HUBUNGAI\I MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN TINGKAT KEPUASAN KEITIA PEGAWAI SERTA I}trLIKASINYA I}ALAM
LAYANAN BIMBINGAN DAN
KOITTSELING(studi terhadap
PegawaiBiro umum Kantor Gubernur
SumateraBarat) JURNAL
Wl
,}*-"^'
AI\IG}GUN
SEPTI MULYANI I[PM:
11060276\&
PROGRAM STUDI BIMBINGAI\I DAN KONSELING SEKOLAH TING'GI KEGT]RUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PAI}AI\IG
2016
Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Serta Implikasinya Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling ( Studi terhadap Pegawai Biro Umum Kantor Gubernur Sumatera Barat)
By:
Anggun Septi Mulyani * Fifi Yasmi, M. Pd **
Yasrial Chandra, M. Pd **
*Student
** Lecturers
Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Work satisfaction on performing tasks is really important for showing on someone’s productivity. Increasing the employee’s work result plays a vital role because it is related to the organization goals. In a working world, achievement motivation is an important component for employees in order to reach the goals and it is completed by an individual leadership to satisfy their needs. The purposes of the research are to describe about the description of employee’s motivation on achievement in West Sumatra Governor’s Office; to get the employee’s work satisfaction level in West Sumatra Governor’s Office; to draw the relationship between achievement motivation and employee’s work satisfaction level in West Sumatra Governor’s Office; and implication of research result toward the Guidance and Counseling.
This research used descriptive approach with correlation statistic analysis. The population was 52 general bureau employees. The sampling technique used was total sampling.
The instrument was questionnaire. Data were analyzed by using percentage and technique of correlation in Microsoft Excel 2007 and SPSS version 20.
Based on the research result in West Sumatra Governor’s Office, generally, the employees have high achievement motivation. Then, employee’s work satisfaction is in the level of high enough. It is also found that there is a significant relationship between achievement motivation and work satisfaction. It is recommended to the counselor that for those employees who have low achievement motivation and work satisfaction level need to be motivated to improve and get achievement in their work.
PENDAHULUAN
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya hanya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan (Hasibuan, 2010: 92).
Pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan, bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri seseorang atau individu untuk melakukan suatu hal atau suatu tujuan.
McClelland and Heckhausen (Mangkunegara, 2009: 103) menyatakan bahwa “motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu dalam mencapai
sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keberhasilan, yaitu dengan membandingkan prestasinya sendiri sebelumnya maupun dengan prestasi orang lain”. McClelland secara terperinci pada teori motivasi berprestasinya yang dikutip dari Mangkunegara, (2009: 103) menyatakan
“motivasi berprestasi bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik- baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji”.
Sementara itu Prantiya, (Wibowo, 2007: 214) menyimpulkan “motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang mendorong seseorang untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini dapat berupa kesempurnaan tugas, dapat diri sendiri atau prestasi orang lain”. Abraham Maslow mengemukakan teorinya mengenai kebutuhan manusia,
kebutuhan-kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan fisiologis (seperti makan, minum), kebutuhan akan rasa aman tentram, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Kebutuhan untuk berprestasi merupakan kebutuhan manusia pada peringkat yang tertinggi.
Selain hal tersebut McClelland (Mangkunegara, 2009: 103) membedakan tiga kebutuhan pokok manusia. Ketiga kebutuhan tersebut adalah “kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan berkuasa”. Menurut Hall dan Lindzey, (Wibowo, 2007: 213) “motif berprestasi sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi yaitu menguasai, mengatur lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi rinangan atau memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melebihi prestasi yang lampau dan mempengaruhi orang lain”.
Menurut Atkinson (Wijono, 2010:
50 “motivasi berprestasi adalah kecenderungan seseorang mengadakan reaksi untuk mencapai tujuan dalam suasana kompetisi, demi mencapai tujuan yaitu apabila prestasi yang dicapai melebihi aturan yang lebih baik dari sebelumnya. Khususnya yang menantang dan mempunyai reward yang bersifat intrinsik. Individu yang mempunyai motif berprestasi yang tinngi mempunyai motif untuk meraih sukses”.
Berdasarkan teori dan pendapat para ahli tentang motivasi berprestasi di atas maka peneliti peroleh kesimpulan, motivasi berprestasi adalah dorongan untuk bekerja habis habisan untuk mencapai sukses, seperti motivasi untuk bekerja, berprestasi lebih baik, mendapatkan nilai lebih baik, dan lebih berkualitas dari hari ke hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di kantor gubernur Sumatera Barat pada bulan Januari 2016. Penelitian ini akan mengacu pada motivasi berprestasi dan tingkat kepuasan kerja di kantor gubernur Sumatera Barat dimana peneliti akan melihat motivasi berprestasi pegawai dan hubungannya dengan tingkat kepuasan kerja di Kantor Gubernur Sumatera Barat serta implikasinya dalam layanan Bimbingan dan Konseling.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan analisis
statistik korelasional. Menurut Yusuf (2007:
83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena seacara detail”.
