan pekerjaannya. Membangun semangat kerjasama antara pekerja dan manajemen guna memastikan bahwa pekerjaan harus dilakukan sesuai prosedur.

2). Aliran Administrasi Klasik (Classical Administrative School)

Tatkala Aliran Saintifik Klasik fokus pada produktivitas individual, Aliran Administrasi Klasik berkonsentrasi pada organisasi secara total.Penekanannya pada pembangunan prinsip-prinsip manajerial ketimbang metode kerja.Kontributor pemikiran ini adalah Max Weber, Henri Fayol, Mary Parker Follett, dan Chester Irving Barnard.Teoretisi tersebutmempelajari arus informasi di dalam organisasi dan menekankan pentingnya pemahaman bagaimana organisasi beroperasi.

Max Weber. Akhir 1800-an, menyatakan ketidaksukaannya bahwa banyak organisasi-organisasi di Eropa yang dimanajemen ala keluarga pribadi dalam mana para pekerja hanya setia kepada supervisor masing-masing ketimbang organisasi.Weber yakin bahwa organisasi seharusnya dimanajemen secara

(3)

impersonal dan punya struktur formal, dimana aturan-aturan spesifik dipatuhi adalah penting.Weber tidak berpikir bahwa otoritas didasarkan pada personalitas (individu).Baginya, otoritas seharusnya merupakan sesuatu yang berbaur dengan pekerjaan seseorang (bukan pribadi).Otoritas dapat dipindahkan dari orang yang satu ke orang lainnya.Organisasi yang non personal dan berbentuk obyektif ini disebut birokrasi.

Weber yakin bahwa seluruh birokrasi punya karakteristik berikut :

Hirarki yang Disusun Baik. Seluruh posisi dalam birokrasi dibagi dalam cara yang memungkinkan posisi yang lebih tinggi mengawasi dan mengendalikan posisi yang lebih rendah. Rantai komando tegas ini memungkinkan kontrol atas organisasi secara keseluruhan.

Pembagian Kerja dan Spesialisasi. Seluruh pertanggungjawabandalam organisasi dirinci sehingga setiap pekerja punya kebebasan melakukan tugas-tugas tertentu.Aturan dan Perundangan. Prosedur operasi standar mengatur seluruh kegiatan organisasi guna menyediakan kepastian dan koordinasi.Hubungan Impersonal Manajer dan Pekerja. Manajer harus memelihara hubungan impersonal dengan pekerja sehingga favoritisme dan penilaian subyektif tidak mempengaruhi pembuatan keputusan.Kompetensi. Kompetensi, buka “siapa yang anda kenal”, harus menjadi dasar seluruh keputusan dalam kontrak kerja, penempatan, dan promosi dalam rangka meningkatkan kemampuan kerja dan merit system selaku karakteristik utama dalam organisasi birokrasi.

Dokumentasi. Birokrasi butuh pemeliharaan dokumen lengkap atas segala aktivitasnya.

Mary Parker Follett. Ia menekankan pentingnya organisasi menetapkan tujuan bersama bagi para pekerjanya. Ia mulai berpikir sesuai yang lain dibandingkan teoretisi lain di masanya yang lebih suka bicara hirarki organisasi dan menganggap manusia seperti robot. Follett bicara tentang etika, kuasa, dan kepemimpinan.Ia mendorong manajer agar mengizinkan pekerja berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Follett menekankan pentingnya manusia ketimbang teknik- teknik pekerjaan. Hasilnya, ia menjadi pionir dan kerap dianggap sepele oleh sarjana manajemen di masanya. Namun, waktu berubah, dan gagasan inovatif dari masa lalu tiba-tiba dimaknai secara baru.Banyak yang para manajer lakukan sekarang didasarkan pada dasar-dasar yang Follett bangun 70 tahun silam.

