• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

e-ISSN : 2615-109X

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Factors Influencing the Prevention of Acute Respiratory Infection (ARI) with ARI Recurrence in Toddlers

Rina Hanum1, Bukhari2

1Program Studi Diploma III Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh, Bireuen, Aceh

2Program Studi Diploma III Keperawatan, Akademi Keperawatan Kesdam Iskandar Muda Lhokseumawe, Aceh

*Korespondensi Penulis : 1rinahanum7@gmail.com, 2bukhari.mj@gmail.com

Abstrak

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan masih meningkatnya balita kematian ISPA karena pneumonia pada balita. ISPA merupakan masalah kesehatan yang terbesar terutama dinegara berkembang. Kematian akibat ISPA terutama pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari Angka Kematian Total (11,1 juta). Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA yang berat. Paling sering kematian terjadi karena infeksi telah mencapai paru-paru. Keadaan ini disebut sebagai radang paru mendadak atau pneumonia. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), mengatur pola makan dengan tujuan memenuhi nutrisi balita, menciptakan lingkungan yang nyaman serta menghindari faktor pencetus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di BPM Talitha Sunggal, Sumatra Utara. Desain penelitian yang dilakukan adalah Survey Analitik dengan pendekatan cross sectional.

Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 ibu balita. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan analisa data dengan menggunakan uji chi square. Dari hasil penelitian didapat pengetahuan baik dalam pencegahan ISPA sebanyak 53,8%, memiliki lingkungan yang cukup dalam pencegahan ISPA sebanyak 50%, peran orang tua baik kepada anak tentang pencegahan ISPA sebanyak 48,1%. Ada hubungan pengetahuan (sig. 0,015), lingkungan (sig. 0,036) dan peran orang tua (sig. 0,000) dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di BPM Talitah Sunggal, Sumatra Utara.

Kesimpulan penelitian ini dimana pengetahuan, lingkungan dan peran orang tua berhubungan dengan kekambuhan ISPA pada balita.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Peran Orang tua, Pola Makan, Lingkungan, ISPA

(2)

e-ISSN : 2615-109X

Abstract

Acute Respiratory Infections (ARI) is one of the major public health problems, due to the increase in ARI deaths due to pneumonia in toddlers. ARI is a major health problem, especially in developing countries. Deaths due to ARI, especially pneumonia, amounted to 13.5% (1.5 million) of the total mortality rate (11.1 million). Death in patients with ARI occurs if the disease has reached a severe degree of ARI. Most often death occurs because the infection has reached the lungs. This situation is referred to as sudden pneumonia. Prevention efforts that can be done are increasing parental knowledge about Acute Respiratory Tract Infection (ARI), regulating diet with the aim of fulfilling toddler nutrition, creating a comfortable environment and avoiding precipitating factors. The purpose of this study was to analyze the factors associated with ARI prevention with ARI recurrence in toddlers at BPM Talitha Sunggal, North Sumatra.

The research design conducted was Analytical Survey with cross sectional approach.

The sample in this study were 52 mothers of toddlers. Data collection using questionnaires and data analysis using chi square test. From the results of the study obtained good knowledge in preventing ARI as much as 53.8%, having a sufficient environment in preventing ARI as much as 50%, the role of good parents to children about ARI prevention as much as 48.1%. There is a relationship between knowledge (sig. 0.015), environment (sig. 0.036) and the role of parents (sig. 0.000) in the prevention of ARI with the recurrence of ARI in toddlers at BPM Talitah Sunggal, North Sumatra. The conclusion of this study is that knowledge, environment and the role of parents are associated with the recurrence of ARI in toddlers.

Keywords: Knowledge, Attitude, Parental Role, Diet, Environment, ARI

PENDAHULUAN

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan masih meningkatnya balita kematian ISPA karena pneumonia pada balita (Wisudariani et al., 2022).

Menurut WHO, ISPA merupakan masalah kesehatan yang terbesar terutama dinegara berkembang. Kematian akibat ISPA terutama pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari Angka Kematian Total (11,1 juta). Dalam skala Internasional diperkirakan bahwa setiap tahun diseluruh negara berkembang terdapat sekitar 15 juta kematian balita, dari jumlah ini 4 juta kematian ataupun 26,6% nya disebabkan oleh penyakit pneumonia (Hasby et al., 2021).

