• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Pipit Widiyaningrum 1013010218/ FEB/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Progdi Akuntansi

Diajukan Oleh :

Pipit Widiyaningrum 1013010218/FEB/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

Disusun Oleh :

PIPIT WIDIYANINGRUM 1013010218/ FEB/ EA

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 17 April 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM Prof. Dr. Soeparlan P. Ak, MM, CA NIP : 19670213 199103 2001 Sekretaris

Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM

Anggota

Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, M. Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(4)

telah mengatur roda kehidupan pada porosnya dengan keteraturan, dan hanya

kepada-Nyalah kita menundukkan hati dengan mengokohkan keimanan dan Izzah

kita dalam keridhoan-Nya. Karena berkat Rahmat dan Rahim-Nya sehingga

mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan

kepada junjungan kita yaitu Rasulullah SAW.

Skripsi ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi (SE)

Progdi akuntansi Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang

berjudul“Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba

pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat menghaturkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarta, Mp. selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. H. Dhani Ichsanudin N, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Hero Priono, Msi, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi

(5)

penulisan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Soeparlan P. Ak, MM, CA dan Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, M. si

selaku dosen penguji lisan yang telah mengantarkan penulis meraih gelar

sarjana.

6. Terima kasih yang paling utama penulis ucapkan kepada kedua orang tua

ibu Ninik dan ayah Misni serta adikku dan kakek nenek atas segala doa,

pengorbanan dan dukungannya yang tiada tara, juga kepada seluruh

keluarga yang mendukung serta mendoakan kesuksesan penulis.

7. Sahabat terbaik penghuni kost 52 Esti, Sari, Silvi, Steffany, Natalia, Leny,

terima kasih telah memberikan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, dan terima kasih atas segala kebersamaan

kita selama ini baik senang maupun susah sehingga memotivasi diri

menjadi lebih baik.

8. Patria Dwi Kurnia terima kasih atas segala motivasi, semangat, waktu,

serta nasehat yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan penuh semangat.

9. Sahabat seperjuangan Program Studi Akuntansi Sasa, Ratih, Dian, Nia

dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan

(6)

yang akan datang.

Surabaya, April 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... .... iv

DAFTAR TABEL ... .... ix

DAFTAR GAMBAR ... .... x

DAFTAR LAMPIRAN ... .... xi

ABSTRAK ... .... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... .... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... .... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... .... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... .... 9

2.2. Landasan Teori ... .... 12

2.2.1. Laporan Keuangan ... .... 12

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... .... 12

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... .... 13

2.2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... .... 15

(8)

2.2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan ... .... 22

2.2.2. Perataan Laba ... .... 24

2.2.2.1. Pengertian Perataan Laba ... .... 24

2.2.2.2. Sifat dan Motivasi Perataan Laba... .... 26

2.2.2.3. Alasan Untuk Perataan Laba ... .... 29

2.2.2.4. Teknik Dalam Perataan Laba ... .... 31

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ... .... 34

2.2.3.1. Ukuran Perusahaan ... .... 34

2.2.3.2. Profitabilitas ... .... 34

2.2.3.3. Leverage Operasi... .... 35

2.3. Kerangka Pikir ... .... 36

2.3.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... .... 36

2.3.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... .... 37

2.3.3. Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... .... 38

2.4. Hipotesis ... .... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... .... 41

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .... 45

3.2.1. Populasi ... .... 45

3.2.2. Sampel ... .... 45

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .... 47

3.3.1. Jenis Data ... .... 47

(9)

3.3.3. Pengumpulan Data ... .... 48

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... .... 48

3.4.1. Teknik Analisis ... .... 48

3.4.1.1. Uji Normalitas ... .... 49

3.4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... .... 50

3.4.2. Uji Hipotesis ... .... 52

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... .... 55

4.1.1. Sejarah Singkat PT Bursa Efek Indonesia ... .... 55

4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan Otomotif... .... 56

4.2. Deskripsi Data Penelitian ... .... 63

4.2.1. Perataan Laba (Y) Perusaaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 63

4.2.2. Ukuran Perusahaan (X1) pada Perusaaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 65

4.2.3. Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di di BEI ... .... 66

4.2.4. Leverage Operasi (X3) Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 67

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... .... 68

4.3.1. Hasil Regresi Berganda ... .... 68

4.3.2. Uji Normalitas ... .... 69

(10)

4.3.4. Uji Hipotesis ... .... 74

3.1. Uji R2 ... .... 74

3.2. Uji F ... .... 75

3.3. Uji t ... .... 76

4.4. Pembahasan ... .... 77

4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan .. Laba (Y) ... … 78

4.4.2 Pengaruh Profitabilitas (X2) Terhadap Perataan Laba (Y) ... .... 79

4.4.3 Pengaruh Leverage Operasi (X3) Terhadap Perataan Laba (Y) ... .... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... .... 82

5.2. Saran ... .... 82

5.3. Keterbatasan dan Implikasai Penelitian ... .... 83

5.3.1. Keterbatasan Penelitian ... .... 83

5.3.2. Implikasi Penelitian ... .... 83

(11)

1013010218/FEB/EA

Abstrak

Perataan laba merupakan tindakan yang umum dilakukan manajemen secara sengaja untuk mengurangi fluktuasi laba. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan

leverage operasi.

