• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BANK SERTA PENGUKURANNYA (STUDI PADA BPD GO PUBLIC DAN NON GO PUBLIC 2011-2019)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BANK SERTA PENGUKURANNYA (STUDI PADA BPD GO PUBLIC DAN NON GO PUBLIC 2011-2019)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BANK SERTA PENGUKURANNYA (STUDI PADA BPD GO

PUBLIC DAN NON GO PUBLIC 2011-2019)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh :

Hana Aulia Parasari 135020401111045

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BANK SERTA PENGUKURANNYA (STUDI PADA BPD GO PUBLIC DAN NON GO PUBLIC 2011-2019)

Yang disusun oleh :

Nama : Hana Aulia Parasari

NIM : 135020401111045

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Juli 2020

Malang, 29 Juli 2020 Dosen Pembimbing,

Puspitasari Wahyu Anggraeni, SE., M.Ec. Dev

NIP. 2014058707032001

(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BANK SERTA PENGUKURANNYA (STUDI PADA BPDGO PUBLICDANNON GO PUBLIC2011-2019)

Hana Aulia Parasari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this studi are to measure the level of efficiency of regional development banks going public and non-going public in Indonesia in the period 2011-2019. In addition, it is also to identify what factors influence the level of efficiency of regional development banks going public and non-going public in Indonesia in the period 2011-2019. The method used in this study consists of 2 methods: for analyzing bank efficiency measurements using the non-parametric Data Envelopment Analysis (DEA) method and analyzing the factors that affect efficiency using the panel data regression model. The results of this study indicate that the efficiency level of 5 regional development banks going public and non-going public in Indonesia for the period of 2011- 2019 there are several banks that have fluctuating efficiency scores, but in carrying out their operations the BPD efficiency values show efficient and very efficient scores.

Keywords: Bank Efficiency, Data Envelopment Analysis (DEA), regional development banks (BPD)

A. PENDAHULUAN

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan kelebihan dananya di bank dengan pihak yang kekurangan dana (defisit unit) yang meminjam dana ke bank. Fungsi intermediasi ini akan berjalan baik apabila surplus unitdan defisit unit memiliki kepercayaan terhadap bank. Berjalannya fungsi intermediasi perbankan akan meningkatkan penggunaan dana. Dana yang telah dihimpun kemudian akan disalurkan ke masyarakat dalam berbagai bentuk aktivitas produktif. Aktivitas produktif ini kemudian akan meningkatkan output dan lapangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Muharam dan Purvitasari, 2007).

Perbankan juga merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang antara lain dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya(reducing cost) dalam proses produksi. Berger, et al., (1993), mengatakan jika terjadi perubahan struktur keuangan yang cepat, maka sangat penting mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan.

Bank yang lebih efisien diharapkan akan mendapat keuntungan yang optimal, dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas pelayanan yang lebih baik pada nasabah. Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan cerminan dari kualitas kinerja yang baik. Pada dasarnya pengukuran kinerja sebuah lembaga keuangan hampir sama. Salah satu alasan betapa pentingnya menjaga kesehatan perbankan dikarenakan sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan.

Hal ini dapat dilihat dari besarnya komposisi aset lembaga keuangan di Indonesia.

Kelangsungan bank dalam menjalankan peranannya dipengaruhi berbagai macam faktor, salah satunya adalah kemampuannya untuk terus stabil dalam menghasilkan pendapatan.

Pentingnya peran bank tersebut membuat bank dituntut untuk efisien dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini karena efisiensi dan stabilitas merupakan salah satu prinsip yang merupakan landasan dalam menyusun pengaturan perbankan yang aman dan sehat (Sitompul, 2004).

Efisiensi dalam perbankan dapat diukur dengan perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang dimiliki. Tidak hanya itu, tetapi efisiensi bagaimana pihak manajemen dalam mengelola sumber daya yang ada dengan segala keterbatasannya untuk menghasilkan output yang optimal. Perbankan dapat dikatakan efisien dibandingkan dengan pesaingnya apabila dapat menghasilkan output yang lebih besar dengan input yang tetap atau menghasilkan output dengan

(4)

jumlah yang tetap dengan menggunakan input yang lebih sedikit. Tecles & Tabak (2010) dan Haryanto (2018) menyatakan bahwa pengukuran efisiensi perbankan merupakan alat bagi para manajemen dan pengambil keputusan untuk meningkatkan kinerja bank, menyediakan informasi terkait internal maupun eksternal bank yang berhubungan dengan keuntungan efisiensi. Endri (2008), efisiensi bagi industri perbankan merupakan aspek yang paling penting diperhatikan untuk mewujudkan suatu kinerja keuangan yang sehat dan berkelanjutan (sustainable).

Berdasarkan data perkembangan asset perbankan di Indonesia yang keluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan menyatakan Share asset perbankan di Indonesia dipimpin oleh bank persero dan bank swasta nasional devisa dimana nilai tertinggi pada tahun 2019 yaitu pada angka 3,574 T dan 3,393 T, sedangkan share asset terendah berada pada kelompok bank swasta non devisa dan bank campuran. Pada bank pembangunan daerah (BPD) memiliki nilai total asset yang terus mengalami pertumbuhan dengan nilai total aset cukup besar dimana pada tahun 2018 BPD memiliki nilai total asset sebesar 717,52 T dan menguasai ± 8 % asset dari perbankan dari tahun 2012-2019. Hal ini menunjukkan animo masyarakat Indonesia yang lebih banyak menggunakan bank sebagai partner mereka sehari-hari. Terlebih pada agenda kebijakan cashless atau minimasi uang kartal yang memberikan peluang bagi perbankan untuk tumbuh.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia BEI dari 43 bank di Indonesia yang telah go publicbaru 3 bank pembangunan daerah yang melakukango public yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM), dan PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS). Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai pasar modal menjadi hambatan BPD untuk menjadi perusahaan tercatat.

Padahal, selama iniBank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan salah satu kelompok lembaga keuangan yang turut berperan dalam menggerakkan perekonomian daerah dengan mendukung pembiayaan pembangunan di daerah dengan sumber suntikan modal yang terbatas sedangkan pembiayaan yang harus dilakukan terus meningkat. Oleh karena itu pasar modal dapat dijadikan solusi untuk menambah modal dengan caraInitial Public Offering (IPO) agar BPD bukan hanya menjadi lembaga keuangan yang kecil tetapi salah satu motor yang memperkuat perekonomian Indonesia.