Menurut Yusuf (2007: 84) menjelaskan
“Penelitian korelasional merupakan suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan satu dengan ubahan yang lain”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian korelasional melihat keterkaitan variabel satu dan variabel lainnya.
HASIL PENELITIAN
1. Motivasi berprestasi pegawai kantor Gubernur Sumatera Barat
Berdasarkan hasil penelitian motivasi berprestasi 32 dari 52 pegawai yang memiliki motivasi berprestasi yang cukup tinggi (CT) dengan presentase tetinggi 61,54%, kemudian 14 dari 52 pegawai memiliki motivasi berprestasi yang tinggi (T) dengan presentase 26,92%, 5 dari 52 pegawai memilki motivasi berprestasi yang rendah (R) dengan presentase 9,62%
dan 1 dari 52 pegawai memiliki motivasi berprestasi yang tinggi (T) dengan persentase 1,92% dari keterangan di atas bahwa mayoritas pegawai biro umum di kantor Gubernur Sumatera Barat memiliki motivasi yang cukup tinggi (CT). Pegawai yang memiliki motivasi berprestasi yang cukup tinggi sudah dapat di katakan bahwa belum sepenuhnya yakin dengan kemampuanya dengan katalain masih mempunyai keraguan ketika melakukan sesuatu. Berbeda dengan pegawai yang memiliki motivasi yang rendah cenderung akan cenderung kurang bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
2. Kepuasan kerja pegawai kantor Gubernur Sumatera Barat
Berdasarkan hasil penelitian kepuasan kerja pegawai kantor gubernur Sumatera Barat 33 dari 52 pegawai memiliki kepuasan kerja yang cukup tinggi dengan persentase 63,46% (CT) dengan persentase 63,46%, 16 dari 52
pegawai memiliki kepuasan kerja yang tinggi (T) dengan persentase 30,77%, 3 dari 52 pegawai memiliki kepuasan kerja rendah dengan persentase 5,77%
(R).Pegawai yang memiliki kepuasan kerja yang cukup tinggi sudah dapat dikatakan puas dalam melaksanakan pekerjaan. Sedangkan pegawai yang memiliki kepuasan kerja yang rendah akan cenderung melakukan pekerjaan dengan kurang adanya motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan dengan sebaik mungkin.
Terkait dengan kepuasan kerja Wexley dan Yuki (1977: 98) mendefenisikan kepuasan kerja “is the way an employee feels about his or her job” (adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya). Berdasarkan pendapat Wixley, dan Yuki tersebut diatas “kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaannya melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan pendidikan”.
3. Hubungan motivasi berprestasi dengan tingkat kepuasan kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan men genai hubungan motivasi berprestasi dengan kepuasan kerja di kantor Gubernur Sumatera Barat, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan kepuasan kerja. Dari hasil korelasi motivasi berprestasi (variabel X) dengan kepuasan kerja (variabel Y) terdapat hubungan yang signifikan karena rhitung >
rtabel (0,833 > 0,248), dengan keeratan
korelasi sangat kuat.
Walaupun demikian, motivasi berprestasi ini adalah hal yang signifikan memberikan pengaruh dengan kepuasan kerja pegawai biro umum di kantor
gubernur Sumatera Barat. Jadi keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja .
Terkait dengan motivasi dan kepuasan kerja Wibowo (2007: 323) menjelaskan “motivasi dan kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan dapat menurunkan komitmen organisasional ataupun meningkatkan komitmen organisasional karyawan”.
Karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan meningkatkan kinerja sehingga akan berdampak pada meningkatnya keberhasilan perusahaan serta kepuasan terhadap karyawan.
Karyawan yang bekerja dengan senang hati dan tanpa adanya paksaan akan memberikan hasil yang baik dan akan menumbuhkan komitmen organisasional karyawan terhadap perusahaan.
Secara konsep motivasi memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan kerja.
Menurut konsep Value Theory, kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di manahasil pekerjaan diterima individu seperti yang diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas.
Dengan terciptanya kepuasan kerja yang merupakan sikap positif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka, maka akan tercapainya kinerja individual tersebut (Wibowo, 2007: 325).