Di Indonesia, kematian balita pada tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian balita, menurun dibandingkan tahun 2020, yaitu sebanyak 28.158 kematian. Dari seluruh kematian balita, kematian anak balita (usia 12-59 bulan) sebesar 8,4% (2.310 kematian).

Penyebab utama kematian terbanyak pada kelompok anak balita (12-59 bulan) adalah diare sebesar 10,3% dan pneumonia sebesar 9,4%. Penyebab kematian lainnya, yaitu demam berdarah, kelainan kongenital jantung, tenggelam, cedera, kecelakaan, kelainan kongenital lainnya, COVID-19, infeksi parasit, dan penyebab lainnya (Kemenkes RI, 2022).

Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA yang berat. Paling sering kematian terjadi karena infeksi telah mencapai paru-paru.

(3)

e-ISSN : 2615-109X

Keadaan ini disebut sebagai radang paru mendadak atau pneumonia. Sebagian besar keadaan ini terjadi karena penyakit ringan (ISPA ringan) yang diabaikan (Warjiman et al., 2017). Sering kali penyakit dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit dengan cepat menjalar ke paru-paru. Jika penyakitnya telah menjalar ke paru-paru dan anak tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang tepat, anak dapat meninggal. Perawatan yang dimaksud adalah perawatan dalam pengaturan pola makan balita, menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga tidak mengganggu kesehatan, menghindari faktor pencetus seperti asap dan debu serta menjaga kebersihan diri balita (Suryani et al., 2015).

Angka kejadian ISPA yang masih tinggi pada balita disebabkan oleh tingginya frekuensi kejadian ISPA pada balita. Dalam satu tahun rata-rata seorang anak di pedesaan dapat terserang ISPA 3-5 kali, sedangkan di daerah perkotaan sampai 6-8 kali.

Penyebab tingginya kekambuhan ISPA pada balita terkait dengan banyaknya faktor yang berhubungan dengan ISPA (Lazamidarmi et al., 2021).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), mengatur pola makan dengan tujuan memenuhi nutrisi balita, menciptakan lingkungan yang nyaman serta menghindari faktor pencetus. Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam pencegahan suatu penyakit. Orang tua yang memiliki peran yang buruk dalam menjaga kesehatan keluarga akan mempengaruhi angka kesehatan anggota keluarga terutama anggota keluarga yang masih balita (Medhyna, 2019).

Pencemaran udara di dalam rumah berasal dari dari asap rokok, asap dapur dan asap dari obat nyamuk yang digunakan di dalam rumah, sementara polusi udara di luar rumah berasal dari gas buangan trasportasi, asap dari pembakaran sampah dan asap dari pabrik.

Keadaan lingkungan juga behubungan dengan ISPA pada balita. Peluang balita yang tinggal dalam rumah dengan pencemaran dalam ruangan akan terkena ISPA sebesar 6,09 kali dibandingkan dengan balita tanpa pencemaran ruangan (Dewi, 2012).

Hasil penelitian dari Putra & Wulandari, (2019), tentang faktor penyebab kejadian ISPA dengan tingkat kejadian ISPA. Hasil menujukan ada hubungan antara sanitasi lingkung dan kejadian ISPA menunjukkan adanya (p value 0.007) (p<0.05) dan hubungan antara polusi udara dengan kejadian ISPA (p value 0.018).

Salah satu periode pertumbuhan dan perkembangan yang cukup mendapat perhatian bidang kesehatan adalah usia balita. Upaya pembangunan dan pembinaan kesehatan pada usia balita merupakan periode transisi tumbuh kembang. Secara fisik usia balita merupakan usia pertumbuhan dimana usia ini semua sel termasuk sel-sel yang sangat penting seperti sel otak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sedangkan secara psikologis usia balita merupakan usia perkembangan mental, emosional dan intelektual yang pesat juga. Pertumbuhan dan perkembangan pada usia balita ini akan berjalan secara optimal dan serasi jika kondisi kesehatan balita dalam keadaan optimal pula (Jayatmi & Imaniyah, 2019).