Dalam rangka mendukung pembiayaan pembangunan daerah serta memperkuat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, BPD harus dapat meningkatkan efisiensi dalam melakukan operasionalnya. Oleh karena itu, analisis efisiensi Bank Pembangunan Daerah perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan perbaikan agar BPD dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dengan lebih baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi bank pembangunan daerah go public dan non go public di Indonesia pada periode 2011-2019.

Selain itu jugauntuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi bank pembangunan daerahgo publicdannon go publicdi Indonesia pada periode 2011-2019.

B. TINJAUAN PUSTAKA Bank

Pengertian bank berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa secara umum fungsi utama bank adalah sebagai financial intermediary, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Secara lebih spesifik, fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service(Susilo, Sri. Y dkk, 2000).

Dari ketiga fungsi bank ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan atau (financial intermediary institution). Menurut PSAK (2007), “Bank adalah suatulembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang

(5)

memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Efisiensi

Menurut Hadad, Santoso, Mardanugraha & Illyas (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasikan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau menemukan tingkat input yang minimum dengan capaian tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.

Menurut Farrell (1957), mengemukakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) technical efficiency dan (2) allocative efficiency. Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input tertentu. Technical efficiency ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, technical efficiency mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan, allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi tertentu. Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro (Berger and Mester, 1997). Dari sudut padang mikro, agar suatu bank bisa bertahan dan berkembangkan maka harus efisien dalam kegiatan operasinya untuk menghadapi suasana persaingan yang semakin ketat. Bank- bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan exit dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupundalam hal kualitas produk dan pelayanan.

Sementara dari sudut padang makro, industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secarakeseluruhan stabilitas system keuangan. Hal inidisebabkan peran yang sangat strategis dari industri perbankan sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumberdaya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill, 2003).

Menurut Wheelock dan Wilson (1999) mencatat bahwa efisiensi adalah ukuran penting dari kondisi operasional bank dan merupakan salah satu kunciindikator sukses suatu bank, secara individualsetelah membandingkan dengan seluruh industri perbankan. Studi efisiensi juga penting untuk mengukur potensi dampak yang muncul dari suatu kebijakan bank sentral/pemerintah terhadap adanya perubahan kebijakan perbankan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efisien, jika output yang dihasilkan dapat ditingkatkan tanpa meningkatkan input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi dapat dikatakan efisien, jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu lainnya.

Kinerja Keuangan Perbankan

Sudah menjadi kewajiban bank sentral diseluruh negara untuk menjaga dan mengendalikan kesehatan bank-bank yang ada di dalam industri perbankan. Untuk melakukan kontrol terhadap tingkat kesehatan bank maka bank sentral mewajibkan bank-bank untuk mengirimkan laporan

(6)

keuangan secara berkala. Dalam melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, bank sentral biasanya menggunakan kriteria RBBR (Peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011).

Peraturan tersebut menggantikan peraturan sebelumnya mengenai penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan faktor CAMEL. Metode RBBR berdasarkan SE BI No. 13/24/DPNP terdiri dari empat faktor yakni:

Profil Risiko (Risk Profile) : Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 bank melakukan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam kegiatan operasional terhadap delapan risiko, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Penelitian ini mengukur tiga risiko pada faktor risk profile menggunakan rasio Non Performing Financing (NPF) untuk mengukur risiko kredit, rasio Interest Rate Risk (IRR) untuk mengukur risiko pasar, dan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)) untuk mengukur risiko likuiditas.

Good Corporate Governance (GCG) : Penilain pelaksanakan GCG bank mempertimbangkan faktor-faktor penilaian GCG secara komprehensif dan terstruktur, mencakup governance structur, governance process, dan governance outcome. Berdasarkan SE BI No. 15/15/DPNP Tahun 2013 bank diharuskan melakukan penilan sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR) Bank Indonesia mengenai penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR), penilaian terhadap pelaksanaan GCG yang berlandasan pada 5 ( lima ) prinsip dasar tersebut dikelompokan dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu governance structure, governance process dan governance outcome.

Rentabilitas (earning) : Penilaian earning bank milik pemerintah pusat menggunakan parameter diantaranya adalah: Return On Asset (ROA) untuk menghitung rasio keuntungan sebelum pajak, Net Intrest Margin(NIM), dan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).

Permodalan (Capital) : Rasio Capital Adequency Ratio (CAR) dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).

Pasar Modal

Siamat (2005) pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek–efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsungmaupun dengan melalui wakil–wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

Perusahaan memiliki berbagai alternative sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan umumnya dengan menggunakan laba yang ditahanperusahaan, sedangkan pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang bersifat peyertaan dalam bentuk saham.

Pendanan melalui penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public. Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bapepam.

Berdasarkan buku panduan go public Bursa Efek Jakarta, manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mencatatkan sahamnya di lantai bursa (go public) secara umum adalah untuk memperoleh sumber pendanaan baru, memberikan competitive advantage untuk pengembangan usaha, melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru, peningkatan kemampuan going concern, meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian Terdahulu

Himawan (2015) melakukan penelitian berjudul Efesiensi Pada Seluruh BPD di Indonesia.

Hasil penelitiannya menunjukkan Efisiensi Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia menunjukkan belum seluruhnya mencapai efisien dengan rata-rata tingkat efisiesni sebesar 93,2%.

Sebanyak 12 Bank telah efesien 100%, sedangkan 14 BPD lainnya tidak efisien (< 100%) dalam menjalankan operasionalnya.

(7)

Maharani (2012) melakukan penelitian Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan DEA dan Pengaruhnya terhadap Stock return Pada Bank Umum Konvensial yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2010. Dengan menggunkan analisis regresi data panel menemukan19 bank umum konvensional selama 2005–2010 relatif efisien.

rata–rata score efisiensi cenderung naik. score efisiensi bank, yang diperoleh dari pendekatan DEA, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stock return bank.

Fathony (2017) melakukan penelitian Analisis Efisiensi Perbankan Nasional Berdasarkan Ukuran Bank: Pendekatan Data Envelopment Analysis. Menemukan bank besar dengan skala ekonomi (economics of scale) dalam operasinya memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan bank menengah dan kecil. Skala ekonomi menguntungkan bank dari biaya rata-rata perunit rendah dengan jumlah pinjaman yang semakin besar.