(4)

Chester Irving Barnard. Merupakan presiden New Jersey Bell Telephone Company. Ia memperkenalkan gagasan “organisasi informal.” Organisasi informal adalah klik (kelompok di dalam organisasi yang eksklusif) yang secara alami terbentuk di dalam organisasi.Ia merasa organisasi informal ini punya peran dalam fungsi komunikasi atas seluruh organisasi. Mereka dapat membantu organisasi mencapai tujuan.

2. Teori Manajemen Perilaku (Behavioral Management Theory)

Pertanyaan pasca aliran klasik adalah interaksi dan motivasi individu di dalam organisasi.Prinsip-prinsip manajemen selama periode klasik kurang dapat menyesuaikan diri dianeka situasi.Aliran tersebut kurang dapat menjelaskan perilaku para pekerja.Singkatnya, aliran klasik mengabaikan motivasi dan perilaku pekerja.Hasilnya, muncul aliran perilaku (behavioral). Teori manajemen behavioral kerap pula disebut gerakan hubungan manusia sebab menekankan dimensi manusia dalam pekerjaan. Teoretisi behavioral yakin bahwa pemahaman yang lebih baik atas perilaku manusia dalam bekerja, seperti motivasi, konflik, harapan, dan dinamika kelompok, akan meningkatkan produktivitas.

Elton Mayo. Kontribusi Mayo berawal dari Hawthorne Studies.Mayo dan rekannya F. J. Roethlisberger menyimpulkan bahwa peningkatan produksi merupakan hasil dari perancangan pengawasan supervisor ketimbang perubahan pencahayaan ruangan atau keuntungan-keuntungan lain bagi pekerja.Supervisor mampu memberi pemahaman mengenai keinginannya kepada anak buah, dan ini meningkatkan motivasi dan meningkatkan produktivitas.Kesimpulan utama dari Hawthorne Studies adalah, hubungan antarmanusia dan kebutuhan sosial pekerja adalah aspek kunci bagi manajemen bisnis.Prinsip motivasi manusia ini mendorong teori dan praktek manajemen yang revolusioner.

Abraham Maslow. Seorang psikolog, membangun apa yang kemudian dikenal sebagai Teori Kebutuhan, teori motivasi yang didasarkan pada kebutuhan manusia. Teori Maslow punya 3 asumsi :

Kebutuhan manusia tidak akan pernah terpuaskan.

Perilaku manusia punya tujuan dan dimotivasi oleh kebutuhan untuk mengalami kepuasan.

(5)

Kebutuhan dapat diklasifikasi menurut struktur hirarki dari yang terpenting, dari bawah ke atas.

Hirarki kebutuhan Maslow sebagai berikut :

Kebutuhan Fisiologis. Maslow mengelompokkan seluruh kebutuhan fisik yang diperlukan untuk bertahan hidup manusia, seperti makanan, minuman, ke dalam kategori ini. Setelah kebutuhan fisiologis tercapai, ia bukan lagi berupa motivator.Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan ini mencakup keamanan dasar, stabilitas, perlindungan, dan kebabasan dari rasa takut. Ia merupakan kondisi yang normal bagi setiap individu untuk memuaskan kebutuhan ini. Jika belum terpenuhi, maka ia menjadi motivator.Kebutuhan Pemilikan dan Kasih Sayang. Setelah kebutuhan fisik dan keamanan terpuaskan, mereka bukan lagi motivator.

Lanjutannya, muncul kebutuhan kepemilikan dan kasih sayang selaku motivator utama. Individu mencari hubungan bermakna dengan orang lain didalam organisasi.

Kebutuhan Kebanggaan Diri. Individu harus membangun rasa percaya diri dan ingin meraih status, reputasi, dan kemegahan.Kebutuhan Aktualisasi Diri. Ini adalah kebutuhan manusia untuk menemukan jati dirinya.

