PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa faktor yang dapat dikaitkan dan mempengaruhi stabilitas laba adalah: tingkat hutang, arus kas operasi dan ukuran perusahaan. Tingginya tingkat utang mendorong perusahaan untuk meningkatkan stabilitas laba dengan mengelola laba untuk tujuan efisiensi. Dan penelitian Arisandi dan Astika (2019) mengatakan bahwa tingkat utang perusahaan tidak berpengaruh terhadap stabilitas laba.
Pada arus kas terdapat dua variabel yaitu perbedaan permanen dan perbedaan temporer, perbedaan permanen, arus kas operasi dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Dari segi objek, penelitian terdahulu membahas tentang faktor-faktor penyebab persistensi laba pada perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian kali ini akan membahas mengenai faktor-faktor penyebab persistensi laba pada perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat inkonsistensi data dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai apa saja yang mempengaruhi persistensi laba suatu perusahaan. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persistensi Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI.”
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN TEORI
- Tinjauan Teori
 - Teori Keagenan (Agency Theory)
 - Teori Sinyal (Signalling Theory)
 - Laba
 - Konsep Persistensi Laba
 - Tingkat Hutang
 - Arus Kas Operasi
 - Ukuran Perusahaan
 - Penelitian Terdahulu
 - Kerangka Pikir
 - Hipotesis
 
Menurut Meythi (2006), persistensi laba merupakan peninjauan laba yang diharapkan di masa depan yang tercermin dalam laba tahun berjalan. Besarnya tingkat utang perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba guna mempertahankan kinerja yang baik di mata auditor dan investor. Tingkat utang mendorong perusahaan untuk meningkatkan persistensi laba dengan tujuan mempertahankan kinerja yang baik di mata auditor dan pengguna laporan keuangan (Putri & Supadmi, 2016).
Namun ketika perusahaan dalam kondisi buruk, tingkat hutang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap persistensi laba, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010) dan Barus & Rica (2010). Faktor yang mempengaruhi persistensi laba” menggunakan variabel independen yaitu tingkat hutang, ukuran perusahaan dan volatilitas penjualan. Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa volatilitas arus kas dan tingkat hutang secara parsial berpengaruh terhadap persistensi laba, sedangkan dua variabel lainnya yaitu volatilitas penjualan dan siklus operasi , tidak.
9Sri Windawati (2019) . Pengaruh perbedaan pajak yang diposting terhadap retensi laba dengan laba akrual sebagai tahun moderasi. Menurut penelitian yang dilakukan Putri dan Supadmi, 2016, tingkat utang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba. Likuiditas operasi juga dianggap sebagai faktor terpenting dalam menentukan keberlangsungan laba, sehingga arus kas operasi mempunyai dampak.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas utama yang menghasilkan pendapatan perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula persistensi laba perusahaan. Arus kas operasi juga dianggap sebagai faktor utama dalam menentukan persistensi laba, sehingga arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Penelitian Dewi dan Putri (2015) oleh Seta Nuraini (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
 - Tempat dan Waktu Penelitian
 - Jenis dan Sumber Data
 - Populasi dan Sampel
 - Metode Pengumpulan Data
 - Definisi Operasional Variabel dan pengukurannya
 - Metode Analisis Data
 
Dalam penelitian ini yang digunakan variabel terikat yaitu persistensi laba dan variabel. independen yaitu tingkat hutang, likuiditas operasional dan ukuran perusahaan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat utang, likuiditas operasi dan ukuran perusahaan pengujian model fit berpengaruh terhadap persistensi laba. Hal ini membuktikan bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap persistensi laba, sehingga H1 tidak diterima.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Linawati (2017) yang menyatakan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lorenza (2021) yang menyatakan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hal ini membuktikan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba, sehingga semester kedua diterima.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuffahati dkk (2020) yang menyimpulkan bahwa arus kas dari operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hal ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba, sehingga H3 diterima. Penelitian ini sejalan dengan peneliti yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan laba.
