FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN LABA DAN
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA BANK UMUM DI INDONESIA
TESIS
Oleh
DERI FANI SIREGAR 127019080/IM
MAGISTER ILMU MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN LABA DAN
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA BANK UMUM DI INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Oleh
Deri Fani Siregar 127019080/IM
MAGISTER S2 ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Laba dan Dividen Payout Ratio Pada Bank Umum Nama Mahasiswa : Deri Fani Siregar
Nomor Pokok : 127019080/IM Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Isfenti Sadalia, ME) (Dr. Sutarman, M.Sc Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof.Dr.Azhar Maksum.M.Ec, Ac)
Telah Diuji Pada
Tanggal : 11 Februari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Isfenti Sadalia, ME Anggota : 1. Dr. Sutarman, M.Sc
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN LABA DAN DIVIDEN
PAYOUT RATIO PADA BANK UMUM DI INDONESIA
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Manajemen di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil
karya peneliti sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang peneliti lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah peneliti
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, Maret 2015
Peneliti,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN LABA DAN
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA BANK UMUM DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan laba dan dividen payout ratio pada bank umum di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 – 2013. Rasio likuiditas, rasio aktiva produktif, rasio rentabilitas dan rasio solvabilitas sebagai variable independen. Perubahan laba dan dividen payout ratio sebagai variable dependen.Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berjumlah 21 bank umum. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan alat uji AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba. Rasio aktiva produktif dan rasio solvabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio. Perubahan laba berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio. Rasio likuiditas dan rasio aktiva produktif berpengaruh terhadap dividen payout ratio dimediasi oleh perubahan laba.
THE FACTORS INFLUENCE THE CHANGE OF PROFIT AND DIVIDEND PAYOUT RATIO ON GENERAL BANK
IN INDONESIA
ABSTRACT
This research aims to study factors influence the change of profit and dividend payout ratio on general bank in Indonesia that listed in Indonesia Stock Exchange in period of 2009- 2013. Liquidity ratio, productive asset ratio, rent ability ratio and solvability ratio as independent variables. The change of profit and dividend payout ratio is dependent variable. The population in this research is bank that registered in Stock Exchange of Indonesia in period of 2009 -2013. The sample was determined by purposive sampling method. The sample fulfill the criteria of this research are 21 general banks. The data was analyzed by structural equation model (SEM) with AMOS test. The results of study indicate that solvability ratio has a positive significant influence to the change of ratio. The ratio of productive asset and solvability ratio has a positive significant to the dividend payout ratio. The liquidity ratio and productive asset ratio has influence the dividend payout ratio that mediated by profit.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan
perlindungan yang dilimpahkan – Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Faktor – Faktor yang mempengaruhi Perubahan Laba dan Dividen Payout Ratio pada Bank Umum”.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat pemenuhan kurikulum
untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana pada Program Studi Ilmu
Manajemen S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam
penyusunan tugas akhir ini, Peneliti telah banyak mendapat bantuan baik berupa
nasehat, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini
Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K)
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.Atas dedikasi beliau, penulis
diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu
Manajemen S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Komisi Pembimbing I yang selama ini
telah banyak memberikan waktu, perhatian dan masukan untuk perbaikan
5. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Komisi Pembimbing II yang selama ini
telah banyak memberikan waktu, perhatian dan masukan untuk perbaikan
tugas akhir ini.
6. Bapak Dr. Drs. Muslich Lufti, MBA selaku Komisi Pembanding I yang
telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tugas akhir ini.
7. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA selaku Sekretaris Program Studi
Jurusan Ilmu Manajemen S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara, sekaligus sebagai Komisi Pembanding II yang telah banyak
memberikan masukan untuk perbaikan tugas akhir ini.
8. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Komisi Pembanding III yang telah
banyak memberikan masukan untuk perbaikan tugas akhir ini.
9. Abangda Abdul Wahab Matondang, SE, M.Si selaku suami dan Adinda
tersayang Alesha Olivia Matondang selaku anak yang telah banyak
memberikan perhatian, waktu dan tenaga dalam menemani saya
menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Ayahanda Ir. Ahmad Fauzi Siregar dan Ibunda Henny Aspriany selaku
orang tua yang telah banyak memberikan perhatian, waktu dan tenaga dalam
menemani saya menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Adinda Elisabeth Bintang Siahaan, S.Kom, selaku sahabat di Program Studi
Jurusan Ilmu Manajemen S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan perhatian, waktu dan tenaga
dalam menemani saya menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Teman – Teman di Sekolah Pascasarjana Program Studi Jurusan Ilmu
yang telah banyak memberikan masukan dan menemani saya menyelesaikan
tugas akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa isi dan teknik pada tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna, baik dari segi tata bahasa maupun materi yang terkandung di
dalamnya. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan tugas akhir ini.
Akhir kata, peneliti berharap agar tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca.
Medan, Maret 2015
Peneliti,
RIWAYAT HIDUP
Nama Deri Fani Siregar, Lahir di Kota Lhoksemawe (Aceh Utara) pada
Tanggal 08 November 1988. Anak dari pasangan Ayahanda Ir. Ahmad Fauzi
Siregar dan Ibunda Henny Aspriany, berkebangsaan Indonesia dan beragama
Islam. Pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Nurhasanah Medan Lulus Tahun
2000, Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Al-Azhar Medan lulus Tahun
2003, Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Medan lulus Tahun
2006, Pendidikan Sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU lulus Tahun
2010 dan kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi
Jurusan Ilmu Manajemen S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara pada Tahun 2012. Pekerjaan saat ini adalah sebagai karyawan di PT. Bank
SUMUT pada Cabang Medan Sukaramai dari Tahun 2010 sampai dengan saat ini.