3. Aliran Manajemen Kuantitatif (Quantitative School of Management)

Selama Perang Dunia II, matematikawan, fisikawan, dan ilmuwan pasti lain ikut bergabung mengabdi kepada masalah kemiliteran. Aliran manajemen kuantitatif adalah hasil dari riset yang diadakan selama Perang Dunia II. Pendekatan kuantitatif atas manajemen melibatkan penggunaan teknik-teknik kuantitatif seperti statistik, model informasi, dan simulasi komputer untuk membaguskan proses pembuatan keputusan. Aliran ini punya beberapa cabang.

Manajemen Sains. Aliran manajemen sains muncul menyikapi masalah yang berhubungan dengan perang global.Kini, pandangan ini mendorong manajer menggunakan matematika, statistik, dan teknik kuantitatif lainnya untuk membuat keputusan. Manajer dapat menggunakan model komputer untuk menggambarkan cara terbaik, misalnya menghemat uang dan waktu. Manajer menggunakan sejumlah aplikasi sains berikut :

Matematika terapan membantu membuat proyeksi hal-hal penting dalam proses perencanaan.

Model inventory mengendalikan inventaris dan pengorderan barang secara matematis.

(6)

Manajemen Operasi. Manajemen operasi adalah cabang kecil dari pendekatan kuantitatif dalam manajemen. Fokusnya pada pemanajemenan proses pengubahan material, tenaga kerja, dan modal kepada layanan dan barang yang bermanfaat. Output produk dapat berupa barang dan jasa.Manajemen operasi yang efektif konsentrasi pada, baik organisasi manufaktur ataupun jasa. Sumber daya input atau faktor produksi, termasuk ragam bahan mentah, teknologi, modal informasi, dan orang yangdibutuhkan guna menciptakan produk akhir.

Manajemen operasi saat ini memberi perhatian khusus pada tuntutan kualitas, layanan pelanggan, dan persaingan. Proses diawali dengan perhatian pada kebutuhan konsumen: Apa yang mereka inginkan? Dimana mereka menginginkannya?Kapan mereka menginginkannya?Berdasar jawaban atas pertanyaan tersebut, manajer mengerahkan sumber daya dan mengambil tindakan guna memenuhi harapan pelanggan.

Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen adalah salah satu bidang aliran kuantitatif. SIM mengorganisir masa lalu, masa kini, dan proyeksi data baik dari sumber internal maupun eksternal menjadi informasi yang bermanfaat.Informasi tersebut tersedia bagi para manajer di aneka level. SIM juga memungkinkan pengorganisasian data kedalam format yang bermanfaat dan mudah diakses.Hasilnya, manajer dapat mengenali pilihan-pilihan secara cepat, mengevaluasi alternatif menggunakan program pengolah angka, simulasi jika-begini- maka, dan akhirnya, memilih alternatif terbaik berdasar jawaban atas pertanyaan- pertanyaan ini.

4. Aliran Manajemen Kontijensi (Contingency School of Management)

Aliran manajemen kontijensi dapat dirangkum sebagai pendekatan “semua tergantung pada”.Tidakan manajemen yang diharapkan dan pendekatan yang digunakan bergantung pada situasi.Sebab itu, aliran kontijensi juga disebut aliran situasional. Aliran ini muncul sebagai hasil riset tahun 1960-an dan 1970-an dan sekaligus selaku penolakan atas aliran saintifik. Fokus riset-riset tersebut pada faktor- faktor situasional yang mempengaruhi struktur organisasi dan gaya kepemimpinan di aneka situasi berbeda.

Bagi aliran kontijensi, perubahan lingkungan, ketidakmenentuan, teknologi kerja, dan ukuran perusahaan merupakan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi efektivitas di aneka bentuk organisasi.Menurut aliran ini, kondisi aliran saintifik seperti lingkungan yang stabil, sentralisasi, standarisasi, dan spesialisasi

(7)

guna mencapai efisiensi dan konsistensi, telah berubah.Dalam aliran saintifik yang stabil tersebut, kepastian, prediktabilitas, memungkinkan diterapkannya kebijakan, aturan, dan prosedur-prosedur tetap.Namun, kondisi tersebut berubah di aliran kontijensi.

