• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor - Repository Universitas Perintis Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "faktor - Repository Universitas Perintis Indonesia"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24 sampai 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Muaralabuh Solok Selatan. Proposal tesis ini telah diperiksa, disetujui oleh pembimbing tesis dan dipertahankan di depan kelompok ujian tesis program. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita usia 24 sampai 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Muaralabuh Solok.

Tesis ini telah diuji, dihadapan Tim Penguji Tesis Program Studi S1 ​​Gizi, SMA Pelopor Ilmu Kesehatan Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada bayi usia 24 - 59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Muaralabuh Solok Selatan Tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada bayi usia 24 sampai 59 bulan di wilayah kerja Muaralabuh Solok Selatan. 19.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian retardasi tumbuh kembang pada balita usia 24-59 bulan di kawasan Pasar Muaralabuh Solok Selatan tahun 2019. Teman-teman yang merupakan rekan-rekan S1 Gizi Pelopor STIKES Sumatera Barat yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

Tabel 4.16  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Jumlah  Anak  di  Kabupaten  Solok Selatan, Wilayah Pasar Muaralabuh Tahun 2019……………  53  Tabel 4.17  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Jumlah  Anak  di  Kabupaten
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kabupaten Solok Selatan, Wilayah Pasar Muaralabuh Tahun 2019…………… 53 Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kabupaten

PENDAHULUAN

Tinjuan tentang Stunting 1 Definisi Stunting (Kependekan)

Penilaian status gizi adalah interpretasi data yang diperoleh dengan berbagai metode untuk mengidentifikasi kelompok atau individu yang berisiko atau memiliki status gizi buruk. Namun, masalah ini akan membahas penggunaan metode antropometri untuk secara langsung menentukan status gizi pasien dengan displasia. Antropometri dapat digunakan sebagai indikator status gizi, yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan ketebalan lemak subkutan.

Ketika seorang anak kecil mengukur tinggi badannya dan membandingkannya dengan standar dan hasilnya lebih rendah dari biasanya, dia akan melihat bahwa anak tersebut pendek (pendek dan gemuk) dibandingkan dengan standar MGRS WHO, status gizi anak tersebut. Berdasarkan status gizi balita dengan stunting, prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 48-59 bulan (22,0%), dan terendah pada kelompok umur 0-5 bulan (10,8%). Sedangkan untuk status gizi anak dengan indeks TB/U tidak terdapat perbedaan hasil.

Berdasarkan prevalensi status gizi balita dengan indeks TB/H yang sama, angka tertinggi ditemukan pada jenis pekerjaan orang tua petani/pekerja yaitu masing-masing 20,6% (sangat miskin) dan 21,7% (rendah). Untuk mencapai status gizi yang baik harus dijaga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran makanan (Proverawati & Kusumawati 2011).

Kerangka teori Kesehatan

Kerangka Konsep

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Solok Selatan di kawasan Pasar Muaralabuh. Pendataan telah dilakukan sejak tanggal 23 Juli 2019 mengenai kejadian stunting pada balita di Kabupaten Solok Selatan Area Pasar Muaralabuh dengan jumlah 1. Distribusi sampel berdasarkan kategori panjang badan Kelahiran di Kabupaten Solok Selatan Area Pasar Muaralabuh tahun 2019.

Distribusi Pengambilan Sampel Berdasarkan Kategori Berat Lahir di Kabupaten Solok Selatan Kawasan Pasar Muaralabuh Tahun 2019. Sampel berat lahir pada penelitian ini berdasarkan tabel 4.4. Dapat dijelaskan bahwa dari 37 sampel tersebut, jumlah terbanyak adalah sampel dengan berat badan lahir normal sebanyak 16 orang (43,3%) dan sebagian besar memiliki Berat Badan Lahir Rendah (43,3%) (BBLR sebanyak 21 orang) (5%). c.) ASI Eksklusif. Sebaran Sampel Berdasarkan ASI Sampai dengan Usia 2 Tahun di Kabupaten Solok Selatan Kawasan Pasar Muaralabuh Tahun 2019 Menyusui Sampai dengan.

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang memiliki panjang lahir pendek terdapat 17 orang (68%) yang memiliki panjang lahir pendek dengan stunting dan tanpa stunting sebanyak 8 orang (32. Hubungan berat badan lahir dengan kasus stunting di Kabupaten Solok Selatan kawasan pasar Muaralabuh tahun 2019. Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa dari 16 responden yang memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 9 orang (56,2%) dengan berat badan lahir rendah dengan retardasi pertumbuhan dan sebanyak 7 orang tanpa retardasi pertumbuhan (43,8.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting, nilai prevalensi menunjukkan bahwa responden BBLR 1,31 kali lebih mungkin menderita stunting dibandingkan responden non BBLR. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting di kabupaten solok selatan kawasan pasar muaralabuh tahun 2019. Hubungan pemberian ASI sampai dengan 2 tahun dengan kejadian stunting di kabupaten solok selatan kawasan pasar muaralabuh tahun 2019.

