• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)0 (2)1 Factors that Cause the Rubber Farmers Switched to Palm Farmers in Sopo Bawak Village, Sungai Aur District, West Pasaman Regency

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)0 (2)1 Factors that Cause the Rubber Farmers Switched to Palm Farmers in Sopo Bawak Village, Sungai Aur District, West Pasaman Regency"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

0

(2)

1

Factors that Cause the Rubber Farmers Switched to Palm Farmers in Sopo Bawak Village, Sungai Aur District, West Pasaman Regency.

Maradona* Widya Prari Keslan, S.Si, M.Si ** Rika Despica, S.Pd, M.Si***

ABSTRACT

This study attempts to collect data, process, analyzing, and discussed the factors cause rubber farmers palm turn into farmers in Sopo Bawak village, Sungai Aur district, West Pasaman regency.

Seen from processing, price, income and fund.

The kind of research were descriptive research. Population of rubber farmers research shift be a farmer palm, sample of this research 40 people were taken by means of saturated sample technique.

Technique of data collection using questionnaire and technique of data analysis using percentage.

The research results show as follows; ( 1). The factor causing the rubber farmers switched to palm farmers in Sopo Bawak Village, Sungai Aur District, West Pasaman Regency is the processing of rubber is difficult, which they have to go snooping rubber 5 days in a week, and if often rain happens then will affect their rubber income. (2). Price factor, seen from the price of rubbers are cheap, and likely the price of rubber very difficult to rise again, different with the price of palm whose expensive also promising. (3). Rubber income factor that does not enough to satisfy the daily needs.and it also still have money spent for salary, compared with earnings results palm whose sufficient even more satisfying. ( 4 ). Fund factor not so influential for rubber farmers who switched to palm farmers, equally issue because spending money and expertise, as well as services of a person who helped in over the function of rubber land into palm land in Sopo Bawak Village, Sungai Aur District, West Pasaman Regency.

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki penduduk yang mayoritas bertempat tinggal di pedesaan dan menguntungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dominan dalam mengantarkan dalam mengantarkan perekonomian daerah pada tahap pertumbuhan berkelanjutan. Kemudian sektor pertanian di harapkan dapat berperan dalam mendorong dinamika perekonomian pedesaan sehingga mampu mengangkat kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang lebih baik.

Di daerah tropis, suhu, dan iklim yang ada di Indonesia memungkinkan untuk sektor pertanian. Oleh sebab itu sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian petani. Sektor pertanian masih memegang peranan utama di Indonesia disebabkan sebagian penduduk Indonesia hidup atau bekerja sebagai petani, sehingga dikatakan bahwa pertanian adalah tulang punggung kehidupan. Bahkan ada pendapat yang lebih ekstrim mengatakan bahwa kemakmuran perekonomian tergantung pada pertanian.

(Trimayuri, 2010).

Tanaman Karet adalah tanaman daerah tropis yang sangat cocok tumbuh pada zona antara 150 LS dan 150 LU, bila ditanam di luar zona tersebut pertumbuhannya agak lambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2500-4000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan/tahun, namun demikian jika sering terjadi hujan di pagi hari maka produksi karet akan berkurang.

Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi.

(Penebar Swadaya, 2008: 186).

Kelapa Sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam family Folmae dan berasal dari Afrika Barat atau Nigeria.

Kelapa Sawit pertama kali dikenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Tanaman Kelapa Sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1991. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman tersebut mulai banyak menggantikan posisi tanaman komoditas perkebunan lain, yaitu tanaman karet. Tanaman sawit kini tersebar di berbagai daerah. (Suwarto, dkk, 2014:133).

(3)

2 Adapun lokasi perkebunan kelapa sawit komersial pertama kali di Indonesia berada di daerah pantai timut Sumatra (Deli) dan Aceh.

Seiring dengan prospeknya yang semakin menjanjikan untuk memenuhi permintaan CPO di dalam dan luar negeri, luas perkebunan kelapa sawit bertambah luas dari tahun ke tahun. Kondisi ini menumbuhkan para pelaku usaha berinvestasi pada bidang perkebunan kelapa sawit. Wilayah-wilayah Indonesia yang potensial sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, antara lain sebagian besar dataran rendah pulau Sumatera, Kalimantan, dan papua (Nurhakim, 2014:4).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis pada umumnya masyarakat di Jorong Sopo Bawak adalah petani karet.

Dan diduga dilihat dari pendapatan dari sektor perekonomian petani karet belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, selain tidak menentunya cuaca dan sering terjadinya hujan serta tidak stabilnya harga karet, karena dalam penghasilan karet dalam seminngu tidak mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dibandingkan penghasilan sawit dalam seminggu lebih sangat menjanjikan, selain itu pula para petani karet harus setiap hari pergi menyadap karet dan hasilnya pun tidak mencukupi bagi mereka, berbeda dengan sawit tidak mengharuskan pergi setiap harinya, oleh sebab itu menyebabkan banyak petani karet yang mencoba untuk mencari lapangan kerja yang lain. Salah satunya adalah beralih menjadi petani sawit.