Aliran kontijensi yang berkembang di lingkungan tak stabil menghendaki desentralisasi guna mencapai fleksibilitas dan adaptabilitas.Ketidakmenentuan dan ketidakterukuran membutuhkan metode penyelesaian masalah yang sifatnya non rutin, atau situasional.

Aliran kontijensi ditunjukkan oleh Paul Lawrence dan Jay Lorsch dalam karyanya Organizations and Environment : Managing Differentiation and Integration yang terbit tahun 1967. Dalam karya tersebut, Lawrence and Lorsch berpendapat bahwa unit-unit organisasi yang bergerak dalam lingkungan berbeda mengembangkan karakteristik unit yang juga berbeda.Semakin besar perbedaan internal di antara mereka, semakin besar pula kebutuhan koordinasi antar unit tersebut.

5. Aliran Manajemen Kualitas (Quality School of Management)

Aliran Manajemen Kualitas adalah konsep menyeluruh seputar leading dan operating suatu organisasi.Ia dimaksudkan guna meningkatkan performa kerja organisasi secara terus-menerus dengan fokus pada customer seraya sensitif terhadap kepentingan para stake holder. Dengan kata lain, konsep Manajemen Kualitas fokus pada pemanajemenan organisasi secara total guna menghadirkan pelayanan terbaik pada pelanggan.

Manajemen Kualitas berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya dalam hal sikap manajemen terhadap produk dan terhadap pekerja.Aliran sebelumnya fokus pada volume produksi dan biaya produksi.Kualitas dikendalikan menggunakan metode pindai (pemeriksaan hasil produksi), masalah diselesaikan pihak manajemen, dan peran manajemen didefinisikan planning, menentukan pekerjaan, dan mengendalikan produksi.Manajemen Kualitas berbeda.Ia fokus pada pelanggan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan.

Kualitas manajemen dikendalikan lewat pencegahan, misalnya kualitas dipastikan di tiap-tiap tahapan kerja manajemen. Penyelesaikan masalah lewat tim dan setiap orang bertanggung jawab atas kualitas produk. Peran manajemen adalah mendelegasikan, melatih, memfasilitasi, dan membimbing. Prinsip utama Manajemen

(8)

Kualitas adalah : kualitas, kerja tim, dan manajemen yang pro aktif demi proses peningkatan kinerja.

5.1 Sejarah Evolusi Pemikiran Manajemen

Manajemen perubahan merupakan suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari perubahan tersebut.

Setiap organisasi akan menghadapi kebutuhan untuk melakukan perubahan secara cepat dan dramatis agar dapat bertahan dalam lingkungan yang selalu berubah.

Terkadang perubahan-perubahan terjadi karena dibawa oleh kekuatan dari luar organisasi.

Perubahan organisasi (organizational change) adalah pengadopsian nilai atau perilaku yang baru oleh sebuah organisasi.

Organisasi-organisasi perlu untuk terus menerus beradaptasi pada situasi baru jika ingin bertahan dan berhasil. Satu dari elemen perubahan yang paling dramatis adalah perpindahan pada lingkungan kerja yang digerakkan oleh teknologi, di mana ide-ide, informasi dan hubungan menjadi sangat penting.Banyak perubahan didorong oleh keunggulan-keunggulan dalam teknologi informasi dan internet. Tren-tren baru seperti e-business, perencanaan sumber daya perusahaan, dan manajemen pengetahuan membutuhkan perubahan mendalam dalam organisasi. Perpindahan-perpindahan ini sering kali dihubungkan dengan perkembangan dari organisasi pembelajar (learning organizational), yang merupakan perlambang dari pembelajaran dan perubahan organisasional secara terus menerus.

Organisasi yang sedang belajar secara simultan merangkul dua jenis perubahan yang terencana: perubahan pertambahan nilai (incremental change), yang merujuk pada usaha- usaha organisasional untuk secara bertahap meningkatkan proses operasional dan proses kerja pada bagian yang berbeda dalam perusahaan, dan perubahan transformasional (transformational change), yang melibatkan pendesainan ulang dan pembaruan dan seluruh organisasi.

