• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fără titlu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Fără titlu."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG MENDASARI INTERA.KSI SOSIAL MAHASISWA PPLBK DENGAN GURU DI SEKOLA.H PRAKTIK

(Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di

Sekolah;

ARTIKEL

/at /,

aotf,

fl* flur^,3 sd

\j

V''lv' vtf

?'' ' \. g,'"f---'-'

V\,'X

T, '"/*

V

Oleh:

RIZKY PUTRA NPM:10060223

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

FAKTOR YANG MENDASARI INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA PPLBK DENGAN GURU DI SEKOLAH PRAKTIK

(Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah)

Oleh:

Rizky Putra

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

This research was motivated by the PPLBK students who are not able to interact socially with students and even teachers have not been able to communicate well. The purpose of this study to describe the factors underlying social interaction PPLBK students with teachers in schools in terms of: 1) Imitation, 2) suggestions, 3) Identification, 4) Sympathy. This research is quantitative descriptive. The population in this study were students at the School PPLBK as many as 294 people. The sampling technique is done by simple random sampling. The number of samples in this study 75 students. Data were obtained through a questionnaire. The data were processed using analytical techniques percentage. The results of this study revealed that Factor Underlying Social Interaction Students PPLBK with Practice School Teachers at the high category. Judging from: 1) Factors imitation at the high category, 2) Factors suggestion at the high category, 3) Factors imitation at the high category, 4) factor of sympathy at the high category.

Keywords: social interaction

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, yang mana pendidikan akan mendorong manusia untuk belajar aktif, mandiri dan memberdayakan semua potensi yang ada dalam dirinya.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Dewey (Salahudin, 2013: 80) pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut pola pikir atau daya intelektual maupun daya emosinal atau perasaan yang diarahkan pada tabiat manusia dan sesamanya.

Menurut Dewantara pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak), dalam taman peserta didik tidak boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu agar kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya. Menurut Bratanata (Salahudin, 2013: 80) pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.

Hal ini sesuai dengan visi pendidikan nasional dalam UU No. 20/2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), salah satu misi yang dilakukan adalah meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.

Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: sarana prasarana, lingkungan pendidikan, manajemen

(3)

pendidikan, dana dan tenaga pendidik.

Kualitas tenaga pendidik mempunyai peranan yang relatif besar dalam peningkatan kualitas pendidikan, karena tenaga pendidiklah yang berhadapan langsung dengan peserta didik, mengelola kelas, membimbing siswa dan memberikan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan pada halaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena pendidikan bisa mewariskan budaya kepada generasi penerusnya berupa pengetahuan, keterampilan, nilaidansikap, sehingga manusia menjadi lebih terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.

STKIP PGRI Padang sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ikut ambil bagian dalam menghasilkan tenaga-tenaga guru yang berkualitas. Ditegaskan dalam buku Pedoman STKIP PGRI padang bahwa STKIP mempunyai tujuan untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang tepat dan dapat mengembangkan kemampuan personal, profesional dan sosial yang berlandaskan kepada ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana guru, mahasiswa PPLBK tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai kompetensi guru serta layanan dalam bimbingan dan konseling disekolah tetapi mahasiswa PPLBK juga dituntut untuk dapat berinteraksi dengan baik dengan peserta didik diluar sekolah dan mampu merealisasikan layanan kepada peserta didik diluar sekolah yang didasari dari interaksi sosial yang baik antara peserta didik dengan mahasiswa PPLBK.

Untuk mencapai hal tersebut, maka STKIP PGRISumatera Barat telah menyelenggarakan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLBK). PPLBK yang merupakan mata kuliah dengan bobot 6 SKS harus diselesaikan oleh semua mahasiswa program studi kependidikan Strata Satu (S1). Dalam Program Pengalaman Lapangan Kependidikan ini mahasiswa dikirim ke sekolah-sekolah untuk mengaplikasikan semua pengetahuan yang diperoleh selama diperkuliahan, baik tentang materi pelajaran maupun tentang teknik-teknik dalam pembelajaran. Selanjutnya dalam buku petunjuk pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (2010: 1) dinyatakan bahwa, “Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bertujuan untuk melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan

menggunakan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dalam situasi nyata, baik untuk kegiatan mengajar maupun tugas-tugas non mengajar”.

Menurut Desmita (2009:39) Interaksi sosial merupakan suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi hukuman atau ganjaran dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.

Hubungan antar dua orang atau lebih dimana perilaku individu mempengaruhi dan mengubah individu lain dan sebaliknya (Ali.

