14 BAB II
LANDASAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Fertilitas
Fertilitas adalah kemapuan dari orang atau sekelompok orang dari proses reproduksi, yang di miliki oleh perempuan atau sekelompok perempuan, kemudian banyaknya anak yang telah dimiliki oleh perempuan disebut paritas (Rusli, 2011). Kelahiran atau fertilitas disebabkan oleh banyakanya jumlah perempuan yang memasuki umur reproduksi.
Meningktanya jumlah perempuan yang memasuki umur reproduksi maka dapat di perkirakan banyaknya kelahiran akan meningkat (Sulistiawati &
Helmi, 2013).
Menurut Sinaga (2017) ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tingkat fertilitas adalah sebagai berikut, faktor demografi dan non demografi,. Faktor demografi disini terdiri dari: stuktur umur, keadaan pernikahan, pada umur berapa mereka menjalankan sebuah pernikahan, jumlah penduduk yang memiliki status sudah menikah. Faktor non demografi terdiri dari perekonomian masayrakat, edukasi, perbaikan status perempuan, pindahnya dari desa ke kota dan perubahan dari tenaga manusia menjadi mesin. Faktor- faktor tersebut bisa berpengaruh tidak
langsung tetapi bisa saja berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas.
Dan tidak ketinggalan faktor social juga dapat berpengaruh terhadap edukasi perempuan, status pekerjaan perempuan, umur pernikahan yang pertama perempuan lakukan, dan alat kontrasepsi yang digunakan serta income.
Untuk menghitung atau mengukur fertilitas berbeda dengan mortalitas karena fertilitas pengukuranya lebih kompleks. Hal itu terjadi karena dalam pengukuran fertilitas melibatkan dua individu manusia (suami dan istri), berbeda dengan mortalitas hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Ditemukan masalah yang berbeda dari suatu pengukuran fertilitas karena pada kenyataanya tidak semua perempuan memiliki atau mengalami resiko melahirkan karena ada perempuan dari mereka yang tidak mempunyai pasangan atau tidak mendapatkan pasangan untuk membina suatu kehidupan berumah tangga. Serta ada juga yang pisah dangan pasanganya yang biasa disebut bercerai dan juga menjanda.
Melihat masalah-maslah yang diatas, kita bisa menggunakan variasi pengukuran yang berebda supaya dapat diterapkan, dan dalam variasi pengukuran meiliki tingkat keuntungan dan kelemahan yang berbeda beda (Mantra, 2015).
Bisa dilihat diatas ada perbedaan antara fertilitas dan mortalitas, hal itu membolehkan untuk mengerjakan dua macam pengukuran fertitas yang
pertama pengukuran fertilitas tahunan dan yang kedua pengukuran fertilitas komulatif. Mantra (2015) mengatakan bahwa dalam pengukuran fertilitas dibagi menjadi dua, yaitu :
2.1.1.1. Pengukuran fertilitas tahunan.
Dalam pengukuran fertilitas tahunan menggunakan jumlah kelahiran pada tahun tertentu kemudiaan dilakukan penghubungan dengan jumlah penduduk yang memiliki resiko melahirkan pada tahun tersebut. Dalam pengukuran tahunan hampir sama dengan pengukuran mortalitas. Ukuran fertilitas tahunan adalah sebagai berikut
a. Tingkat fertilitas kasar (Crude Birth Rate).
Tingkat fertilitas kasar diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup selama satu tahun tertentu setiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
b. Tingkat fertilitas umum (General Fetility Rate)
Tingkat fertilitas kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas masih begitu kasar dikarenakan membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
c. Tingkat fertilitas menurut umur (Age Spesific Fertility Rate)
Tingkat fertilitas penduduk dibedakan menurut jenis kelamin, status perkawinan, umur atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur.
d. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara.
Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya.
e. Standarisasi Tingkat Fertilitas
Tinggi rendahnya tingkat fertilitas disuatu negara dipenaruhi oleh beberapa variabel misalnya umur, status perkawinan, atau karakteristik yang lain. Jika kita ingin membandingkan tingkat fertilitas di beberapa negara maka pengaruh variabel- variabel tersebut perlu dinetralisir dengan menggunakan teknik standarisasi sehingga hanya satu variabel yang berpengaruh.