Pembahasan dan pemahaman perkembangan teori-teori manajemen sangat diperlukan guna memberikan landasan dalam pemahaman perkembangan teori manajemen selanjutnya.

Setiap pandangan dalam teori manajemen akan membantu manajer untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih efektif pada berbagai masalah yang berbeda dalam organisasi yang terus mengalami perubahan.Respon yang dapat dibuat oleh sebuah organisasi adalah untuk mencari atau menciptakan sebuah perubahan untuk dipakai.

(9)

Tiga pandangan utama tentang manajemen dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan klasik (the classical approaches), yang dikenal sebagai aliran manajemen ilmiah (scientific management) dan teori organisasi klasik/prinsip- prinsip administrative (administrative principles) serta organisasi birokrasi (bureaucratic organization) yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan prinsip-prinsip universal untuk berbagai situasi manajemen.

2. Pendekatan sumber daya manusia (the human resources approaches), yang dikenal juga sebagai aliran perilaku, yaitu pendekatan pada studi manajemen tentang kebutuhan manusia,kerja kelompok serta peranan faktor-faktor sosial di tempat kerja.

3. Pendekatan kauntitatif atau pendekatan ilmu manajemen (the quantitative or management science approaches), yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan menggunakan teknik-teknik matematis dalam memecahkan masalah manajemen dalam sebuah organisasi.

Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya, analisis jalur krisis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien, model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum, dan lain-lain.

A. Pendekatan Management Science Aliran kuantitatif (management science) Merupakan ilmu manajemen yang berdasarkan teknik-teknik matematis untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, biasanya digunakan dalam kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen aliran khas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan sumber daya

manusia dan sebagainya. Pendekatan modern (modern approaches), yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan pandangan sistem dan pemikiran kontingensi berdasarkan komitmen terhadap mutu dan kinerja yang tinggi.

B. Pendekatan Manajemen Modern

(10)

Berkembangnya pendekatan dalam ilmu manajemen menunjukkan bahwa tidak ada satu teoriyang dapat diterapkan secara universal dalam segala situasi.Perkembangan teori manajemen terus mengalami penyesuaian seiring tuntutan lingkungan organisasi yang berubah secara dinamis.Sehingga manajer dan organisasi harus menanggapi perbedaan-perbedaan tersebut melalui strategi manajerial memberi kesempatan terhadap perkembangan sejumlah bakat dan kemampuan anggota-anggota organisai.Landasan utama pendekatan ini adalah manajemen sebagai sistem dan manajemen dengan pendekatan kontingensi.

Pendekatan Sistem (System Approaches)Pendekatan sistem dalam manajemen artinya memandang organisasi sebagai suatu satu kesatuan yang menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Pada dasarnya sistem merupakan sub sistem-sub sistem yang saling berhubungan dan saling bergantung. Manajemen memandang sistem sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka.

Manajemen sistem tertutup memusatkan pada hubungan-hubungan dan konsistensi internal (kesatuan perintah, rentang kendali, wewenang dan delegasi) sedangkan sistem terbuka mempertimbangkan pengaruh lingkungan, tetapi secara fungsional tidak menghubungkannya dengan konsep-konsep dan teknik- teknik manajemen yang mengarahkan ke pencapaian tujuan.

Pendekatan Kontingensi (Contingency Approaches)Pendekatan ini memandang bahwa tugas manajer adalah mengidentifikasikan teknik di manapada situasi tertentu, di bawah keadaan tertentu dan pada waktu tertentuakan membantu pencapaian tujuan manajemen.Perbedaan kondisi dan situasi membutuhkan aplikasi dan teknik manajemen yang berbeda,karena tidak ada teknik, prinsip dan konsep universal yang dapat diterapkan dalam seluruh kondisi.

Pendekatan ini memasukkan variable-variabel lingkungan dalam analisanya, karena perbedaan kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda pula.