2004).

Interaksi sosial sangat menentukan tinggi rendahnya seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.

Interaksi sosial merupakan salah satu unsur yang menentukan keakraban hubungan guru dan murid yang tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.

Interaksi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik/tenaga kependidikan lain, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Selanjutnya, dalam pengertian lain, terdapat kriteria yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Menurut Ahmadi (2009:52) ada empat macam interaksi sosial yaitu:

a. Imitasi

Imitasi adalah proses meniru yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial

b. Sugesti

Sugesti adalah proses mempe- ngaruhi dari seseorang kepada orang lain. Prosesnya akan efektif apabila penerima sugesti berada dalam kedudukan yang lebih rendah, dalam keadaan mental yang tidak seimbang, atau apabila pemberi adalah orang yang lebihberwibawa.

c. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan untuk menjadi sama dengan orang lain yang menjadi idolanya.

Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari imitasi, karena kepribadian seseorang dapat dibentuk dalam proses ini.

d. Simpati

Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang mulai tertarik kepada orang lain. Ketertarikan

(4)

menyebabkan seseorang cendrung ingin selalu berhubungan.

Menurut (Rubin Adi Abraham) kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan ,orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru yang memiliki interkasi sosialyang baik, dibuktikan dengan proses pembelajaran yang baik dan pencapaian prestasi peserta didik yang membanggakan. Kususnya guru bimbingan dan konseling harus memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik dengan seluruh lingkungan disekolah agar mampu merealisasikan seluruh layanan.

Berdasarkan dari observasi pada tanggal 26 November 2015 disalah satu sekolah praktik yaitu di SLTP 16 Negeri Padang, terlihat beberapa masalah salahsatu diantaranya yaitu adanya mahasiswa PPLBK ini kurang mampu dalam berinteraksi sosial yang baik dengan peserta didik bahkan dengan guru sekolah, adanya mahasiswa PPLBK kurang dihargai karena kurang mampu berkomunikasi yang baik denganguru sekolah.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu guru di sekolah pada tanggal 26 November 2015 di ruang BK, terlihat adanya mahasiswa PPLBK kurang dihargai karena kurang mampu berkomunikasi yang baik dengan guru sekolah, adanya mahasiswa PPLBK yang hanya berinteraksi hanya sesama mahasiswa PPLBK saja, adanya mahasiswa PPLBK yang kurang bertegur sapa dengan guru di sekolah.

Berdasarkan fenomena yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap temuan kasus tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah

“Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)”.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu :

1. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi imitasi.

2. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi sugesti.

3. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi identifikasi.

4. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi simpati.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan “Bagaimana faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah praktik (studi terhadap mahasiswa pplbk di sekolah)?”

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi imitasi.

2. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi sugesti.

3. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi identifikasi.

4. Faktor yang mendasari interaksi sosial mahasiswa PPLBK dengan guru sekolah dilihat dari segi simpati.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Lehmann (Yusuf, 2005:83) “penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mengambarkan fenomena secara detail”.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PPLBK Sekolah angkatan 2012 pada semester ganjil pada tahun 2015 yang berjumlah 294 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah 75 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Bungin (2005: 131) “Data interval adalah data yang punya ruas atau interval atau jarak yang berdekatan dan sama”.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini mahasiswa PPLBK sekolah angkatan 2012, sedangkan data sekunder diperoleh dari guru sekolah dan data dari UPPL STKIP PGRI Sumatera Barat.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Husaini dan Purnomo (2009: 50) mengemukakan angket ialah daftar pertanyaan atau pernyataan yang memerlukan jawaban yang dikirimkan melalui responden baik secara langsung maupun tidak lansung. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase.

(5)

Menurut Sudijono (2005:43) persentase dapat dihitung dengan rumus:

P = x 100%

Keterangan : P = persentase F = frekuensi N = jumlah sampel 100 = jumlah angka mutlak

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)

Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) berdasarkan kriteria pengelompokan data deskriptif hasil penelitian, maka diperoleh hasilbahwa sebanyak 19 orang mahasiswa memiliki faktor interaksi sosial yang sangat tinggi dengan persentase (25.33), 43 orang mahasiswa memiliki faktor interaksi sosial yang tinggi dengan persentase (57.33), dan 13 orang mahasiswa memiliki faktor interaksi sosial yang cukup tinggi dengan persentase (17.34).

Jadi,Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik yang cukup mendasari interkasi mahasiswa.