Perkebunan karet yang dimiliki oleh masyarakat Jorong Sopo Bawak sekarang beralih menjadi perkebunan kelapa sawit.

Lahan yang biasanya penuh dengan pohon karet kemudian ditebang lalu diolah kembali dan ditanami bibit kelapa sawit. Perkebunan karet yang dulu menjadi sumber pendapatan petani sekarang beralih menjadi perkebunan kelapa sawit yang akan menjadi sumber pendapatan baru bagi petani. Dalam budidaya kelapa sawit lahan yang dipersiapkan tidak memerlukan pengolahan secara intensif. Jadi dari latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul “Faktor- Faktor Penyebab Petani Karet Beralih Menjadi Petani Sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat”.

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif.

1. Jenis Data

Sesuai dengan kepurtusan yang telah dirumuskan dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka data yang dikumpulkan beruba data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan responden, data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari kantor camat dan instansi terkait.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui penyebaran angket dengan sampel responden yaitu daftar pertanyaandan kuissioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui observasi, pencatatan, wawancara pejabat setempat dan sebagainya mengenai faktor-faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur, Kecamatan Pasaman Barat.

3. Sumber Data

Data primer diperoleh dari responden dengan menggunakan angket penelitian yaitu angket terbuka dan angket tertutup yang berisikan beberapa pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian, data sekunder diperoleh melalui pencatatan data-data penting dari kantor camat dan instansi terkait.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menganalisis data secara deskriptif untuk melihat kecendrungan penyebaran data variabel.

Rumus yang digunakan antara lain sebagai berikut :

P = x 100%

(Sudijono, 2010:43) Keterangan:

P = Persentase F = Frekuensi

n = Jumlah responden

(4)

3 Pada bagian ini dianalisis pencapaian responden terhadap penyebaran angket yang dilakukan, maka pada bagian ini deskriptif akan tergambar persentase dan kategori pencapaian responden menggunakan rumus interprentasi skore dalam skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala social. Dalam penelitian gejala social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh penelitian selanjutnya disebut sebagai variable penelitian.

Riduwan (2013:15) mengemukakan criteria pengetahuan dan sikap berdasarkan interval berikut:

Keterangan : kriteria interprensi skor Angka 0 % - 20 % = Sangat Lemah Angka 21% - 40% = Lemah Angka 41% - 60% = Cukup Angka 61% - 80% = Kuat

Angka 81% -100% = Sangat Kuat (Riduwan 2013:15) PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :

faktor-faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat terlihat dari pengolahan, harga, pendapatan dan modal. Alih fungsi lahan dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faltor secara garis besar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlah dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Lestari (2009) mendeskripsikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konsevasi lahan adalah perubahan fungsi atau sebagai keseluruhan kawasan lahan dari fungsinya semula. (seperti yang direncanakan).

Pertama, Pengolahan merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Berdasarkan rata-rata penilaian terhadap 40 responden yang diuraikan pada

tabel di atas terlihat pengolahaan terhadap kebun karet yang sulit (45%) dan hujan (87,55) menjadi penghalang atau musuh terbesar dalam pengolahan karet, dan juga jika berkebun karet harus pergi ke kebun minimal 5 hari (65%), berbeda dengan sawit yang pengolahannya sedang (77,5) disamping itu tidak mengharuskan pergi ke kebun setiap hari (77,5%).

Pembukaan lahan atau pengolahan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman.Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi, topografi, sarana, dan prasarana pendukung.

(Sunarko, 2007:29). Pengolahan atau perawatan dan pemeliharaan merupakanbentuk perhatian kita terhadap suatu hal. Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan agar dapat diperoleh pertumbuhan yang optimal.

Kedua, Harga merupakam faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, karena faktor harga karet yang murah (87,5%) menyebabkan tidak mencukupi terhadap ekonomi keluarga (60 %) dan bagi mereka harga karet tidak akan naik lagi (65

%), berbeda dengan hasil sawit lebih mahal dan menjanjikan (57,5%) dibanding karet yang menyebabkan petani karet beralih menjadi petani sawit.

Harga di tetapkan melalui negoisasi antara pembeli dan penjual.Harga beroperasi sebagai determinan utama pilihan pembeli.

Konsumen dan agen mempunyai lebih banyak akses pada informasi harga dan pembelian diskon harga ( kolter,2009 : 64 ).

Menetapkan suatu harga untuk semua pembeli adalah ide yang relatif modern yang timbul bersama perkembangan perdagangan.