2.1.1.2. Pengukuran fertilitas komulatif
Pengukuran fertilitas komulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia subur.
a. Tingkat Fertilitas Total
Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
b. Gross reproduction rates
Gross reproduction rates ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti tingkat fertilitas total.
c. Net reproduction rates
Net reproduction rates adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan
prempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Indonesia sering dijadikan contoh keberhasilan dalam upaya penurunan angka kelahiran yang relatif cukup cepat. Keberhasilan tersebut disebabkan oleh adanya interversi pemerintah melalui pelaksanaan program keluarga berencana (KB), yang dilaksanakan sejak awal tahun 1970-an. Pemerintah pada waktu itu berkeyakinan bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat.
Menurut beberapa studi yang dilakukan, penurunan angka fertilitas total yang terjadi di Indonesia selain disebabkan oleh pelaksanaan program KB, juga dipengaruhi beberapa faktor berikut:
a. Umur kawin pertama
b. Peningkatan pendidikan perempuan c. Partisipasi perempuan dalam pasar kerja d. Lingkungan tempat seseorang dibesarkan e. Sosial budaya dan bias gender
2.1.2. Pendidikan
Menurut Soyomukti (2010) Pendidikan adalah serangkaian alur yang bisa membuat manusia meningkatkan kualitas diri karena didalam pendidilan memiliki proses dan situasi yang dilewati. Untuk memberikan suatu pendidikan jadi prosesnya memiliki banyak tahap untuk
melewatinya. Di dalam suatu pendidikan memliki aspek-aspek yang dipertimbangkan antara lain penyadaran, pencerahan, pemberdayaan dan perubahan perilaku.
Pendidikan itu bisa diterima dari berbagai sumber tidak hanya dari bangku sekolah tetapi bisa diterima dari keluarga, seperti pendidikan keluarga. Pendidikan juga bisa dimiliki dari lingkungan sekitar misalanya dalam pendidikan jasmani, pendidikan rohani, pendidikan untuk para calon dokter dan guru, pendidikan untuk membuat orang menjadi profesional di bidangnya.
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan merupakan indikator pendidikan yang menggambarkan presentase penduduk yang memiliki umur minimal 15 tahun yang sudah menamatkan pendidikan. Dalam Apriyanti (2014) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan atau membuat keputusan hal itu termasuk dengan untuk memiliki anak, karena hal itu bisa mempengaruhi keinginan untuk memperoleh kekayaan oleh sebab itu membuat para orang tua mengurangi memiliki anak banyak.
Untuk perempuan yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi berfikir untuk memperbaiki status ekonominya lebih dahulu, hal itu membuat resiko perempuan memiliki anaka menjadi pendek.
2.1.3. PDRB Perkapita
Pembangunan ekonomi regional memiliki aspek yang penting yaitu PDRB, indikator atau patokan dalam keberhasilan dari seluruh kegiatan ekonomi adalah PDRB, serat bisa juga untuk melihat pertumbuhan ekonomi dalam satu wilayah tertentu. PDRB yang dijabarkan oleh Todaro (2011) adalah jumlah nilah keseluruhan yang dihasilkan dari suatu prosen perkonomian di suatu wilayah daerah yang dilakukanj oleh penduduk asli maupun penduduk dari wilayah yang lain, yang penting adalah bermukim di daerah tersebut.
PDRB perkapita yang dijabarkan oleh Kuncoro (2015) adalah PDRB dibagi dengan seluruh jumlah penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Untuk menghitung PDRB perkapita dapat dilakukan dengan PDRB harga kostan dibagi dengan seluruh jumlah penduduk pada suatu wilayah, untuk menggambarkan data PDRB dibagi menjadi dua, yaitu:
1. PDRB atas dasar harga berlaku, menggambarkan nilai tambah nilai barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan.
2. PDRB atas dasar harga konstan, menunjukan nilai tambah barang dan jasa bersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu.
Untuk PDRB atas harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dari harga pada tahun sebelumnya digunakan untuk tahun dasar perhitungan, kemudian bisa juga pdrb untuk menggambarkan naik atau turunya pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Tarigan, 2007). PDRB harga kontan perkembangan perubahan agregat dari tahun-ke tahuan hanya dipengaruhi atau disebabkan dari agregat dari faktor produksi karena sudah tidak ada fluktuasi harga (inflasi).
