SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Pipit Widiyaningrum 1013010218/ FEB/ EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
Progdi Akuntansi
Diajukan Oleh :
Pipit Widiyaningrum 1013010218/FEB/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Disusun Oleh :
PIPIT WIDIYANINGRUM 1013010218/ FEB/ EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 17 April 2014
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM Prof. Dr. Soeparlan P. Ak, MM, CA NIP : 19670213 199103 2001 Sekretaris
Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM
Anggota
Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, M. Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
telah mengatur roda kehidupan pada porosnya dengan keteraturan, dan hanya
kepada-Nyalah kita menundukkan hati dengan mengokohkan keimanan dan Izzah
kita dalam keridhoan-Nya. Karena berkat Rahmat dan Rahim-Nya sehingga
mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita yaitu Rasulullah SAW.
Skripsi ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi (SE)
Progdi akuntansi Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang
berjudul“Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat menghaturkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarta, Mp. selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. H. Dhani Ichsanudin N, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Hero Priono, Msi, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi
penulisan penelitian ini.
5. Prof. Dr. Soeparlan P. Ak, MM, CA dan Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, M. si
selaku dosen penguji lisan yang telah mengantarkan penulis meraih gelar
sarjana.
6. Terima kasih yang paling utama penulis ucapkan kepada kedua orang tua
ibu Ninik dan ayah Misni serta adikku dan kakek nenek atas segala doa,
pengorbanan dan dukungannya yang tiada tara, juga kepada seluruh
keluarga yang mendukung serta mendoakan kesuksesan penulis.
7. Sahabat terbaik penghuni kost 52 Esti, Sari, Silvi, Steffany, Natalia, Leny,
terima kasih telah memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, dan terima kasih atas segala kebersamaan
kita selama ini baik senang maupun susah sehingga memotivasi diri
menjadi lebih baik.
8. Patria Dwi Kurnia terima kasih atas segala motivasi, semangat, waktu,
serta nasehat yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan penuh semangat.
9. Sahabat seperjuangan Program Studi Akuntansi Sasa, Ratih, Dian, Nia
dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan
yang akan datang.
Surabaya, April 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... .... iv
DAFTAR TABEL ... .... ix
DAFTAR GAMBAR ... .... x
DAFTAR LAMPIRAN ... .... xi
ABSTRAK ... .... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... .... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... .... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... .... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... .... 9
2.2. Landasan Teori ... .... 12
2.2.1. Laporan Keuangan ... .... 12
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... .... 12
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... .... 13
2.2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... .... 15
2.2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan ... .... 22
2.2.2. Perataan Laba ... .... 24
2.2.2.1. Pengertian Perataan Laba ... .... 24
2.2.2.2. Sifat dan Motivasi Perataan Laba... .... 26
2.2.2.3. Alasan Untuk Perataan Laba ... .... 29
2.2.2.4. Teknik Dalam Perataan Laba ... .... 31
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ... .... 34
2.2.3.1. Ukuran Perusahaan ... .... 34
2.2.3.2. Profitabilitas ... .... 34
2.2.3.3. Leverage Operasi... .... 35
2.3. Kerangka Pikir ... .... 36
2.3.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... .... 36
2.3.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... .... 37
2.3.3. Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... .... 38
2.4. Hipotesis ... .... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... .... 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .... 45
3.2.1. Populasi ... .... 45
3.2.2. Sampel ... .... 45
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .... 47
3.3.1. Jenis Data ... .... 47
3.3.3. Pengumpulan Data ... .... 48
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... .... 48
3.4.1. Teknik Analisis ... .... 48
3.4.1.1. Uji Normalitas ... .... 49
3.4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... .... 50
3.4.2. Uji Hipotesis ... .... 52
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... .... 55
4.1.1. Sejarah Singkat PT Bursa Efek Indonesia ... .... 55
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan Otomotif... .... 56
4.2. Deskripsi Data Penelitian ... .... 63
4.2.1. Perataan Laba (Y) Perusaaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 63
4.2.2. Ukuran Perusahaan (X1) pada Perusaaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 65
4.2.3. Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di di BEI ... .... 66
4.2.4. Leverage Operasi (X3) Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 67
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... .... 68
4.3.1. Hasil Regresi Berganda ... .... 68
4.3.2. Uji Normalitas ... .... 69
4.3.4. Uji Hipotesis ... .... 74
3.1. Uji R2 ... .... 74
3.2. Uji F ... .... 75
3.3. Uji t ... .... 76
4.4. Pembahasan ... .... 77
4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan .. Laba (Y) ... … 78
4.4.2 Pengaruh Profitabilitas (X2) Terhadap Perataan Laba (Y) ... .... 79
4.4.3 Pengaruh Leverage Operasi (X3) Terhadap Perataan Laba (Y) ... .... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... .... 82
5.2. Saran ... .... 82
5.3. Keterbatasan dan Implikasai Penelitian ... .... 83
5.3.1. Keterbatasan Penelitian ... .... 83
5.3.2. Implikasi Penelitian ... .... 83
1013010218/FEB/EA
Abstrak
Perataan laba merupakan tindakan yang umum dilakukan manajemen secara sengaja untuk mengurangi fluktuasi laba. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage operasi.