Medan, Maret 2015
Peneliti,
DAFTAR ISI
Payout Rasio ... 45
2.5.7 Pengaruh Rasio Rentabilitas Terhadap Dividen Payout Rasio ... 45
2.5.8 Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Dividen Payout Rasio ... 46
2.5.9 Pengaruh Perubahan laba Terhadap Dividen Payout Rasio 47 2.5.10. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Dividen Payout Rasio yang Dimediasi oleh Perubahan Laba ... 47
3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 54
3.7 Teknik Analisis Data ... 57
3.7.1 Analisis Deskriptif ... 57
3.7.2 Structural Equation Model (SEM) ... 58
3.7.3 Pengujian Asumsi model SEM ... 62
3.7.4 Evaluasi Kriteria Goodnes Of-fit ... 63
3.7.5 Interpretasi dan Modifikasi Model ... 66
3.7.6 Pengujian Model Struktural ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1 Hasil Penelitian ... 69
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia... 69
4.1.3.1 Pembahasan Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 87
Deskriptif ROA... 93
4.2.1 Pengaruh Rasio Likuiditasterhadap Perubahan Laba ... 120
4.2.2 Pengaruh Rasio Aktiva Produktifterhadap Perubahan Laba ... 121
4.2.3 Pengaruh Rasio Rentabilitasterhadap Perubahan Laba .... 123
4.2.4 Pengaruh Rasio Solvabilitasterhadap Perubahan Laba .... 124
4.2.5 Pengaruh Rasio Likuiditasterhadap Dividend Payout Ratio ... 125
4.2.6 Pengaruh Aktiva Produktifterhadap Dividend Payout Ratio ... 127
4.2.7 Pengaruh Rentabilitas terhadap Dividend Payout Ratio .... 128
4.2.8 Pengaruh Solvabilitas terhadap Dividend Payout Ratio ... 129
4.2.9 Pengaruh Perubahan Labaterhadap Dividend Payout Ratio ... 130
4.2.10 Pengaruh Rasio Keuangan terhadap DPR yang Dimediasi oleh Perubahan Laba ... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 134
5.1 Kesimpulan ... 134
5.2 Saran ... 135
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman Tabel 1.1. Rata – rata CAR, NPL, NIM, LDR, BOPO, ROA, EAQ dan DER
Bank Umum di Indonesia... 6
Tabel 1.2. Perkembangan Perubahan Laba dan DPR pada Bank Umum di Indonesia (Dalam Persen) ... 7
Tabel 1.3. Laba Bersih dan Pembagian Dividen Beberapa Bank Umum Tahun 2007-2011 ... 9
Tabel 2.4. Review Penelitian Terdahulu ... 16
Tabel 3.5. Bank Umum di Indonesia ... 53
Tabel 3.6. Defenisi, Parameter dan Skala Pengukuran Variabel ... 56
Tabel 3.7. Index Pengujian Kelayakan Model ... 66
Tabel 4.8. Statistik Deskriptif Penelitian ... 86
Tabel 4.9. Hasil Uji Kelayakan Mdel I ... 100
Tabel 4.10. Hasil Uji Kelayakan Model II ... 105
Tabel 4.11. Hasil Regression Weights Analisis Struktural Equation Modeling ... 107
Tabel 4.12. Analisis Regression Weight ... 111
Tabel 4.13. Standardized Regression Weight ... 111
Tabel 4.14. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 112
Tabel 4.15. Standardized Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 112
Tabel 4.16. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 114
Tabel 4.17. Standardized Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 114
Tabel 4.18. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 116
Tabel 4.19. Standardized Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 116
Tabel 4.20. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 118
Tabel 4.21. Standardized Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 118
Tabel 4.22. Standardized Direct Effects ... 118
Tabel 4.23. Standardized Indirect Effects ... 118
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 49
Gambar 3.2. Diagram Jalur ... 61
Gambar 4.3. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) I ... 99
Gambar 4.4. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) II ... 101
Gambar 4.5. Konstruk Rasio Likuiditas ... 108
Gambar 4.6. Konstruk Rasio Aktiva Produktif ... 108
Gambar 4.7. Konstruk Rasio Rentabilitas ... 109
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN LABA DAN
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA BANK UMUM DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan laba dan dividen payout ratio pada bank umum di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 – 2013. Rasio likuiditas, rasio aktiva produktif, rasio rentabilitas dan rasio solvabilitas sebagai variable independen. Perubahan laba dan dividen payout ratio sebagai variable dependen.Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berjumlah 21 bank umum. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan alat uji AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba. Rasio aktiva produktif dan rasio solvabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio. Perubahan laba berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio. Rasio likuiditas dan rasio aktiva produktif berpengaruh terhadap dividen payout ratio dimediasi oleh perubahan laba.
THE FACTORS INFLUENCE THE CHANGE OF PROFIT AND DIVIDEND PAYOUT RATIO ON GENERAL BANK
IN INDONESIA
ABSTRACT
This research aims to study factors influence the change of profit and dividend payout ratio on general bank in Indonesia that listed in Indonesia Stock Exchange in period of 2009- 2013. Liquidity ratio, productive asset ratio, rent ability ratio and solvability ratio as independent variables. The change of profit and dividend payout ratio is dependent variable. The population in this research is bank that registered in Stock Exchange of Indonesia in period of 2009 -2013. The sample was determined by purposive sampling method. The sample fulfill the criteria of this research are 21 general banks. The data was analyzed by structural equation model (SEM) with AMOS test. The results of study indicate that solvability ratio has a positive significant influence to the change of ratio. The ratio of productive asset and solvability ratio has a positive significant to the dividend payout ratio. The liquidity ratio and productive asset ratio has influence the dividend payout ratio that mediated by profit.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan
demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati‐hatian. Fungsi utama
perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil‐hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup
rakyat banyak (Booklet Perbankan Indonesia, 2009 ).