C. Pendekatan Manajemen Klasik Aliran klasik, terdiri dari :

a) Manajemen Ilmiah

Tokoh utama aliran ini adalah Frederick Winslow Taylor yang menulis buku Scientific Management.Taylor memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan

(11)

pendekatan ilmiah pada manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai efisiensi.

Teori Manajemen - Manajemen Ilmiah (Frederick Winslow Taylor)

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan."

Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama-sama nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya.Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan. Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah: Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut.Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja.Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu.Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya.Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian,

(12)

penggerakan, dan pengontrolan.Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugastersebut.Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth.Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional.

Empat prinsip dasar manajemen ilmiah, yaitu :

1. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen, agar metode yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.

2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas suatu tugas sesuai dengan kemampuannya.

3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah karyawan 4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan karyawan

Teknik pencapaian efisiensi yang dikembangkan untuk melaksanakan prinsip- prinsip tersebut adalah studi gerak dan waktu, pengawasan fungsional, sistem upah perpotongan differensial,kartu instruksi, pembelian dengan spesifikasi dan standardisasi pekerjaan, peralatan, dantenaga kerja.

b) Prinsip-Prinsip Administratif

Tokoh utama aliran ini adalah Henry Fayol, indsutrialis Perancis yang menulis buku ‘Administration Industriele et Generale’, mengemukakan 5 unsur manajemen POACC (fungsionalisme Fayol).

Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan yang saling bergantung yaitu :

1. Teknik, produksi dan manufacturing produk.

2. Komersial, pembelian bahan baku dan penjualan produk 3. Keuangan, perolehan dan penggunaan modal

4. Keamanan, melindungi para karyawan dan kekayaan perusahaan 5. Akuntansi, pelaporan dan pencatatan keuangan

6. Manajerial, penerapan fungsi POACC

Empat belas prinsip manajemen Fayol yaitu :

1. Pembagian kerja, spesialisasi meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja

(13)

2. Wewenang, hak untuk memberi perintah dan untuk dipatuhi 3. Disiplin, respek, dan ketaatan pada peranan dan tujuan organisasi

4. Kesatuan perintah, setiap karyawan hanya menerima intruksi tentang kegiatan tertentu dariseorang atasan.

5. Kesatuan pengarahan, operasi-operasi organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.

6. Meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum.

7. Balas jasa, kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil bagi karyawan dan pemilik.

8. Sentralisasi, ada keseimbangan yang tepat antara sentralisasi (pengambilan keputusan terpusat) dan desentralisasi (memberikan peranan dalam pembuatan keputusan kepada karyawan.

9. Rantai scalar, garis perintah dan wewenang yang jelas.

10.Order, kebutuhan sumber daya harus ada pada waktu dan tempat yang tepat.

11.Keadilan, harus ada persamaan perlakuan dalam organisasi.

12.Kestabilan staff, tingkat perputaran karyawan yang tinggi tidak baik untuk perkembanganperusahaan.

13.Inisiatif, adanya kebebasan karyawan menjalankan pekerjaan sesuai rencana pertama.

14.Semangat korps, kesatuan adalah kekuatan, menekankan mendorong komunikasi lisan bila memungkinkan. Marry Parker Follet memberikan pandangan terhadap prinsip-prinsip administratif dalam bukunya ‘Dynamic Administration: The Collected Papers of Mary Parker Follet´ sebagai berikut :

Tugas manajer adalah membantu karyawan untuk saling bekerja sama mencapai kepentingan-kepentingan yang terintegrasi.Rasa memiliki terhadap perusahaan menciptakan rasa tanggung jawab kolektif. Permasalahan dalam bisnis melibatkan banyak factor yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan hubungan antar faktor pemberian pelayanan dan keuntungan perusahaan harus dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat.