Untuk menghitung angka dalam PDRB menurut BPS dapat menggunakan cara sebagai berikut:
a. Pendekatan Produksi.
Adalah gabungan nilai barang dan jasa terkahir output jangka waktu tertentu (satu tahun) yang berasal dari bebrbagai unit produksi di dalam perekonoian. Unit produksi tersebut dibagi menjadi 17 sektor yaitu pertanian; kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas;
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
konstruksi; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan,
pertahanan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan;
serta jasa-jasa lain.
b. Pendekatan Pendapatan
PDRB adalah jumlah pendapatan yang diterima atau didapatkan dari balas jasa faktor-faktor produksi yang menjadi pelaku dalam suatu kegiatan produksi dalam suatu negara dalam kurun waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
c. Pendekatan Pengeluaran
Adalah gabungan seluruh komponen permintaan akhir yaitu meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan; pembentukan modal tetap domestic bruto; perubahan stok; pengeluaran pemerintah; serta ekspor neto.
Dalam ketiga pendekatan diatas pasti menghasilkan angka yang sama. Artinya seluruh angka pengeluaran meiliki angka yang sama dengan seluruh angka barang dan jasa akhir yang didapat dan harus sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor produksi.
Dalam Yiniati (2014) Leibenstein mengatakan untuk memiliki anak bisa ditonton dari bergbagai segi ekonomi antara lain yaitu dari kegunaanya (utility) dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk mememnuhi keperluanya seperti mebesarkan anak dan merawatnya. Jika pendapatan dari orang tua mengalami peningkatan maka orang tua akan mengusahan meningkatkan kualitas anak tersebut darpada kuantitas anak tersebut.
2.1.4. Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi
Perempuan memiliki peluang yang cukup besar untuk mendapatkan anak pada umur 15-49 tahun yang dikarenakan pada umur tersebut merupakan umur subur dan memungkinkan memiliki atau melahirkan anak lebih banyak. Upaya untuk bisa menurunkan atau menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program keluarga bencana (KB).
Menurut A Mahendra (2017) Kontrasepsi adalah obat dan alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam:
1. Kontrasepsi yang didalamnya mengandung hormonal (pil, suntik, dan implant).
a. Pil merupakan tablet yang diminum untuk mencegah kehamilan, mengandung hormon estogen dan progesteron sintetik, disebut juga
sebagai pil kombinasu, sedangkan mini pil atau pil progestin hanya mengandung progesteron sintetik saja
b. Suntik.
c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol dimasukan dibawah kulit lengan atas wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan.
2. Kontrasepsi non hormonal (IUD, kondom).
a. IUD/Alat ontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi ini dimasukan ke dalam rahim, yang terbuat dari plastik halus dan fleksibel (polietilin) yang beredar di Indonesia.
b. Kondom.
Alat kontrasepsi yang terbuat dari karet lateks berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung.
Dalam wilayah Indonesia, dengan menekan variable-varibel yang memiliki pengaruh yang besar terhadap fertilitas terus di lakukan. Upaya tersebut di Indonesia melalui promgram pengendalian penduduk yang biasa disebut dengan keluarga berencana (KB). KB memiliki tujuan pada upaya untuk menurunkan fertilitas dengan metode cara menggunakan pemakain alat kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi adalah aspek utama fertilitas.
Penggambaran mengenai penggunaan alat kontrasepsi bisa menjadi
pengetahuan yang sangat berguna untuk pasangan muda guna mengatur fertilitasnya, dan juga alat kontrasepsi yang pas untuk mereka.
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil dari penenlitian-penelitaian yang lalu dan memiliki jenis yang sangat memiliki peran penting ke dalam penelitian yang dikerjakan. Ada beberapa penelitian yang sebelumnya menjadi sebuah pedoman untuk penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Jurnal Variabel Alat Analisis Kesimpulan Windi
Yohana Oktavia Tri Sukirno Putro Lapeti Sari
Pengaruh tingkat pendidikan, struktur umur dan kematian bayi terhadap fertilitas di Kota Pekanbaru
Dependent Var:
Fertilitas di kota
Pekanbaru Independent Var:
Tingkat Pendidikan, Stuktur Umur dan
Kematian Bayi
Analisis Diskriptif
Membuktikan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap fertilitas, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan.