Fatmala et al(2017) melakukan penelitian mengenai Efisiensi Dan Produktivitas Perbankan Sebelum Dan Setelah Krisis Keuangan. Penelitian ini berhasil menemukan fungsi intermediasi perbankan di Indonesia belum efisien. Nilai efisiensi rata-rata sebelum krisis adalah sebesar 0,806 dan mengalami peningkatan pada periode setelah krisis menjadi sebesar 0,812. Bank dengan aset besar memiliki kekuatan pasar dan jaringan yang luas sehingga lebih efisien dibandingkan dengan bank dengan aset yang lebih kecil.

C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang akan memaparkan tentang pengukuran dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi bank pembangunan daerah go publik dan non go public di indonesia. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menampilkan data dalam bentuk angka serta melakukan pengukuran yang akurat terhadap sesuatu.

Pembahasan akan mengacu pada hasil pengolahan data yang diperoleh, kemudian data yang ditemukan akan dipaparkan secara sistematis dan faktual sesuai dengan tujuan penelitian untuk menjawab rumusan masalah.

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian

Populasi adalah kumpulan individu atau proyek peneltian yang meneliti kualitas- kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri-ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai kelompok individu atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Devisa yang ada di Indonesia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2010-2018 yaitu sebanyak 113 bank.

Sampel Penelitian

Sampel didefinisikan sebagai bagian atau subset dari populasi yang terdiri dari anggota- anggota populasi yang dipilih. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode purposive sampling. Sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian meliputi:

1) Seluruh bank pembangunan daerah di Indonesia yang menyajikan laporan keuangan selama tahun 2011 sampai dengan 2019 dan disampaikan kepada Bank Indonesia.

2) Bank yang diteliti merupakan bank pembangunan daerah dengan asset tertinggi.

3) Sampel diambil 3 bank teratas berdasarkan asset dari setiap kriteria (go public dan non go public).

Variabel Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengukur efisiensi bank dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) kemudian melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi, maka penelitian ini menggunakan variabel input dan output untuk penghitungan DEA.

Variabel output dalam penelitian ini antara lain:

(8)

1) Total kredit yang diberikan, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur baik kepada pihak terkait maupun tidak terkait dengan bank dalam rupiah dan valuta asing.

2) Pendapatan bunga dan komisi yang diterima, meliputi semua pendapatan bank yang berupa hasil bunga dalam rupiah dan valuta asing dalam aktivitas operasionalnya. Pos ini juga memasukkan pendapatan berupa komisi dan provisi yang diterima dalam rangka pemberian kredit.

Variabel input dalam penelitian ini antara lain:

1) Total deposit yang digunakan meliputi giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito dan simpanan dari bank lain.

2) Beban bunga dan komisi yang dibayarkan, meliputi semua beban yang dibayarkan bank berupa beban bunga dalam rupiah dan valuta asing. Pos ini juga memasukkan komisi dan provisi yang dibayarkan bank dalam bentuk komisi/provisi pinjaman.

3) Beban personalia dan beban administrasi meliputi gaji dan upah serta beban administrasi seperti sewa, promosi dan lain–lain.

Data untuk variabel input dan output yang digunakan untuk menghitung efisiensi bank diperoleh dari penghitungan angka–angka yang terdapat di Laporan Keuangan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia.

Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 metode yaitu: untuk analisis pengukuran efisiensi bank menggunakan metode non–parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi menggunakan model panel data.

Model Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah sebuah teknik pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan. DEA adalah teknik yang berdasarkan pada linier programming untuk mengukur kinerja relatif dari unit–unit organisasi yang ditandai dengan adanya berbagai macam input dan output. Metode DEA diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas di sebuah unit entitas (organisasi) yang selanjutnya disebut Decision Making Unit (DMU) atau Unit Pembuat Keputusan (UPK). Secara sederhana, pengukuran ini dinyatakan dengan rasio: output/input, yang merupakan suatu pengukuran efisiensi atau produktivitas.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan asumsi variable return to scale yang berorientasi input. Variable return to scale digunakan karena tidak semua DMU beroperasi pada skala optimal. Pemilihan asumsi ini didasarkan pada keadaan jumlah bank di Indonesia yang semakin banyak, menyebabkan tingkat persaingan yang semakin ketat sehingga terjadi persaingan tidak sempurna yang menyebabkan bank di Indonesia sulit pada skala optimal. Hal ini sesuai dengan Casu & Molyneux (2003) yang menyatakan bahwa faktor–faktor seperti kompetisi yang tidak sempurna dan hambatan–hambatan dalam keuangan yang menyebabkan sebuah DMU tidak dapat beroperasi pada skala optimal. Fethi & Pasiouras (2010), berorientasi input dipilih dalam penelitian ini karena pihak manajemen bank dapat melakukan pengawasan terhadap input dalam hal mengurangi beban, biaya maupun karyawan. Pengawasan yang lebih mudah dari input akan meminimalisasi biaya sehingga akan meningkatkan profit yang lebih tinggi.

Berikut ini rumus model pengukuran efisiensi yang digunakan pada penelitian ini : (3.3)

Keterangan :

E = Efisiensi Perbankan

Ki = Total Kredit yang Disalukan i (variabel output) PBi = Pendapatan Bunga i (variabel output)

DPKi = Total Dana Pihak Ketiga yang dihimpun i (variabel input) BBi = Beban Bunga yang Dibayarkan i (variabel input)

BOi = Biaya Operasional i (variabel input)

(9)

Model Data Panel

Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan regresi data panel. Pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas yang akan dimasukan kedalam persamaan model regresi yaitu Efisiensi bank dan variabel dependennya Total Kredit, Pendapatan Bunga, Total DPK, Beban Bunga, Biaya Operasional. Berikut ini rumus model regresi panel yang digunakan dalam penelitian ini :

lnEFF Bankit=α+β1lnPBit2lnKit3lnDPKit 4lnBBit+ β5lnBOit+ eit (3.3)

Keterangan :

EFF = Tingkat Efisiensi Bank Umum Konvensional a = Konstanta

β = Koefisien Regresi

ln = log untuk menyamakan satuan variabel i = Bank yang menjadi sampel

t = Periode tahun penelitian (2011-2019) PB = Pendapatan Bunga

K = Total Kredit DPK = Total DPK BB = Beban Bunga BO = Biaya Operasional Ei =error

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Efesiensi menggunakan Data Envelopment Analysis(DEA)

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menganalisis efisiensi output perbankan dengan menggunakan salah satu pendekatan non–parametrik yaitu Data Envelopment Analysis (DEA).

Score efisiensi dari hasil pengukuran dengan menggunakan DEA dihasilkan dari penghitungan dengan software Stata. Berdasarkan pendekatan DEA, suatu DMU yang berorientasi input maupun output dikatakan efisien jika memperoleh score sama dengan 100% atau 1. Jika score yang dihasilkan kurang dari 100%, artinya DMU tersebut masih melakukan tindakan pemborosan dalam penggunaan input–inputnya. Berikut hasil analisisdata envelopment analysis(DEA) :

Tabel 1 Nilai Efisiensi Berdasarkan DataDecision Making Unit(DMU) Analisis DEA Bank Pembangunan Daerah

BANK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 BPD JAWA BARAT DAN

BANTEN 1.000 1.000 1.000 0.987 0.954 1.000 1.000 1.000 1.000 BPD JAWA TIMUR 1.000 0.988 1.000 1.000 0.969 1.000 1.000 0.988 0.947 BPD JAWA TENGAH 0.950 0.958 1.000 0.987 1.000 1.000 1.000 1.000 0.983 BPD DKI JAKARTA 0.926 0.965 1.000 0.998 1.000 1.000 0.995 1.000 1.000 BPD SUMUT 1.000 0.961 1.000 0.993 1.000 0.987 0.935 0.994 1.000 Sumber : Olahan Penulis, 2020

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa mayoritas BPD di Indonesia telah mencapai efisiensi dalam menjalankan usahanya. Bank yang meiliki nilai efisiensi tertinggi dalam 9 tahun adalah BPD Jawa Barat pada kategori BPD go publicdan BPD Jawa Tengah pada kategori BPD non go public dimana dapat menjalankan usahanya dengan efisien dalam 9 tahun, kecuali tahun 2014 dan 2015 (BPD Jawa Barat dan Banten) dan 2011, 2012, 2014, 2019 (BPD Jawa Tengah).

Sedangkan BPD dalam sampel penelitian yang paling banyak belum mencapai target efisien 100%

dalam 9 tahun adalah BPD Sumatera Utara. Dimana para bank yang belum efisien tersetbut dalam 9 tahun hanya mampu menjalakan usahanya sangat efisien 100% pada 4 tahun operasi saja, sedangkan sisanya mendapat skor efisien karena semuanya memiliki angka di atas 90%.

(10)

Analisis Data Panel

Pengujian data telah dilakukan untuk masing-masing variabel yang digunakan oleh masing- masing kelompok bank yaitu Bank Pembangunan Derah go public maupun Bank Pembangunan Daerah non go public. Berdasarkan dengan data yang diperoleh dan sudah dilakukan beberapa tahap pengujian, telah didapatkan hasilnya sebagai berikut :

Pemilihan Model Regresi Panel

Pemilihan model ini diperlukan untuk menentukan hasil penelitian yang sedang dilakukan.

Sebelum melakukan uji pemilhan model, telah dilakukan ujicommon effect, ujifixed effectdan uji random effect dari masing-masing variabel dependen (EFF) dan variabel independen (DPK, Beban Bunga, Biaya Operasional, Total Kredit, dan Pendapatan Bunga). Maka, uji yang dilakukan untuk menentukan pemilihan terbaik adalah dengan melakukan uji chow, uji hausman dan uji lagrange multiplier. Berikut ini review hasil uji pemilihan model regresi panel terbaik yang telah dilakukan pada model ke satu atau model keseluruhan bank :

Tabel 2 : Review Uji Pemilihan Model Regresi Panel

Model Probabilitas

Uji Chow Uji Hausman Uji

Lagrange Multiplier lnEFF Bankit=α+β1lnPBit2lnKit+

β3lnDPKit 4lnBBit+ β5lnBOit+ eit 0,000 0,000 - Sumber : Olahan Penulis, 2020

Dari table 2 terlihat bahwa nilai probabilitas hasil uji chow dan uji hausman yang dimiliki oleh model penelitian ini memiliki nilai yang konsisten. Nilai probabilitas kedua hasil uji tersebut menunjukan dibawah nilai alpha yang digunakan yaitu 0,000 (0.00 < 0.05), sehingga dari hasil tersebut menunjukan bahwa model regresi data panel terbaik yang digunakan untuk penelitian ini adalah modelfixed effect.

Uji pemilihan model regresi data panel terbaik untuk penelitian ini telah dilakukan. Setelah mengetahui model regresi data panel yang digunakan, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan yaitu estimasi model untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependennya. Berikut ini estimasi model regresi data panel untuk penelitian ini :

EFF Bank=0.4418 +0.2062PB +0.0784K +0.0753DPK -0.0829BB -0.1002BO

Berdasarkan estimasi model regresi data panel diatas, terlihat bahwa konstanta atau efisiensi Bank Pembangunan Daerah rata-rata sebesar 0,4418. Dari angka tersebut diketahui bahwa ketika variabel independen yang meliputi PB, K, DPK, BB dan BO memiliki nilai nol (0) maka rata-rata nilai EFF yang dimiliki BPD di Indonesia adalah sebesar 44,18%. Tingkat koefisien untuk variabel independen yang pertama yaitu variabel pendapatan bunga (PB) sebesar 0,2062. Artinya jika pendapatan bunga (PB) BPD di Indonesia meningkat sebesar 1% maka EFF yang akan dimiliki oleh BPD di Indonesia akan meningkat sebesar 20,62%. Tingkat koefisien yang selanjutnya untuk variabel independen yang kedua yaitu variabel total kredit (K) sebesar 0,0784. Artinya jika total kredit (K) yang disalurkan BPD di Indonesia meningkat sebesar 1% maka EFF yang akan dimiliki oleh BDP di Indonesia akan meningkat sebesar 7,84%. Tingkat koefisien yang selanjutnya untuk variabel independen yang ketiga yaitu variabel dana pihak ketiga (DPK) sebesar 0,0753. Artinya jika DPK yang di himpun BPD di Indonesia meningkat sebesar 1% maka EFF yang akan dimiliki oleh BPD di Indonesia akan meningkat sebesar 7,53%. Tingkat koefisien yang selanjutnya untuk variabel independen yang keempat yaitu variabel beban bunga (BB) sebesar -0,0829. Artinya jika beban bunga BPD di Indonesia meningkat sebesar 1% maka EFF yang akan dimiliki oleh BPD di Indonesia akan menurun sebesar 8,29%. Tingkat koefisien yang selanjutnya untuk variabel independen yang kelima yaitu variabel biaya operasional (BO) sebesar -0,1002. Artinya jika biaya operasional (BO) BPD di Indonesia meningkat sebesar 1% maka EFF yang akan dimiliki oleh BPD di Indonesia akan menurun sebesar 10,02%.