Menurut Undang – Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang
ditegaskan dengan keluarnya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 terdapat dua jenis perbankan yaitu Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum dalam
pembangunan nasional yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial
intermediary)antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar aliran lalu lintas pembayaran (Booklet Perbankan Indonesia, 2009).
Tujuan fundamental bisnis bank umum adalah memperoleh keuntungan
Sedangkan bagi pemilik saham yang menanamkan modalnya pada bank memiliki
tujuan untuk memperoleh penghasilan berupa dividen atau mendapatkan
keuntungan dari peningkatan harga saham yang dimiliki. Kenaikan nilai saham
dan jumlah dana pihak ketiga merupakan indikator naiknya kepercayaan
masyarakat kepada bank. Dividen yang akan diterima oleh investor tergantung
pada jumlah laba yang diperoleh bank pada masa yang akan datang (Kuncoro dan
Suhardjono, 2011)
Bagi investor, laba digunakan sebagai suatu dasar pengambilan keputusan
investasi dan prediksi untuk meramalkan pertumbuhan laba yang akan datang.
Investor mengharapkan dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan akan
memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi sehingga laba yang diperoleh
menjadi tinggi pula. Laba yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan
datang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi pertumbuhan
laba. Pertumbuhan laba berpengaruh terhadap investasi para investor dan calon
investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan (Kuncoro dan
Suhardjono, 2011).
Laba yang dihasilkan bank menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan
kepada pihak investor . Laba yang dimiliki bisa dibagikan kepada para investor
maupun ditahan . Laba yang dibagikan adalah dividen yang merupakan hak para
pemegang saham, sedangkan laba yang ditahan bertujuan untuk melunasi hutang
jangka panjang perusahaan, melindungi modal kerja, pengembangan perusahaan
dan mengantisipasi kerugian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Bagi
bank, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi
laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar
yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas bank sehingga mengurangi
ketergantungan bank terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil
resiko bank (Dwi, 2012).
Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio (DPR)
yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai, artinya besar
kecilnya DPR akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan
disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan
mengenai DPR ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu
menetapkan besarnya DPR sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja
tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh (Hatta,
2012).
Dividen merupakan salah satu motivasi investor untuk menanamkan dana di
bank, dividen diperoleh dari laba yang dihasilkan oleh bank tersebut. Hal ini
mengindikasikan adanya keterkaitan antara laba dengan dividen, karena tanpa
adanya laba dari aktivitas perusahaan tidak akan mungkin adanya pembagian
dividen. Laba bersih dan dividen memiliki hubungan, bila laba bersih tinggi
biasanya perusahaan akan menaikkan besaran dividen yang akan dibagikan
kepada pemagang saham (Niswonger, 1993).
Perkembangan dunia perbankan yang pesat serta tingkat kompleksitas yang
tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha
perbankan yang tinggi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank-bank
Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, (2) Dampak traumatis atas
likuidasi bank-bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana
secara besar-besaran, (3) Semakin turunnya permodalan bank-bank dan bahkan
diantaranya negative net worth, karena adanya kebutuhan pembentukan cadangan,
negative spread, unprofitable, dan lain-lain, (4) Banyak bank tidak mampu
menutup kewajibannya terutama karena menurunnya nilai tukar rupiah, (5)
Pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), (6) Modal bank atau
Capital Adequacy Ratio (CAR) belum mencerminkan kemampuan riil untuk
menyerap berbagai risiko kerugian, (7) Manajemen tidak professional, (8) Moral
hazard (Nasser dan Aryati, 2000).
Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dinayatakan bahwa,
untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan aspek
penilaian yaitu Capital, Assets, Management, Earning dan Liquidity yang disebut
dengan CAMEL. Bank Indonesia sendiri sebagai lembaga yang berwenang untuk
menetapkan ketentua-ketentuan perbankan telah menetapkan rasio keuangan
model CAMEL sebagai cara untuk menilai tingkat kesehatan bank umum yang
beroperasi di Indonesia. Ketentuan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Tata
Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Adapun pelaksanaan penilaian
terhadap tingkat kesehatan meliputi faktor permodalan, faktor kualitas aktiva
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh
tempo. Menurut Muljono (1999), Rasio likuiditas yang sering digunakan dalam
menilai kinerja suatu bank adalah Cash Ratio (CR) dan Loan to Deposite Ratio
(LDR). Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut mampu
memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua
depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukanya. Jika bank
tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka
akan menyebabkan bank tersebut rugi.
Rasio Aktiva Produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif
adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen
dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Rasio aktiva produktif
terdiri dari Non Performing Loan (NPL) dan Earning Asset Quality (EAQ). NPL
merupakan kredit yang bermasalah yang debitur nya tidak dapat memenuhi
pembayaran tunggakan peminjaman dan bunga dalam jangka waktu yang telah
disepakati dalam perjanjian. EAQ merupakan tolok ukur untuk menilai tingkat
kemungkinan diterimanya kemba
(pokok termas
Rasio Rentabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menganalisis
atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rasio Rentabilitas tercermin dalam Biaya Operasional
(ROA), yang menunjukkan tingkat kemampuan bank untuk menghasilkan laba
dari aktivitas usahanya (Muljono, 1999).
Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank
untuk memenuhi kewajiban - kewajibannya jika terjadi likuiditas bank. Rasio
Solvabilitas yang biasa digunakan untuk melihat kinerja keuangan bank adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu proksi variabel permodalan yang
mempunyai hubungan yang positif terhadapkinerja perbankan dan Debt to Equity
Ratio (DER) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk
menutupi sebagian atau seluruh hutang-hutangnya dengan dana yanng berasal dari
modal sendiri (Margaretha, 2007).