A Mahendra (2017)
Analisi Faktor-faktor yang
mempengaruhi fertilitas di Indonesia
Dependent Var:
Fertilitas di Indonesia Independent Var:
Uji asumsi klasik dan Analisis regresi linier berganda.
Disimpulkan bahwa pengaruh PDRB,
Pendidikan dan Wanita umur 15-49 tahun yang
menggunakan
PDB, Presentase pengguna alat
kontrasepsi dan
Pendidikan
alat kontrasepsi selama periode 2011 sampai dengan 2015 berpengaruh signifikan secara simultan terhadap fertilitas di Indonesia Abdul
Rahman Ririn Mardhani Syakur (2018)
Menelusur Determinan Tingkat Fertilitas
Dependent Var : Tingkat Fertilitas Independent Var:
Tingkat pendapatan keluarga, Pendidikan, Usia kawin pertama.
Analisis Path atau analisis jalur.
Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap fertilitas.
Sehingga untuk meningkatkan fertilitas harus di ikuti dengan pengaruh pendapatan keluarga.
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi suatu keputusan seseorang atau keluarga dalam merencanakan jumlah anak Ayu Fitri,
Trisnaningsih , Nani
Suwarni
Hubungan Tingkat Pendidikan Penggunaan
Dependent Var : Jumlah Anak Yang Dilahirkan
Penelitian deskriptif dengan jenis metode
Hasil analisis yang
menunjukkan bahwa ada
(2016) Kontrasepsi dengan Jumlah Anak Yang Dilahirkan Wanita PUS (Pada Usia Subur)
Wanita PUS (Pada Usia Subur) Independent Var:
Tingkat Pendidikan Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian Survai
hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita PUS di Desa
Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Febi
Nurandini (2015)
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pelaksanaan Program keluarga Berencana.
Dependent Var : Jumlah Peserta KB (keluarga Berencana) Kabupaten Gresik Independent Var:
Faktor Sosial Ekonomi
Penelitian deskriptif dengan jenis metode Penelitian Survai
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori kalangan sosialis awal yang
menyatakan apabila setiap peningkatan kondisi social ekonomi kelas pekerja akan menyebabkan tingkat kelahiran menurun.
Perbedaan tingkat
kelahiran akan senantiasa dibentuk oleh posisi social, tingkat kehidupan (suatu istilah
untuk jumlah sarana-sarana kehidupan), kondisi social maupun factorfaktor social lainnya Maria Rita
Testa (2014)
On the positive correlation between education and fertility intentions in Europe:
Individual- and country- level evidence
Dependent Var: Tingkat Fertilitas di Eropa Independent Var:
Tingkat Pendidikan Wanita PUS.
Uji asumsi klasik dan Analisis regresi linier berganda.
Hasil
menunjukkan bahwa
hubungan positif antara tingkat pendidikan perempuan dan niat kesuburan seumur hidup
Jonathan Fox,
Sebastian Klüsener, dan Mikko
Myrskylä (2018)
Is a Positive Relationship Between Fertility and Economic Development Emerging at the Sub- National Regional Level?
Theoretical Considerations and Evidence from Europe
Dependent Var: Tingkat Fertilitas di Eropa Independent Var:
Tingkat Pendapatan di Eropa
Uji asumsi klasik dan Analisis regresi linier berganda.
Hasil
menunjukkan bahwa
hubungan positif antara Pendapatan dengan fertilitas
Kai-Wen Cheng
The Effect of Contraceptive Knowledge on
Dependent Var: Tingkat Fertilitas di
Uji asumsi klasik dan Analisis
Hasil
menunjukan ada Hubungan
(2011) Fertility: The Roles of Mass Media and Social Networks
Taiwan Independent Var:
Tingkat Pengetahuan kontrasepsi.
regresi linier berganda.
antara pengetahuan kontrasepsi dengan fertilitas sehingga dapat merencanakan kelahiran . Samuel
Asumadu- Sarkodie and Phebe
Asantewaa Owusu (2016)
The casual nexus between child mortality rate, fertility rate, GDP, household final
consumption expenditure, and food production index
Dependent Var: Tingkat kesuburan Independent Var: Tingkat kematian, PDB, Pengeluaran rumah tangga dan inderks produksi makanan.
Metode
Autoregressive dan
Distributed Lag (ARDL).
