• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan permasalahan seperti ini maka masyarakat dapat menggunakan praktek muamalah yaitu sewa guna usaha, ekonomi Islam menyebutnya dengan ijarah yaitu akad untuk mempunyai suatu manfaat yang dipahami dibayar dengan pembayaran tertentu. , contoh kisah yang dapat diangkat adalah kisah Nabi Musa (as). Leasing pada perbankan syariah sangat populer saat ini, sistem leasing pada perbankan syariah tentu saja berbeda dengan bank konvensional.

Rumusan Masalah

Wahbah az-Zuhaili menyatakan bahwa proses pemberian upah terkadang menimbulkan permasalahan dan perdebatan di kalangan ulama, seperti jenis upah yang akan diberikan dan perhitungan upah itu sendiri. Mereka hanya mengikuti aturan-aturan yang sering mereka temukan di lingkungannya. Peristiwa di atas dapat mengakibatkan batalnya akad ijarah (fasakh) karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ijarah, dan dapat pula batalnya akad karena adanya perselisihan antara kedua belah pihak dalam akad ijarah.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Definisi Istilah/ Pengertian Judul

  • Konsep
  • Akad
  • Ijarah
  • Wahbah Az-Zuhaili

Al-Maidah ayat 1, manakala syarat akad dan tamat akad akan dijelaskan dalam kajian teori 12. Nama penuh Wahbah Az-Zuhaili ialah Wahbah Musthafa az-Zuhaili, tetapi biasa dipanggil Wahbah Zuhaili.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Fardiansyah dalam penelitiannya yang berjudul “Tinjauan Ekonomi Islam dalam Pemutusan Kontrak Sewa Rumah Dagang di Desa Sangiasseri Kecamatan Sinjai Selatan”. Hadi Jak Purnama dalam penelitiannya yang berjudul “Ulasan Fiqih Muamalah Tentang Praktik Penyewaan Kios di Pasar Desa Milangsari Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan”.

Landasan Teoritis

  • Konsep Milik dan Akad
  • Konsep Ijarah

Menurut mengikat atau tidak mengikatnya, para ahli fiqih membaginya menjadi: a) akad yang mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian, sehingga salah satu pihak tidak boleh membatalkan akad tanpa izin pihak yang lain, seperti kontrak penjualan dan sewa. Apabila obyek transaksinya adalah manfaat atau jasa dari benda tersebut, maka disebut dengan ijarah al'ain, seperti menyewakan rumah untuk tempat tinggal. Berdasarkan hadis di atas dapat dijelaskan bahwa dalam sewa, khususnya dalam penggunaan jasa seseorang (pekerjaan), oleh karena itu.

Ia bukan perjanjian pajakan untuk pokok digunakan oleh penyewa sebagai alat menjemur pakaian. Ijarah ini juga dipanggil al-Kira' atau pajakan. jika manfaat ini adalah manfaat yang dibolehkan oleh syarak, maka ulama fiqh sepakat boleh dijadikan objek sewa.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Pendekatan Penelitian
  • Jenis Data
  • Metode Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal dan artikel ilmiah lainnya yang berkaitan dengan pokok bahasan yang diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan subjek penelitian, hasil penelitian berupa laporan, literatur/buku ekonomi, tesis, tesis, jurnal, disertasi dan karya ilmiah lain yang menunjang penelitian60. Secara induktif, dengan mengambil permasalahan atau data tertentu kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.

Deduktif, yaitu dengan mengambil permasalahan atau data yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang khusus. Deskriptif Komparatif, yaitu analisis data yang berkaitan dengan judul pembahasan ini yang dikumpulkan secara sistematis, kemudian disajikan apa adanya setelah dilakukan perbandingan secara menyeluruh.

BIOGRAFI DAN LEGALITAS/KETENTUAN HUKUM AKAD IJARAH

Biografi Wahbah az-Zuhaili

  • Kelahiran
  • Pendidikan
  • Karya-Karya Wahbah az-Zuhaili
  • Pengaruh Pemikiran

72 Menurut Wahbah az-Zuhaili, pemodenan dalam semua bidang tidak menutup kemungkinan kemunculan inovasi dan perindustrian baru. Maka seorang ulama seperti Wahbah az-Zuhaili mampu menjadi salah satu produk intelektual Muslim kontemporari yang berjaya mentafsir semula sesuatu teks. Namun menurut Wahbah az-Zuhaili, skop ijtihad adalah terhad kepada syarat-syarat tertentu.

Wahbah az-Zuhaili juga berpendapat bahawa isu kontemporari mengandungi beberapa masalah hukum yang belum dijelaskan oleh ulama terdahulu. Wahbah az-Zuhaili sudah sangat arif dalam muamalah dan melihat kepada persekitaran, latar belakang pendidikan dan karya-karya beliau yang telah dikatakan, tidak ada sebab untuk meragui nilai-nilai syariah dan asas hukum yang digunakan.