Sampel penelitian ini diambil berdasarkan purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 9 dari 12 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 periode (2010-2012). Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Hasil perhitungan indek eckel menunjukkan bahwa sebagian perusahaan otomotif melakukan tindakan perataan laba. Hasil pengujian secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
1.1 Latar Belakang
Perusahaan otomotif saat ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat dalam penjualan hasil produksi seiring dengan adanya era globalisasi
dan pasar bebas. Di Indonesia sendiri banyak perusahaan-perusahaan
otomotif yang sudah menghasilkan produk-produk yang berkualitas untuk
dipasarkan agar dapat bersaing dengan produk negara lain. Minat akan
produk otomotif saat ini meningkat disemua kalangan masyarakat.
Keadaan seperti ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan
strategi perusahaan agar dapat bertahan dan lebih berkembang. Untuk itu
perusahaan perlu menyusun strategi yang tepat agar dapat
mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kinerja perusahaan.
Seiring dengan berkembangnya dunia usaha otomotif maka
perusahaan dituntut untuk menjaga aktifitas operasi perusahaan agar dapat
tetap stabil dan berkembang sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Dengan banyaknya
perusahaan-perusahaan yang muncul menuntut pihak manajemen
perusahaan bisa membuat laporan keuangan yang berisi informasi
keuangan bagi yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan
Menurut PSAK No. 1 (2009:7) laporan keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan
catatan atas laporan keuangan.
Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan
keputusan adalah laba. Informasi laba telah dipersepsikan oleh investor ,
kreditur, manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam
perusahaan sebagai informasi yang paling penting dalam laporan
keuangan. Informasi laba perusahaan sangat diperlukan untuk
mengindikasikan apakah perusahaan memiliki kinerja yang baik atau
buruk. Informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam
menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba
membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas “earning
power” perusahaan dimasa yang akan datang (Statement of Financial
Accounting Concept, Nomor 1). Pentingnya informasi laba ini disadari
oleh pihak manajemen terutama perusahaan yang kinerjanya diukur atas
informasi tersebut sehingga cenderung mendorong manajemen melakukan
disfunctional behavior (perilaku tidak semestinya). Adapun bentuk
perilaku yang tidak semestinya yang timbul dalam hubungannya dengan
laba adalah praktek perataan laba atau income smoothing. Tindakan
perataan laba (income smoothing) didefinisikan sebagai tindakan yang
fluktuasi disekitar tingkat earnings yang dianggap normal bagi sebuah
perusahaan (Beidleman, 1973).
Tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan
dimata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki resiko yang rendah. Manajemen memilih untuk menjaga nilai
laba yang stabil dibandingkan nilai laba yang cenderung bergejolak
(volatile), sehingga manajemen akan menaikkan laba yang dilaporkan jika
jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun sebelumnya.
Sebaliknya manajemen akan memilih untuk menurunkan laba yang
dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat dibandingkan laba tahun
sebelumnya (Novita, 2009). Laba yang rata dari tahun ke tahun sangat
disukai oleh manajemen dan investor, karena laba yang rata
mengindikasikan bahwa perusahan tersebut kuat dan stabil (Atik, 2008).
Namun demikian, jika praktik perataan laba terlalu dimanipulasi atau jauh
dari kenyataan dapat menyebabkan pengungkapan laba yang merugikan
dan menyesatkan yang mengakibatkan investor tidak memperoleh
informasi yang akurat dan salah dalam pengambilan keputusan.
Saat ini perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang otomotif
mempunyai peluang yang besar dalam memberikan kesempatan bagi para
pelaku pasar atau investor untuk berinvestasi. Para investor lebih tertarik
melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki laba yang stabil.
Karena laba yang stabil dapat menjamin kelangsungan hidup para investor.
berupaya untuk melakukan praktik perataan laba agar para investor tertarik
untuk berinvestasi pada perusahaannya yang dianggap memiliki laba yang
stabil, meskipun pada kenyataannya terdapat beberapa perusahaan yang
menunjukkan ketidakstabilan laba yang diperoleh. Hal tersebut dapat
dilihat dari perubahan laba bersih beberapa perusahaan otomotif pada tabel
1.1 berikut.