Ada bukti hubungan ekuilibrium jangka panjang yang berjalan dari tingkat kesuburan, indeks produksi makanan, PDB, dan pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga ke tingkat
kematian. Ada bukti kausalitas dua arah yang berjalan dari pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga ke tingkat
kesuburan.
Inyong shin (2015)
Change and prediction of income and fertility rates across countries
Dependent Var: Tingkat kesuburan Independent Var: Tingkat pendapatan
Uji asumsi klasik dan Analisis regresi linier berganda.
Makalah ini telah
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara pendapatan dan tingkat
kesuburan, yang
disajikan dalam bentuk kurva S berbentuk terbalik yang menunjukkan tiga rezim transisi demografis.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2. 1 Pemikiran Teoritis
Jika pendidikan perempuan dalam pasangan suami istri semakin tinggi maka akan lebih banyak mendapatkan informasi mengenai kualitas dan
Fertilitas (Y)
Alat Kontrasepsi (X3) PDRB
(X2) Pendidikan
(X1)
kesejahteraan keluarga, hal itu membuat pemahaman mereka tentang informasi tersebut lebih tinggi. Perempuan dengan pendidikan yang tinggi kebanyakan akan menunda untuk menikah dan lebih condong mencari pekerjaan terlebih dahulu (Oktavia et al., 2014).
Pengaruh antara pendapatan total keluarga dengan besaran kelahiran bayi hidup dalam pasangan usia subur. Jumlah pendapatan dalam keluarga yang meimiliki pendapatan yang tinggi cenderung memiliki jumlah anak yang lebih sedikit. Pada pendapatan yang rendah jumlah anak yang sedikit karena pengaruh umur pada saat menikah pertama dengan jumlah anak yang dilahirkan.
Perempuan yang menikah pada usia dini akan lebih dimungkinkan memiliki anak yang lebih banyak (Utomo & Aziz, 2020).
Terdapat pengaruh antara pengguna alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan. Perempuan yang menggunakan alat kotrasepsi melahirkan lebih sedikit dibandingkan oleh perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi baik alat kontrasepsi jangka pendek maupun jangka panjang (Fitri, 2016).
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diketahui variable- variable yang mempengaruhi fertilitas adalah pendidikan, PDRB perkapita dan pengguna alat kontrasepsi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variable yaitu pendidikan, PDRB perkapita dan pengguna alat kontrasepsi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
fertilitas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Untuk memudahkan kegiatan penelitian, diatas merupakan kerangka pemikiran sistematis.
Kerangka berpikir dalam penelitian merupakan suatu pedoman dan metode dalam tahapan-tahapan pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mempermudah dalam mengkaji dan menganalisis. Adapun kerangka berpikir penelitian ini ada pada gambar :
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Fertilitas
Pendidikan PDRB Perkapita Pengguna Alat
Kontrasepsi
Pengumpulan Data
Alat Analisis:
1. Uji Kesesuaian Model
(Uji Chow, Uji Hausman dan LM test)
2. Uji Regresi dan Panel 3. Uji Statistik
(Uji 𝑅2,uji t dan uji F
Hasil Analisis dan Kesimpulan
Dari kerangka berpikir diatas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan, PDRB perkapita dan pengguna alat kontrasepsi akan menimbulkan pengaruh terhadap fertilitas. Perubahan yang terjadi pada pendidikan, PDRB perkapita dan pengguna alat kontrasepsi akan mengakibatkan perubahan yang terjadi pada fertilitas di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah..
Untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen, peneliti menggunakan analisis regresi data panel yang dilakukan dengan langkah pertama yaitu uji kesesuaian model yang meliputi uji chow, uji hausman dan LM test. Kemudian setelah model di pilih dilakukaan uji regresi data panel yang kemudian dilaukan uji statistik yang terdiri dari koefisien determinasi, uji t dan uji F.
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2016). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga ada pengaruh variabel pendidikan terhadap variabel fertilitas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2016-2020.
2. Diduga ada pengaruh variabel PDRB perkapita terhadap variabel fertilitas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2016-2020.
3. Diduga ada pengaruh variabel alat kontrasepsi terhadap variabel fertilitas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2016-2020.
4. Diduga ada pengaruh pendidikan, Produk Domestik Regional Bruto dan alat kontrasepsi secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap fertilitas di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2016-2020.