Sampel penelitian ini diambil berdasarkan purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 9 dari 12 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 periode (2010-2012). Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil perhitungan indek eckel menunjukkan bahwa sebagian perusahaan otomotif melakukan tindakan perataan laba. Hasil pengujian secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

(12)

1.1 Latar Belakang

Perusahaan otomotif saat ini mengalami perkembangan yang sangat

pesat dalam penjualan hasil produksi seiring dengan adanya era globalisasi

dan pasar bebas. Di Indonesia sendiri banyak perusahaan-perusahaan

otomotif yang sudah menghasilkan produk-produk yang berkualitas untuk

dipasarkan agar dapat bersaing dengan produk negara lain. Minat akan

produk otomotif saat ini meningkat disemua kalangan masyarakat.

Keadaan seperti ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan

strategi perusahaan agar dapat bertahan dan lebih berkembang. Untuk itu

perusahaan perlu menyusun strategi yang tepat agar dapat

mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kinerja perusahaan.

Seiring dengan berkembangnya dunia usaha otomotif maka

perusahaan dituntut untuk menjaga aktifitas operasi perusahaan agar dapat

tetap stabil dan berkembang sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan

bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Dengan banyaknya

perusahaan-perusahaan yang muncul menuntut pihak manajemen

perusahaan bisa membuat laporan keuangan yang berisi informasi

keuangan bagi yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan

(13)

Menurut PSAK No. 1 (2009:7) laporan keuangan merupakan bagian

dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan

catatan atas laporan keuangan.

Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan

keputusan adalah laba. Informasi laba telah dipersepsikan oleh investor ,

kreditur, manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam

perusahaan sebagai informasi yang paling penting dalam laporan

keuangan. Informasi laba perusahaan sangat diperlukan untuk

mengindikasikan apakah perusahaan memiliki kinerja yang baik atau

buruk. Informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam

menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba

membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas “earning

power” perusahaan dimasa yang akan datang (Statement of Financial

Accounting Concept, Nomor 1). Pentingnya informasi laba ini disadari

oleh pihak manajemen terutama perusahaan yang kinerjanya diukur atas

informasi tersebut sehingga cenderung mendorong manajemen melakukan

disfunctional behavior (perilaku tidak semestinya). Adapun bentuk

perilaku yang tidak semestinya yang timbul dalam hubungannya dengan

laba adalah praktek perataan laba atau income smoothing. Tindakan

perataan laba (income smoothing) didefinisikan sebagai tindakan yang

(14)

fluktuasi disekitar tingkat earnings yang dianggap normal bagi sebuah

perusahaan (Beidleman, 1973).

Tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan

dimata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

memiliki resiko yang rendah. Manajemen memilih untuk menjaga nilai

laba yang stabil dibandingkan nilai laba yang cenderung bergejolak

(volatile), sehingga manajemen akan menaikkan laba yang dilaporkan jika

jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun sebelumnya.

Sebaliknya manajemen akan memilih untuk menurunkan laba yang

dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat dibandingkan laba tahun

sebelumnya (Novita, 2009). Laba yang rata dari tahun ke tahun sangat

disukai oleh manajemen dan investor, karena laba yang rata

mengindikasikan bahwa perusahan tersebut kuat dan stabil (Atik, 2008).

Namun demikian, jika praktik perataan laba terlalu dimanipulasi atau jauh

dari kenyataan dapat menyebabkan pengungkapan laba yang merugikan

dan menyesatkan yang mengakibatkan investor tidak memperoleh

informasi yang akurat dan salah dalam pengambilan keputusan.

Saat ini perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang otomotif

mempunyai peluang yang besar dalam memberikan kesempatan bagi para

pelaku pasar atau investor untuk berinvestasi. Para investor lebih tertarik

melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki laba yang stabil.

Karena laba yang stabil dapat menjamin kelangsungan hidup para investor.

(15)

berupaya untuk melakukan praktik perataan laba agar para investor tertarik

untuk berinvestasi pada perusahaannya yang dianggap memiliki laba yang

stabil, meskipun pada kenyataannya terdapat beberapa perusahaan yang

menunjukkan ketidakstabilan laba yang diperoleh. Hal tersebut dapat

dilihat dari perubahan laba bersih beberapa perusahaan otomotif pada tabel

1.1 berikut.

Tabel 1.1 Data laba perusahaan otomotif tahun 2010-2012 (dinyatakan dalam jutaan rupiah)

Perusahaan Laba

2010 2011 2012

PT. Astra Internasional 17.044.000 21.077.000 22.742.000 PT. Astra Otopart 1.255.305 1.101.583 1.053.246

PT. Gajah Tunggal 830.624 684.562 1.132.247

PT. Indomobil Sukses Internasional 508.022 970.891 899.09

PT. Indospring 71.109 120.415 134.068

PT. Multi Prima Sejahtera 14.122 11.319 16.599

PT. Nipress 12.662 17.831 21.553

PT. Prima Alloy Steel Universal 4.531 7.104 41.448 PT. Selamat Sempurna 150.420 241.576 268.543

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dalam perusahaan

otomotif sebagian besar laba perusahaan cenderung mengalami kenaikan

setiap tahun. Meskipun ada beberapa perusahaan yang masih mengalami

fluktuasi laba dari tahun ke tahun . Perusahaan yang mengalami kenaikan

yang stabil salah satunya PT. Indospring, pada tahun 2010 labanya

sebesar Rp 71.109.000.000, tahun 2011 sebesar Rp 120.415.000, dan naik

lagi tahun 2012 menjadi Rp 134.068.000.000. Sedangkan perusahaan yang

(16)

pada tahun 2010 Rp 508.022.000.000, naik pada tahun 2011 sebesar Rp

970.891.000.000 dan turun menjadi Rp 899.090.000.000 pada tahun 2012.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laba pada

perusahaan otomotif rata-rata tidak fluktuatif, maka disini

mengindikasikan bahwa perusahaan ini melakukan perataan laba.

Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak

terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar

selisih antara laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka

manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba (Sulistyanto,

2008). Ada banyak motivasi manajer melakukan tindakan perataan laba.

Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi

perataan laba pada suatu peusahaan. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi mempengaruhi praktek perataan laba seperti yang

dikemukakan peneliti terdahulu diantaranya ukuran perusahaan,

profitabilitas, leverage operasi, net profit margin, sektor industri, dan

harga saham. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut

berbeda meskipun mengukur hal yang sama. Berdasarkan fenomena diatas

maka penelitian ini akan meneliti ulang beberapa faktor yang

berhubungan dengan tindakan perataan laba yang belum sepenuhnya

menunjukkan hasil yang konsisten antara penelitian yang satu dengan

penelitian lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah ukuran perusahaan,

(17)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log

size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan

hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm),

perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm).

Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan

(Suwito dan Herawati, 2005:138). Ukuran perusahaan diduga berpengaruh

terhadap perataan laba. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Budiasih (2009) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba dimana semakin

besar perusahaan maka semakin besar pula indikasi adanya praktek

perataan laba, karena perusahaan yang lebih besar memiliki political cost

yang lebih tinggi sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba

untuk menghindari pajak yang terlalu tinggi pada saat perusahaan

memperoleh laba yang tinggi, dan menjaga image perusahaan pada saat

laba yang dihasilkan rendah.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Rasio ini

memberikan jawaban tentang seberapa efektif perusahaan dikelola. Rasio

probabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset

(ROA). Rasio probabilitas ini diukur berdasarkan perbandingan antara laba

(18)

Leverage operasi merupakan tingkat seberapa jauh perusahaan

dibiayai dengan hutang atau pihak luar dengan kemapuan perusahaan atau

total aktiva. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar resiko

yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat

keuntungan semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung

melakukan praktik perataan laba (Budiasih, 2009:07).

Berdasarkan dari uaraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba

pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada

perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012?

3. Leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : untuk

menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan

leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Secara akademis

Dapat menambah referensi yang bisa digunakan oleh pihak-pihak

yang membutuhkan informasi mengenai hal yang terkait dengan

penelitian ini.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan

dalam memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik

perataan laba atau tidak serta memikirkan dampak yang akan

ditimbulkan dari kegiatan praktik perataan laba tersebut.

b. Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di

pasar modal dimana hasil ini dapat memberikan masukan dalam

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian dalam bentuk jurnal riset yang berhubungan dengan

praktik perataan laba pernah dilakukan. Berikut ini hasil penelitian

terdahulu antara lain:

1) Cholila Widyanti (2012)

a. Judul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage Operasi dan Ukuran

Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Food

and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.

b. Rumusan Masalah:

Apakah profitabilitas, leverage operasi dan ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap praktik perataan laba?

c. Hipotesis:

1. Diduga bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap perataan laba.

2. Diduga bahwa leverage operasi berpengaruh positif dan

signfikan terhadap perataan laba.

3. Diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan

(21)

d. Kesimpulan:

Berdasarkan uji kesesuaian model disimpulkan bahwa profitabiltas

dan leverage operasi mempunyai kontribusi terhadap perataan laba.

Sedangkan ukuran perusahaan tidak mempunyai kontribusi

terhadap perataan laba.

2) Nur Farida Zuliani, Zulbahridar dan Al Azhar (2012)

a. Judul: “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2008-2011”.

b. Rumusan Masalah:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap

perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2008 – 2011 ?

2. Apakah leverage berpengaruh secara signifikan terhadap

perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun

2008 – 2011?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan

terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI Indonesia tahun 2008 – 2011?

c. Kesimpulan:

1. Profitabilitas terbukti berpengaruh positif terhadap perataan laba.

(22)

3. Ukuran perusahaan terbukti tidak berpengaruh terhadap perataan

laba.

3). Ratih Kartika Dewi (2010)

a. Judul: “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik

Pertaaan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur

dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(2006-2009)”.

b. Rumusan Masalah:

Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan

tipe perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada

perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia?

c. Hipotesis:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik

perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang Go Public

di Indonesia.

2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba

yangdilakukan oleh perusahaan yang Go Public di Indonesia.

3. Tingkat hutang (Financial Leverage) berpengaruh positif

terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan

yang Go Public di Indonesia.