Menurut Ahmadi (2009:132)

“Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain”.Selanjutnya menurut Bonner (Ahmadi, 2009:54) dalam bukunya social psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut: “ interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan inividu yang lain atau sebaliknya.

Berinteraksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau

sebaliknya. Pengertian penyesuaian diri disini dalam arti luas, yaitu bahwa individu dapat melaburkan diri dengan keadaan disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.Seperti telah diuraikan di atas bahwa antara lingkungan dan individu terjadi interaksi yang satu dengan yang lain, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan, dan keadaan ini diformulasikan sebagai B-F (O-E) seperti telah dijelaskan pada bagian depan.Formulasi lain yang telah dikemukakan oleh Bandura (Walgito, 2003 : 86) hubungan antara individu dengan lingkungannya dan individu dengan dirinya sendiri. Formulasi ini memberikan pengertian bahwa perilaku seseorang akan dapat mempengaruhi lingkunganya, tetapi juga dapat mempengaruhi individu bersangkutan. Dalam interaksi sosial formulasi ini mempunyai arti dari yang

bermakna dari formulasi

terdahulu.formulasi B-F (O-E ) hanya memandang tentang timbulnya atau corak dari perilaku itu, sedangkan perilaku Bandura menunjukan bagaimana peran perilaku terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Dengan demikian dalam memandang perilaku interaksi sosial tidak lagi unirectinal tetapi bidirectional dalam perilaku juga dapat sebagai interaction determinat.

Interaksi yang kelihatan sangat sederhana, sebenarnya merupakan suatu proses yang cukup komplek. Memang kalau dilihat dari teori insting yang dikemukan oleh Mc Douggall (Walgito, 2003: 66) manusia secara insting akan berhubungan satu dengan lain. Namun perilaku dalam interaksi sosial tidak sesederhana itu, tetapi perilaku itu didasari oleh bebagai faktor psikologis lain. Seperti dikemukakan oleh Floyd Allport (Walgito, 2003:66) bahwa perilaku dalam interaksi sosial ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada disekitarnya dengan perilaku yang spesifik.

Walaupun demikian tentang factor yang mendasari perilaku dalam interaksi sosial diantara para ahli belum terdapat kata yang menyatu.

(6)

a. Gambaran Faktor Imitasi Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)

Gambaran faktor imitasi mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah) berdasarkan kriteria pengelompokan data deskriptif hasil penelitian, maka diperoleh hasil bahwa sebanyak 22 orang mahasiswa memiliki faktor imitasi yang sangat tinggi dengan persentase (29.34), 43 orang mahasiswa memiliki faktor imitasi yang tinggi dengan persentase (57.33), dan 10 orang mahasiswa memiliki faktor imitasi yang cukup tinggi dengan persentase (13.33).

Jadi,Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor imitasi berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor imitasi memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik.

Ahmadi, (2009:52) menjelaskan faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, baik secara tunggal maupun secara bergabung yaitu:Faktor Imitasiini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde (Ahmadi, 2009:52) yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. Walaupun pendapat ini berat sebelah namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil, terbukti misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulangi bunyi kata-kata, melatih fungsi-fungsi mulut untuk berbicara.

Kemudian ia mengimitasi kepada orang lain, dan memang sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain, bahkan tidak berbahasa saja tetapi juga tingkah laku tertentu, cara memberi hormat, cara berterimakasih dan lain- lain.

Menurut Gabriel Tarde, (Ahmadi, 2009:52) Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti di

gambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif yaitu:

1) Mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar.

2) Kadang-kadang orang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis.

b. Gambaran Faktor Sugesti Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)

Gambaran faktor sugesti mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah) berdasarkan kriteria pengelompokan data deskriptif hasil penelitian, maka diperoleh hasilbahwa sebanyak 19 orang mahasiswa memiliki faktor sugesti yang sangat tinggi dengan persentase (25.33), 36 orang mahasiswa memiliki faktor sugesti yang tinggi dengan persentase (48.00),19 orang mahasiswa memiliki faktor sugesti yang cukup tinggi dengan persentase (23.33) dan 1 orang mahasiswa memiliki faktor sugesti yang cukup tinggi dengan persentase (1.34).

Jadi,Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)dilihat dari faktor sugesti berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor sugesti memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik.

Ahmadi, (2009:52) menjelaskan faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, baik secara tunggal maupun secara bergabung yaitu: sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya:

1) Auto sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.