Tabel 1.1. berikut merupakan perkembangan rasio-rasio keuangan pada
Bank Umum di Indonesia :
Tabel 1.1. Rata – Rata CAR , NPL, NIM, LDR, BOPO, ROA dan EAQ pada Bank Umum di Indonesia (Dalam Persen)
Rasio 2009 2010 2011 2012 2013
CAR 17,42 17,18 16,05 17,43 18.13
NPL 3,31 2,56 2,69 2,34 2,30
NIM 5,24 5,42 5,37 5,44 5,55
LDR 72,88 75,21 79,51 82,02 82,17
BOPO 86,63 86,14 86,13 83,15 83,35
ROA 2,60 2,86 3,02 3,12 3,21
EAQ 2,83 2,36 2,45 2,18 2,22
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia
Dari Tabel 1.1. menunjukkan perkembangan rasio keuangan dari tahun 2009
- 2013 secara umum mengalami pertumbuhan dan perbaikan. Mulai dari rasio
solvabilitas yang diwakili oleh rasio CAR, standart minimal BI menetapkan rasio
CAR minimal sebesar 8%, pada Tabel 1.1. rasio CAR tidak ada yang berada di
pada angka 17.42% dan mengalami penurunan tahun 2011 menjadi 16.05%
namun kembali meningkat tahun 2013 menjadi sebesar 18.13%. Rasio Aktiva
Produktif yang diwakili oleh rasio NPL, BI menetapkan rasio NPL maksimal
sebesar 5%, pada Tabel 1.1. menunjukkan rasio NPL tidak ada yang berada diatas
5% dan bahkan terus mengalami penurunan mulai dari 3.31% pada tahun 2009
menjadi 2.30 pada tahun 2013. Rasio Rentabilitas yang diwakili oleh rasio NIM,
BI menetapkan rasio NIM berada diatas 5%, pada Tabel 1.1. menunjukkan rasio
NIM semua berada diatas 5% dan juga terus menerus mengalami peningkatan,
dari Tahun 2009 sebesar 5.24% menjadi 5.55% pada tahun 2013. Rasio Likuiditas
yang diwakili oleh LDR, BI menetapkan rasio LDR berada pada range sebesar
78% - 92%, pada Tabel 1.1. menunjukkan tahun 2009 dan 2010, LDR masih
berada pada angka dibawah 78% namun terus mengalami perbaikan, pada tahun
2011 sebesar 79.51% meningkat menjadi 83.35% sehingga sudah berada pada
posisi yang ditetapkan BI.
Dari perkembangan rasio – rasio keuangan yang mengalami peningkatan
dan perbaikan setiap tahunnya mulai dari tahun 2009 – 2015, ternyata tidak
diiringi dengan perubahan laba yang positif dan DPR yang meningkat. Pada Tabel
1.2. berikut menunjukkan perkembangan perubahan laba dan DPR dari tahun
2009 – 2013 :
Tabel 1.2.Perkembangan Perubahan Laba dan DPR pada Bank Umum di Indonesia (Dalam Persen)
Rasio 2009 2010 2011 2012 2013
Perubahan Laba 28,29 23,23 -27,67 14,23 14,12
DPR 32,09 35,11 29,41 41,63 45,65
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia
Tabel 1.2. menunjukkan bahwa perubahan laba mengalami pergeseran
Tahun 2009 – 2011 perubahan laba terus mengalami penurunan yang cukup
drastis dari 28.29% pada tahun 2009 menjadi -27.67% pada tahun 2011, namun
mengalami peningkatan kembali tetapi tidak melebihi pencapaian 2009, yakni
hanya sebesar 14.12%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan dan perbaikan
rasio – rasio keuangan tidak diikuti peningkatan perubahan laba pada periode
yang sama. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Afanasief et al (2004) yang
meneliti The Determinants of Bank Ineterest Spread in Brazil. Hasilnya
menyatakan bahwa Inflasi dan Rasio CAMEL (CAR, ROA, BOPO, NPL dan
LDR) berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Tabel 1.2. menunjukkan bahwa DPR mengalami penurunan dari tahun 2009
sebesar 32.09% menjadi sebesar 29.41% pada tahun 2011, namun kembali
meningkat tahun 2012 sebesar 41.63% dan tahun 2013 sebesar 45.65%.
Penurunan dan peningkatan DPR dari tahun 2009-2013 ini tidak diikuti oleh
perkembangan rasio – rasio keuangan, rasio – rasio keuangan dari tahun
2009-2013 terus mengalami peningkatan dan perbaikan. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Dwi (2012), yang menguji dampak rasio keuangan terhadap kebijakan
deviden pada 14 perusahaan yang terdapat di BEJ dari tahun 2005-2009. Hasilnya
menyatakan bahwa rasio keuangan dengan variabel Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Investment (ROI), Total Assets Turn Over (TATO) berpengaruh
signifikan terhadap DPR.