Tabel 1.1 Data laba perusahaan otomotif tahun 2010-2012 (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Perusahaan Laba
2010 2011 2012
PT. Astra Internasional 17.044.000 21.077.000 22.742.000 PT. Astra Otopart 1.255.305 1.101.583 1.053.246
PT. Gajah Tunggal 830.624 684.562 1.132.247
PT. Indomobil Sukses Internasional 508.022 970.891 899.09
PT. Indospring 71.109 120.415 134.068
PT. Multi Prima Sejahtera 14.122 11.319 16.599
PT. Nipress 12.662 17.831 21.553
PT. Prima Alloy Steel Universal 4.531 7.104 41.448 PT. Selamat Sempurna 150.420 241.576 268.543
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dalam perusahaan
otomotif sebagian besar laba perusahaan cenderung mengalami kenaikan
setiap tahun. Meskipun ada beberapa perusahaan yang masih mengalami
fluktuasi laba dari tahun ke tahun . Perusahaan yang mengalami kenaikan
yang stabil salah satunya PT. Indospring, pada tahun 2010 labanya
sebesar Rp 71.109.000.000, tahun 2011 sebesar Rp 120.415.000, dan naik
lagi tahun 2012 menjadi Rp 134.068.000.000. Sedangkan perusahaan yang
pada tahun 2010 Rp 508.022.000.000, naik pada tahun 2011 sebesar Rp
970.891.000.000 dan turun menjadi Rp 899.090.000.000 pada tahun 2012.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laba pada
perusahaan otomotif rata-rata tidak fluktuatif, maka disini
mengindikasikan bahwa perusahaan ini melakukan perataan laba.
Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak
terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar
selisih antara laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka
manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba (Sulistyanto,
2008). Ada banyak motivasi manajer melakukan tindakan perataan laba.
Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba pada suatu peusahaan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi mempengaruhi praktek perataan laba seperti yang
dikemukakan peneliti terdahulu diantaranya ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi, net profit margin, sektor industri, dan
harga saham. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut
berbeda meskipun mengukur hal yang sama. Berdasarkan fenomena diatas
maka penelitian ini akan meneliti ulang beberapa faktor yang
berhubungan dengan tindakan perataan laba yang belum sepenuhnya
menunjukkan hasil yang konsisten antara penelitian yang satu dengan
penelitian lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah ukuran perusahaan,
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm).
Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan
(Suwito dan Herawati, 2005:138). Ukuran perusahaan diduga berpengaruh
terhadap perataan laba. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budiasih (2009) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba dimana semakin
besar perusahaan maka semakin besar pula indikasi adanya praktek
perataan laba, karena perusahaan yang lebih besar memiliki political cost
yang lebih tinggi sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba
untuk menghindari pajak yang terlalu tinggi pada saat perusahaan
memperoleh laba yang tinggi, dan menjaga image perusahaan pada saat
laba yang dihasilkan rendah.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Rasio ini
memberikan jawaban tentang seberapa efektif perusahaan dikelola. Rasio
probabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset
(ROA). Rasio probabilitas ini diukur berdasarkan perbandingan antara laba
Leverage operasi merupakan tingkat seberapa jauh perusahaan
dibiayai dengan hutang atau pihak luar dengan kemapuan perusahaan atau
total aktiva. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar resiko
yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung
melakukan praktik perataan laba (Budiasih, 2009:07).
Berdasarkan dari uaraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012?
3. Leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : untuk
menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Secara akademis
Dapat menambah referensi yang bisa digunakan oleh pihak-pihak
yang membutuhkan informasi mengenai hal yang terkait dengan
penelitian ini.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan
dalam memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik
perataan laba atau tidak serta memikirkan dampak yang akan
ditimbulkan dari kegiatan praktik perataan laba tersebut.
b. Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di
pasar modal dimana hasil ini dapat memberikan masukan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian dalam bentuk jurnal riset yang berhubungan dengan
praktik perataan laba pernah dilakukan. Berikut ini hasil penelitian
terdahulu antara lain:
1) Cholila Widyanti (2012)
a. Judul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage Operasi dan Ukuran
Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Food
and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
b. Rumusan Masalah:
Apakah profitabilitas, leverage operasi dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap praktik perataan laba?
c. Hipotesis:
1. Diduga bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap perataan laba.
2. Diduga bahwa leverage operasi berpengaruh positif dan
signfikan terhadap perataan laba.
3. Diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan
d. Kesimpulan:
Berdasarkan uji kesesuaian model disimpulkan bahwa profitabiltas
dan leverage operasi mempunyai kontribusi terhadap perataan laba.
Sedangkan ukuran perusahaan tidak mempunyai kontribusi
terhadap perataan laba.
2) Nur Farida Zuliani, Zulbahridar dan Al Azhar (2012)
a. Judul: “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2011”.
b. Rumusan Masalah:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2008 – 2011 ?
2. Apakah leverage berpengaruh secara signifikan terhadap
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun
2008 – 2011?3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI Indonesia tahun 2008 – 2011?
c. Kesimpulan:
1. Profitabilitas terbukti berpengaruh positif terhadap perataan laba.
3. Ukuran perusahaan terbukti tidak berpengaruh terhadap perataan
laba.