(7)

2) Hetero sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

3) Baik auto-sugesti maupun hetero sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. Banyak hari-hari yang tidak diharapkan oleh individu baik karena auto-sugesti maupun karena hetero-sugesti. Sering individu merasa sakit-sakitan saja walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena ada auto-sugestinya maka individu merasa dalam keadaan yang tidak sehat, masih banyak lagi hal-hal yang disebabkan karena auto-sugesti ini.

Lapangan psikologi sosial peranan hetero-sugesti akan lebih menonjol daripada auto sugesti. Dalam psikologi sosial banyak individu- individu menerima suatu cara ataupun pedoman-pedoman, pandangan, norma- norma dan lain sebagainya. Dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu terhadap apa yang diterima itu.

Ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan, atau pedoman- pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Sugesti akan mudah terjadi apabila memenuhi syarat-syarat dahulu. Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat- syarat berikut:

1) Sugesti karena hambatan berpikir Sugesti akan diterima oleh orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu, oleh karena itu jika orang itu dalam keadaan bersikap kritis sulit untuk menerima sugesti dari orag lain. Semakin kurang daya kemampuanya memberikan kritik maka akan semakin mudah orang tersebut menerima sugesti dari orang lain. Dari kritik itu akan mengalami hambatan jika individu tersebut dalam keadaan lemah atau lelah misalnya, lelah berpikir atau individu tersebut terkena stimulus yang bersifat emosional, hal ini biasanya akan dapat mempengaruhi daya berpikirnya dalam arti bahwa daya berpikirnya itu akan terhalang karena adanya emosi.

2) Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi)

Individu akan mudah menerima sugesti dari orang lain apabila kemampuan berpikirnya itu terpecah belah. Individu mengalami dissosiasi jika dalam keadaan kebingungan karena menghadapi bermacam-macam persoalan. Oleh karena itu orang yang sedang kebingungan pada umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain tanpa dipikir terlebih dahulu.

3) Sugesti karena mayoritas

Individu akan menerima kecenderungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, dan sebagainya.

Apabila noma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, maka sebagian besar kelompok atau golongan itu memberikan sokongan terhadap pendapat maupun pandangan-pandangan tersebut.

4) Sugesti karena minoritas

Walaupun materi yang diberikan sama tetapi yang memberikan berbeda maka akan terdapat perbedaan di dalam menerimanya. Dalam hal ini orang mempunyai kecenderungan bahwa akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu otoritas mengenai masalah tersebut.

Hal demikian akan menimbulkan sikap percaya bahwa apa yang dikemukakan itu memang benar karena menjadi bidangnya sehingga hal ini akan menimbulkan suatu pendapat bahwa apa yang dikemukakan itu pasti mengandung kebaikan atau kebenaran.

5) Sugesti karena will to believe.

Jika dalam diri individu ada pendapat yang mendahuluinya dan pendapat ini masih dalam keadaan yang samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan, maka pada umumnya individu tersebut akan mudah menerima pendapat tersbut. Orang yang ada dalam keadaan ragu-ragu akan mudah menerima sugesti dari pihak lain, dengan demikian sugesti ini akan lebih meyakinkan tentang

(8)

pendapat yang telah ada padanya yang masih dalam keadaan samar- samar itu.

c. Gambaran Faktor Identifikasi Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)

Gambaran faktor identifikasi mahasiswa di PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah) berdasarkan kriteria pengelompokan data deskriptif hasil penelitian, maka diperoleh hasilbahwa sebanyak sebanyak 22 orang mahasiswa memiliki faktor identifikasi yang sangat tinggi dengan persentase (29.34), 43 orang mahasiswa memiliki faktor identifikasi yang tinggi dengan persentase (57.33), dan 10 orang mahasiswa memiliki faktor imitasi yang cukup tinggi dengan persentase (13.33).

Jadi, Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor imitasi berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor imitasi memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik.

Ahmadi, (2009:52) menjelaskan faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, baik secara tunggal maupun secara bergabung yaitu:Faktor identifikasi dalam psikolog berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Misalnya identifikasi seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama dengan ibunya. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar kemudian irrasional, yaitu berdasarkan perasaan atau kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita- cita, dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.

d. Gambaran Faktor Simpati Mahasiswa di PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012)

Gambaran faktor simpati mahasiswa di PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah) berdasarkan kriteria pengelompokan data deskriptif hasil penelitian, maka diperoleh hasil bahwa sebanyak 14 orang mahasiswa memiliki faktor simpati yang sangat tinggi dengan persentase (18.66), 44 orang mahasiswa memiliki faktor simpati yang tinggi dengan persentase (58.67), dan 17 orang mahasiswa memiliki faktor simpati yang cukup tinggi dengan persentase (22.67).

Jadi, Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor simpati berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor simpati memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik.

Ahmadi, (2009:52) menjelaskan faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, baik secara tunggal maupun secara bergabung adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain.

Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya. Proses simpati dapat berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih orang. Misalnya, hubungan cinta kasih antara manusia biasanya didahului dengan hubungan simpati.

Adam Smith, (Ahmadi, 2009:59-60) membedakan dua bentuk dasar simpati:

1) Yang menimbulkan respons yang cepat hampir seperti refleks.

Misalnya:

(9)

a) Kalau kita melihat orang dipukul tongkat dengan keras kita merasa ngeri.

b) Bila kita melihat pemain akrobat yang sedang berjalan di atas tali yang tinggi, kita merasa tegang.

c) Jika melihat demonstrasi terjun

payung yang tidak

mengembang, kita memejamkan mata.

Hal-hal seperti ini kita rasakan orang lain yang menderita, seperti halnya kita sendiri. Pertama kita hanya ngeri bila digigit dan akhirnya apabila kita melihat persoalan yang sama lalu kita asosiasikan dengan pengalaman negeri kita.

2) Selanjutnya yang sifatnya lebih intelektual kita dapat bersimpati terhadap seseorang, meskipun kita tidak merasakan sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan simpati bila seseorang berhasil dalam usahanya, walaupun kita sendiri tidak berhasil atau susah.

Ribot, (Ahmadi, 2009:60) membagi simpati menjadi 3:

a) Type primitif atau otomatis, yang dapat diterangkan dengan respons bersyarat.

b) Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. Ia tahu bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak mengalaminya.

c) Type yang intelektual, yaitu rasa setia, rasa toleran, dan philantropi, bentuk ini tidak diarahkan pada orang tertentu tetapi mempunyai corak- corak yang lebih umum dan abstrak.

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka dapat disimpulkan Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012), dilihat dari :

1. Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik yang cukup mendasari interkasi mahasiswa.

2. Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor imitasi berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor imitasi memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik.

3. Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor sugesti berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor sugesti memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik

4. Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor imitasi berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor imitasi memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik.

5. Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik (Studi Terhadap Mahasiswa PPLBK di Sekolah Angkatan 2012) dilihat dari faktor simpati berada pada kategori tinggi, artinya faktor-faktor simpati memiliki faktor yang tinggi dalam interaksi Sosial Mahasiswa PPLBK dengan Guru Sekolah Praktik

.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti ingin mengajukan saran kepada:

1. Mahasiswa

Agar bisa mempertahankan interaksi yang baik yang dimilikinya dan meningkatkan faktor-faktor yang memang mempengaruhi interaksi tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik.

2. Pengelola Prodi Bimbingan dan Konseling Agar menjadikan inisebagai aset dan sebagai bahan bacaan yang dibutuhkan oleh mahasiswa nantinya dalam proses pembelajaran sehingga mahasiswa memiliki tambahan informasi dan pemahamanya.

3. Peneliti Sendiri

Supaya informasi dan ilmu yang didapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menjadi kebanggan nantinya di lingkungan dimanapun peneliti

(10)

berada. Sebagai contoh dan tauladan yang mampu melaksankan layanan bimbingan konseling yang tepat dan sesuai.

4. Peneliti selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya bisa meneliti kearah yang lebih dalam lagi terkait faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosialmahasiswa PPL tersebut dikaitakan dengan variabel lainnya.

5. Pihak UPPL

Agar memberikan pelayanan yang lebih maksimal lagi kepada mahasiswa yang akan PL di Sekolah, terkhususnya mahasiswa PPLBK-Sekolah agar lebih memiliki kepercayaan dirii yang lebih tinggi hingga mampu melaksanakan PPLBK-Sekolah dengan maksimal.

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ali, Mohamad dan Mohamad Asrori. 2004.

Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Kencana.

Desmita. 2009. Perkembangan Peserta Didik.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Husaini dan Purnomo Setyadi Akbar. 2009.

Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi aksara.

Rubun Adi Abraham. 2004. Interaksi sosial Peserta Didik. Jakatra. Rosdakarya Salahudin. 2013. Pendidikan Karakter.

Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (1990). Jakarta:

Media Wiyata.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: FIP UNP.

Referensi

Dokumen terkait

Decide which systems levels are addressed with the simulation to determine fidelity level of models VGD1.0 Use behavioural modelling for higher systems levels to reduce processing