MAKALAH DEMOGRAFI
“ FERTILITAS (
Fertility
) ” DOSEN PENGAMPU:FATMAWATI, M. Pd
OLEH:
KELOMPOK 4
T. RIVALDO PUTRA 12311311644
NUR HAYATI 12311324505
NURUL HIKMAH 12311321483
BERLIAN FAZA 12311321752
MUTIARA ANJANI 12311322918
KELAS A SEMESTER II
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penyususn ucapkan kepada Allah AWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat di selesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Fatmawati, M. Pd selaku dosen Pengampu mata kuliah Demografi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karna itu, semua kritik dan saran dari para pembaca akanpenuis terima dengan senang hati untuk pembuatan makalah kedepannya agar menjadi lebih baik.
Tulisan ini dapat terselesaikan penuh berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karna itu, sudah sepantasnya penulis megucapkan terima kaasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses pembuatan makalah sehingga makalah dapat terselesaikan dengan semestinya. Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan utamanya kepada penulis sendiri.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Pekanbaru, 24 Maret 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan...2
BAB II PEMBAHASAN...3
A. Konsep Fertilitas, Lahir Hidup, Abortus, Masa Reproduksi...3
B. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas...4
C. Sumber Data Fertilitas Dan Pengukurannya...6
D. Permasalahan Fertilitas Dan Pemecahannya...7
BAB III PENUTUP...9
A. Kesimpulan...9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan kata arti kata ferilitas.
Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya.
Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia (Daeng wanda, 2005).
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth) yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian), karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi.
Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meningga). Seseorang yang meninggal pada 2 hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun (Daeng wanda, 2005).
Indikator fertilitas yang diwakili oleh nilai total fertility rate (TFR) Teknik ini termasuk dalam pendekatan yearly performance. TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur/reproduksinya. TFR selama ini merupakan indikator demografi yang harus dicapai oleh Pemerintah untuk menyeimbangkan jumlah penduduk dan daya dukung serta daya tampung lingkungan.
Suatu kajian tentang deskripsi karakteristik TFR di provinsi perlu dilakukan untuk
menemukan faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan TFR, sehingga dapat ditentukan langka-langkah pengendalian yang ideal untuk diadopsi baik oleh Pemerintah Daerah maupun BKKBN (Tisen, 2018).
Selain itu faktor lainnya yang dapat mempengaruhi terhadap tingkat fertilitas adalah tingkat kesehatan yang salah satunya di ukur dengan angka harapan hidup. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2018-2020, angka harapan hidup tertinggi sekitar 76.67 tahun yang berada di Kota Bekasi, sedangkan angka harapan hidup terendah berada di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sekitar 71.57 tahun. Adapun perbedaan angka harapan hidup laki-laki dan perempuan berkaitan dengan faktor misalnya faktor biologis, kesehatan dan juga gaya hidupnya. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat yang baik, sedangkan Angka harapan hidup yang rendah menunjukkan tingkat kesehatan yang buruk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Fertilitas, Lahir, Hidup, Abortus, Masa Reproduksi?
2. Apa Itu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas?
3. Apa Itu Sumber Data Fertilitas Dan Pengukurannya?
4. Apa Permasalahan Fertilitas Dan Pemecahannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Itu Fertilitas, Lahir, Hidup, Abortus, Masa Reproduksi 2. Mengetahui Apa Itu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas 3. Mengetahui Apa Itu Sumber Data Fertilitas Dan Pengukurannya 4. Mengetahui Apa Permasalahan Fertilitas Dan Pemecahannya
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Fertilitas, Lahir, Hidup, Abortus, Masa Reproduksi
Fertilitas adalah kemampuan untuk mengandung anak. Tingkat fertilitas adalah jumlah rata-rata anak yang dilahirkan selama hidup seseorang dan diukur secara demografis . Sebaliknya, infertilitas adalah kesulitan atau ketidakmampuan untuk bereproduksi secara alami. Secara umum, infertilitas didefinisikan sebagai tidak dapat memiliki anak setelah satu tahun (atau lebih) melakukan hubungan seks tanpa kondom1. Infertilitas tersebar luas, dan spesialis fertilitas tersedia di seluruh dunia untuk membantu orang tua dan pasangan yang mengalami kesulitan untuk memiliki bayi.