3). Ratih Kartika Dewi (2010)
a. Judul: “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik
Pertaaan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur
dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(2006-2009)”.
b. Rumusan Masalah:
Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan
tipe perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
c. Hipotesis:
1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik
perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang Go Public
di Indonesia.
2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba
yangdilakukan oleh perusahaan yang Go Public di Indonesia.
3. Tingkat hutang (Financial Leverage) berpengaruh positif
terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan
yang Go Public di Indonesia.
4. Jenis industri berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba
d. Kesimpulan:
Variabel Size memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan
perata laba dengan bukan perata laba, sedangkan variabel
profitabilitas, financial leverage dan jenis industri tidak
berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Laporan Keuangan
2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Baridwan (2000:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama satu tahun buku bersangkutan. Menurut Pedoman Etika Akuntan
IAI, laporan keuangan adalah suatu penyajian dan keuangan termasuk
catatan yang menyertainya, jika ada, yang dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban
suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau
kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk
neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan
keuangan dibuat per periode, misalnya 3 bulan atau 6 bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas
dilakukan setahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan
dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan
keuangan tersebut. Menurut PSAK No.1 paragraf ke-7 (revisi 2009),
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas.
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan laporan
laba rugi serta laporan perubahan modal. Neraca menggambarkan jumlah
aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu,
sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, laporan
perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan modal atau
alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Lukviarman (2006:13) laporan keuangan mempunyai
tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
bermanfaaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Menurut PSAK No.1 paragraf ke-7 (revisi 2009), tujuan laporan
keuangan untuk tujuan umum adalah memberi informasi tentang posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (steward ship) manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai
tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi : aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan
beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dan distribusi kepada
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.
Tujuan Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2009:3) yaitu:
a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena
lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non
keuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atas sumber daya yang diberdayakan kepadanya. Pemakai
yang ingin menilai apa yang teah dilakukan atau pertanggungjawaban
manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomi, keputusan ini mencakup, misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi dalam perusahaan atau keputusan
untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Dari beberapa tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan oleh
pihak-pihak diluar perusahaan guna menginformasikan posisi keuangan. Selain
itu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai guna
pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:5), karakteristik kualitatif
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
a. Dapat dipahami
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa kualitas penting
informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Asumsi dasar
dalam hal ini adalah para pemakai laporan keuangan mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Informasi dikatakan relevan bila dapat memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Disamping itu
informasi dikatakan relevan bila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu pemakai mengevaluasi masa
lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi di masa lalu.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keungan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan
kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan
keuangan antar perusahaan, mengevaluasi posisi keungan dan kinerja
serta perubahan posisi keungan secara relatif.
2.2.1.4 Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan menurut beberapa pendapat yang
lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
1) Neraca
Salah satu bentuk laporan yang paling utama adalah neraca.
Beberapa ahli mengungkapkan definisi yang berbeda, tetapi pada
hakikatnya mempunyai pengertian yang sama.
Menurut Prastowo (1995:16) Neraca adalah laporan keuangan
yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva,
kewajiban ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
Menurut Munandar (1979:1) Neraca adalah laporan yang
disusun secara sistematis, tentang posisi financial perusahaan pada
Menurut Lukviarman (2006:14) Neraca (balance sheet)
merupakan laporan yang menunjukkan nilai aktiva perusahaan dan
sumber pembiayaan dari sejumlah aktiva tersebut (klaim dari aktiva).
Menurut Baridwan (1997:18) Neraca adalah laporan yang
menunjukkan keandalan keuangan suatu unit usaha pada tanggal
tertentu.
Menurut Munawir (1997:13) Neraca adalah laporan sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu
saat tertentu.
Menurut Kasmir (2008:28) Neraca (balance sheet) merupakan
laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
neraca merupakan daftar yang menggambarkan posisi keuangan suatu
perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada saat
tertentu.
2) Laporan Laba Rugi (income statement)
Laporan Laba Rugi (income statement) merupakan salah
satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi
informasi laporan keuangan. Laporan Laba Rugi menunjukkan
pendapatan dari penjualan, berbagi biaya dan laba yang diperoleh
selama periode tertentu.
Menurut Prastowo (1995:16) Laporan Laba Rugi adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu.
Menurut Munandar (1979:16) Laporan Laba Rugi ialah
laporan yang disusun secara sistematis, tentang revenues
(penghasilan) yang diperoleh dan tentang expenses (biaya) yang
menjadi beban tanggungan perusahaan dalam usahanya selama
satu periode tertentu.
Menurut Baridwan (1997:30) Laporan Laba Rugi adalah
suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.
Selisih antara penghasilan-penghasilan dan biaya merupakan laba
yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.