(4)

e-ISSN : 2615-109X

Berdasarkan survey awal yang di lakukan di BPM Talitha Sunggal pada bulan Januari- Desember tahun 2022, balita yang mengalami ISPA yaitu sebanyak 93 orang dan kebanyakan mengalami ISA berulang.

METODELOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang dilakukan adalah Survey Analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di PWM Talitah Sunggal, Sumatra Utara (Notoatmodjo, S. 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak yang menderita ISPA. Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 ibu balita yang pernah berobat ke BPM ini sebelumnya dengan masalah ISPA, yang diambil secara purposive sampling yaitu mengambil sampel dengan cara menggunakan pertimbangan peneliti.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan biodata responden dan pertanyaan-pertanyaan tentang variabel yang akan diteliti (pengetahuan, lingkungan, dan peran orang tua). Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) (Firdaus & Zamzam, 2018).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan di BPM Talitah Sunggal Sumatra Utara pada tanggal 23 Februari s/d 5 Maret 2023 yang dilakukan terhadap 52 responden, dan hasilnya dapat dilihat dari tabe distribusi frekuensi dibawah ini ;

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Karakteristik f %

1 Usia

<20 Tahun 11 21.2

20-35 Tahun 35 67.3

> 35 Tahun 6 11.5

2 Pendidikan

SMP 5 9.6

SMA 32 61.5

Perguruan Tinggi 15 28.8

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, pada karakteristik usia mayoritas ibu berusia 20-35 tahun sebanyak 35 orang (67.3%) dan minoritas berusia > 35 tahun sebanyak 6 orang (11,6%). Pada karakteristik pendidikan mayoritas ibu berpendidikan SMA sebanyak 32 orang (61,5%) dan minoritas ibu berpendidikan SMP sebanyak 5 orang (9,6%).

(5)

e-ISSN : 2615-109X

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan, Lingkungan, Peran Orang Tua dan Kekambuhan ISPA

No Karakteristik f %

1 Pengetahuan

Baik 28 53.8

Cukup 14 26.9

Kurang 10 19.2

2 Lingkungan

Baik 20 38.5

Cukup 26 50.0

Kurang 6 11.5

3 Peran Orang Tua

Baik 25 48.1

Cukup 21 40.4

Kurang 6 11.5

4 Kekambuhan ISPA

Tidak Kambuh 32 61.5

Kambuh 20 38.5

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, pada variabel pengetahuan ibu mayoritas ibu berpengetahuan baik dalam pencegahan ISPA sebanyak 28 orang (53,8%), pada variabel lingkungan mayoritas ibu yang memiliki lingkungan yang cukup dalam pencegahan ISPA sebanyak 26 orang (50%), pada variabel peran orang tua mayoritas peran orang tua baik kepada anak tentang pencegahan ISPA sebanyak 25 orang (48,1%) dan pada variabel kekambuhan ISPA mayoritas balita yang tidak mengalami kekambuhan ISPA sebanyak 32 orang (61,5%).

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Pengetahuan Kekambuhan ISPA Total Sig

Tidak Kambuh Kambuh f %

f % f %

Baik 22 68,8 6 30 28 53.8

0,015

Cukup 7 21.9 7 35 14 26,9

Kurang 3 9,4 7 35 10 19,2

Total 32 61,5 20 38.5 52 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, mayoritas yang tidak mengalami kekambuhan ISPA serta memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 orang (68,8%) dan minoritas yang berpengathuan kurang sebanyak 3 orang (9,4%). Setelah dilakukan uji chi-square maka didapatkan Sig sebesar 0,015, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan pengetahuan dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita.

(6)

e-ISSN : 2615-109X

Tabel 4. Hubungan Lingkungan Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Lingkungan Kekambuhan ISPA Total Sig

Tidak Kambuh Kambuh f %

f % f %

Baik 15 46.9 5 25 20 38.5

0,036

Cukup 16 50 10 50 26 50

Kurang 1 3.1 5 25 6 11,5

Total 32 61,5 20 38.5 52 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, mayoritas yang tidak mengalami kekambuhan ISPA serta memiliki lingkungan cukup sebanyak 16 orang (50%) dan minoritas yang lingkungan kurang sebanyak 1 orang (3,1%). Setelah dilakukan uji chi- square maka didapatkan Sig sebesar 0,036, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan lingkungan dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita.