Legalitas/Ketentuan Hukum Akad Ijarah Menurut

  • Aspek Legalitas
  • Dalil-dalil yang digunakan
  • Aspek Rukun

Ayat di atas termasuk dalam salah satu dalil yang menghalalkan pelaksanaan akad ijarah, khususnya ijarah buruh. Ayat di atas membahas tentang seorang perempuan yang dipekerjakan untuk mengasuh anak dari orang yang menyewakan jasanya, maka setelah pekerjaan itu selesai, orang yang menyewakan jasanya itu wajib memberinya imbalan atau membayar atas kerja kerasnya. Penerjemahan ayat di atas sangat konkrit dengan rukun ijharat yaitu aqid (pelaku akad), maqud'alaih dan ujrah (pahala).

Dalil hadis di atas membahas bahwa pada masa Rasulullah SAW pernah mempekerjakan seorang bekam kemudian memberikan imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Hadits di atas menjelaskan bahwa setelah menyewa barang atau manfaat ijarah, dianjurkan untuk membayar sewa barang atau tempat yang disewakan tersebut.

SYARAT-SYARAT AKAD IJARAH MENURUT WAHBAH AZ-

Syarat Wujud dan Syarat Berlaku

Jika seorang fudhuli mengadakan akad ijarah kemudian mendapat persetujuan dari pemilik barang, maka yang perlu diperhatikan adalah jika akad itu terjadi sebelum manfaat barang ijarah itu digunakan, maka akadnya sah dan pemilik aslinya. barang tersebut juga berhak menerima imbalan/upah karena adanya benda ijarah tersebut. Sedangkan jika persetujuan pemilik asli objek akad terjadi setelah barang ijarah dipakai/dipakai, maka akad tersebut batal karena tidak ada objek akad yang berwujud dan upah/imbalan yang diterima akan kembali menjadi akad. aktor dalam kontrak. Wahbah menjelaskan, berdasarkan kemampuan pelaku ghashab dalam menyewakan barang, terdapat tiga ulama yang berbeda pendapat, yaitu Ulama Hanafiyah, Abu Yusuf dan Muhammad.97 Perbedaan pandangan ini juga berlaku bagi orang yang menyewakan tanah ghashab. tujuan menjadikan tanah pertanian, dan kemudian pemilik tanah, memperbolehkan sewa tersebut.98.

97 Para ulama Hanafi berpendapat, jika pelaku ghashab meminjam barang ghashab kemudian menyerahkannya kembali kepada pemilik aslinya, kemudian pemilik menyetujui sewa tersebut yang masa ijarahnya telah habis, maka perjanjian pemilik aslinya tidak sah. . Sedangkan menurut Muhammad, penghasilan selama masa sewa telah habis menjadi hak pemain ghashab, dan upah sisa masa sewa (setelah pemilik asli menyetujui untuk menyewakan barang tersebut) menjadi hak pemilik aslinya. tunduk pada ijarah.

Syarat Sah dan Syarat Kelaziman

Kejelasan Tujuan Akad Ijarah (Manfaat) Wahbah dalam bukunya mengatakan bahwa tujuan akad Ijarah yaitu manfaatnya harus jelas.102 Jika manfaatnya tidak jelas akan menimbulkan perselisihan dan akad menjadi pertimbangan. . tidak sah. Kejelasan objek perjanjian dapat dicapai dengan menjelaskan dalam kontrak kerja mengenai jenis/tempat manfaat, jangka waktu dan penjelasan objek pekerjaan. Sedangkan alasan Abu Hanifah tidak diperbolehkan adalah karena obyek akadnya tidak jelas, karena pelaku akad menyebutkan dua hal, yaitu jenis pekerjaan dan jangka waktu, padahal keduanya bisa menjadi objek akad. az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bagian 5, trans.

Dalam melaksanakan akad ijarah harus diperhatikan kejelasan pokok akadnya karena merupakan salah satu rukun ijarah. Wahbah menjelaskan, manfaat yang menjadi subyek akad harus sesuai dengan tujuan pelaksanaan akad ijarah yang biasa dilakukan secara umum; jika hal ini dilakukan, kontrak dianggap batal.

Syarat Objek Akad dan Syarat Ujrah

Kemudian, menurut dua muridnya (ash-Shahiban), tidak diharuskan kerana kontrak itu juga boleh digunakan untuk pembayaran upah (Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, terj. Wahbah az-Zuhaili berkata. bahawa upah yang dibayar kepada pekerja bukanlah dalam bentuk tunjangan yang setanding dengan objek kontrak (ma'qud alaih). Manakala menurut Muhammad (murid Abu Hanifah), jika pembuat/penjahit membuka kedai untuk mengutip upah, kata utama yang harus diterima ialah kata tukang jahit/pembuat, kerana perbuatan membuka kedai adalah satu bentuk penentuan upah kerjanya (Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jld. 5, terj. Abdul Hayyie al-Kattani et al., hlm.429.).

Sah/syarat akad ijarah menurut Wahbah az-Zuhaili adalah berdasarkan Al-Quran, Hadis Nabi dan Ijma'. Kegagalan akad ijarah menurut Wahbah az-Zuhaili adalah disebabkan perselisihan faham, baik sebelum mengambil, semasa mengambil, dan selepas mengambil manfaat.

GUGURNYA AKAD IJARAH MENURUT WAHBAH AZ-ZUHAILI

Aspek Perselisihan

Terdahulu, Wahbah az-Zuhaili telah menjelaskan bahawa ijarah adalah sebahagian daripada jual beli, maka hadis di atas juga termasuk ijarah. Wahbah az-Zuhaili berkata, jika timbul perselisihan apabila manfaat barang telah digunakan sebahagian oleh penyewa, seperti telah menduduki rumah sewa selama separuh tempoh sewa, atau telah menggunakan basikal sewa selama separuh masa perjalanan, maka mengikut bagi Wahbah, perkataan yang paling penting untuk diterima ialah perkataan penyewa untuk penyewaan yang lalu disertai dengan sumpahnya. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahawa jika berlaku perselisihan apabila tamat tempoh ijarah atau selepas tempoh masa yang dipersetujui dalam akad, maka kedua-duanya tidak perlu bersumpah antara satu sama lain dan perkataan yang paling utama untuk diterima ialah perkataan penyewa atas persoalan besar ganti rugi atau upah yang disertai dengan sumpah

Maka jika berlaku perselisihan seperti itu, maka perkataan diterima ialah perkataan pemilik baju diikuti dengan sumpahnya. Apabila tukang jahit dan pemilik baju itu berselisih berkaitan upah, di mana pemilik baju itu berkata "Kamu buatkan saya baju tanpa upah", maka tukang jahit itu menjawab "Saya buat untuk menjahit kamu dengan upah", apabila Wahbah. az-Zuhaili menjelaskan dengan pendapat Abu Hanifah, dia menafikan bahawa dia memberikan nilai pekerjaannya, kerana penilaiannya adalah dengan akad.145 Ulama Sayfi'iyah juga berpendapat dalam masalah kerosakan/kecacatan barang dan juga dalam pengembalian. barang kepada pemilik yang disewa 146.

Aspek Berakhirnya Masa Akad

Wahbah az-Zuhaili merujuk kepada tafsiran Imam Zaila, yang menukilkan pendapat Muhammad Ibnul-Hasan mengenai berakhirnya perjanjian Ijarah, seperti yang dijelaskan di atas. 150. Jika penyewa berkata "Saya akan membawanya dari satu tempat ke satu tempat dan pulang ke rumah saya", maka penyewa tidak wajib mengembalikannya ke tempat orang yang menyewanya. Jika haiwan itu tidak diambil oleh pemberi pajak dalam masa beberapa hari dan haiwan tunggangan itu mati, pemajak tidak bertanggungjawab untuk ini.

Putra, Diecky Saigin Hendrawan, 2020, "Mengambil pahala mengajar ilmu agama dari sudut kitab Tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhaili", Tesis Sarjana; Ilmu Al-Quran dan Hadis: Surabaya. Khuzaeni, “Biografi Ringkas Wahbah Az-Zuhailli: Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran,” https://wislah.com/biografi-singkat-wahbah-az-zuhailli (diakses pada 26 Julai 2022).

PENUTUP

Simpulan

Akad ijarah dapat berakhir dengan meninggalnya salah satu pihak yang berkontrak, putusnya akad ijarah, rusaknya ma'qud alaih dan berakhirnya masa ijarah, kecuali ada udzur.

Saran

Cawidu, Harifudin, Konsep Kufur dalam Al-Qur'an, Kajian Teologi dengan Pendekatan Tematik, Jakarta: Bulan Bintang, 1991. Murtadho Ridwan, “Al-Ijarah Al-Mutanaqishah: Sebuah Alternatif Perjanjian Pemberdayaan Tanah Wakaf”, Ekuilibrium : Jurnal Ekonomi Syariah, 3. Fardiansyah, 2019, “Review Ekonomi Islam Dalam Pengakhiran Sewa Toko Di Desa Sangiasseri Kecamatan Sinjai Selatan”, Skripsi; Ekonomi Syariah: Sinjai.

Khamsiyah, Siti, 2019, "Ijarah Theory Analysis of Leaseholding of Surabaya City Government Land af Rukun Tetangga (Rt) 01 to Traders in Tandes Surabaya", bachelorafhandling; Islamisk civilret: Surabaya. Purnama, Hadi Jaka, 2019, "Review of Muamalah Jurisprudence on Kiosk Rental Practices in the Milangsari Village Market, Panekan District, Magetan Regency", bachelorafhandling; Sharia økonomisk lov: Ponorogo.

Referensi

Dokumen terkait

Objective: This paper focuses on those challenging experiences that Malaysian women entrepreneurs faced during their business startup; the strategies they embark in maintaining their