Ketiga, Pendapatan merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamayan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

Pendapatan karet yang kurang mencukupi (52,5 %) di banding dengan pendapatan sawit lebih mencukupi (57,5%) dan upah jika pemanenan karet masih ada (75 %) upah untuk transfortasi ke tepi jalan (62,5).

Berbeda dengan sawit yang pendapatannya sudah mencukupi (37,5%).

(5)

4 Menurut Surak Khamad (dalam Yani 2009 : 23) Menyatakan bahwa pendapatan ada semua hasil yang di terima oleh anggota keluarga melalui berbagai jenis usaha kegiatan ekonomi. Pendapan adalah penghasilan berupa uang selama periode tertentu.Sedangkan pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan atau penghasilan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dari jumlah pendapatan ini dapat dikatakan apakah tingkat pendapatan yang diterima keluarga itu rendah atau tinggi.Dan menurut Sukirno (2008:47). Pendapatan adalah jumlah penghasulan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerja selama periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.

Keempat, Modal merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamayan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

Modal karet yang hampir sama (82,5 %) dengan modal sawit yang menyebabkan petani sawit beralih, dan banyaknya modal untuk alih fungsi lahan ini adalah lebih kurang 3 juta rupiah (80 %) dan modal yang sangat dibutuhkan dalam alih fungsi lahan ini uang dan keahlian (87,5%), walaupun jasa orang masih dibutuhkan dan tetap mengeluarkan uang rata-rata satu juta rupiah (55 %) untuk upah alih fungsi lahan karet menjadi sawit.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal secara fisik (yakni nilai ril atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output dimasa mendatang (Sukirno 2004 : 67). Menurut Kasmir (2006:98) modal adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi, modal terdiri dari uang dan tenaga (keahlian). Adapun faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit yang dominannya adalah faktor pendapatan (70,6%) di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan di bagian terdahulu maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengolahan merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

Pengolahan karet yang sulit (45 %) dan harus pergi lima hari menyadap karet dalam seminggu (77,5%), jika sering terjadi hujan maka akan mempengaruhi penghasilan karet mereka (87,5%). karena merupakan gangguan terbesar dalam pengolahan karet.

2. Harga merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Harga yang murah (87,5%) dan kemungkinan harga karet sangat sulit untuk naik lagi(60%) berbeda dengan harga sawit yang mahal dan menjanjikan (57,5%) menyebabkan petani karet beralih menhadi petani sawit.

3. Pendapatan merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

Pendapatan dari penghasilan karet yang tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari(47,5%) dengan pendapatn itupun masih ada uang yang dikeluarkan untuk upah (75,5%) jika dibandingkan dengan hasil

pendapatan sawit yang lebih mencukupi (57,5%) dan juga memuaskan (85,5%).

4. Faktor modal tidak begitu berpengaruh terhadap petani karet yang beralih menjadi petani sawit , karena sama-sama mengeluarkan modal (82,5%) uang ataupun keahlian (87,5%) serta jasa orang (90%) yang ikut membantu dalam alih fungsi lahan karet menjadi lahan sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

(6)

5 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada petani karet yang beralih menjadi petani sawit di Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat harus meningkatkan lagi penghasilan dari hasil sebelumnya.

2. Diharapkan kepada pemerintah dan pejabat terkait untuk lebih berperan terhadap petani Jorong Sopo Bawak Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di tempat yang berbeda dan variabel yang berbeda.

KEPUSTAKAAN

Kasmir dan Jakfar. 2011. Kewirausahaan.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kolter,Philip.2009. Menejemen Pemasaran.

Edisi 13 jilid 1. Terjamahan Bob Sabran. Erlangga. Jakarta.

Lestari, 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Tahaf Hidup Petani.

Makalah Kolokium. Institut Pertanian Bogor.

Nurhakim, Yusnu Imam. 2014. Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Jawa Barat: Perpustakaan Nasional RI.

Riduwan,2013:15. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Suharto, Yuke, Octavianty, dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan Penelitian. Jakarta: Raja Wali Pers.

Sugiyono . 2012. Metodologi penelitian pendidikan kualitatif dan kuantitaf.

Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2004. Mikro Ekonomi.

Rajawali Press. Jakarta.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:

Agromedia

Trimayuri. 2010. “Studi tentang Sosial Ekonomi Keluarga Petani Karet di Kecamatan Singingi Provinsi Riau”

(Skripsi). Jurusan Geografi. FIS Padang.

Tim Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yani, Linda Eka Putri. 2009. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Di SMA N 1 Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar.

Referensi

Dokumen terkait

Dari wawancara di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pola konsumsi petani karet di Desa Pagar Jati Kabupaten Bengkulu Tengah pada saat harga karet naik maka konsumsi