Tabel 5. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Peran Orang Tua Kekambuhan ISPA Total Sig

Tidak Kambuh Kambuh f %

f % f %

Baik 22 68.8 3 15 25 48.1

0,000

Cukup 9 28.1 12 60 21 40.4

Kurang 1 3.1 5 25 6 11.5

Total 32 61,5 20 38.5 52 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, mayoritas yang tidak mengalami kekambuhan ISPA memiliki peran orang tua baik sebanyak 22 orang (68,8%) dan minoritas yang memiliki peran orang tua sebanyak 31 orang (3,1%). Setelah dilakukan uji chi-square maka didapatkan Sig sebesar 0,000, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan peran orang tua dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Hasil penelitian menunjukan, mayoritas yang tidak mengalami kekambuhan ISPA serta memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 orang (68,8%) dan minoritas yang berpengathuan kurang sebanyak 3 orang (9,4%). Setelah dilakukan uji chi-square maka didapatkan Sig sebesar 0,015, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan pengetahuan dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita. Pengetahuan yang baik akan dapat merubah sikap dan prilaku ibu dalam pencegahan ISPA pada balita.

Sebahagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik maka dapat mencegah terjadi ISPA berulang pada balitanya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahidi et al., (2016) tentang aktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA anak berumur 12-59 bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan terhadap kejadian ISPA pada balita usia 12-59 bulan.

(7)

e-ISSN : 2615-109X

Penelitian dari Wisudariani et al., (2022) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semerap. Hasil yang didapat nilai sig. 0,007, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian ISPA pada balita.

Selanjutnya penelitian oleh Intan Silviana, (2014) tentang ubungan pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita di PHPT Muara Angke Jakarta Utara. Hasil menujukan ada hubungan pengetahuan ibu di PHPT Muara Angke masih rendah pengetahuan dengan perilaku masih kurang.

2. Hubungan Lingkungan Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Hasil penelitian menunjukan, mayoritas yang tidak mengalami kekambuhan ISPA serta memiliki lingkungan cukup sebanyak 16 orang (50%) dan minoritas yang lingkungan kurang sebanyak 1 orang (3,1%). Setelah dilakukan uji chi-square maka didapatkan Sig sebesar 0,036, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan lingkungan dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita. Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang, lingkungan yang kurang baik akan mendatangkan penyakit bagi hunian yang tinggal. Apalagi balita yang masih rentang akan bakteri dan kuman penyakit. Lingkungan rumah yang tidak baik akan membuat balita mengalami ISPA.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahidi et al., (2016) tentang aktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA anak berumur 12-59 bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan kepadatan hunian, dan perilaku merokok anggota keluarga terhadap kejadian ISPA pada balita usia 12-59 bulan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Warjiman et al., ( 2017) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Hasil yang didapat tidak ada hubungan lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasby et al., (2021) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di Desa Hilir Muara Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru 2021. Hasil menujukan ada hubungan lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita.

Slanjutnya penelitian dari Putra & Wulandari, (2019), tentang faktor penyebab kejadian ISPA dengan tingkat kejadian ISPA. Hasil menujukan ada hubungan antara sanitasi lingkung dan kejadian ISPA menunjukkan adanya (p value 0.007) (p<0.05) dan hubungan antara polusi udara dengan kejadian ISPA (p value 0.018).

3. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita

Hasil penelitian menunjukan, mayoritas yang tidak mengalami kekambuhan ISPA memiliki peran orang tua baik sebanyak 22 orang (68,8%) dan minoritas yang memiliki peran orang tua sebanyak 31 orang (3,1%). Setelah dilakukan uji chi-square maka didapatkan Sig sebesar 0,000, maka dapat diartikan bahwa ada hubungan peran orang tua dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita. Peran orang tua sangat berpengruh terhadap kondisi kesehatan bagi anak balitanya, karena orang tua lah

(8)

e-ISSN : 2615-109X

yang harus menjaga baik kondisi fisik maupun kondisi non fisik balita. Peran orang tua yang baik akan membuat balitanya tidak rentang terhadap suatu penyakit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukarto et al., (2015) tentang hubungan peran orang tua dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita dipuskesmas Bilalang Kota Kotamobagu. Hasil menujukan ada hubungan antara peran orang tua dengan kekambuhan ispa pada balita.

Penelitian dari Angelina (2022) tentang peran dan tindakan orangtua dalam pencegahan ispa dengan kejadian ispa pada balita di kelurahan babakan asih kota bandung. Analisis bivariat didapatkan p value=0,000 artinya ada hubungan antara peran orangtua dalam pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA dan adanya hubungan antara tindakan pencegahan ISPA dengan kejadian ISPA.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : pengetahuan baik dalam pencegahan ISPA sebanyak 53,8%, memiliki lingkungan yang cukup dalam pencegahan ISPA sebanyak 50%, peran orang tua baik kepada anak tentang pencegahan ISPA sebanyak 48,1%. Ada hubungan pengetahuan (sig. 0,015), lingkungan (sig. 0,036) dan peran orang tua (sig. 0,000) dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di BPM Talitah Sunggal, Sumatra Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, R. (2022). Peran Dan Tindakan Orang Tua Dalam Pencegahan Ispa Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Kelurahan Babakan Asih Kota Bandung. Jurnal Perawat Indonesia, 6(3), 1161–1172.

Dewi, A. (2012). Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 18802.

https://media.neliti.com/media/publications/18802-ID-hubungan-kondisi-lingkungan- fisik-rumah-dengan-kejadian-ispa-pada-balita-di-wila.pdf

Firdaus, & Zamzam, F. (2018). Aplikasi Metodologi Penelitian. Group Penerbitan CV BUDI UTAMA.

Hasby, M., Hadi, Z., & Ishak, I. (2021). Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Hilir Muara Wilayah Kerja Puskesmas Kota Baru Tahun 2021. Jurnal KESMAS.

Intan Silviana. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang penyakit ISPA pada balita di PHPT Muara Angke Jakarta Utara. Forum Ilmiah, 11(3), 402–411.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4782&val=434&title=HUBUN GAN%0APENGETAHUAN%0AIBU%0ATENTANG%0APERKEMBANGAN%0 APSIKOMOTOR%0AANAK%0AUSIA%0A3.5%0ATAHUN%0ADI%0ADESA%

0ASARIREJO%0AKEC.%0AGUNTUR%0AKAB.%0ADEMAK

Jayatmi, I., & Imaniyah, E. (2019). Determinan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 9(01), 18–25.

https://doi.org/10.33221/jiki.v9i01.212

Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.

Lazamidarmi, D., Sitorus, R. J., & Listiono, H. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,

(9)

e-ISSN : 2615-109X

21(1), 299. https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i1.1163

Medhyna, V. (2019). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Bayi. Maternal Child Health Care Journal, 1(2), 83–86.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. Jakarta:

Rineka Cipta. (n.d.).

Putra, Y., & Wulandari, S. S. (2019). FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN ISPA. Jurnal Kesehatan, 10(1). https://doi.org/https://doi.org/10.35730/jk.v10i1.378

Sukarto, R. C. W., Ismanto, A. Y., & Karundeng, M. Y. (2015). Hubungan Peran orang tua dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu. Journal Keperawatan, 4, 1–12.

Suryani, I., Edison, E., & Nazar, J. (2015). Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk.

Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 157–167. https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.215 Syahidi, M. H., Gayatri, D., & Bantas, K. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013.

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(1), 23–27.

https://doi.org/10.7454/epidkes.v1i1.1313

Warjiman, Anggraini, S., & Amelia Sintha, K. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Suaka Insa, 2(1). https://doi.org/https://doi.org/10.51143/jksi.v2i1.58 Wisudariani, E., Zusnita, S., & Butar Butar, M. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Semerap Kerinci, Jambi. Jik Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 362. https://doi.org/10.33757/jik.v6i2.602

Referensi

Dokumen terkait

Penularan ISPA bisa menyebabkan beragam penyakit mulai dari tanpa gejala atau infeksi ringan hingga yang parah dan mematikanPenelitian ini didasarkan pada konsep dasar pemilihan terapi

Penelitian oleh Aprilla 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar kebiasaan merokok orang tua balita adalah negatif yaitu 33 orang 55%, sebagian besar balita mengalami ISPA yaitu sebanyak