4. Jenis industri berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba

(23)

d. Kesimpulan:

Variabel Size memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan

perata laba dengan bukan perata laba, sedangkan variabel

profitabilitas, financial leverage dan jenis industri tidak

berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Laporan Keuangan

2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Baridwan (2000:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari

suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

selama satu tahun buku bersangkutan. Menurut Pedoman Etika Akuntan

IAI, laporan keuangan adalah suatu penyajian dan keuangan termasuk

catatan yang menyertainya, jika ada, yang dimaksudkan untuk

mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban

suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau

kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

(24)

perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan

terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk

neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan

keuangan dibuat per periode, misalnya 3 bulan atau 6 bulan untuk

kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas

dilakukan setahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan

dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan

keuangan tersebut. Menurut PSAK No.1 paragraf ke-7 (revisi 2009),

laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan

dan kinerja keuangan suatu entitas.

Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan laporan

laba rugi serta laporan perubahan modal. Neraca menggambarkan jumlah

aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu,

sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai

oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, laporan

perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan modal atau

alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Lukviarman (2006:13) laporan keuangan mempunyai

tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

(25)

bermanfaaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Menurut PSAK No.1 paragraf ke-7 (revisi 2009), tujuan laporan

keuangan untuk tujuan umum adalah memberi informasi tentang posisi

keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka

membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban (steward ship) manajemen atas penggunaan

sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai

tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi

mengenai entitas yang meliputi : aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan

beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dan distribusi kepada

pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.

Tujuan Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan

(2009:3) yaitu:

a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian,

laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena

(26)

lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non

keuangan.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen atas sumber daya yang diberdayakan kepadanya. Pemakai

yang ingin menilai apa yang teah dilakukan atau pertanggungjawaban

manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan

ekonomi, keputusan ini mencakup, misalnya keputusan untuk

menahan atau menjual investasi dalam perusahaan atau keputusan

untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Dari beberapa tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan

mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh

para pemilik perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan oleh

pihak-pihak diluar perusahaan guna menginformasikan posisi keuangan. Selain

itu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai guna

pengambilan keputusan ekonomi.

2.2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:5), karakteristik kualitatif

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan

(27)

a. Dapat dipahami

Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa kualitas penting

informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Asumsi dasar

dalam hal ini adalah para pemakai laporan keuangan mempunyai

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan

ketekunan yang wajar.

b. Relevan

Informasi dikatakan relevan bila dapat memenuhi kebutuhan

pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Disamping itu

informasi dikatakan relevan bila dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pemakai dengan membantu pemakai mengevaluasi masa

lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil

evaluasi di masa lalu.

c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari

pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat

diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari

yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat

(28)

d. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keungan perusahaan

antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan

kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan

keuangan antar perusahaan, mengevaluasi posisi keungan dan kinerja

serta perubahan posisi keungan secara relatif.

2.2.1.4 Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan menurut beberapa pendapat yang

lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

1) Neraca

Salah satu bentuk laporan yang paling utama adalah neraca.

Beberapa ahli mengungkapkan definisi yang berbeda, tetapi pada

hakikatnya mempunyai pengertian yang sama.

Menurut Prastowo (1995:16) Neraca adalah laporan keuangan

yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva,

kewajiban ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.

Menurut Munandar (1979:1) Neraca adalah laporan yang

disusun secara sistematis, tentang posisi financial perusahaan pada

(29)

Menurut Lukviarman (2006:14) Neraca (balance sheet)

merupakan laporan yang menunjukkan nilai aktiva perusahaan dan

sumber pembiayaan dari sejumlah aktiva tersebut (klaim dari aktiva).

Menurut Baridwan (1997:18) Neraca adalah laporan yang

menunjukkan keandalan keuangan suatu unit usaha pada tanggal

tertentu.

Menurut Munawir (1997:13) Neraca adalah laporan sistematis

tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu

saat tertentu.

Menurut Kasmir (2008:28) Neraca (balance sheet) merupakan

laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

neraca merupakan daftar yang menggambarkan posisi keuangan suatu

perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada saat

tertentu.

2) Laporan Laba Rugi (income statement)

Laporan Laba Rugi (income statement) merupakan salah

satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi

informasi laporan keuangan. Laporan Laba Rugi menunjukkan

pendapatan dari penjualan, berbagi biaya dan laba yang diperoleh

selama periode tertentu.

Menurut Prastowo (1995:16) Laporan Laba Rugi adalah

(30)

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode

tertentu.

Menurut Munandar (1979:16) Laporan Laba Rugi ialah

laporan yang disusun secara sistematis, tentang revenues

(penghasilan) yang diperoleh dan tentang expenses (biaya) yang

menjadi beban tanggungan perusahaan dalam usahanya selama

satu periode tertentu.

Menurut Baridwan (1997:30) Laporan Laba Rugi adalah

suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan

biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.

Selisih antara penghasilan-penghasilan dan biaya merupakan laba

yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.

Menurut Lukviarman (2006:14) Laporan Laba Rugi

(income statement) laporan laba rugi merupakan laporan

keuangan yang menggambarkan kinerja (performance)

perusahaan selama satu periode akuntansi

Laporan Laba Rugi (income statement) merupakan laporan

keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam

suatu periode tertentu.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan

(31)

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya untuk suatu periode

tertentu.

3)Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)

Menurut Kasmir (2008:29) Laporan perubahan modal

merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang

dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan

perubahan modal dan sebab-sebab terjadi perubahan modal di

perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:1.12)

Laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang

menunjukkan :

1.Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.

2.Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian diakui

secara langsung dalam ekuitas.