Kesuburan merupakan masalah bagi kedua jenis kelamin. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit , pada 35% pasangan yang tidak dapat hamil, penyebabnya mungkin disebabkan oleh faktor dari pihak wanita dan pria. Kesuburan manusia bergantung pada berbagai faktor termasuk nutrisi, perilaku seksual, hubungan kekerabatan, budaya, naluri, endokrinologi,waktupembuahan, ekonomi ,kepribadian2, ga ya hidup, dan emosi . Fertilitas berbeda dengan fekunditas , yang didefinisikan sebagai kapasitas biologis untuk bereproduksi terlepas dari niat untuk hamil. Fekunditas dapat dijelaskan dengan produksi gamet , pembuahan, dan kehamilan sampai cukup bulan3. Antitesis kesuburan adalah infertilitas sedangkan antitesis fekunditas adalah kemandulan .
Dalam konteks demografi, kesuburan mengacu pada produksi keturunan yang sebenarnya, bukan kemampuan fisik untuk berproduksi yang disebut fekunditas. Meskipun kesuburan dapat diukur, fekunditas tidak dapat diukur.
Para ahli demografi mengukur tingkat kesuburan dengan berbagai cara, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi ukuran “periode” dan ukuran “ kohort ”. Pengukuran
1 "Infertilitas | Kesehatan Reproduksi | CDC" . www.cdc.gov . 03-03-2022 . Diakses pada 02-03-2023 . 2 Skirbekk V, Blekesaune M (2014) [2014]. "Sifat Kepribadian Semakin Penting untuk Kesuburan Pria:
Bukti dari Norwegia". Jurnal Kepribadian Eropa . 28 (6): 521–529.
3 Schultz PT (Juni 1976). "Penentu Kesuburan: Teori, Bukti, dan Penerapan Evaluasi Kebijakan". Tinjauan Kependudukan dan Pembangunan . 2 (2): 293.
“periode” mengacu pada jumlah penduduk dalam satu tahun. Sebaliknya, data
"Kelompok" mengikuti orang yang sama selama beberapa dekade. Pengukuran periode dan kohort banyak digunakan. Adapun abortus adalah Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah kematian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Fertilitas dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi antara lain usia, umur perkawinan pertama, lama perkawinan, paritas atau jumlah persalinan yang pernah dialami saat perkawinan.
1. Faktor Demografi a. Usia
Usia merupakan faktor penting yang memengaruhi fertilitas. Wanita memiliki periode kesuburan tertentu dalam hidupnya, dengan kemampuan untuk hamil yang menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 35 tahun.
Pada pria, meskipun kemampuan untuk menghasilkan sperma umumnya berlangsung lebih lama, kualitas sperma juga bisa menurun seiring bertambahnya usia.
b. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi baik pada pria maupun wanita memainkan peran penting dalam fertilitas. Gangguan hormon, gangguan menstruasi, infeksi reproduksi, masalah pada organ reproduksi, dan faktor-faktor lainnya dapat mempengaruhi kemampuan untuk hamil.
c. Gaya Hidup
Gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok, obesitas, dan tingkat aktivitas fisik dapat mempengaruhi fertilitas. Konsumsi alkohol dan merokok dapat merusak kualitas sperma pada pria dan kesehatan reproduksi pada wanita.
Obesitas juga dapat mengganggu siklus menstruasi dan ovulasi pada wanita.
d. Nutrisi
Pola makan dan asupan nutrisi memiliki dampak besar pada fertilitas.
Kekurangan nutrisi tertentu, seperti asam folat, zat besi, dan vitamin D, dapat
mengganggu kesuburan. Di sisi lain, asupan nutrisi yang seimbang dapat meningkatkan kesuburan.
e. Stres
Stres kronis dapat mengganggu hormon reproduksi dan menghambat ovulasi pada wanita serta produksi sperma pada pria, sehingga mempengaruhi kesuburan.
f. Faktor Lingkungan
Paparan terhadap zat kimia beracun, radiasi, dan polusi udara dapat berdampak negatif pada kesuburan.
2. Faktor non-demografi yang mempengaruhi fertilitas adalah faktor-faktor yang tidak langsung terkait dengan karakteristik demografis individu atau populasi, tetapi memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan untuk memiliki anak dan tingkat kesuburan. Berikut adalah beberapa faktor non-demografi yang mempengaruhi fertilitas:
a. Pendidikan dan Pengetahuan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering kali terkait dengan pengetahuan yang lebih baik tentang kontrol kelahiran, kesehatan reproduksi, dan konsekuensi dari memiliki anak. Wanita dengan pendidikan tinggi cenderung menunda pernikahan dan kehamilan, serta memiliki jumlah anak yang lebih sedikit.