Tabel 3 Fixed Effect (Cross)

No BANK Effect

1 BANK JAWA BARAT DAN BANTEN 0.0031

(11)

2 BANK JAWA TIMUR -0.0189

3 BANK JAWA TENGAH -0.0170

4 BANK DKI JAKARTA 0.0214

5 BANK SUMUT 0.0114

Konstanta 0.4418

Sumber : Olahan Penulis, 2020

Pada tabel 3 diatas nilai konstanta sebesar0.4418menunjukkan bahwa ketika nilai koefisien variabel independen memiliki nilai sama dengan nol, maka nilai EFF BPD adalah sebesar0.4418.

Terdapat tiga bank yang mengalami kenaikan nilai efisiensinya. Adapun tiga bank BPD tersebut yaitu antara lain BPD Jawa Barat dan Banten, BPD DKI Jakarta dan BPD Sumatera Utara.

Sedangkan dua BPD lainya memiliki nilai penurunan efisiensi yaitu BPD Jawa Timur dan BPD Jawa Tengah.

Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan 2 alat uji yaitu uji-T dan uji-F. Uji-T dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial (individu) dari variabel- variabel independen (DPK, BB, BO, K, dan PB) terhadap variabel dependen (EFF). Selain menggunakan uji-T dalam penelitian ini juga menggunakan uji-F dimana uji-F (F-test) atau uji kelayakan model dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen (DPK, BB, BO, K, dan PB) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen (EFF).

Pengujian hipotesis dapat diterima apabila nilai probabtilitas variabel independen (DPK, BB, BO, K, dan PB) dan probabilitas F-statistik memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan (5%), begitu juga sebaliknya apabila nilai probabilitas variabel independen (DPK, BB, BO, K, dan PB) memiliki nilai yang lebih besar dari nilai alpha yang digunakan (5%) maka hipotesis dapat ditolak.

Setelah dilakukan uji-F maka diperlukan melihat R Square dari model yang diteliti.

Koefisien determinasi (R Square) berfungsi untuk melihat sejauh mana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan nilai koefisien determinasi (RSquare) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah terbatas (Ghozali, 2005).

Berikut ini hasil uji hipotesis yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel perbankan di Indonesia :

Tabel 4 : Review Probabilitas Uji Hipotesis Model

Koefisien Probabilitas Variabel

DPK 0.075376 0.0119

BB -0.08293 0.0191

BO -0.10022 0.0003

K 0.078468 0.0349

PB 0.206245 0.003

C 0.441818 0.0223

R-Square 0.687753

Prob(F-statistic) 0.002402

Sumber : Olahan Penulis, 2020

Dari table 4 terlihat bahwa setiap variabel independen berpengaruh terhadap efisiensi bank pembangunan daerah di Indonesia. Keputusan ini diambil karena perbandingan nilai probabilitas dengan nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel dependenya dapat dianalisis sebagai berikut :

1) Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki koefisien positif dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi (EFF).

(12)

2) Variabel Beban Bunga (BB) memiliki koefisien negatif dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi (EFF).

3) Variabel Biaya Operasional (BO) memiliki koefisien negatif dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi (EFF).

4) Variabel Total Kredit (K) memiliki koefisien posiotif dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi (EFF).

5) Variabel Pendapatan Bunga (PB) memiliki koefisien positif dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi (EFF).

Uji untuk mengetahui hubungan setiap variabel independen terhadap variabel dependen tidak hanya dengan uji-T tetapi juga menggunakan uji-F. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap tingkat efisiensi (EFF) bank pembangunan daerah di Indonesia.

Berdasarkan perhitungan dengan F-test dalam tabel 4 di atas diperoleh nilai probabilitas F statistik memiliki nilai dibawah alpha yang digunakan yaitu 5% (0,05). F-statistik sebesar 0,0024 dengan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,05. Oleh karena nilai signifikansi 0,0024 < 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel (DPK, BB, BO, K, dan PB) terhadap variabel EFF, artinya semua variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap efisiensi bank pembangunan dearah di Indonesia dan dapat diartikan bahwa model dalam penelitian ini layak untuk diteliti.

Dari tabel 4 di atas, diketahui pengaruh variabel bebas atau independen (DPK, BB, BO, K, dan PB) terhadap variabel dependen (EFF) yang dinyatakan dengan nilai R Square, yaitu 0.6877 atau 68,77 persen. Hal ini berarti 68,77% variasi EFF yang bisa dijelaskan oleh variasi dari variabel bebas atau independen yaitu (DPK, BB, BO, K, dan PB) secara simultan. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 68,77% = 31,23% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model yang merupakan kontribusi variabel bebas lain di luar kelima variabel independen.

Pembahasan

Beberapa uji serta analisis data telah dilakukan pada subbab sebelumnya. Dari hasil analisa tersebut, maka akan dibahas lebih jelas pada subbab ini.

Analisis Efesiensi Pada Bank Pembangunan DaerahGo Public dan Non Go Public

Sebuah bank dapat mencapai tingkat efisiensi tertinggi 100% jika sudah mampu melakukan efisiensi dalam penggunaan inputnya dan atau sudah mampu memanfaatkan semua kemampuan potensial yang dimilikinya untuk memproduksi output-outputnya, dan sebaliknya bank yang nilai efisiensinya dibawah 100% harus dapat melakukan efisiensi dalam penggunaan input dan atau harus memaksimalkan semua kemampuan potensial yang dimilikinya untuk menghasilkan output.

Berdasarkan pengukuran efisiensi teknis, bank BPD belum mampu menghasilkan kinerja yang optimal dimana tingkat efisiensinya masih dibawah 100 persen. Artinya, bank BPD dalam kegiatan operasionalnya belum efisien dalam memanfaatkan semua kemampuan potensial yang dimilikinya untuk dapat menghasilkan output yang maksimal.

Menurut Mahmudi (2007), kriteria dalam mengukur efektivitas kinerja lembaga adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 5 Menilai Pencapaian Efektivitas Kinerja

Nilai Kinerja Keterangan

≥100% Efektif

85%-99% Cukup Efektif

65% - 84% Kurang Efektif

≤65% Tidak Efektif

Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 5 Secara individual, pada tahun 2011, hasil pengukuran DEA menunjukkan bahwa dari 5 BPD terdapat hanya 3 BPD (BPD Jawa Barat dan Banten, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara) yang memenuhi syarat mencapai nilai sesuai target yaitu tingkat efisiensinya mencapai angka 1 atau 100%. Pada tahun 2007, jumlah BPD yang nilai efisiensinya mencapai nilai maksimal 100% hanya di perolah oleh BPD Jabar dan Banten. Sedangkan pada tahun 2013 seluruh 5 sampel BPD mendapatkan skor efisiensi 100%. Pada tahun 2014 terjadi penurunan tingkat efisiensi, namun penurunan yang terjadi cukup kecil yaitu berkisar 1-2% dari

(13)

tahun sebelumnya yang mencapai efesiensi maksimal. Kemudian pada tahun selanjutnya 2015 sampai 2019 terjadi pergerakan nilai efisiensi yang yang cenderung stabil yaitu di kisaran 95%

sampai 100%. Mayoritas bank pembangunan daerah sudah mampu mencapai tingkat efisiensi 100% pada tahun 2011 sampai 2019 berbeda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan pada periode sebelum 2010 yang masih banyak menemukan hasil efisiensi bank pembangunan daerah dibawah 90% seperti penelitian yang dilakukan Himawan (2015), Maharani (2012), dan Abidin dan Endri (2009), Farida dan Azhari (2018),Dinata dan Azhari (2015).

Berdasarkan aset yang dimiliki, BPD beraset besar memiliki tingkat efisiensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BPD yang lain dan diatas total keseluruhan BPD. Dari data diatas dapat simpulkan bahwa kelompok BPD yang memiliki asset terbesar di Indonesia rata-rata dapat menjalankan usahanya dengan efisien sehingga diperlukan dorongan kepada perbankan BPD agar menambah modalnya dengan cara Initial Public Offering (IPO) pada Bursa Efek Indonesia agar dapat meningkatkan asetnya yang dapat digunakan untuk ekspansi pasar.

Hasil temuan ini didukung oleh studi Abidin (2007), Abidin dan Endri (2009),Astoetiet all (2015), Haryanto (2018), Fathony (2017),Fatmalaet al(2017) Nurul Farida dan Muhammad Azhari (2018), yang menemukan bahwa kelompok bank yang beraset besar terutama bank Persero lebih efisien dibandingkan dengan kelompok bank yang lain karena adanya economic of scale yang dimiliki perbankan ber aset besar.

Pengaruh Variabel Dana Pihak Ketiga Terhadap Tingkat Efisiensi Pada Bank Pembangunan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai dana pihak ketiga (DPK) maka efisiensi (EFF) yang diperoleh bank akan semakin besar pula, karena semakin besar dana pihak ketiga (DPK) maka semakin tinggi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit sehingga dapat memperbesar keuntungan yang diperoleh oleh bank, sehingga kinerja bank juga akan meningkat.

Sebaliknya apabila semakin kecil nilai dana pihak ketiga (DPK) maka efisiensi (EFF) yang diperoleh bank akan semakin kecil pula, karena semakin kecil dana pihak ketiga (DPK) maka semakin turun kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit, sehingga kinerja bank juga akan menurun karena turunnya keuntungan sedangkan biaya operasional bank yang tetap harus dikeluarkan.

Ketika dana pihak ketiga perbankan yang dikelola menjadi kredit meningkat, maka peyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan juga akan meningkat. Meningkatnya penyaluran kredit ini berdampak kepada pendapatan bunga bank. Jika pendapatan bunga yang dimiliki oleh bank lebih besar dari beban bunganya maka bank akan mendapatkan profit. Pendapatan bunga dan profit bank yang berasal dari kegiatan operasionalnya diukur menggunakan rasio Return On Asset (ROA) yang meningkat yang tentunya akan menaikan nilai efisiensi dari bank tersebut.

Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dariAstoetiet all (2015),Rahmawati (2015), Haryanto (2018),Fatmalaet al(2017), Colline & Frederica (2014) yang menunjukkan bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat efisiensi (EFF).

Pengaruh Variabel Beban Bunga Terhadap Tingkat Efisiensi Pada Bank Pembangunan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai beban bunga (BB) maka efisiensi (EFF) yang diperoleh bank akan semakin kecil karena mengurangi keuntungan yang diperoleh oleh bank, semakin besar beban bunga (BB) maka semakin tinggi biaya yang di keluarkan oleh bank. Dari Gambar 4.3 menunjukkan bahwa dua bank dari total BPD yang memiliki biaya bunga diatas rata-rata beban bunga BPD pada periode 2011-2019 yaitu BPD Jawa Barat dan Banten dan BPD Jawa Tengah. Besarnya beban bunga dipengaruhi oleh dua hal yaitu yang pertama dipengaruhi oleh besarnya dana pihak kegiga (DPK) yang dihimpun, untuk kasus pertama ini pasti akan terjadi dan tidak bisa dihindari karena dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun memang memerlukan biaya untuk imbal hasil kepada para nasabah. Sedangkan hal yang kedua yaitu besarnya suku bunga komponen DPK (Giro, Tabungan, dan Deposito) yang ditetapkan bank, faktor besaran suku bunga inilah yang dapat dikontrol oleh bank untuk menjaga beban bunganya.

Beban bunga yang besar dapat menurunkan Net Interest Margin (NIM), karena semakin besarNet Interest Margin(NIM) maka semakin tinggi kemampuan bank dalam mengelola suku bunganya baik suku bunga kredit maupun suku bunga dana pihak ketiganya. Selain itu rasio NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya

(14)

untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil atau tingkat profitabilitasnya semakin besar.

Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Arimi dan Mahfud (2012),Astoetiet all (2015),Rahmawati (2015),Haryanto (2018),Fatmalaet al(2017), yang menunjukkan bahwa beban bunga (BB) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat efisiensi (EFF). Serta penelitian dari Nusantara (2009), Puspitasari (2009), dan Wahyu (2013) yang menggunakan variabel kontrol beban bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap return on asset (ROA) yang berakibat menurunkan efisiensi dari suatu perbankan.

Pengaruh Variabel Biaya Operasional Terhadap Tingkat Efisiensi Pada Bank Pembangunan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasemakin kecilbiaya operasional (BO)menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya sehingga semakin sehat bank tersebut.

Biaya operasional terdiri dari beban personalia dan beban administrasi meliputi gaji dan upah serta beban administrasi seperti sewa, promosi dan lain–lain. Jika BO meningkat yang berarti efisiensi menurun. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien (dalam hal ini nilai BO rendah) maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik.

Dari Gambar 4.4 menunjukkan bahwa satu bank dari total BPD yang memiliki biaya operasional diatas rata-rata biaya operasional BPD pada periode 2011-2019 yaitu BPD Jawa Barat dan Banten, sedangkan empat bank sisanya memiliki biaya operasional yang kecil dibawah rata- rata biaya operasional BPD. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank karena kegiatan operasionalnya, semakin besar skala ukuran bank maka akan semakin besar pula biaya operasional yang dikeluarkan. Biaya operasional juga dapat di proksikan dengan rasio BOPO. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90%

hingga mendekati 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Astoeti et all (2015),Haryanto (2018), Fatmala et al (2017), Fathony (2017) yang menunjukkan bahwa biaya operasional (BO) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat efisiensi (EFF). Serta penelitian pendukung lainya dari Puspitasari (2009), Ariyani (2010), Arimi Dan Mahfud (2012), dan Wahyu (2013) yang menggunakan variabel biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebagai proksi efisiensi berpengaruh negatif signifikan terhadap return on asset (ROA).

Pengaruh Variabel Total Kredit Terhadap Tingkat Efisiensi Pada Bank Pembangunan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank dan juga akan meningkatkan laba bank dan efisiensi bank yang bersangkutan, dengan kata lain kenaikan kredit yang di salurkan akan meningkatkan output dari bank karena jika input yang besar tidak diimbangi dengan output yang besar bank akan memiliki efisiensi yang rendah karena tidak bisa mengelola asetnya.

Kinerja keuangan bank akan semakin baik jika bank mampu menyalurkan kredit dengan maksimal sesuai batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil.

Peraturan Bank Indonesia mengenai pembatasan penyaluran kredit diatur dalamLoan to Deposit Ratio (LDR) atau kredit yang di salurkan di bagi oleh dana pihak ketiga yang di himpun yaitu dengan batas aman sebesar 80%-110%.

Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dariAstoetiet all (2015),Rahmawati (2015), Haryanto (2018),Fatmalaet al(2017), Colline & Frederica (2014) yang menunjukkan bahwa total kredit (K) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat efisiensi (EFF). Serta penelitian pendukung lainya dari Puspitasari (2009), Arimi Dan Mahfud (2012), dan Wahyu (2013) yang

(15)

menggunakan variabel kontrolloan to deposit ratio(LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap return on asset(ROA). Dengan demikian untuk mencapaireturn on asset(ROA) yang tinggi dan berkelanjutan diperlukan ketepatan pengaturanloan to deposit ratio(LDR), karena jika nilailoan to

Pengaruh Variabel Pendapatan Bunga (PB) Terhadap Tingkat Efisiensi Pada Bank Pembangunan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai pendapatan bunga (PB) maka efisiensi (EFF) yang diperoleh bank akan semakin besar karena meningkatkan keuntungan yang diperoleh oleh bank. Selain itu jika dilihat dari sisi input dan output dalam penghitungan efisiensi, sangat penting untuk menggenjot sisi outputnya karena mencermikan kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasinalnya dalam hal ini kredit yang menghasilkan pendapatan bunga. Jika bank berhasil menyalurkan kredit yang besar dan tentunya akan meningkatkan pendapatan bunganya maka nilai efisiensi teknis operasionalnya juga akan meningkat.

Dari Gambar 4.6 menunjukkan bahwa dua bank dari total BPD yang memiliki pendapatan bunga diatas rata-rata pendapatan bunga BPD pada periode 2011-2019 yaitu BPD Jawa Barat dan Banten dan BPD Jawa Tengah. Pendapatan bunga yang besar sebanding dengan total Kredit yang berhasil disalurkan karena semakin besar kredit akan menyebabkan pengembalian bunga keuntungan atas kredit yang disalurkan semakin besar. Selain itu tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank juga berpengaruh terhadap besaran pendapatan, namun bank tetap harus menjaga suku bunganya dengan bank competitor lainya agar tidak kehilangan nasabahnya.

Seperti yang di jelaskan pada subbab 4.3.3 diatas, pendapatan bunga yang besar dapat meningkatkan Net Interest Margin (NIM), karena semakin besar Net Interest Margin (NIM) maka semakin tinggi kemampuan bank dalam mengelola suku bunganya baik suku bunga kredit maupun suku bunga dana pihak ketiganya. Rasio NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Arimi dan Mahfud (2012),Astoetiet all (2015), Rahmawati (2015), Haryanto (2018), Fatmala et al (2017), yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga (PB) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat efisiensi (EFF). Serta penelitian lainya Arimi Dan Mahfud (2012), Ariyani (2010), dan Wahyu (2013), Mitasari (2013), dan Puspitosari (2017) yang menggunakanNet Interest Margin(NIM) sebagai proksi kemampuan dan efektifitas manajemen dalam mengelola tingkat suku bunga kredit dan dana pihak ketiganya yang berpengaruh terhadapReturn On Asset(ROA).

E. PENUTUP Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan metodedata envelopment analysis (DEA) untuk mengestimasi efisiensi produksi bank pembangunan daerah (BPD) dan metode regresi data panel untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi bank pembangunan daerah go public dan non go public di Indonesia pada periode 2011-2019. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1) Tingkat efisiensi 5 bank pembangunan daerah go public maupun yang non go public di Indonesia periode 2011-2019 terdapat beberapa bank yang mendapatkan skor efisiensi yang fluktuatif namun dalam menjalankan operasionalnya nilai efisiensi BPD menunjukan skor yang efisien dan sangat efisien. Fungsi intermediasi bank–bank tersebut dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk total deposit dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dari tahun 2011-2019 juga relatif lancar.