4. Implikasi layanan bimbingan konseling terhadap Pegawai kantor gubernur Sumatera Barat
Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat adanya beberapa pegawai biro umum yang memiliki motivasi rendah serta kepuasan kerja yang kurang. Maka peneliti bermaksud untuk membantu pegawai dalam meningkatkan motivasi berprestasi dan kepuasan kerja pegawai di kantor gubernur Sumatera Barat diantaranya yaitu:
a. Layanan Informasi
Menurut Prayitno dan Amti (2013:
259) layanan informasi adalah layanan yang memberikan pemahaman kepada individu yang berkepentingan berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Adapun materi layanan
informasi yang perlu diberikan pada pegawai kantor gubernur Sumatera Barat yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah dan kepuasan kerja di biro humas yang kurang adalah informasi tentang cara dalam meningkatkan produktivitas kerja, dan kiat-kiat dalam meningkatkan motivasi berprestasi. Materi ini diberikan karena pegawai yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan menurunkan produktivitas dari diri pegawai.
b. Layanan Konseling Perorangan Materi ini perlu diberikan agar pegawai yang memiliki motivasi berprestasi rendah dan kepuasan kerja yang kurang dapat meningkatkan produktivas sehingga bisa mendapatkan umpan balik yang positif dalam lingkungan pekerjaan.
c. Layanan bimbingan kelompok
Materi ini perlu diberikan konselor kepada pegawai kantor gubernur untuk dapat menigkatkan produktivitas kerja pegawai dengan memberikan topic tugas atau topic bebas terkait dengan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pegawai kantor gubernur Sumatera Barat.
Menurut Prayitno (2004: 206) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain- lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan pegawai secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari- hari baik sebagai individu maupun sebagai pegawai, anggota keluarga dan masyarakat.
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan
perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang dimiliki.
Dalam pelayanan bimbingan kelompok ini maksimal anggota bimbingan kelompok 12 orang, dan pelayanan ini pemimpin kelompok atau konselor bisa memberikan topik tugas yang materi layanannya dapat di pilih oleh pegawai sendiri sedangkan topik tugas materi layanan di tentukan oleh konselor yang materi layanannya seperti kerjasama yang baik dalam kelompok atau tim yang nantinya akan diadakan di kantor gubernur Sumatera Barat.
d. Layanan konsultasi
Layanan konsultasi ini bisa dipakai apabila masalah yang dihadapi pihak ketiga tidak terentaskan seperti seorang atasan yang mengkonsultasikan tentang kinerja pegawai kepada konselor.
Menurut Prayitno (2004: 1), layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak ketiga”. Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti.
Konsultasi dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti-konsulti itu menghendakinya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 6) dijelaskan bahwa layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu pegawai dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah pegawai.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan tingkat kepuasan kerja pegawai serta implikasinya dalam layanan bimbingan dan konseling (studi terhadap pegawai kantor gubernur
Sumatera Barat. Temuan peneliti ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Motivasi berprestasi pegawai biro umum di kantor gubernur Sumatera Barat berada dalam kategori cukup tinggi
2. Tingkat kepuasan kerja pegawai biro umum di kantor gubernur Sumatera Barat berada dalam kategori tinggi 3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara motivasi berprestasi dengan tingkat kepuasan kerja pegawai biro umum di kantor gubernur Sumatera Barat.
4. Implikasinya dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu melalui pelaksanaan layanan seperti layanan inormasi, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling perorangan dan layanan konsultasi.
B. Saran
1. Pegawai Biro Umum
Hasil temuan penelitian pada pegawai biro umum bagi yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah dan kepuasan kerja yang kurang di harapkan pegawai mampu memotivasi diri untuk berprestasi sehingga memperoleh tingkat kepuasan kerja yang tinggi dalam bidang pekerjaan.
2. Pengelola Program Studi
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru BK yang memiliki WPKNS (Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan Sikap) terutama dalam motivasi berprestasi.
1. 3. Bagi Guru BK / Konselor
Melaksanakan pelayanan Bimbingan dan Konseling di instansi agar kinerja pegawai lebih maksimal.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengenal dan memahami lebih luas mengenai motivasi berprestasi, selain itu penelitian ini juga akan membantu peneliti menghadapi dunia kerja nantinya.
4. 5. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman atau sebagai dasar penelitian tentang motivasi berprestasi dan kepuasan kerja.
KEPUSTAKAAN
Hasibuan, Malayu. 2010. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Buku 2, Terjemahan, Jakarta: Salemba Empat.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2009.
Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Prayitno. 1997. Layanan Konseling Untuk Para Pekerja. Padang: IKIP Padang.
Prayitno, dan Erman Amti. 2013. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling.
Rineka Cipta: Jakarta
Wibowo. 2007. Perilaku Dalam Organisasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Indusrtri dan Organisasi : Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group.
Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang. UNP Press.
Yusuf, A Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Bandung: UNP Press.