Pada Tabel 1.2. menunjukkan fenomena perubahan laba dan DPR yang
tidak sejalan. Perubahan laba tahun 2009 sebesar 28.29% menurun pada tahun
2010 menjadi sebesar 23.23%, namun DPR mengalami peningkatan tahun 2009
halnya tahun 2012 – 2013. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Jen (2010),
yang meneliti pengaruh laba, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap dividen
kas pada 52 perusahaan pada tahun 2001-2005. Hasilnya menyatakan bahwa laba,
arus kas bebas dan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Demikian halnya dengan penelitian Setiawan (2007) yang meneliti pengaruh
perubahan laba, arus kas dan earning per share (EPS) terhadap pembagian
dividen pada perusahaan di BEJ tahun 2002-2005. Hasilnya menyatakan bahwa
perubahan laba dan EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Bank - bank umum yang memiliki kemampuan yang besar dari segi asset
dan modal diantaranya adalah PT.Bank Rakyat Indonesia, PT.Bank Mandiri,
PT.Bank Negara Indonesia dan PT.Bank Central Asia. Tabel 1.3. berikut
menunjukkan laba bersih dan pembagian dividen pada beberapa bank umum
dengan kemampuan yang besar tersebut dari tahun 2007-2011:
Tabel 1.3. Laba Bersih dan Pembagian Dividen Beberapa Bank Umum Tahun 2007-2011
Berdasarkan Tabel 1.3. dapat dilihat fenomena bahwa kenaikan laba bersih
tidak selalu diikuti oleh kenaikan DPR, sebagai salah satu contoh fenomena yang
sedikit kontras adalah PT.Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI). BNI pada tahun
namun di tahun yang sama DPR mengalami penurunan yang cukup pesat dari
49,80% menjadi 9,97%. Padahal dividen berasal dari akumulasi laba bersih,
sehingga jika laba bersih meningkat, kemungkinan dividen yang dibagikan juga
akan meningkat. Berbagai fenomena yang telah diuraikan menarik minat peneliti
untuk melakukan penelitian dengan tentang Pengaruh Rasio Likuiditas, Aktiva
Produktif, Rentabilitas dan Solvabilitas terhadap Perubahan Laba dan Dividen
Payout Ratio pada Bank Umum.
1.2. Perumusan Masalah
Perolehan laba mencerminkan kinerja bank umum. Perubahan laba yang
meningkat merupakan salah satu ukuran apakah bank umum mempunyai kinerja
yang bagus atau tidak. Laba yang dihasilkan bank umum dapat ditahan untuk
kepentingan bank ataupun dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen. Salah
satu cara untuk memprediksi perubahan laba dan DPR adalah dengan
menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan cukup berguna bagi para pemakai
laporan keuangan yang secara riil, maupun potensial berkepentingan dengan bank
umum. Rasio keuangan tersebut diantaranya Rasio Likuiditas (CR dan LDR),
Rasio Aktiva Produktif (NPL dan EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO, NIM dan
ROA) dan Rasio Solvabilitas (CAR dan DER), sehingga perlu diteliti tentang:
1. Apakah Rasio Likuiditas (CR dan LDR), Rasio Aktiva Produktif (NPL dan
EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO, NIM dan ROA) dan Rasio Solvabilitas
(CAR dan DER) berpengaruh terhadap Perubahan Laba pada Bank Umum.
2. Apakah Rasio Likuiditas (CR dan LDR), Rasio Aktiva Produktif (NPL dan
EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO, NIM dan ROA) dan Rasio Solvabilitas
3. Apakah Perubahan Laba berpengaruh terhadap DPR pada Bank Umum.
4. Apakah Rasio Likuiditas (CR dan LDR), Rasio Aktiva Produktif (NPL Dan
EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO, NIM Dan ROA) dan Rasio Solvabilitas
(CAR dan DER) berpengaruh terhadap DPR yang dimediasi Perubahan
Laba pada Bank Umum
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas (CR dan
LDR), Rasio Aktiva Produktif (NPL dan EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO,
NIM dan ROA) dan Rasio Solvabilitas (CAR dan DER) terhadap Perubahan
Laba pada Bank Umum.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas (CR dan
LDR), Rasio Aktiva Produktif (NPL dan EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO,
NIM dan ROA) dan Rasio Solvabilitas (CAR dan DER) terhadap DPR pada
Bank Umum.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perubahan Laba terhadap
DPR pada Bank Umum.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas (CR dan
LDR), Rasio Aktiva Produktif (NPL dan EAQ), Rasio Rentabilitas (BOPO,
NIM dan ROA) dan Rasio Solvabilitas (CAR dan DER) terhadap DPR yang
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh adalah :
1. Bagi Perusahaan Perbankan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi perusahaan perbankan
bagaimana menjaga dan mengelola rasio keuangan perusahaan, sehingga
dapat menciptakan laba dan dividen yang besar untuk menarik minat
investor.
2. Bagi Investor
Untuk menambah pengetahuan investor dalam mengamati rasio keuangan
perusahaan perbankan, sehingga investor dapat memilih perusahaan
perbankan yang diperkirakan memiliki prospek yang baik di masa depan.
3. Bagi Magister Ilmu Manajemen
Untuk menambah pengetahuan bagi Magister Ilmu Manajemen dalam
menambah studi kepustakaan mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi
perubahan laba dan DPR pada bank umum di Indonesia
4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Untuk mengetahui perubahan laba dan DPR pada bank umum dengan
melihat laporan keuangannya yang dinilai dari Rasio Likuiditas, Aktiva
Produktif, Rentabilitas dan Solvabilitas.
5. Bagi Peneliti
Untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang
manajemen keuangan yang berhubungan dengan pengaruh Rasio Likuiditas,
Aktiva Produktif, Rentabilitas dan Solvabilitas terhadap Perubahan Laba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti mencoba menjelaskan Pengaruh Rasio Likuiditas, Aktiva Produktif,
Rentabilitas dan Solvabilitas terhadap Perubahan Laba dan DPR pada Bank
Umum. Penelitian empiris membuktikan bahwa yang mempengaruhi perubahan
laba berbeda-beda. Perbedaan disebabkan oleh beberapa faktor misalnya data
yang digunakan, perbedaan tempat penelitian, perbedaan periode pengamatan
penelitian dan lain sebagainya.
Penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba telah
dilakukan oleh Asmar (2013), hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap prediksi perubahan laba, sedangkan
rasio marjin laba dan rasio perputaran total aset tidak berpengaruh signifikan
terhadap prediksi perubahan laba. Namun secara simultan rasio lancar, marjin laba
dan perputaran total aset berpengaruh signifikan terhadap prediksi perubahan laba.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Dewi dan Mukhlis (2012) dengan meneliti
pengaruh CAR, ROA, NPM dan LDR terhadap Pertumbuhan Laba. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa CAR, ROA dan LDR berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan NPM memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan. Namun secara simultan rasio CAR, ROA, NPM
dan LDR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba PT. Bank Mandiri,
Tbk.
Penelitian tentang dampak rasio keuangan terhadap kebijakan deviden telah
mengetahui kemampuan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap
variabel tergantung/terikat (DPR). Didapatkan bahwa variabel Debt to Equity
Ratio (DER), variabel Return On Investment (ROI), variabel Total Assets Turn
Over (TATO) berpengaruh signifikan terhadap cash dividend pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tingkat signifikan
sebesar 5% (0,05). Pada uji regresi secara bersama-sama (simultan), variabel
earnings per share (EPS), DER, Price Book Value, ROI dan TATO berpengaruh
signifikan terhadap cash dividend dengan tingkat signifikan. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian oleh Prawira et al (2014) dengan yang meneliti
pengaruh leverage, lukiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen. Hasil penelitian dengan analisis regresi secara parsial diketahui
bahwa DER, SIZE dan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, hanya
ROE yang berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Penelitian tentang DPR pada perusahaan PMA dan PMDN telah dilakukan
oleh Sujasno (2004) yang menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen dengn melakukan perbandingan pada perusahaan PMA dan
PMDN yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Sujasno menggunakan 12
perusahaan PMA dan 40 perusahaan PMDN yang listed di BEJ yang membagikan
dividen pada tahun 2000 sampai 2002. Variabel independen yaitu ROI dan CR
berpengaruh positif signifikan, sedangkan DR berpengaruh negatif signifikan
terhadap DPR. Secara simultan ketiga variabel independen berpengaruh secara
signifikan terhadap DPR dan ketiga variabel mampu menjelaskan DPR sebesar
perbedaan dalam menentukan kebijakan dividen pada perusahaan PMA dan
PMDN.
Penelitian tentang perubahan laba pada negara lain di luar Indonesia telah
dilakukan oleh Brock dan Rojas (2000) yang melakukan penelitian tentang
understanding the behavior of bank spreads in latin America. Hasil penelitian
dengan uji regresi menunjukkan CAR berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba pada bank-bank di Bolivia dan Columbia sedangkan di Argentina, Chilli dan
Peru tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba, kemudian BOPO
berpengaruh signifikan terhadap laba pada bank-bank di Argentina dan Bolivia,
sementara pada negara Columbia, Chilli dan Peru tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan, kemudian LDR menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan laba pada bank-bank di Bolivia, Columbia dan Peru
sementara pada bank di Argentina tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan,
dan terakhir NPL menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
laba pada bank di Columbia namun menunjukkan tidak menunjukkan pengaruh
pada bank-bank di Argentina dan Peru.
Penelitian sejenis dilakukan oleh Angbazo (1997) dengan meneliti
commercial bank net interest margin, default risk, interest-rate risk, and off-
balance sheet banking. Hasil penelitian menunjukkan LDR dan BOPO
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap perubahan laba sedangkan IRR dan
NPL tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perubahan laba. Terakhir
penelitian sejenis dilakukan oleh Afanasief et al (2004) meneliti the determinants
suku bunga dan rasio CAMEL (CAR, ROA, BOPO, NPL dan LDR) berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba.
Penelitian yang menghubungkan pengaruh laba dan dividen pada akhirnya
diteliti oleh Jen (2010) dengan meneliti pengaruh laba, arus kas operasi bebas
terhadap dividen kas. Hasil Penelitian uji simultan menunjukkan bahwa laba, arus
kas operasi dan arus bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dividen kas. Namun secara parsial variabel laba, arus kas operasi berpengaruh
secara positif signifikan terhadap dividen kas, sedangkan arus kas bebas
berpengaruh negative signifikan terhadap dividen kas.
Hasil-hasil penelitian terdahulu secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.1
sebagai berikut:
2.CR, DER dan SIZE tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR Secara Simultan :
DER, CR, ROE dan SIZE berpengaruh signifikan terhadap DPR
Tabel 2.4. Review Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil Yang Diperoleh
Jessica dan
1.CAR, ROA, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
1.EPS dan PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR
2.DER, ROI dan TATO berpengaruh signifikan terhadap DPR
1. Laba, Arus Kas Operasi dan Arus Kas Bebas berpengaruh signifikan terhadap Dividen Kas
Secara Simultan :
Tabel 2.4. Review Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
CP, DER dan ROA berpengaruh signifikan terhadap DPR
2. Arus Kas tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR
Secara Simultan :
Perubahan Laba, Arus Kas dan EPS berpengaruh signifikan terhadap
Inflasi, tingkat suku bunga dan rasio CAMEL (CAR, ROA, BOPO, NPL dan LDR) berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Tabel 2.4. Review Penelitian Terdahulu (Lanjutan) perubahan laba pada bank di Bolivia dan Columbia sedangkan di Argentina, Chilli dan Peru tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba
2. BOPO berpengaruh signifikan terhadap laba pada bank-bank di Argentina dan Bolivia, sementara pada negara Columbia, Chilli dan Peru tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
3.LDR menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba pada bank-bank di Bolivia, Columbia dan Peru sementara pada bank di Argentina tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan 4.NPL menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba pada bank di Columbia namun menunjukkan tidak menunjukkan pengaruh pada bank-bank di Argentina dan Peru.