2) Terdapat tiga variabel yang berpengaruh positif dan menaikan nilai efisiensi BPD di Indonesia yaitu : Dana Pihak Ketiga, Total Kredit dan Pendapatan Bunga. Sedangkan variabel Beban Bunga dan Biaya Operasional berpengaruh negatif dan menurunkan nilai efisiensi perbankan.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait hasil analisis penelitian antara lain :

(16)

1) Bagi manajemen perbankan dan otoritas terkait dalam hal ini Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dapat menggunakan pengukuran efisiensi sepertidata envelopment analysis(DEA) sebagai pelengkap analisis rasio keuangan dalam melakukan penilaian kinerja bank–bank di Indonesia. Dimana, proses penghitungan efisiensi ini perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengetahui kondisi internal bank. Dengan penghitungan DEA ini, pihak manajemen bank juga dapat berfokus pada input maupun output yang harus dihemat dan atau ditambah sehingga target input dan output dapat terpenuhi dan efisiensi bank dapat dicapai.

2) Bagi Investor maupun nasabah perbankan serta Bursa Efek Indonesia hasil perhitungan efisiensi dari masing– masing bank perlu dipublikasikan agar diketahui oleh masyarakat umum yang dalam hal ini adalah nasabah atau investor perbankan. Sehingga hasil perhitungan efisiensi dapat dijadikan suatu informasi bagi nasabah atau investor perbankan dalam membuat keputusan berinvestasi yang tepat.

3) Bagi penelitian selanjutnya, disarankan dapat menggunakan tahun penelitian yang lebih panjang dan jumlah bank yang lebih banyak agar dapat dilihat pergerakan hasil efisiensi yang lebih konsisten serta dapat menggambarkan keadaan industri perbankan yang lebih baik, dengan menggunakan variabel input dan output efisiensi yang berbeda. Sebaiknya, pendekatan yang digunakan dalam penelitian–penelitian selanjutnya tidak hanya melihat dengan pendekatan intermediasi saja, tetapi juga dapat menggunakan pendekatan operasional dan aset.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. and Endri, E., 2009. Kinerja efisiensi teknis bank pembangunan daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).Jurnal Akuntansi dan Keuangan,11(1), pp.21-29.

Adenso-Diaz, B. and Gascon, F., 1997. Linking and weighting efficiency estimates with stock performance in banking firms.Financial Institutions Center, pp.97-21.

Beccalli, E., Barbara C., & Claudia G. 2003. Efficiency and Stock Performancein European Banking.Journal of Business Finance and Accounting.

Berger, A. N., & Humphrey, D. B. 1997. Efficiency of financial institutions: International survey and directions for future research.Journal of Operational Research.

Dinata, S.A.K. and Azhari, M., 2015. Penerapan Data Envelopment Analysis (dea) Dalam Pengukuran Efisiensi Dan Pengaruhnya Terhadap Stock Return Pada Bank Umum Konvesional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013.eProceedings of Management,2(3).

Endri. 2008. Efisiensi Teknis Perbankan Syariah Di Indonesia.Finance and Banking Journal, Vol.

10, 123–140.

Farell, M. J. 1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of the Royal Statistical Society, Vol. 120, No. 3, 253–290.

Farida, N. and Azhari, M., 2018. Penerapan Dea dalam Mengukur Efisiensi dan Pengaruhnya terhadap Stock Return.Jurnal Sikap,2(2), pp.112-121.

Fatmala, E., Hakim, D.B. and Anggraeni, L., 2019. Efisiensi dan Produktivitas Perbankan Sebelum dan Setelah Krisis Keuangan.Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),5(2), p.200.

Hadad, Muliaman D., Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, & Eugenia Mardanugraha. 2003. Analisis efisiensi industri perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis.Working Paper Bank Indonesia.

Haryanto, S., 2018. Determinan Efisiensi Bank: Analisis Bank Di Indonesia. Accounting and Financial Review,1(1), pp.46-52.

Liadaki, A., & Gaganis, C. (2010). Efficiency and stock performance of EU banks: Is there a relationship?.Omega, 38, 254–259.

Maharani, F., 2012. Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan menggunakan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dan Pengaruh Efisiensi Perbankan terhadap Stock Return pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005- 2010.Universitas Indonesia, Depok.

(17)

Mahmudi. (2007), Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.;

Mobarek, A., & Keasey, K. 2000. Weak form market efficiency of an emerging market: Evidence from Dhaka Stock Market of Bangladesh.Working Paper Series.

Muharam, H dan Purvitasari, R. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (periode tahun 2005).Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2, No.3.

Qurniawati, R.S., 2014. Efisiensi Perbankan di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Return Saham dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis,17(1), pp.27-40.

Rosita, P., MUHARAM, H. and HARYANTO, A.M., 2016.Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Bank Listed di BEI Periode 2008-2014)(Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Sekaran, Uma. 2007.Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Edisi 4 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat Sitompul, Zulkarnain. 2004. Perlindungan Dana Nasabah Suatu Gagasan Tentang Pendirian

Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta.

Srairi, S., Kouki, I. and Harrathi, N., 2015. The relationship between Islamic bank efficiency and stock market performance: Evidence from GCC countries. Islamic banking and finance–

Essays on corporate finance, efficiency and product development,3, pp.125-135.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susilo, Sri. Y., Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat.

Tambunan, Andy Porman. 2013. Analisis Saham Pasar Pedana (IPO). Jakarta: Elex Media Komputindo

Tecles, P. L., & Tabak, B. M. (2010). Determinants of bank efficiency: The case of Brazil.

European Journal of Operational Research, 207, 1587–1598.

Weill, L., 2003. Banking efficiency in transition economies: The role of foreign ownership.Economics of transition,11(3), pp.569-592.

Wheelock DC dan Wilson PW. 1999. Technical Progress Inefficiency and Productivity Change in U.S. Banking. 1984-1993.Journal of Money, Credit, and Banking, 31(2).

Widiarti, A.W., Siregar, H. and Andati, T., 2015. The determinants of bank's efficiency in Indonesia.Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,18(2), pp.129-156.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini secara keseluruhan tingkat kesehatan bank take over menunjukkan kinerja variatif dari cukup baik, baik dan sangat baik yang secara keseluruhan menunjukan

Penulis tertarik untuk melihat bagaimanakah pengaruh antar variabel rasio kinerja keuangan terhadap profitabilitas dan apa yang mempunyai pengaruh paling signifikan pada profitabilitas