(14)

c) Teori Organisasi Birokrasi, yang dikemukakan Max Waber menyatakan tentang konsep birokrasi yaitu : sebuah bentuk organisasi yang ideal dengan tujuan yang rasional serta sangat efisien yang didasarkan atas prinsip-prinsip yang masuk akal, teratur serta wewenang formal.

Beberapa karakteristik konsep birokrasi Weber, yaitu pembagian tugas yang jelas, pekerjaan ditentukan secara jelas menjadikan karyawan lebih terampil terhadap pekerjaan itu. Hierarki wewenang yang jelas, posisi wewenang dan tanggung jawab ditentukan dengan jelas, setiap posisi melaporkan pada posisi lain yang lebih tinggi. Aturan dan prosedur formal, petunjuk tertulis yang mengatur setiap perilaku dan keputusan dibuat secara formal.Impersonal, aturan dan prosedur diterapkan secara menyeluruh, tidak ada yang mendapat perlakuan khusus.Jenjang karier didasarkan atas kualitas, karyawan dipilih dan dipromosikan berdasarkan kemampuan dan kinerja, manajer harus karyawan yang profesional.

5.2 Manajemen Kontemporer

Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen :

A. PendekatanSistem

Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.

Organisasi sebagai suatu system akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan.

Pada proses selanjutnya pendekatan inilah yang selama ini digunakan dalam system manajemen pendidikan di indonesia. Sebelum munculnya system pendekatan-pendekatan yang baru.

1. Input organisasi : dari lingkungan, contoh : bahan mentah, manusia, modal keuangan,dan informasi

(15)

2. Proses Transformasi : kegiatan dalam organisasi, contoh : system produksi, system pengendalian, administrasi

3. Output : kelingkungan, contoh : produk, keuntungan, informasi Feedback :Umpanbalik

B. PendekatanSituasional (Contingency)

Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas manajementer gantung pada situasi yang melatar belakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum tentu efektif apabila digunakan di situasilainnya. Tugas manajer adalah mencari teknik yang paling baik untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu.Pendekatan situasi onal memberikan “reseppraktis” terhadap persoalan manajemen. Tidak mengherankan jika pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa kompleksitas situasi manajerial, membuat manajerfleksibel atau sensitive dalam memilih teknik-teknik manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang ada.

Namun pendekatan ini dalam perkembangannya dikritik karena tidak menawarkan sesuatu yang baru. Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin manajemen baru, yang mempunyai batas-batas yang jelas.

C. Pendekatan Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation)

Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sis positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif, dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat dikembangkan lebih lanjut. Tokoh yang dapat disebut mewakili aliran ini adalah W. Edward Deming, yang mengembangkan prinsip-prinsip manajemen seperti Fayol yang berfokus pada kualitas kerja dan hubungan antar karyawan.

Theory Z-How American Business Can Meet the Japanese Challenge. Menggabungkan manajemen gaya Amerika Serikat (tipe A) dengan gaya Jepang (tipe J). Perbedaan :

(16)

1. Jangka waktu ikatan kerja 2. Cara pengambilan keputusan 3. Lokasi tanggung jawab

4. Jangka waktu evaluasi & promosi 5. Mekanisme pengendalian

6. Spesialisasi karir

7. Perhatian terhadap karyawan

Contoh :

perusahaan Jepang diwakili oleh ikatan kerja seumur hidup dan pengambilan keputusan bersama. Perusahaan Amerika yang sukses ternyata tidak menerapkan tipe Akonvensional. Perusahaan tersebut menggabungkan prinsip tipe A dengan tipe J. Sebagai contoh, perusahaan tersebut menerapkanikatan kerja jangka waktu lama, dalam arti tidak pendek sepert itipe A dan tidak seumur hidup seperti tipe J. Ouchi menyerahkan pengambilan keputusan bersifat partisipatif melibatkan sejumlah besar karyawan, dan tanggung jawab merupakan fungsi bersama, hasil dari proses kelompok atau tim. Dalam perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan sebagai aliran manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup popular baik dilingkungan akademis maupun praktis. Ide-ide pendekatan tersebut banyak mempengaruhi praktek manajemen saat ini.