3.Pengaruh kumulatif dari kebijakan perubahan kebijakan akuntansi

dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur

dalam PSAK terkait.

4.Transaksi modal dengan pemilik dengan distribusi kepada pemilik.

5.Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode yang

mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

(32)

Menurut Baridwan (1997:43) laporan aliran kas adalah

untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan

pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.

Menurut Kasmir (2008:29) laporan arus kas merupajan

laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan

kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak

langsung terhadap kas.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:21) laporan

arus kas adalah salah satu laporan keuangan yang memberi

informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas pada

suatu periode tertentu. Setiap perusahaan diwajibkan untuk

menyusun laporan arus kas sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dari laporan keuangan setiap periode penyajian laporan keuangan.

Aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu

penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari aktifitas

operasi, investasi dan pendanaan (financing).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan aliran kas

baik penerimaan maupun pengeluaran kas untuk periode tertentu.

5)Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:12) catatan

atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

(33)

laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti

kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan

keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan

dianjurkan untuk diungkapkan dalam pernyataan standar

akuntansi keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang

diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan

secara wajar.

Menurut Kasmir (2008:30) catatan atas laporan keuangan

merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada

laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya

terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang

perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas.

2.2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan

Lukviarman (2006:18) membagi pemakai laporan keuangan menjadi 7

pihak:

1. Investor

Investor memiliki kepentingan atas investasi yang telah

dilakukan pada perusahaan tersebut.

2. Karyawan

Karyawan memiliki kepentingan untuk menilai profitabilitas

(34)

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman memiliki kepentingan untuk menganalisa

kinerja yang berkaitan dengan pembeian kredit kepada perusahaan

sehingga pemberi pinjaman dapat memutuskan apakah perusahaan

layak untuk memperoleh pinjaman serta menilai kemampuan

perusahaan untuk melunasi pinjaman.

4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya.

Pemasok memiliki kepentingan untuk mendapatkan informasi

apakah piutang mereka dapat dibayarkan oleh perusahaan pada saat

jatuh tempo.

5. Pelanggan

Pelanggan memiliki kepentingan untuk menilai kelangsungan

hidup perusahaan terutama bila pelanggan memiliki ketergantungan

terhadap perusahaan dan terlibat dalam perjanjian jangka panjang.

6. Pemerintah dengan berbagai lembaga dibawahannya.

Pemerintah memiliki kepentingan atas laporan keuangan

perusahaan untuk menilai berapa jumlah pajak yang dapat diterima

pemerintah, serta menilai aktivitas perusahaan secara keseluruhan

demi menjaga stabilitas ekonomi.

7. Masyarakat

Masyarakat memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan

perusahaan terutama untuk mengetahui kontribusi perusahaan

(35)

dana corporate social responsibility (CSR) yang dikeluarkan

perusahaan besert penggunaan dana tersebut.

2.2.2 Perataan Laba

2.2.2.1 Pengertian Perataan Laba

Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep

perataan laba/penghasilan ini juga menggunakan kerangka pikir teori

keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika terjadi konflik

kepentingan antara manajemen dan pemilik. Manajemen melakukan

perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan

mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan

kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan

datang.

Definisi perataan laba (income smoothing) menurut Jatiningrum

(2000) merupakan praktik yang umum dilakukan manajer untuk

mengurangi perubahan naik turunnya (fluktuasi laba), yang diharapkan

mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen.

Definisi perataan laba yang terbaik dikemukakan oleh Beidlmen

sebagai berikut: “meratakan earnings yang dilaporkan dapat didefinisikan

sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau

mengurangi fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal bagi

perusahaan”. Dalam pengertian ini perataan laba mempresentasi suatu

(36)

mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang

diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat

(Belkaoui, 2000:56).

Menurut Assih dan Gundono (2000:37) manajemen laba diartikan

sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan

General Accepted Accounting Principles, untuk mengarah pada suatu

tingkat yang diiinginkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba termasuk

dalam pengertian manajemen laba tersebut. Perataan laba dapat dipandang

sebagai cara dalam pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah

periode tertentu atau dalam satu periode, yang mengarah pada tingkat yang

diharapkan atas laba yang dilaporkan.

Menurut John J. Wild, dkk (2005:121) perataan laba merupakan

bentuk umum manajemen laba. Manajer meningkatkan atau menurunkan

laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga

mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan

menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba

ini saat periode buruk.

Menurut Belkaoui (2000) dalam Budiasih (2009) menyatakan

bahwa perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan

untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi

perusahaan. Rivard dkk, (2003) dalam Budiasih (2009) mendefinisikan

(37)

teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa

periode waktu.

2.2.2.2 Sifat dan Motivasi Perataan Laba

Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang umum/rasional.

Perataan laba sengaja dilakukan terhadap penghasilan dimaksudkan

supaya sesuai dengan yang diharapkan atau standar yang diinginkan

(Jatiningrum, 2000).

Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada

asumsi dalam positive accounting theory bahwa agent (dalam hal ni

manajemen) adalah individual yang rasional yang memperhatikan

kepentingan dirinya. Konsisten dengan asumsi tersebut maka motivasi

yang mempengaruhi pilihan manajer tersebut adalah memaksimumkan

kepentingannya, sedangkan kepentingan manajer tergantung pada nilai

perusahaan. Dan manajer percaya bahwa pasar mendasarkan pada angka

akuntansi. Fluktuasi atas laba dan tidak dapat diprediksinya laba yang akan

datang merupakan sebab penentu resiko pasar atau saham (Assih dan

Gudono, 2000:38).

Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan

konsep manajemen laba (Salno dan Baridwan, 2000:19). Penjelasam

konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency

theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh

(38)

yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau

mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya dalam

hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak

eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi

terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih

banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan

pihak eksternal tersebut. Dalam kondisi ini demikian manajer dapat

menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan

keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.

Masing-masing pihak dan hubungan keagenan terdorong oleh

motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Dipandang dari sisi

manajemen, Salno dan Baridwan (2000:19) manajer termotivasi untuk

melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai

keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu (1) mengurangi total pajak

terutang, (2) meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan

karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil

pula, (3) meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena

pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemugkinan

munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah, dan (4) siklus peningkatan

dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme

dan pesimisme dapat diperlunak.

Menurut John J. Wild, dkk (2005:121) motivasi melakukan

(39)

dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham dan usaha

mendapatkan subsidi pemerintah. Banyak perjanjian yang menggunakan

angka akuntansi. Kompensasi manajer biasanya mencakup bonus

berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan batas

bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari

batas bawah dan tidak mendapatkan bonus tambahan saat laba lebih tinggi

dari batas atas.

Menurut Gordon (1964) serta Mouse dan Downs (1965) dalam

Belkaoui (2000:38) manajer perusahaan termotivasi untuk melakukan

perataan laba demi keamanan, dengan anggapan bahwa stabilitas dalam

pendapatan dan untuk menyeimbangkan kecepatan pertumbuhan yang

sangat tinggi melebihi aliran penghasilan rata-rata dengan batas

kemampuan terbesar. Gordon mengemukakan tentang pemerataan laba

sebagai berikut:

a) Sebagai standar seorang manajer perushaan dalam menyeleksi prinsip

akuntansi adalah memaksimalkan kegunaan atau kesejahteraan yang

dicapai.

b) Kegunaan dan fungsi jaminan keamanan, tingkatan dan kecepatan

pertumbuhan dalam suatu penghasilan.

c) Kepuasan pemegang saham atas tugas yang diberikan kepada manajer

dalam penyelenggaraan kegiatan dalam perusahaan.

d) Kepuasan pemegang saham terlihat apabila perusahaan berkembang

(40)

Dilain pihak, pemilik mendukung perataan pengahasilan karena adanya

motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud

pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk

manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal

ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi

investor/potensial mengenai nilai perusahaan.

2.2.2.3 Alasan Untuk Perataan Laba

Banyak alasan dalam melakukan perataan laba. Konsep mengenai

perataan laba menyatakan bahwa adalah hal yang logis dan rasional bagi

para manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan alat akuntansi

tertentu. Adapun alasan yang diajukan dalam kaitannya untuk melakukan

praktik perataan laba sebagai berikut (Machfoedz, 1998:11)

1. Dengan penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana

yang melalui periode beberapa, manajemen dapat mengurangi

kewajiban perusahaan secara keseluruhan.

2. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan investor

karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan deviden yang

stabil pula sebagaimana yang diinginkan oleh para investor.

3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan

(41)

menimbulkan permintaan akan upah yang lebih tinggi dari para

karyawan.

4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada

ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta

rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.

Alasan perataan laba menurut Syahriana (2006), bahwa perataan laba

dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor dan

karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu:

a. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.

b. Meningkatkan kepercayaan investor karena laba yang stabil akan

mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil.

c. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan

laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan

kenaikan gaji atau upah.

d. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan

gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.

Penelitian lain yang berkaitan dengan penjelasan mengenai

dilakukannya perataan laba antara lain dilakukan oleh Gudono (2000)

yang menyatakan bahwa dengan melakukan perataan laba diharapkan

perusahaan dapat menghindari reaksi pasar terlalu besar pada saat

perusahaan mengumumkan informasi laba karena dengan tingkat

variabilitas yang kecil pada laba yang diumumkan, pelaku pasar dapat

(42)

baik. Selain itu dengan mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan

perusahaan dapat mengurangi reaksi pasar yang besar pada saat laba

diumumkan.

2.2.2.4 Teknik Dalam Perataan Laba

Ditinjau dari sudut pandang teoritis ataupun praktis, teknik manajemen laba sangat beragam. Menurut Wold dkk, (2006) dalam

Sulistiawan dkk, (2011:43) Secara umum teknik yang biasanya dijumpai

dalam praktik perataan laba adalah:

1. Mengubah metode akuntansi

Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh

standar akuntansi (accounting choices) dalam menilai aset perusahaan.

Metode penyusutan aset tetap (garis lurus atau saldo menurun atau

jumlah angka tahun), pengakuan pendapatan (saat penjualan atau saat

penerimaan kas).

2. Membuat estimasi akuntansi

Teknik ini dilakukan dengan tujuan mempengaruhi laba akuntansi

melalui kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Beberapa

(43)

a. Estimasi dalam menetukan besarnya jumlah piutang tidak tertagih,

baik dengan persentase penjualan maupun persentase piutang.

b. Estimasi dalam menentukan umur ekonomis aset, baik aset tetap

maupun aset tidak berwujud.

3. Mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya.

Tenik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan

pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pengakuan pendapatan

dan biaya ke periode berikutnya agar memperoleh laba maksimum.

4. Mereklasifikasi akun

Teknik ini yaitu dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat

ketempat lainnya.

5. Mereklasifikasi akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner.

Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai

dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang penentuan

umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode

depresiasi. Akrual nondiskresioner adalah akrual yang bisa berubah

bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti

perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang

signifikan.

Deasher dan Malcom (1970) dalam Assih (2000:38) menyatakan

bahwa ada beberapa cara yang biasanya digunakan manajemen dalam

(44)

smoothing. Perataan riil mengacu pada transaksi aktual yang terjadi

maupun tidak terjadi dalam hal pengaruh perataan sedangkan perataan

artifisial mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan

terhadap pergeseran biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode

lain. Namun disamping kedua media tersebut masih terdapat dimensi atau

media lain untuk melakukan income smoothing, yaitu clssificathory

smoothing. Ronen dan Sadan (1975) dalam Assih (2000:38) membedakan

ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut:

1. Perataan laba melalui adanya kejadian dan atau pengakuan suatu

peristiwa.

Manajemen dapat menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga

pengaruhnya terhadap pelaporan pendapatan akan cenderung

mengurangi variasi dari waktu ke waktu.

2. Perataan laba melalui alokasi terhadap waktu.

Melalui kejadian dan pengakuan atas suatu peristiwa, manajemen

memiliki kendali yang lebih bebas terhadap determinasi atas periode

yang dipengaruhi oleh kuantififikasi dari peristiwa.

3. Perataan laba melalui klasifikasi.

Dilakukan melalui pengklasifikasian pos-pos laporan intralaba untuk

(45)

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba

2.2.3.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total

aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi

(Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pendanaan

perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan

dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.

Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan

bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan

besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva,

log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan,

semakin banyak pula alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat

dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar akan lebih mudah

mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan

perusahaan yang lebih kecil (Widyanti, 2012).

2.2.3.2 Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio

(46)

perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan

dan pendapatan investasi.

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset

(ROA). Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga

merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola

investasinya.

2.2.3.3 Leverage Operasi

Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana

perusahaan didanai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai

leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam operasi sepenuhnya

menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin

rendah leverage faktor , perusahaan mempunyai resiko kecil bila ekonomi

menurun. Pengguna dana hutang bagi perusahaan tersebut mempunyai tiga

dimensi (1) memberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan

atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan dana hutang maka

apabila perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban

tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan

(3) dengan penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa

(47)

2.3 Kerangka Pikir

2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba

Moses (1987) Menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan

yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk

melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan

yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi

subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan

masyarakat umum/general public). Hasil lainnya ditemukan oleh Albert

dan Richardson (1990), bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar

memiliki dorongan untuk perataan laba dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar diteliti

dan dipandang lebih kritis oleh para investor (Suwito dan Herawati, 2005).

Ukuran perusahaan diduga mempengaruhi perataan laba karena

adanya anggapan manajer selama ini masih percaya bahwa para pemakai

laporan keuangan masih mendasarkan penilaiannya mengenai perusahaan

pada total nilai aktiva. Konsisten dengan hal tersebut maka para manajer

mengelola suatu perusahaan capital intensive (padat modal) yang nyatanya

memang mempunyai struktur aktiva yang lebih besar nilainya bila

dibandingkan dengan perusahaan labour intensive (padat karya) akan

termotivasi untuk melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk

menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para

(48)

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba

Teori yang melandasi hubungan antara profitabilitas perusahaan

perataan laba adalah expentancy theory (teori pengharapan). Teori ini

menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil

yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu

hasil yang diharapkan mengarah pada pencapaian balas jasa yang

diinginkan (Supriyono, 1999:160).

Profitabilitas diduga mempengaruhi praktik perataan laba, karena

sesuai dengan teori pengharapan diatas, pihak manajemen berusaha

menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja

manajemen terlihat lebih baik. Disamping itu, perhatian investor yang

sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang

digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong untuk

melakukan manajemen atas laba atau manipulasi laba (Beattie et.al, 1994).

Machfoedz (1998:130) menyatakan bahwa tindakan perataan laba

cenderung dilakukan oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya

rendah. Hal ini dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena

umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan.

Selain itu para pemegang saham meningkat dengan adanya penghasilan

(49)

2.3.3 Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba

Teori yang melandasi hubungan leverage operasi dengan perataan laba adalah teori pertukaran leverage. Menurut teori pertukaran leverage

(the trade off theory of leverage), dimana perusahaan menukarkan

keuntungan pendanaan melalui hutang (perlakuan pajak perusahaan yang

menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan lebih

tinggi (Brigham, 2006:36).

Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyanti (2012) menunjukkan

bahwa perusahaan dengan proporsi pendanaan hutang yang lebih besar

kemungkinan besar masuk dalam kategori income smoothing.

Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunya resiko

menderita kerugian yang besar, akan tetapi jika mempunyai kesempatan

yang lebih besar untuk memperoleh laba tetapi pada umumnya investor juga

enggan menghadapi resiko. Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk

meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage

operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada,

dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa manajer untuk melakukan

tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.

Adanya varians dalam peningkatan laba perusahaan dapat

berkaitan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya kebangkrutan

prusahaan dan penurunan nilai obligasi perusahaan. Trueman dan Titman

(50)

manajer dapat mengurangi estimasi berbagai tuntutan yang terkait dengan

perubahan proses laba perusahaan, yaitu semakin rendah tuntutan dari

kebangkrutan.

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta

permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan dengan kerangka

pemikiran seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir

Variable Bebas Variabel Terikat

X1= Ukuran

Perusahaan

Y= Perataan Laba

X3= Leverage

Operasi X2= Profitabilitas

(51)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal

dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis

adalah keterangan sementara dari hubungan-hubungan

fenomena-fenomena yang kompleks (Nazir, 2005:151).

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada sub bab

sebelumnya dan dihubungkan dengan pengertian hipotesis itu sendiri,

maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

H3 : Leverage operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau

menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Nazir,

2005:126).

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menggunakan tiga variabel

bebas dan satu variabel terikat. Variabel terikat yang digunakan adalah

perataan laba (Y), sedangkan variabel bebasnya meliputi:

1. Ukuran Perusahaan (X1)

2. Profitabilitas (X2)

3. Leverage Operasi (X3)

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X) 1. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan adalah skala untuk menentukan besar

(53)

menggunakan logaritma dari total aktiva. Variabel ini diukur dengan

skala rasio dan satuannya adalah rupiah., sehingga dirumuskan

sebagai berikut:

Ukuran perusahaan = Log Total Aktiva

(Jatiningrum, 2000)

2. Profitabiltas (X2)

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA).

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan

(Kasmir, 2008:202).

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan

pengukurannya adalah persen (%), sehingga dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Return On Asset = x100%

3. Leverage Operasi (X3)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai

seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Variabel ini

diukur dengan menggunakan skala data rasio.

(54)

Leverage Operasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Debt to Total Asset= x 100%

b. Variabel Terikat (Y) Perataan Laba (Y)

Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk

mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target

yang diinginkan.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Perataan laba” yang

diukur dengan menggunakan indeks eckel. Maka digunakan rumus

sebagai berikut (Eckel, 1981):

Indeks Perataan Laba =

Dimana:

: Perubahan laba dalam suatu periode.

: Perubahan penjualan dalam suatu periode.

: Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai

yang diharapkan.

Status perataan laba, jika:

Nilai Nol (0) : Untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.

(55)

Nilai Satu (1) : Untuk perusahaan yang melakukan perataan laba.

Jadi, apabila maka perusahan tidak digolongkan

sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba.

: Koefisien variasi untuk perubahan laba.

: Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.

Dimana dan dapat dihitung sebagai berikut:

dan =

Atau

dan =

Dimana:

: Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)

antara tahun n-1.

: Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau

penjualan (S) antara tahun n-1.

(56)

Batasan Perataan Laba:

- Jika nilai Indeks Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan

perataan laba dan diberi symbol 0.

- Jika nilai Indeks Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik

perataan laba dan diberi simbol 1(Suwito dan Arleen, 2005).

3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta

ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2005:271). Populasi dalam penelitian ini

adalah laporan keuangan perusahaan otomotif yang go public diBursa Efek

Indonesia mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, dan tercatat ada 12

perusahaan.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri

dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah

sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,

2004:44). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non

(57)

sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang

merupakan representatif dari populasi.

Kriteria pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode penelitian tahun 2010-2012.

2. Perusahaan otomotif yang laporan keuangannya menggunakan satuan

mata uang yang sama selama periode penelitian tahun 2010-2012,

yaitu mata uang Rupiah.

3. Perusahaan otomotif yang tidak mengalami kerugian selama periode

penelitin tahun 2010-2012.

4. Perusahaan otomotif yang terdaftar diBursa Efek Indonesia yang

belum pernah mengalami delisting selama periode penelitian tahun

2010-2012.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas yang telah ditentukan peneliti guna

menentukan sampel penelitian, maka diperoleh 9 perusahaan yang

Gambar

Tabel 1.1 Data laba perusahaan otomotif tahun 2010-2012 (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Daftar nama perusahaan yang menjadi sampel
Tabel 4.1 : Perataan Laba Perusahaan Otomotif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Aplikasi Permainan AeroFighter ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, dan baru dicobakan hanya pada emulator yang disediakan oleh

We have described and demonstrated that magnetic resonant coupling can be used to deliver power wirelessly from a source coil to a with a load coil with an intermediate

THE ENGLISH TEACHERS’ PERCEPTION AND IMPLEMENTATION ON COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING (CLT) METHOD:1. A CASE STUDY AT SMA

Oleh karena sebagai pemilik tanah di kampung maka jika ada orang yang datang dan ingin tinggal atau berladang harus mendapatkan izin dari Si bakkat laggai.. Si

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena Laporan Akhir yang berjudul “ Proses Penanganan surat masuk dan surat keluar pada Departemen

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis ingin membantu CV Motekar yang berlokasi di jalan Sukamulya Indah No 28 Bandung dalam menentukan prioritas pemilihan supplier

Data dalam penelitian ini yaitu tes yang terdiri dari beberapa soal, yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model

Dalam judul yang disajikan diatas maka dapat dilihat masalah utama dalam pemasaran adalah bagaimana perusahaan Binagriya Upakara Cabang Surakarta menerapkan