b. Keterlibatan Perempuan dalam Tenaga Kerja
Keterlibatan perempuan dalam tenaga kerja, terutama di negara-negara maju, sering kali terkait dengan penundaan pernikahan dan kehamilan, serta pengurangan jumlah anak. Ini dapat terjadi karena perempuan ingin mengejar karier profesional, yang mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak.
c. Akses terhadap Perawatan Kesehatan Reproduksi
Ketersediaan dan akses terhadap perawatan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi, layanan kesehatan reproduksi, dan teknologi reproduksi yang canggih, dapat mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak dan jumlah anak yang diinginkan.
d. Pengaruh Budaya dan Agama
Budaya dan agama sering kali memainkan peran penting dalam norma- norma sosial seputar perkawinan, keluarga, dan jumlah anak yang diinginkan.
Nilai-nilai budaya dan agama dapat mendorong atau menahan keputusan untuk memiliki anak.
e. Akses terhadap Pekerjaan dan Perumahan yang Stabil
Stabilitas ekonomi, pekerjaan, dan perumahan dapat memberikan rasa aman kepada individu atau pasangan yang ingin memiliki anak. Ketidakstabilan ekonomi atau pekerjaan dapat menyebabkan penundaan dalam keputusan untuk memiliki anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan.
f. Peran Media dan Teknologi
Peran media massa dan teknologi informasi, seperti internet dan media sosial, dapat memengaruhi persepsi individu tentang keluarga, kehamilan, dan kesuburan. Informasi yang mudah diakses dapat mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak.
C. Sumber Data Fertilitas Dan Pengukurannya
Sumber data utama fertilitas adalah registrasi vital, sensus penduduk (SP) dan survei penduduk. Di Indonesia, data fertilitas dihasilkan berdasarkan hasil SP 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010 serta berdasarkan hasil SUPAS 1976, 1985, 1995, 2005, dan 2015. Pengukuran fertilitas mengamati penduduk perempuan pada periode masa reproduksi, yaitu perempuan pada periode masa subur atau masa dimulai menstruasi pertama (menarche) sampai menopause. Periode pengamatan masa subur yang digunakan adalah rentang usia 15-49 tahun.
1. Pengkuran periode
a. Angka kelahiran kasar (CBR) - jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu per 1.000 penduduk yang hidup pada pertengahan tahun tersebut.
Salah satu kelemahan indikator ini adalah dipengaruhi oleh struktur umur penduduk.
b. Tingkat kesuburan umum (GFR) – jumlah kelahiran dalam satu tahun dibagi dengan jumlah wanita berusia 15–44 tahun, dikalikan 1000. Angka ini berfokus pada calon ibu saja, dan memperhitungkan distribusi usia.
c. Rasio Anak-Perempuan (CWR) - rasio jumlah anak di bawah 5 tahun dengan
berguna dalam data historis karena tidak memerlukan penghitungan kelahiran. Tindakan ini sebenarnya bersifat hibrida, karena melibatkan kematian dan juga kelahiran. (Artinya, karena angka kematian bayi, beberapa kelahiran tidak dimasukkan; dan karena angka kematian orang dewasa, beberapa perempuan yang melahirkan juga tidak dihitung.) d. Indeks Kesuburan Coale - alat khusus yang digunakan dalam penelitian
sejarah
2. Pengukuran kelompok
a. Tingkat kesuburan total (TFR) - jumlah total anak yang akan dilahirkan seorang wanita selama hidupnya jika ia ingin mengalami tingkat kesuburan wanita berdasarkan usia yang berlaku. TFR sama dengan jumlah untuk semua kelompok umur sebesar 5 kali lipat setiap tingkat ASFR4.
b. Tingkat Reproduksi Kotor (GRR) - jumlah bayi perempuan yang dimiliki kelompok sintetis. Diasumsikan bahwa semua bayi perempuan akan tumbuh dan hidup setidaknya hingga usia 50 tahun.
c. Tingkat Reproduksi Bersih (NRR) – NRR dimulai dengan GRR dan menambahkan asumsi realistis bahwa sebagian perempuan akan meninggal sebelum usia 49 tahun; oleh karena itu mereka tidak akan hidup untuk melahirkan beberapa calon bayi yang dihitung dalam GRR. NRR selalu lebih rendah dibandingkan GRR, namun di negara-negara yang angka kematiannya sangat rendah, hampir semua bayi perempuan tumbuh menjadi calon ibu, dan NRR pada dasarnya sama dengan GRR. Di negara-negara dengan tingkat kematian yang tinggi, NRR bisa mencapai 70% dari GRR.
Ketika NRR = 1,0, setiap generasi yang terdiri dari 1000 bayi perempuan tumbuh dan melahirkan tepat 1000 anak perempuan. Ketika NRR kurang dari satu, maka setiap generasi lebih kecil dari generasi sebelumnya. Ketika NRR lebih besar dari 1, setiap generasi lebih besar dari generasi sebelumnya.
NRR merupakan ukuran potensi pertumbuhan jangka panjang di masa depan, namun biasanya berbeda dengan laju pertumbuhan penduduk saat ini.
4 Another way of doing it is to add up the ASFR for age 10-14, 15-19, 20-24, etc., and multiply by 5 (to cover the 5 year interval).
D. Permasalahan Fertilitas Dan Pemecahan-nya
Permasalahan fertilitas merupakan isu kompleks yang dapat mempengaruhi individu, pasangan, dan masyarakat secara luas. Berikut ini beberapa permasalahan fertilitas yang umum dihadapi, beserta beberapa pemecahan yang dapat diambil:
1. Penundaan Usia Perkawinan dan Kehamilan
Banyak individu, terutama di negara-negara maju, cenderung menunda perkawinan dan kehamilan karena alasan pendidikan, karier, atau stabilitas finansial.
Pemecahan untuk masalah ini meliputi meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesuburan pada usia yang lebih muda, memberikan dukungan untuk kebijakan fleksibilitas kerja, serta meningkatkan akses terhadap perawatan kesuburan.
2. Kesulitan Konsepsi
Masalah kesuburan seperti gangguan ovulasi, masalah sperma, atau masalah kesehatan lainnya dapat menyulitkan pasangan untuk hamil. Pemecahan termasuk meningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan perawatan kesuburan yang canggih, seperti fertilisasi in vitro (IVF), serta meningkatkan penyuluhan dan edukasi tentang kesuburan.
3. Biaya Perawatan Kesehatan Reproduksi yang Tinggi
Biaya perawatan kesuburan seringkali sangat tinggi, membuat banyak pasangan tidak mampu memperolehnya. Solusi meliputi program subsidi atau bantuan keuangan bagi pasangan yang membutuhkan, serta peningkatan ketersediaan perawatan kesuburan yang lebih terjangkau secara finansial.
Pemecahan permasalahan fertilitas membutuhkan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi melibatkan pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat sipil, dan individu. Dengan langkah-langkah yang tepat dan dukungan yang kuat, banyak permasalahan fertilitas dapat diatasi atau dikurangi dampaknya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan tentang fertilitas adalah bahwa ini adalah isu yang kompleks dan penting yang memiliki dampak besar pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Tingkat kesuburan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tetapi tidak terbatas pada faktor biologis, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perubahan dalam norma-norma sosial, gaya hidup, akses terhadap perawatan kesehatan reproduksi, dan faktor-faktor lainnya dapat memengaruhi keputusan individu atau pasangan untuk memiliki anak. Ketidaksetaraan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, ketidakpastian ekonomi, dan ketidaksetaraan gender juga dapat menjadi hambatan bagi kesuburan yang sehat dan berkelanjutan.
Pemecahan masalah fertilitas membutuhkan pendekatan yang holistik, yang melibatkan kerja sama antara pemerintah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, dan individu. Solusi untuk masalah fertilitas dapat meliputi peningkatan akses terhadap perawatan kesehatan reproduksi, promosi kesadaran akan pentingnya kesuburan pada usia yang lebih muda, dukungan untuk gaya hidup sehat, dan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dan keadilan sosial.
Dengan upaya yang terarah dan kolaborasi yang kuat, banyak permasalahan fertilitas dapat diatasi atau dikurangi dampaknya, sehingga memungkinkan individu dan pasangan untuk merencanakan keluarga mereka sesuai dengan keinginan dan ke
DAFTAR PUSTAKA
Another way of doing it is to add up the ASFR for age 10-14, 15-19, 20-24, etc., and multiply by 5 (to cover the 5 year interval).
Schultz PT (Juni 1976). "Penentu Kesuburan: Teori, Bukti, dan Penerapan Evaluasi Kebijakan". Tinjauan Kependudukan dan Pembangunan . 2 (2): 293.
Skirbekk V, Blekesaune M (2014) [2014]. "Sifat Kepribadian Semakin Penting untuk Kesuburan Pria:
Bukti dari Norwegia". Jurnal Kepribadian Eropa . 28 (6): 521–529.
"Infertilitas | Kesehatan Reproduksi | CDC" . www.cdc.gov . 03-03-2022 . Diakses pada 02-03-2023 .