II. MODEL EVOLUSI TEORI MANAJEMEN 1. Teori Perilaku.

Teori Kuantitatif (Riset Operasi dan ilmu manajemen):

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.

(17)

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.

Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids". Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford. Ditandai dengan perkembangan tim-tim riset Operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri, sejalan dengan perkembangan dunia teknologi, prosedur-prosedur riset operasional kemudian diformulasikan dan disebut dengan aliran Management Science.

Langkah-langkah pendekatan Management Science adalah sebagai berikut : a. Perumusan maslah.

b. Penyusunan suatu model matematis.

c. Mendekatkan penyelesaian dari model.

d. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model.

e. Penetapan pengawasan atas hasil-hasil.

f. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi

2. Teori Ilmu Manajemen

Pendekatan masalah manajemen dengan penggunaan teknik matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan. Riset Operasi (Operational research) : teknik matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan masalah manajemen. Kontribusi studi perilaku ada dua kelompok, yatu memberikan penekanan pada orang yang ada dalam pekerjaan dari pada jenis pekerjaan itu sendiri.

1. Hawthorne merupakan bagian dari human relation movement (gerak-gerik hubungan manusia), pertama memahami mengenai ornag yang bekerja dalam organisasi.

2. Kelompok system social, menghasilkan kumpulan materi organizational behavior (perilaku organisasi)

Reaksi berantai yang menghubungkan kebutuhan pekerja dengan perusahaan adalah:

(18)

1 . Mengetahui kebutuhan bekerja

2 . Memotivasi pekerja untuk melakukan pekerjaan demi tercapainya tujuan perusahaan

3 . Kerja dijalankan

4 . Tercapainya tujuan perusahaan

3. Teori Keputusan Manajemen

Kelompok teori keputusan menekankan penggunaan teknik kuantitatif dalam pembuatan keputusan. Keputusan dibedakan menjadi (Herbert A.Simon):

a. Keputusan terprogram dalah keputusan yang berulang-ulang dan rutin dan dapat dijelaskan dalam prosedur.

b. Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang baru dan tak tersusun dan tidak ada metode yang jelas untuk membuatnya Model matematis untuk model bisnis adalah model EOQ (economic order quantity),

4. Teori Kuantitatif

ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri yang didasarkan atas suksesnya team riset operasi Inggris.

Langkah-langkah pendekatan management science:

a . Perumusan masalah

b . Penyusunan suatu model sistemastis c . Mendapatkan penyelesaian dari model

d . Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model e . Penerapan pengawasan atas hasil-hasil

f. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi

5. Arah Evolusi Teori Manajemen

Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen di masa mendatang

1. Dominan : Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna

2. Divergence : Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri

(19)

3. Convergence : Aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan- batasan diantara mereka cenderung kabur

4 . Sintesa : Masing-masing aliran berintegrasi

5 . Proliferation : Akhirnya ada kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.

DAFTAR PUSTAKA :

1. Stoner, Freeman & Gilbert JR, “ Management”,Prenhallindo,1995 2. Koontz, O’Donnell & Weihrich, “Management”, Erlangga Jakarta, 1991

3. T. Hani Handoko, “Manajemen”, BPFE-Yogyakarta, Cetakan ke empatbelas, Maret 1999.

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen

• Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan

yang dikenal sebagai aliran manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik serta organisasi birokrasi …….yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan prinsip-prinsip universal

Analisis penelitian akuntansi keuangan dan manajemen keuangan berbasis pasar modal mempunyai kerangka pemikiran dari implementasi berkembangnya pendekatan teori akuntansi

Perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih

Perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih

Proposisi yang penulis ajukan adalah: (1) untuk menjadi seorang manajer yang efektif, maka seorang manajer harus menguasai keseluruhan teori manajemen mulai dari manajemen klasik

Teori evolusi adalah perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam pada variasi gen dalam suatu individu spesies yang menghasilkan perkembangan spesies baru..