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dari 31 responden yang memberikan ASI sampai usia 2 tahun, sebanyak 26 responden (83,9%) memberikan ASI hingga usia 2 tahun dengan pertumbuhan terhambat dan sebanyak 5 orang tanpa pertumbuhan terhambat (16.1. Hubungan antara status vaksinasi dasar dengan kasus pertumbuhan terhambat di Kabupaten Solok Selatan kawasan pasar Muaralabuh tahun 2019). Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa dari 21 responden yang memiliki status imunisasi dasar tidak lengkap, sebanyak 16 responden (76,2%) memiliki status vaksinasi dasar tidak lengkap dengan pertumbuhan pendek dan sebanyak 5 orang yang tidak pendek (23,8.

Berdasarkan Tabel 4.26 dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang memiliki jarak kelahiran kecil terdapat 10 responden (66,6%) yang memiliki jarak kelahiran kecil dengan stunting dan tidak stunting sebanyak 5 orang (33,4. Hubungan status ekonomi keluarga dengan kasus stunting di Kabupaten Solok Selatan kawasan Pasar Muaralabuh Tahun 2019).

Pembahasan

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoirun et al. 2015) menunjukkan kejadian stunting pada balita adalah panjang badan lahir kecil (<48 cm). Mengenai faktor genetik, dari tabulasi silang tinggi badan orang tua hingga kejadian stunting digunakan hasil uji statistik chi-square dan didapatkan nilai p = 0,000 dan p = 0,008 (p < 0,05). Berdasarkan korelasi antara berat badan lahir balita dengan kejadian stunting di Pasar Muaralabuh diperoleh 16 item berat badan lahir balita (BBLR) dari 37 responden, 9 diantaranya paling banyak terkena dampak.

Hal ini sejalan dengan temuan Loida et al.2017), hal ini terkait dengan hubungan antara berat lahir regional dengan kejadian retardasi pertumbuhan antara 0-59 bulan di Mozambik Tengah. Memperoleh hasil penelitian lain oleh Atikah Rahayu (2015) BBLR terkait kejadian keterlambatan badata pada masa kanak-kanak Pada umumnya berat badan lahir sangat erat hubungannya dengan kematian janin, neonatus dan nifas, morbiditas bayi, serta pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang. Berdasarkan pemahaman tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di kawasan pasar Muralabu, dari 37 responden terdapat 15 responden yang memberikan ASI eksklusif, dimana 9 responden (60%) memberikan ASI eksklusif dan jumlah yang diberikan ASI eksklusif dan tidak dibatasi sebanyak 6 (40%), sedangkan 22 responden tidak diberikan ASI eksklusif, termasuk 17 responden (77.3%) yang tidak diberikan ASI.

Dari hasil analisis data di atas dapat digunakan uji statistik chi-square untuk melihat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting p = 0,000 (p < 0,05) yang dapat dijelaskan dengan kejadian pemberian ASI eksklusif dan stunting. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aridiyah (2015), kejadian stunting pada balita di pedesaan dan perkotaan dipengaruhi oleh variabel pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik penelitian Arifin (2012) menghasilkan nilai p value = 0,0001 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang pasti antara pemberian ASI dengan kejadian stunting.

Berdasarkan hubungan antara status vaksinasi balita dengan kejadian stunting di kawasan pasar Muar Rab, didapatkan 21 responden dari 37 responden didapatkan status imunisasi baseline tidak lengkap, dengan 16 responden (76,2%) paling banyak memiliki status imunisasi baseline tidak lengkap dan stunting. Analisis hubungan antara pelayanan kesehatan balita dengan kejadian stunting menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara imunitas dengan kejadian stunting pada balita pedesaan dan perkotaan. Mengenai hubungan jarak kelahiran balita dengan kejadian stunting di Pasar Muaralabuh diketahui bahwa dari 37 responden, 22 responden memiliki jarak kelahiran sangat dekat, sebagian besar 13 responden.

Uji statistik chi-square digunakan untuk menganalisis hasil analisis hubungan antara kelahiran dengan prevalensi keterlambatan perkembangan Nilai p = 0,064 (p < 0,05) dan nilai prevalensi 1,21 (PR> 1) dapat diartikan ada hubungan yang signifikan antara keduanya. mendekati kelahiran sebesar 1,21 sedangkan untuk responden yang memiliki jarak kelahiran jauh. Mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dengan prevalensi stunting pada balita di Pasar Muaralabuh diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 20 responden dengan status ekonomi keluarga rendah yang mayoritas berjumlah 17 responden. Analisis uji statistik Fisher didapatkan adanya hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prevalensi stunting, diperoleh p=1.000 (p>0,05) dan nilai prevalensi sebesar 0,95 (PR>1), yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan pendapatan masyarakat miskin merupakan strategi yang ditujukan untuk membatasi tingginya kejadian stunting di kalangan masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Aridiyah (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan kejadian kehamilan pada anak usia dini di pedesaan dan perkotaan.

PENUTUP

Tahun

Gambar

Tabel 4.16  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Jumlah  Anak  di  Kabupaten  Solok Selatan, Wilayah Pasar Muaralabuh Tahun 2019……………  53  Tabel 4.17  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Jumlah  Anak  di  Kabupaten
Gambar 2.4 Kerangka Konsep  Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.14 Hubungan Ketahanan Pangan Pada Kehamilan Terhadap Kejadian Stunting ada Baduta Usia 0-24 Bulan di Puskesmas Pataruman I Tahun 2022. Variabel