Menurut Lukviarman (2006:14) Laporan Laba Rugi
(income statement) laporan laba rugi merupakan laporan
keuangan yang menggambarkan kinerja (performance)
perusahaan selama satu periode akuntansi
Laporan Laba Rugi (income statement) merupakan laporan
keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam
suatu periode tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya untuk suatu periode
tertentu.
3)Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)
Menurut Kasmir (2008:29) Laporan perubahan modal
merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang
dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan
perubahan modal dan sebab-sebab terjadi perubahan modal di
perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:1.12)
Laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang
menunjukkan :
1.Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2.Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian diakui
secara langsung dalam ekuitas.
3.Pengaruh kumulatif dari kebijakan perubahan kebijakan akuntansi
dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur
dalam PSAK terkait.
4.Transaksi modal dengan pemilik dengan distribusi kepada pemilik.
5.Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Menurut Baridwan (1997:43) laporan aliran kas adalah
untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut Kasmir (2008:29) laporan arus kas merupajan
laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan
kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap kas.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:21) laporan
arus kas adalah salah satu laporan keuangan yang memberi
informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas pada
suatu periode tertentu. Setiap perusahaan diwajibkan untuk
menyusun laporan arus kas sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan setiap periode penyajian laporan keuangan.
Aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu
penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari aktifitas
operasi, investasi dan pendanaan (financing).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan aliran kas
baik penerimaan maupun pengeluaran kas untuk periode tertentu.
5)Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:12) catatan
atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan
keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan dalam pernyataan standar
akuntansi keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar.
Menurut Kasmir (2008:30) catatan atas laporan keuangan
merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada
laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya
terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang
perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas.
2.2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan
Lukviarman (2006:18) membagi pemakai laporan keuangan menjadi 7
pihak:
1. Investor
Investor memiliki kepentingan atas investasi yang telah
dilakukan pada perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan memiliki kepentingan untuk menilai profitabilitas
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman memiliki kepentingan untuk menganalisa
kinerja yang berkaitan dengan pembeian kredit kepada perusahaan
sehingga pemberi pinjaman dapat memutuskan apakah perusahaan
layak untuk memperoleh pinjaman serta menilai kemampuan
perusahaan untuk melunasi pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya.
Pemasok memiliki kepentingan untuk mendapatkan informasi
apakah piutang mereka dapat dibayarkan oleh perusahaan pada saat
jatuh tempo.
5. Pelanggan
Pelanggan memiliki kepentingan untuk menilai kelangsungan
hidup perusahaan terutama bila pelanggan memiliki ketergantungan
terhadap perusahaan dan terlibat dalam perjanjian jangka panjang.
6. Pemerintah dengan berbagai lembaga dibawahannya.
Pemerintah memiliki kepentingan atas laporan keuangan
perusahaan untuk menilai berapa jumlah pajak yang dapat diterima
pemerintah, serta menilai aktivitas perusahaan secara keseluruhan
demi menjaga stabilitas ekonomi.
7. Masyarakat
Masyarakat memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan terutama untuk mengetahui kontribusi perusahaan
dana corporate social responsibility (CSR) yang dikeluarkan
perusahaan besert penggunaan dana tersebut.
2.2.2 Perataan Laba
2.2.2.1 Pengertian Perataan Laba
Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep
perataan laba/penghasilan ini juga menggunakan kerangka pikir teori
keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika terjadi konflik
kepentingan antara manajemen dan pemilik. Manajemen melakukan
perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan
mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan
kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan
datang.
Definisi perataan laba (income smoothing) menurut Jatiningrum
(2000) merupakan praktik yang umum dilakukan manajer untuk
mengurangi perubahan naik turunnya (fluktuasi laba), yang diharapkan
mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen.
Definisi perataan laba yang terbaik dikemukakan oleh Beidlmen
sebagai berikut: “meratakan earnings yang dilaporkan dapat didefinisikan
sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau
mengurangi fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal bagi
perusahaan”. Dalam pengertian ini perataan laba mempresentasi suatu
mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang
diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat
(Belkaoui, 2000:56).
Menurut Assih dan Gundono (2000:37) manajemen laba diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan
General Accepted Accounting Principles, untuk mengarah pada suatu
tingkat yang diiinginkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba termasuk
dalam pengertian manajemen laba tersebut. Perataan laba dapat dipandang
sebagai cara dalam pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah
periode tertentu atau dalam satu periode, yang mengarah pada tingkat yang
diharapkan atas laba yang dilaporkan.
Menurut John J. Wild, dkk (2005:121) perataan laba merupakan
bentuk umum manajemen laba. Manajer meningkatkan atau menurunkan
laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga
mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan
menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba
ini saat periode buruk.
Menurut Belkaoui (2000) dalam Budiasih (2009) menyatakan
bahwa perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan
untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi
perusahaan. Rivard dkk, (2003) dalam Budiasih (2009) mendefinisikan
teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa
periode waktu.
2.2.2.2 Sifat dan Motivasi Perataan Laba
Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang umum/rasional.
Perataan laba sengaja dilakukan terhadap penghasilan dimaksudkan
supaya sesuai dengan yang diharapkan atau standar yang diinginkan
(Jatiningrum, 2000).
Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada
asumsi dalam positive accounting theory bahwa agent (dalam hal ni
manajemen) adalah individual yang rasional yang memperhatikan
kepentingan dirinya. Konsisten dengan asumsi tersebut maka motivasi
yang mempengaruhi pilihan manajer tersebut adalah memaksimumkan
kepentingannya, sedangkan kepentingan manajer tergantung pada nilai
perusahaan. Dan manajer percaya bahwa pasar mendasarkan pada angka
akuntansi. Fluktuasi atas laba dan tidak dapat diprediksinya laba yang akan
datang merupakan sebab penentu resiko pasar atau saham (Assih dan
Gudono, 2000:38).
Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan
konsep manajemen laba (Salno dan Baridwan, 2000:19). Penjelasam
konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya dalam
hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak
eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi
terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih
banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan
pihak eksternal tersebut. Dalam kondisi ini demikian manajer dapat
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.
Masing-masing pihak dan hubungan keagenan terdorong oleh
motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Dipandang dari sisi
manajemen, Salno dan Baridwan (2000:19) manajer termotivasi untuk
melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai
keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu (1) mengurangi total pajak
terutang, (2) meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil
pula, (3) meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemugkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah, dan (4) siklus peningkatan
dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme
dan pesimisme dapat diperlunak.
Menurut John J. Wild, dkk (2005:121) motivasi melakukan
dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham dan usaha
mendapatkan subsidi pemerintah. Banyak perjanjian yang menggunakan
angka akuntansi. Kompensasi manajer biasanya mencakup bonus
berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan batas
bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari
batas bawah dan tidak mendapatkan bonus tambahan saat laba lebih tinggi
dari batas atas.
Menurut Gordon (1964) serta Mouse dan Downs (1965) dalam
Belkaoui (2000:38) manajer perusahaan termotivasi untuk melakukan
perataan laba demi keamanan, dengan anggapan bahwa stabilitas dalam
pendapatan dan untuk menyeimbangkan kecepatan pertumbuhan yang
sangat tinggi melebihi aliran penghasilan rata-rata dengan batas
kemampuan terbesar. Gordon mengemukakan tentang pemerataan laba
sebagai berikut:
a) Sebagai standar seorang manajer perushaan dalam menyeleksi prinsip
akuntansi adalah memaksimalkan kegunaan atau kesejahteraan yang
dicapai.
b) Kegunaan dan fungsi jaminan keamanan, tingkatan dan kecepatan
pertumbuhan dalam suatu penghasilan.
c) Kepuasan pemegang saham atas tugas yang diberikan kepada manajer
dalam penyelenggaraan kegiatan dalam perusahaan.
d) Kepuasan pemegang saham terlihat apabila perusahaan berkembang
Dilain pihak, pemilik mendukung perataan pengahasilan karena adanya
motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud
pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk
manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal
ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi
investor/potensial mengenai nilai perusahaan.
2.2.2.3 Alasan Untuk Perataan Laba
Banyak alasan dalam melakukan perataan laba. Konsep mengenai
perataan laba menyatakan bahwa adalah hal yang logis dan rasional bagi
para manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan alat akuntansi
tertentu. Adapun alasan yang diajukan dalam kaitannya untuk melakukan
praktik perataan laba sebagai berikut (Machfoedz, 1998:11)
1. Dengan penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana
yang melalui periode beberapa, manajemen dapat mengurangi
kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
2. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan investor
karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan deviden yang
stabil pula sebagaimana yang diinginkan oleh para investor.
3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan
menimbulkan permintaan akan upah yang lebih tinggi dari para
karyawan.
4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada
ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta
rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.
Alasan perataan laba menurut Syahriana (2006), bahwa perataan laba
dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor dan
karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu:
a. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
b. Meningkatkan kepercayaan investor karena laba yang stabil akan
mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil.
c. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan
laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan
kenaikan gaji atau upah.
d. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Penelitian lain yang berkaitan dengan penjelasan mengenai
dilakukannya perataan laba antara lain dilakukan oleh Gudono (2000)
yang menyatakan bahwa dengan melakukan perataan laba diharapkan
perusahaan dapat menghindari reaksi pasar terlalu besar pada saat
perusahaan mengumumkan informasi laba karena dengan tingkat
variabilitas yang kecil pada laba yang diumumkan, pelaku pasar dapat
baik. Selain itu dengan mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan
perusahaan dapat mengurangi reaksi pasar yang besar pada saat laba
diumumkan.
2.2.2.4 Teknik Dalam Perataan Laba
Ditinjau dari sudut pandang teoritis ataupun praktis, teknik manajemen laba sangat beragam. Menurut Wold dkk, (2006) dalam
Sulistiawan dkk, (2011:43) Secara umum teknik yang biasanya dijumpai
dalam praktik perataan laba adalah:
1. Mengubah metode akuntansi
Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh
standar akuntansi (accounting choices) dalam menilai aset perusahaan.
Metode penyusutan aset tetap (garis lurus atau saldo menurun atau
jumlah angka tahun), pengakuan pendapatan (saat penjualan atau saat
penerimaan kas).
2. Membuat estimasi akuntansi
Teknik ini dilakukan dengan tujuan mempengaruhi laba akuntansi
melalui kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Beberapa
a. Estimasi dalam menetukan besarnya jumlah piutang tidak tertagih,
baik dengan persentase penjualan maupun persentase piutang.
b. Estimasi dalam menentukan umur ekonomis aset, baik aset tetap
maupun aset tidak berwujud.
3. Mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya.
Tenik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan
pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pengakuan pendapatan
dan biaya ke periode berikutnya agar memperoleh laba maksimum.
4. Mereklasifikasi akun
Teknik ini yaitu dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat
ketempat lainnya.
5. Mereklasifikasi akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner.
Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai
dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang penentuan
umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode
depresiasi. Akrual nondiskresioner adalah akrual yang bisa berubah
bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti
perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang
signifikan.
Deasher dan Malcom (1970) dalam Assih (2000:38) menyatakan
bahwa ada beberapa cara yang biasanya digunakan manajemen dalam
smoothing. Perataan riil mengacu pada transaksi aktual yang terjadi
maupun tidak terjadi dalam hal pengaruh perataan sedangkan perataan
artifisial mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan
terhadap pergeseran biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode
lain. Namun disamping kedua media tersebut masih terdapat dimensi atau
media lain untuk melakukan income smoothing, yaitu clssificathory
smoothing. Ronen dan Sadan (1975) dalam Assih (2000:38) membedakan
ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut:
1. Perataan laba melalui adanya kejadian dan atau pengakuan suatu
peristiwa.
Manajemen dapat menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga
pengaruhnya terhadap pelaporan pendapatan akan cenderung
mengurangi variasi dari waktu ke waktu.
2. Perataan laba melalui alokasi terhadap waktu.
Melalui kejadian dan pengakuan atas suatu peristiwa, manajemen
memiliki kendali yang lebih bebas terhadap determinasi atas periode
yang dipengaruhi oleh kuantififikasi dari peristiwa.
3. Perataan laba melalui klasifikasi.
Dilakukan melalui pengklasifikasian pos-pos laporan intralaba untuk
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba
2.2.3.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total
aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi
(Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pendanaan
perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan
dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan
bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva,
log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan,
semakin banyak pula alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat
dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar akan lebih mudah
mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil (Widyanti, 2012).
2.2.3.2 Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi.
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset
(ROA). Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga
merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola
investasinya.
2.2.3.3 Leverage Operasi
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan didanai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai
leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam operasi sepenuhnya
menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin
rendah leverage faktor , perusahaan mempunyai resiko kecil bila ekonomi
menurun. Pengguna dana hutang bagi perusahaan tersebut mempunyai tiga
dimensi (1) memberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan
atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan dana hutang maka
apabila perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban
tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan
(3) dengan penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa
2.3 Kerangka Pikir
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba
Moses (1987) Menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan
yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi
subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan
masyarakat umum/general public). Hasil lainnya ditemukan oleh Albert
dan Richardson (1990), bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar
memiliki dorongan untuk perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar diteliti
dan dipandang lebih kritis oleh para investor (Suwito dan Herawati, 2005).
Ukuran perusahaan diduga mempengaruhi perataan laba karena
adanya anggapan manajer selama ini masih percaya bahwa para pemakai
laporan keuangan masih mendasarkan penilaiannya mengenai perusahaan
pada total nilai aktiva. Konsisten dengan hal tersebut maka para manajer
mengelola suatu perusahaan capital intensive (padat modal) yang nyatanya
memang mempunyai struktur aktiva yang lebih besar nilainya bila
dibandingkan dengan perusahaan labour intensive (padat karya) akan
termotivasi untuk melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk
menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para
2.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Teori yang melandasi hubungan antara profitabilitas perusahaan
perataan laba adalah expentancy theory (teori pengharapan). Teori ini
menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil
yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu
hasil yang diharapkan mengarah pada pencapaian balas jasa yang
diinginkan (Supriyono, 1999:160).
Profitabilitas diduga mempengaruhi praktik perataan laba, karena
sesuai dengan teori pengharapan diatas, pihak manajemen berusaha
menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja
manajemen terlihat lebih baik. Disamping itu, perhatian investor yang
sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang
digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong untuk
melakukan manajemen atas laba atau manipulasi laba (Beattie et.al, 1994).
Machfoedz (1998:130) menyatakan bahwa tindakan perataan laba
cenderung dilakukan oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya
rendah. Hal ini dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena
umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan.
Selain itu para pemegang saham meningkat dengan adanya penghasilan
2.3.3 Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori yang melandasi hubungan leverage operasi dengan perataan laba adalah teori pertukaran leverage. Menurut teori pertukaran leverage
(the trade off theory of leverage), dimana perusahaan menukarkan
keuntungan pendanaan melalui hutang (perlakuan pajak perusahaan yang
menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan lebih
tinggi (Brigham, 2006:36).
Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyanti (2012) menunjukkan
bahwa perusahaan dengan proporsi pendanaan hutang yang lebih besar
kemungkinan besar masuk dalam kategori income smoothing.
Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunya resiko
menderita kerugian yang besar, akan tetapi jika mempunyai kesempatan
yang lebih besar untuk memperoleh laba tetapi pada umumnya investor juga
enggan menghadapi resiko. Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk
meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage
operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada,
dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa manajer untuk melakukan
tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.
Adanya varians dalam peningkatan laba perusahaan dapat
berkaitan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya kebangkrutan
prusahaan dan penurunan nilai obligasi perusahaan. Trueman dan Titman
manajer dapat mengurangi estimasi berbagai tuntutan yang terkait dengan
perubahan proses laba perusahaan, yaitu semakin rendah tuntutan dari
kebangkrutan.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan dengan kerangka
pemikiran seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
Variable Bebas Variabel Terikat
X1= Ukuran
Perusahaan
Y= Perataan Laba
X3= Leverage
Operasi X2= Profitabilitas
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal
dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis
adalah keterangan sementara dari hubungan-hubungan
fenomena-fenomena yang kompleks (Nazir, 2005:151).
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada sub bab
sebelumnya dan dihubungkan dengan pengertian hipotesis itu sendiri,
maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
H3 : Leverage operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Nazir,
2005:126).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menggunakan tiga variabel
bebas dan satu variabel terikat. Variabel terikat yang digunakan adalah
perataan laba (Y), sedangkan variabel bebasnya meliputi:
1. Ukuran Perusahaan (X1)
2. Profitabilitas (X2)
3. Leverage Operasi (X3)
Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X) 1. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan adalah skala untuk menentukan besar
menggunakan logaritma dari total aktiva. Variabel ini diukur dengan
skala rasio dan satuannya adalah rupiah., sehingga dirumuskan
sebagai berikut:
Ukuran perusahaan = Log Total Aktiva
(Jatiningrum, 2000)
2. Profitabiltas (X2)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA).
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan
(Kasmir, 2008:202).
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan
pengukurannya adalah persen (%), sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Return On Asset = x100%
3. Leverage Operasi (X3)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Variabel ini
diukur dengan menggunakan skala data rasio.
Leverage Operasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Debt to Total Asset= x 100%
b. Variabel Terikat (Y) Perataan Laba (Y)
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target
yang diinginkan.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Perataan laba” yang
diukur dengan menggunakan indeks eckel. Maka digunakan rumus
sebagai berikut (Eckel, 1981):
Indeks Perataan Laba =
Dimana:
: Perubahan laba dalam suatu periode.
: Perubahan penjualan dalam suatu periode.
: Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan.
Status perataan laba, jika:
Nilai Nol (0) : Untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
Nilai Satu (1) : Untuk perusahaan yang melakukan perataan laba.
Jadi, apabila maka perusahan tidak digolongkan
sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba.
: Koefisien variasi untuk perubahan laba.
: Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.
Dimana dan dapat dihitung sebagai berikut:
dan =
Atau
dan =
Dimana:
: Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)
antara tahun n-1.
: Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau
penjualan (S) antara tahun n-1.
Batasan Perataan Laba:
- Jika nilai Indeks Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan
perataan laba dan diberi symbol 0.
- Jika nilai Indeks Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik
perataan laba dan diberi simbol 1(Suwito dan Arleen, 2005).
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta
ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2005:271). Populasi dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan perusahaan otomotif yang go public diBursa Efek
Indonesia mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, dan tercatat ada 12
perusahaan.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,
2004:44). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non
sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang
merupakan representatif dari populasi.
Kriteria pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian tahun 2010-2012.
2. Perusahaan otomotif yang laporan keuangannya menggunakan satuan
mata uang yang sama selama periode penelitian tahun 2010-2012,
yaitu mata uang Rupiah.
3. Perusahaan otomotif yang tidak mengalami kerugian selama periode
penelitin tahun 2010-2012.
4. Perusahaan otomotif yang terdaftar diBursa Efek Indonesia yang
belum pernah mengalami delisting selama periode penelitian tahun
2010-2012.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas yang telah ditentukan peneliti guna
menentukan sampel penelitian, maka diperoleh 9 perusahaan yang