Angbazo pengaruh yang signifikan positif terhadap perubahan laba
2.IRR dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba Secara Simultan :
LDR, BOPO, IRR dan NPL berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba
2.2. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan
signifikan. Menurut Keown (2005), analisis rasio keuangan adalah restarting the
accounting data in relative terms to identify some of the financial strengths an
weaknesses of a company, artinya rasio keuangan dimulai dengan menghitung
data yang berhubungan untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan
Menurut Gitman (2006), analisis rasio keuangan adalah involves methods of
calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s
performance, artinya bahwa rasio keuangan meliputi metode untuk menghitung
dan mengimpretasikan rasio keuangan untuk menganalisis dan mengawasi kinerja
perusahaan.
Menurut Brigham & Houston (2010), analisis laporan keuangan berguna
untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, dapat disimpulkan bahwa
pengertian mengenai analisis rasio keuangan adalah kegiatan kegiatan
membandingkan angka yang berada di dalam laporan keuangan sehingga
menghasilkan suatu informasi yang lebih detil mengenai kinerja suatu perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu cara
untuk menganalisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan.
2.2.1 Jenis – Jenis Rasio Keuangan
Menurut Brigham & Houston (2010), jenis - jenis rasio keuangan terbagi
menjadi lima bagian, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan
lainnya dengan kewajiban lancarnya. Dapat diartikan dengan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utangnya ketika utang tersebut jatuh tempo.
2. Rasio Manajemen Aset
Rasio yang mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengelola
asetnya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aset, maka biaya
modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain pihak, jika aset
3. Rasio Manajemen Utang
Rasio sovabilitas atau financial leverage ratio menunjukkan kapasitas
perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun
jangka panjang.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi
dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar merupakan rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan.
Perusahaan yang dipandang baik oleh investor adalah perusahaan dengan
laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.
Jenis-jenis rasio keuangan menurut Hampton (1998) ada empat yang terbagi
atas :
1. Rasio likuiditas : Current ratio, Cash ratio, Quick ratio, dan Total assets
ratio.
2. Rasio solvabilitas : Debt to equity, dan Debt to total assets.
3. Rasio Aktivitas : Inventory turnover, Average collection period, Fixed
assets turnover, dan Total assets turnover.
4. Rasio Profitabilitas : Gross profit margin, Operating profit ratio, Net profit
margin ratio, dan Return on investment.
2.2.1.1. Rasio Likuiditas
Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk
Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti,
membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo.
Menurut Brigham dan Houston (2010), Rasio likuiditas adalah aset likuid
merupakan asset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversi
dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku, sedangkan posisi
likuiditas suatu perusahaan berkaitan dengan pertanyaan, apakah perusahaan
mampu melunasi utangnya ketika utang tersebut jatuh tempo di tahun berikutnya.
Menurut Agnes (2005) suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan
dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan.
2.2.1.1.1. Cash Ratio (CR)
Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio)
yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giroatau simpanan
lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
(membayar) kewajiban jangka pendeknya. Cash ratio dapat dihitung
menggunakan rumus :
Cash + Equivalen
CR = (2.1)
Current Liabilitie
2.2.1.1.2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio yang didasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia
likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan
oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Loan to Deposite Ratio (LDR), yaitu rasio
yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada
debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat
dikumpulkan dari masyarakat. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan adalah giro,
tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
Total Kredit
LDR = (2.2)
Total Dana Pihak ketiga
2.2.1.2. Rasio Aktiva Produktif
Rasio aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif
adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen
dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas Aktiva Produktif
dinilai berdasarkan:
1. Prospek usaha
2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur
2.2.1.2.1 Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank
untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Kredit yang bermasalah adalah kondisi
dimana debitur tidak dapat memenuhi pembayaran tunggakan peminjaman dan
bunga dalam jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL
diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang
diberikan. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi
terhadap kerugian bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah
kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NPL yang baik adalah di
bawah 5%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
NPL = Total Kredit Bermasalah Total Kredit Yang Diberikan
(2.3)
2.2.1.2.2. Earning Asset Quality (EAQ)
Earning Asset Quality (EAQ) atau Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
merupakan tolok ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali
berdasarkan kriteria tertentu. Di Indonesia, kualitas aktiva produktif dinilai
berdasarkan tingkat kete
penempatan dana bank untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan.
bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya dengan tujuan
untuk memperoleh penghasilan. Sehingga semakin kecil rasio EAQ menunjukan
semakin efektif bank menempatkan dana bank untuk dapat mencapai tingkat
penghasilan yang diharapkan. Menurut Siamat (2005), rasio Earning Assets
Quality (EAQ) dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Aktiva produktif yang Diklasifikasikan
EAQ = (2.4)
Total Aktiva Produktif
2.2.1.3. Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas menurut Brigham & Houston (2010) adalah hasil akhir
dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut
Niswonger (1993), Rasio Rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Rasio Rentabilitas betujuan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur
tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
Rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank
2.2.1.3.1. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Dendawijaya (2003), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional
(BOPO) yang didasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30DPNP
Tanggal 14 Desember 2001 BOPO sering disebut rasio efisiensi ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan oprasional adalah penjumlahan dari
total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
Biaya Operasional
BOPO = (2.5)
Pendapatan Operasional
2.2.1.3.2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan mencerminkan risiko pasar yang
timbul akibat berubahnya kondisi pasar, hal tersebut dapat merugikan bank
(Hasibuan, 2007). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat
kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank
sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian,
2008). Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan
meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank
yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM
diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva
produktif. Semakin besar rasio NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga
atas aktiva produktif yang dikelola bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima
dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana
yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif
yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga,
penyertaan, dan kredit yang diberikan. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia, besarnya NIM yang harus dicapai oleh suatu bank adalah
diatas 5%.