Hal ini sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Shefira dkk (2018) yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap persistensi laba. Pengaruh book-tax Difference, arus kas operasi, arus kas akrual dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persistensi Laba Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Bursa Efek Indonesia atau disingkat BEI adalah bursa efek di Indonesia yang memfasilitasi perdagangan saham, pendapatan tetap, derivatif, reksa dana, saham, dan obligasi berbasis syariah. Pasar modal atau bursa efek sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda tepatnya pada bulan Desember 1912 di Batavia. Saat itu, pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal belum sesuai dengan yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode aktivitas pasar modal mengalami kekosongan. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan peraturan pemerintah. Dalam penelitian ini populasinya terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri perusahaan berdasarkan sektor yang dikelolanya, terdiri atas: sektor pertanian, sektor pertambangan, industri kimia dasar, sektor aneka industri, sektor barang konsumsi, sektor real estate, sektor infrastruktur, sektor keuangan, dan perdagangan jasa investasi. Dalam prakteknya, sektor industri barang konsumsi terbagi menjadi lima jenis, yaitu subsektor makanan dan minuman, subsektor rokok, subsektor farmasi, subsektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga, dan subsektor peralatan rumah tangga. Dalam hal ini peneliti hanya akan membahas subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan makanan dan minuman merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pembuatan produk kemudian menjualnya untuk memperoleh keuntungan yang besar. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, kebutuhan masyarakat semakin meningkat tajam, semua orang menginginkan segala sesuatu yang instan termasuk makanan dan minuman. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan makanan instan, perusahaan memproduksi berbagai komoditas makanan dan minuman. Beberapa komoditas makanan dan minuman yang mengalami kenaikan cukup tajam di masyarakat adalah kue kering, minuman, kesehatan, dan mie instan.
Analisis Dan Interpretasi (Hasil)
Dari tabel 4.1 diatas diketahui jumlah data yang dijadikan sampel adalah 48 dengan 4 variabel penelitian. Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian. Pada tabel 4.3 hasil perhitungan menunjukkan nilai VIF < 10 dan Tolerance > 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mempunyai masalah multikolinearitas atau bebas dari multikolinearitas.
Tujuan dari uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara confounding error pada periode t dengan confounding error pada periode t-1 atau periode sebelumnya pada model regresi linier. Apabila nilai uji statistik Durbin-Watson kurang dari satu atau lebih besar dari tiga, maka residual atau error dari model regresi berganda tidak independen atau terjadi autokorelasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika variabel tingkat hutang meningkat sebesar satu satuan maka persistensi laba akan meningkat sebesar 0,040 dengan asumsi seluruh variabel independen lainnya konstan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika variabel arus kas operasi meningkat sebesar satu satuan, maka persistensi laba akan meningkat sebesar 1,335 dengan asumsi seluruh variabel independen lainnya konstan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan meningkat sebesar satu satuan maka persistensi laba akan mengalami penurunan sebesar -0,027 dengan asumsi seluruh variabel independen lainnya konstan. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik besarnya variasi variabel dependen yaitu persistensi laba (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu tingkat hutang (X1), arus kas operasi (X2) dan ukuran perusahaan (X3) adalah sebesar 19,2 persen.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang diteliti signifikan atau tidak signifikan. Koefisien variabel tingkat utang (X1) sebesar 0,040 menunjukkan bahwa setiap kenaikan tingkat utang sebesar 1% maka persistensi laba akan meningkat sebesar 0,040. Koefisien variabel arus kas operasi (X2) sebesar 1,335 yang berarti bahwa setiap kenaikan arus kas operasi sebesar 1% maka persistensi laba akan meningkat sebesar 1,335.
Pembahasan
Arus kas dari aktivitas operasi terutama berasal dari aktivitas utama yang menghasilkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi arus kas operasi suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula keberlangsungan laba perusahaan tersebut. Sedangkan menurut teori signaling, manajemen sangat membutuhkan informasi terkait arus kas untuk mengetahui peningkatan persistensi laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Linawati (2017). Hasil pengujian membuktikan bahwa arus kas berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komponen arus kas maka semakin besar pula persistensi laba perusahaan.
Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Melyawati Edelina Mayangsari (2021) yang mengatakan bahwa arus kas tidak berpengaruh terhadap stabilitas laba. Kenaikan atau penurunan nilai arus kas dari aktivitas operasi tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan nilai konsistensi laba. Jika ukuran perusahaan yang diharapkan semakin besar, maka total aset akan meningkat setiap tahunnya, begitu pula dengan stabilitas laba. Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil penelitian ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat persistensi laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap kelangsungan laba, hal ini berarti besar kecilnya tingkat hutang tidak dapat mempengaruhi penurunan atau peningkatan laba suatu perusahaan. Dampak volatilitas arus kas, volatilitas penjualan dan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap keberlanjutan laba. Pengaruh perbedaan book-tax, ukuran perusahaan dan laba tahun berjalan sebelum pajak terhadap keberlanjutan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesia tahun 2011-2015.
Ni Nyoman D, A & Ida PA (2019) Pengaruh Tingkat Hutang, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Persistensi Laba. Linawati., (2020) Pengaruh tingkat utang, arus kas dan akrual terhadap persistensi laba dengan tata kelola perusahaan sebagai variabel moderasi. Universitas yang kembali. Pengaruh volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, arus kas operasi, tingkat utang, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap stabilitas laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018).
PENUTUP
Saran
Pengaruh likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan kebijakan dividen terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2013. Universitas Riau.