2.2.1.3.3. Return on Asset (ROA)
Menurut Tandelilin (2001) menyatakan bahwa besarnya tingkat
pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan
tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi (ROA)
perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham
tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan. ROA seperti
telah dijelaskan di muka merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net
income after tax) terhadap total aktiva (assets) menunjukkan kinerja keuangan
bank dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk
operasional bank.
Menurut Ang (1997), jika kinerja keuangan bank dalam menghasilkan laba
bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada para pemegang saham
bank tersebut. Return on Asset (ROA) yang semakin meningkat menunjukkan
kinerja bank yang semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh
keuntungan yang semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya keuntungan
perusahaan akan menjadi daya tarik bagi para investor dan atau calon investor
Dengan daya tarik tersebut membawa dampak pada calon investor dan atau
investor untuk memiliki saham bank semakin banyak. Jika permintaan atas saham
bank semakin banyak maka harga saham bank tersebut di pasar modal cenderung
meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka harga saham dari saham
tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan
selisih antara harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa
lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan
kinerja di masa depan. Penilaian kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan
pendekatan analisa rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan
di masa depan (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Menurut Van (2005) Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset. Rumus yang digunakan adalah:
Laba Bersih
ROA = (2.6)
Total Aktiva
2.2.1.4. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditas bank (Niswonger,
2.2.1.4.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Margaretha (2007) bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di
luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang) dan lain-lain.
CAR merupakan rasio keuangan untuk mengukur permodalan yang dimiliki
perusahaan. CAR sebagai salah satu indikator kemampuan bank dalam menutup
penurunan aktiva sebagai akibat kerugian yang diderita bank. Ketentuan Bank
Indonesia CAR minimal sebesar 8%. Besar kecilnya CAR ditentukan oleh
kemampuan bank menghasilkan laba serta komposisi pengalokasian dana pada
aktiva sesuai dengan tingkat resikonya. Secara teoritis bank yang mempunyai
CAR yang tinggi sangatlah baik karena bank ini mampu menanggung risiko yang
mungkin timbul.
Menurut Agnes (2005) Bank pada umumnya dan bank pada khususnya
adalah lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan
ini memungkinkan terbangunnya kondisi perbankan yang dipercaya oleh
masyarakat. Pengertian modal bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor
cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal
pelengkap atau secondary capital.
Rasio permodalan merupakan kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan menajemen bank mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya
modal bank.
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian
sebagai berikut:
1. Modal disetor
Modal disetor adalah yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan
pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
2. Agio saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga yang melebihi nilai nominalnya.
3. Cadangan umum
Cadangan umum yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba
bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.
4. Cadangan tujuan
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang
5. Laba ditahan
Laba ditahan adalah saldo bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan unutk tidak
dibagikan.
6. Laba tahun lalu
Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak
dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham
atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai
modal hanya 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu,
seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan
Laba tahun lalu berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku
berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika
bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan. Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak
perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak
perusahaan tersebut. Anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari
laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal,
dengan perincian sebagai berikut:
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat tidak diterimanya kembali sebagaian atau seluruh aktiva produktif..
3. Modal kuasi
Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh warkat yang sifatnya seperti
modal.
4. Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai
syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman,
mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun, dan
pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia.
Dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991, Bank Indonesia
mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari
total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Presentase kebutuhan modal
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank
(capital adequacy) didasarkan modal minimum atau kecukupan modal bank yang
dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva
dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun
aktiva bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih
bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:
1. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva adminitratif.
4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti+modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Modal bank
CAR = (2.7)
Total ATMR
5. Hasil perhitungan rasio, kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil
perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan
perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan
modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang
bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal).
Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100% modal bank tersebut tidak
memenuhi ketentuan CAR.
2.2.1.4.2. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup
sebagian atau seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka
pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio
ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank
sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang. Untuk menghitung debt to equity
ratio dapat menggunakan rumus :
Total Liability
DER = (2.9)
Total Equity
2.3. Perubahan Laba
Laba merupakan selisih antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya
yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba. Dalam akuntansi, selisih tersebut
memiliki dua tahap proses pengukuran secara fundamental yaitu pengakuan
pendapatan sesuai dengan prinsip realisasi dan pengakuan biaya (Muljono, 1999).
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya, dilakukan dalam laporan laba
rugi. Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting, dibanding dengan pengukuran kinerja yang
lanjut informasi laba juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba
dimasa mendatang (Ediningsih, 2004).
Menurut Chariri dan Ghozali (2001), laba merupakan perbedaan pendapatan
yang direalisasi, transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Sedangkan menurut Harahap (2001), laba
adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi
perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan itu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa
laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi yang timbul
dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya‐biaya yang dikeluarkan pada
periode tersebut.
Laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini
penting untuk: (1) Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak
yang akan diterima Negara, (2) Untuk menghitung deviden yang akan dibagikan
kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan, (3) Untuk menjadi
pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan,
(4) Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, (5) Untuk menjadi dasar dalam
perhitungan dan penilaian efisiensi, (7) Untuk menilai prestasi atau kinerja
perusahaan/segmen perusahaan/devisi, (8) Perhitungan zakat sebagai kewajiban
manusia sebagai hamba kepada Tuhannya melalui pembayaran zakat kepada
mereka (Harahap, 2001).
Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba