• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Membuat Seni Rupa Patung (Studi Komparatif Pendapat Wahbah az-Zuhaili dan Quraish Shihab)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hukum Membuat Seni Rupa Patung (Studi Komparatif Pendapat Wahbah az-Zuhaili dan Quraish Shihab)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

dan Quraish Shihab)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ARIF HIDAYATULLAH NIM. 180103052

Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY BANDA ACEH

2022 M/1444 H

(2)

ii

(3)
(4)

iv

(5)

v ABSTRAK

Nama : Arif Hidayatullah

Nim : 180103052

Fakultas/Prodi : Syariah dan Hukum/ Perbandingan Mazhab dan Hukum

Judul : Hukum Membuat Seni Rupa Patung (Studi Komparatif Pendapat Wahbah az-Zuhaili dan Qurasy Shihab)

Tebal Skripsi : 68 Halaman

Pembimbing I : Prof. Dr. Nurdin, M.Ag Pembimbing II : Dr. Badrul Munir, Lc, MA Kata Kunci : Hukum, Seni Rupa, Patung

Realita yang terjadi hari ini di sebagian masyarakat terkhusus penganut agama Islam yang mempunyai kemampuan berseni dan ingin berkarir dan memperdalam keilmuannya di bidang membuat seni rupa patung, akan tetapi terhambat karena mempunyai keraguan mengenai hukum membuat patung itu sendiri. Fenomena menarik untuk dikaji tentang hukum membuat seni rupa patung menurut pendapat Wahbah az-Zuhaili dan Quraish Shihab. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana pendapat Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung?Apa penyebab perbedaan pendapat antara Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung? Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan penelitian komparatif. Adapun Wahbah az-Zuhaili menyebutkan bahwa membuat patung adalah mubah dalam syariat Nabi Sulaiman, kemudian hal itu dinasakh dalam syariat Nabi Muhammad saw. Illat dan alasan penasakhan tersebut adalah sebagai bentuk saddudz dzaraa'i' (menutup celah-celah yang bisa menjadi pintu masuk perkara yang terlarang). Menurutnya banyak hadist dan isyarat dari Rasulullah saw menolak gambar ataupun patung yang berbentuk hewan dan manusia, atau makhluk yang bernyawa, namun membolehkan pepohonan atau benda-benda lainnya yang dibuat oleh manusia dan tidak bernyawa. Sedangkan Quraish shihab membolehkan membuat patung karena patung masa lalu mempunyai perbedaan dengan patung pada masa sekarang, meskipun hadis-hadis yang melarang membuat patung apalagi makhluk hidup. Di masa lalu patung dibuat untuk disembah sedangkan sekarang patung sebagai sebuah seni dan terkadang menjadi alat edukasi.

Penyebab perbedaan pendapat antara Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung adalah Wahbah az-Zuhailli melihat patung sebagai salah satu benda yang dibenci Rasulullah sebagaimana di dalam beragam hadist. Sedangkan Quraish shihab melihat patung sebagai sebuah benda seni dan konteks saat ini patung itu bukanlah untuk disembah.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

لَع ُمَلاَّسلاَو ُةَلاَّصلاَو ،ِنيِّدلاَو اَيح نُّدلا ِروُمُأ ىَلَع ُحينِعَتحسَن ِهِبَو ،َينِمَلاَعحلا ِّبَر ِهَّلِل ُدحمَحلْا َى : ُدحعَ ب اَّمَأ ،َينِع َم حج َأ ِهِبححَصَو ِهِلآ َىلَعَو َينِلَسحرُم لا ِفَرحشَأ

Segala puji bagi Allah swt. Sang Pencipta. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Beserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya yang senantiasa setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah dengan petunjuk dan rahmat-Nya, penulisan skripsi ini telah dapat terselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Skripsi ini berjudul " Hukum Membuat Seni Rupa Patung (Studi Komparatif Pendapat Wahbah az-Zuhaili dan Quraish Shihab)". Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, dukungan dan doa dari berbagai pihak terutama kepada orang tua dan keluarga yang selalu menemani dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi srata satu. Ungkapan terima kasih penulis hanturkan kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis; Samsul Bahri dan Ratnawati.

2. Bapak Prof. Dr. Mujiburrahman, M.Ag; Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

3. Bapak Dr. Kamaruzzaman, M.Sh; Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

4. Bapak Drs, Jamhuri, M.Ag; Ketua Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

5. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bakri, M. Ag dan Dr. Badrul Munir, Lc, MA;

Dosen pembimbing.

6. Seluruh Dosen, Staf, dan karyawan Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Penelitian di bidang Perbandingan Mazhab dan Hukum merupakan kegiatan mulia yang harus dilakukan secara kontinu, karena banyak hikmah yang bisa didapatkan dari disiplin ilmu ini.

(7)

vii

Penelitian skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan Penulis senantiasa belajar untuk memperbaikinya. Ide dan kritik konstruktif sangat penulis apresiasi untuk kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah swt. juga kita memohon taufik dan hidayah-Nya.

Banda Aceh, 22 Oktober 2022.

Penulis,

Arif Hidayatullah NIM: 180103052

(8)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Transliterasi

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penulisan skripsi ini secara umum berpedoman kepada buku panduan penulisan karya ilmiah dan laporan akhir studi mahasiswa yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh Tahun 2019, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Konsonan Huruf

Arab Nama Huruf

Latin Nama

ا

Alif - Tidak dilambangkan

ب

Ba’ B Be

ت

Ta’ T Te

ث

Sa’ TH Te an Ha

ج

Jim J Je

ح

Ha’ Ha (dengan titik di bawahnya)

خ

Kha Kh Ka dan Ha

د

Dal D De

ذ

Zal DH De dan Ha

ر

Ra’ R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan Ye

ص

Sad Es (dengan titik di

bawahnya)

ض

Dad D (dengan titik di

bawahnya)

ط

Ta’ Te (dengan titik di bawahnya

ظ

Za Zet (dengan titik di

(9)

ix

bawahnya)

ع

‘Ain ‘- Koma terbalik di atasnya

غ

Ghain GH Ge dan Ha

ف

Fa’ F Ef

ق

Qaf Q Qi

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Waw W We

ه/ة

Ha’ H Ha

ء

Hamzah ’- Apostrof

ي

Ya’ Y Ye

2. Konsonan yang dilambangkan dengan W dan Y.

Wad’

عضو

‘Iwad

ضوع

Dalw

ولد

Yad

دي

Hilyal

ليح

Tahī

يهط

3. Mad dilambangkan dengan ā, ī, dan ū. Contoh:

Ūlā

لىوأ

Sūrah

ةروص

Dhū

وذ

Īmān

نايمإ

(10)

x

في

Kitāb

باتك

Siḥāb

باحس

Jumān

ناجم

4. Diftong dilambangkan dengan aw dan ay. Contoh:

Awj

جوأ

Nawm

مون

Law

ول

Aysar

رسيأ

Syaykh

خيش

‘aynay

نييع

5. Alif

(ا)

dan waw

)و . (

Ketika digunakan sebagai tanda baca tanpa fonetik yang bermakna tidak dilambangkan. Contoh:

Fa’alu

اولعف

Ulā’ika

كئلوأ

Ūqiyah

ةيقوأ

6. Penulisan alif maqṣūrah

)ى(

yang diawali dengan baris fathah

( ََ)

ditulis

dengan lambang á. Contoh:

Ḥattá

تىح

Maḍá

ىض م

Kubrá

ىبرك

Muṣṭafá

ىفطصم

(11)

xi

7. Penulisan alif maqṣūrah

) ) ى

yang diawali dengan baris kasrah

( َِ)

ditulis dengan ī, bukan īy. Contoh:

Raḍī al-Dīn

نيد لا يضر

Al-Miṣrī

يرصلما

8. Penulisan tā’ marbūṭah

)ة)

.

Bentuk penulisan tā’ marbūṭah

)ة)

terdapat dalam tiga bentuk, yaitu:

8.1. Apabila tā’ marbūṭah

)ة)

terdapat dalam satu kata, dilambangkan dengan hā’

(ه(

. Contoh:

Salāh

ةلاص

8.2. Apabila tā’ marbūṭah

)ة)

terdapat dalam dua kata, yaitu sifat dan yang disifati (ṣifat mawṣūf), dilambangkan hā’

(ه(

.

Contoh:

al-risālah al-bahiyyah

ةيهبلا ةلاسرلا

8.3. Apabila tā’ marbūṭah

)ة)

ditulis sebagai muḍāf dan muḍāf ilayh, maka muḍāf dilambangkan dengan “t”. Contoh:

Wizārat al-Tarbiyah

ةيبترلا ةرازو

9. Penulisan hamzah

(ء)

Penulisan hamzah terdapat dalam bentuk, yaitu:

9.1. Apabila terdapat di awal kalimat ditulis dilambangkan dengan “a”. Contoh:

Asad

دسأ

9.2. Apabila terdapat di tengah kata dilambangkan dengan “ ’ ”.

Contoh:

Mas’alah

ةلأسم

(12)

xii

10. Penulisan hamzah (ء( waṣal dilambangkan dengan “a“. Contoh:

Riḥlat Ibn Jubayr

يربج نبا ةلحر

Al-Istidrāk

كاردتسلاا

Kutub iqtanatʹhā

اهتنتقا بتك

11. Penulisan syaddah atau tashdīd terhadap.

Penulisan syaddah bagi konsonan waw

و) (

dilambangkan dengan

“ww” (dua huruf w). Adapun bagi konsonan yā’

)ي(

dilambangkan dengan “yy” (dua huruf y). Contoh:

Quwwah

ةوق

‘Aduww

ودع

Syawwal

لاوش

Jaww

وج

Al-Miṣriyyah

ةيرصلما

Ayyām

مايأ

Quṣayy

يصق

Al-Kasysyāf

فاشكلا

12. Penulisan alif lām

)لا(.

Penulisan ا

ل

dilambangkan dengan “al-” baik pada

لا

syamsiyyah maupun

لا

qamariyyah. Contoh:

Al-kitāb al-thāni

نياثلا باتكلا

Al-ittiḥād

داتحلإا

Al-aṣl

لصلأا

Al-athār

راثلآا

Abu al-Wafā’

ءافولا وبأ

(13)

xiii

Maktabat al-Nahḍah al-Miṣriyyah

ةيرصلما ةضهنلا ةبتكم

bi al-tamām wa al-kamāl

لامكلا و مامتلاب

Abu al-Layth al-Samarqandi

يدنقرمسلا ثيللا وبأ

Kecuali: ketika huruf

ل

berjumpa dengan huruf

ل

di depannya, tanpa huruf alif

)ا(

, maka ditulis “lil”. Contoh:

Lil-Syarbaynī

نييبرشلل

13. Penggunaan “ ´ ” untuk membedakan antara

د

(dal) dan

ت

(tā) yang beriringan dengan huruf

ه

(hā’) dengan huruf

ذ

(dh) dan

ث

(th). Contoh:

Ad´ham

مهدأ

Akramat´hā

اهتمركأ

14. Tulisan Allah swt. dan beberapa kombinasinya.

Allāh

للها

Billāh

للهاب

Lillāh

لله

Bismillāh

للها مسب

B. Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. Sedangkan nama- nama lainnya ditulis sesuai kaidah transliterasi. Contoh: Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī.

2. Nama kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misra; Bairut, bukan Beyrut; Kairo, bukan al-Qahirah; Cordova bukan Qurtubah; dan sebagainya.

(14)

xiv C. Singkatan

QS. : (contoh) Nama Surat, Nomor Urut Surat, Ayat bs. : biduni al-sanah (tanpa tahun terbit)

dkk : Dan kawan-kawan ed. : editor

Fak. : Fakultas hlm. : halaman jld. : jilid

t.p. : tanpa penerbit t.t. : tanpa tahun terbit Terj. : Terjemahan

UIN : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry swt : subhanahu wa ta’ala

saw : shallahu ‘alaihi wasallam as : ‘alaihi wassalam

ra. : radhiyallhu ‘anhu HR : Hadis Riwayat dll. : dan lain-lain

(15)

xv DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB SATU: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian ... 9

2. Pendekatan Penelitian ... 9

3. Sumber Data ... 10

4. Teknik Pengumpulan Data ... 11

5. Objektivitas dan Validasi Data ... 11

6. Teknik Analisis Data ... 12

7. Pedoman Penulisan ... 12

G. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB DUA TINJAUAN UMUM TENTANG SENI PATUNG A. Pengertian ... 13

B. Sejarah dan Eksistensi Patung dalam Agama Lain ... 14

C. Dasar Hukum Membuat Seni Rupa Patung ... 21

D. Fungsi Seni Rupa Patung... 24

E. Tekhnik Membuat Seni Rupa Patung ... 25

F. Pendapat Ulama Tentang Seni Rupa Patung ... 27

BAB TIGA: KETENTUAN HUKUM MEMBUAT SENI RUPA PATUNG (STUDI KOMPARATIF PENDAPAT WAHBAH AZ-ZUHAILI DAN QURAISH SYIHAB) A. Biografi Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Syihab ... 30

1. Biografi Wahbah az-Zuhaili... 30

2. Biografi Quraish Syihab ... 34

B. Pendapat Wahbah Az-Zuhaili dan Quraish Syihab tentang Hukum Seni Rupa Patung ... 38

1. Pendapat Wahbah Az-Zuhaili tentang Hukum Seni Rupa Patung ... 38

2. Pendapat Quraish Syihab tentang Hukum Seni Rupa Patung ... 43

(16)

xvi

C. Sebab-sebab perbedaan pendapat Wahbah az-Zuhaili Dan

Quraish Syihab tentang Hukum Membuat Seni Rupa Patung 46

D. Pandangan Penulis ... 49

BAB EMPAT: PENUTUP A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

RIWAYAT HIDUP ... 55

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan berbeda dengan ciptaan yang pernah Allah ciptakan. Yang membuat kita menjadi pembeda dengan makhluk lain dan menjadi makhluk sempurna ialah karena Allah menitipkan nikmat akal ke pada manusia. Dengan akal kita bisa berfikir membedakan hal baik dan buruk, Dengan akal juga manusia bisa membangun peradaban yang maju dan terus berkembang hingga saat ini.

Tidak hanya terbatas disitu dengan akal manusia juga bisa menghasilkan karya seni dan budaya. Akal dan jiwa seni yang dimiliki oleh manusia juga telah membedakan robot sebagai karya dan perwujudan ide kreatif seseorang dan mana yang dikatakan sebagai pemilik karya.

Seni adalah sebuah keahlian dalam mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi penciptaan benda-benda, suasana atau karya yang mampu menciptakan keindahan. Seni merupakan ekspresi keindahan Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Quran mengajak semua manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya.1

Hari ini bisa kita bayangkan seandainya di muka bumi tempat kita hidup tanpa seni, tentu dunia ini sungguh terasa sangat kaku, keras, kering dan gersang. Kita akan terpenjarakan oleh nuansa industrialisasi yang hanya mengenal rumus-rumus baku. kita terpasung dalam bahasa-bahasa formalistik dan memandang sesuatu secara hitam putih.2

1Darmiko Suhendra, Perspektif Hukum Islam Tentang Seni, Jurnal Ilmu Syariah dan Perbankan Islam, Vol. 2, No. 1 (2017), hlm. 48.

2Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2019), hlm. 9.

(18)

Jika tidak hadirnya seni sungguh mungkin Al-Quran pun hari ini akan dibaca dengan suara datar, adzan dikumandangkan dengan nada yang memengkak dan tidak merdu didengar oleh telinga, masyarakat membangun masjid tanpa estetika, dan kita akan melihat kaum muslimin mengemas acara-acara dakwah tanpa sentuhan seni dan keindahan maka tidak akan menarik. Mungkin tanpa seni laki-laki dan perempuan akan menutup aurat tanpa memperlihatkan keindahan dan keserasian. Sehingga dengan tidak mempertimbangkan nilai tersebut tentu itu tidak indah dan estetik untuk dipandang mata. Tanpa seni mungkin saat ini manusia berbicara dan berkomunikasi tanpa peduli dengan ketepatan dan keindahan diksi, tanpa gaya bicara dan intonasi. Kita akan menyaksikan wajah tanpa ekspresi, kita lihat pilihan ,warna baju yang tidak serasi dengan celana dan dasi, dan mungkin kita akan mendengar kata-kata tanpa rasa Bahasa sastrawi.3

Berbicara perihal mengenai seni, seni sendiri terbagi kedalam beberapa bentuk yaitu :

1. Seni Rupa 2. Seni Music 3. Seni Gerak 4. Seni Teater 5. Seni Sastra.

Dari beberapa ragam bentuk seni yang telah disebutkan di atas akan tetapi dalam penelitian ini penulis hanya tertarik untuk meneliti Seni rupa.

Seni rupa sendiri terbagi lagi ke dalam beberapa bentuk, namun dalam penulisan ini hanya fokus pada seni rupa patung.

3Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2019), hlm. 9.

(19)

Patung adalah salah satu hasil karya manusia yang bernilai seni tinggi, Patung benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin.

Di dalam Islam sendiri ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa Menurut jumhur ulama dari madzhab Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hambali berpendapat akan haramnya membuat gambar tiga dimensi (yaitu patung), begitu pula gambar selain itu. Bahkan Imam Nawawi katakan bahwa haramnya hal ini adalah ijma’. Namum klaim ijma’ tersebut tidaklah tepat karena ulama Malikiyah menyelisihi dalam hal ini.

Dari permasalahan ini berdasarkan hadis Nabi Saw. berkata, Orang yang paling pedih siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang meniru ciptaan Allah. ancaman yang keras ini memberikan isyarat kepada mereka yang bermaksud meniru ciptaan Allah, sebagaimana telah dinukil oleh Imam Nawawi dalam Syarah muslim. karena sungguh tidak ada yang bermaksud demikian kecuali orang kafir.

Tetapi ada ulama yang berpendapat bahwa membolehkan hukum membuat patung yakni berdasarkan Surah As-Saba’ ayat 13 yakni,

ٍتّٰيِسّٰ ر ٍرحوُدُقَو ِباَوَحلْاَك ٍناَفِجَو َلحيِثاََتََو َبحيِراََّمَّ حنِم ُءۤاَشَي اَم هَل َنحوُلَمحعَ ي حوُلَمحعِا ۗ

ا ۗ

اًرحكُش َدواَد َلّٰا ُرحوُكَّشلا َيِداَبِع حنِّم ٌلحيِلَقَو ۗ

Artinya : ‘’Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk- periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba- hamba-Ku yang bersyukur.’’ (QS. As-Saba’[34] : 13)

pada zaman sekarang kegunaan patungpun sudah beragam, saat ini patung banyak kita dapati di berbagai tempat baik itu museum, ditengah

(20)

kota, maupun patung sengaja dibuat untuk mengenang tokoh hebat, yang mana penggambaran dari tokoh tersebut divisualkan kedalam sebuah bentuk, berbeda dengan zaman dulu patung-patung pada zaman dulu hanya dibuat identik dengan sesembahan.

Realita yang terjadi hari ini di sebagian masyarakat terkusus penganut agama Islam yang mempunyai skil, jiwa seniman dan ingin berkarir dan memperdalam keilmuannya di bidang membuat patung, akan tetapi terhambat karena mempunyai keraguan mengenai hukum membuat patung itu sendiri. Karena pendapat yang beredar di sebagian masyarakat pada hari ini membuat patung itu hukumnya mutlak haram.

Padahal dalam hal ini para ulama masih berbeda pendapat dalam menyimpulkan masalah hukum membuat patung. Salah satu pendapat yang mengharamkannya membuat patung adalah Wahbah az-Zuhaili sebagaimana yang telah beliau tulis di dalam kitab fiqih Islam wa adillatuhu yaitu :

ناسنإ نم حور يذ لكل ليثامتلاو ةدسلمجا رو ص لا لكو لظلا تاذ رو صلا مرتح يأ في اهبصنو ليثامتلا عنص مريحو ،كلذ ىلع ءاملعلا عاجملإ ،ناويح وأ

4

ناكم

.

Wahbah az-zuhaili mengharamkan seluruh gambar yang memiliki bayangan, seluruh gambar yang memiliki fisik, serta patung dari segala makhluk yang bernyawa, baik berwujud manusia atau hewan. Hal ini didasarkan karena hampir semua ulama mengharamkannya. Selain itu, diharamkan membuat patung dan memajangnya di tempat mana pun berdasarkan pada hadits sahih dari abu hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda,5

4Wahbah az-Azzuhaili, Al-Fiqh Al- Islam wa Adillatuhu. (Mesir : Dar Al-Fikri, 1985), hlm. 2675

5Wahbah az-Azzuhaili, Fiqih Islam wa adillatuhu. ( Jakarta : Gema Insani, 2011), hlm. 232.

(21)

ةريره بيَأ نع -

هنع للها يضر -

للها لوسر لاق :لاق -

ملسو هيلع للها ىلص -

لا" :

ليثاتَ هيف اتيب ةكئلالما لخدت

Artinya"Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk ke rumah yang ada patung-patung di dalamnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam permasalahan ini metode penafsiran yang dipakai oleh Wahbah az-zuhaili adalah metode tahlili dan semi tematik, beliau menafsirkan al-Qur’an dari surat al-Fatihah sampai dengan surat an-Nas dan memberi tema pada setiap kajian ayat yang sesuai dengan kandungannya.6

Sedangkan Quraish shihab membolehkan membuat patung karena patung masa lalu mempunyai perbedaan dengan patung pada masa sekarang, memang ada hadis-hadis yang melarang membuat patung apalagi makhluk hidup, tetapi kita harus lihat bahwa dalam ajaran Islam hukum itu bisa jadi berkaitan dengan ibadah, bisa juga berkaitan dengan non ibadah, jika berkaitan dengan ibadah tidak bisa diubah sama sekali dan hanya bisa dilakukan jika ada perintah. Akan tetapi jika hal yang berkaitan dengan non ibadah boleh dilakukan selama tidak ada larangan. hal ini juga merujuk pada zaman nabi sulaiman bahwa nabi sulaiman menyuruh jin untuk membuat istana dan patung-patung dengan tujuan hanya untuk keindahan.7 Dalam permasalahan ini muhammad quraish shihab meggunakan metode tafsir tahlili, yaitu dengan cara menafsirkan dan menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan cara meneliti semua aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya.8

6Moch Yunus, Kajian Tafsir Munir Karya Wahbah Az-Zuhayli, Jurnal Humanistika, Volume 4, Nomor 2, Juni 2018, hlm 62.

7M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2014), hlm. 384.

8Ilham Thahir, UIN sunan kalijaga “PENAFSIRAN AYAT-AYAT PERUMPAMAAN”. Tesis Sarjana Studi Islam Program Studi Agama Filsafat, (2010 ), hlm.

33-35.

(22)

Melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dengan judul Hukum Membuat Seni Rupa Patung (Studi Komparatif Pendapat Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disarikan beberapa pertanyaan penelitian dengan rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapat Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung ?

2. Apa penyebab perbedaan pendapat antara Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapat Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung.

2. Untuk mengetahui apa penyebab perbedaan pendapat antara Wahbah az-Zuhaili Dan Quraish Shihab tentang hukum membuat seni rupa patung.

D. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa penelitian yang menyinggung persoalan mengenai hukum seni rupa dalam hukum Islam. Namun sejauh penelusuran terhadap penelitian terdahulu, belum ditemukan kajian yang membahas secara khusus mengkaji tentang ketentuan hukum mengenai seni patung dalam tinjaun hukum Islam (studi komparatif pendapat wahbah az-zuhaili dan quraish shihab). Hanya saja, ditemukan beberapa penelitian yang relavan dengan kajian penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:

(23)

1. Skripsi yang ditulis oleh Nur Sahlul Mubaroq, Mahasiswa perbandingan mazhab dan hukum Fakultas syari’ah Universitas negeri sunan kalijaga Yogyakarta 2006, Dengan judul : Tinjauan hukum Islam terhadap seni patung Studi komparatif anatara pandangan Muhammad ‘abduh Dan yusuf Al-qaradawi.9Penyebab yang mempengaruhi perbedaan pendapat antara ‘abduh dan al-qaradawi yaitu terletak pada pemahaman teks nash serta pengaruh dari kondisi social antara keduanya.

‘abduh memahami hadis tentang pelarangan dengan sangat memperhatikan konteks sejarah ketika hadis itu turun, dimana umat Islam memang dekat dan baru lepas dari masa penyembahan berhala. Sedangkan kondisi mesir pada masa ‘abduh sudah jauh berbeda , dan hal ini juga mempengaruhi perbedaan pendapatnya tentang hukum seni patung. Sedangkan al-qardawi berpendapat bahwa seni patung, pembuatan maupun pemanfaatannya adalah haram,

2. Skripsi yang ditulis oleh Windi Indraswari, Mahasiswa Prodi Muamalah Fakultas Syari’ah Insitut Agama Islam Negeri Ponogoro 2017, Dengan judul : Kontroversi jual beli patung menurut para kyai di desa uteran kecamatan geger kabupaten madiun terhadap praktek jual beli patung.10 Dari seluruh pembahasan skripsi ini dapat

9Nur Sahlul Mubaroq, Mahasiswa perbandingan mazhab dan hukum Fakultas syari’ah Universitas negeri sunan kalijaga Yogyakarta 2006, Dengan judul : Tinjauan hukum islam terhadap seni patung Studi komparatif anatara pandangan Muhammad ‘abduh Dan yusuf Al- qaradawi

10Windi Indraswari, Mahasiswa Prodi Muamalah Fakultas Syari’ah Insitut Agama Islam Negeri Ponogoro 2017, Dengan judul : Kontroversi jual beli patung menurut para kyai di desa uteran kecamatan geger kabupaten madiun terhadap praktek jual beli patung.

(24)

3. disimpulkan bahwa menurut bahwa para Kyai jual beli patung tersebut ada yang membolehkan dan ada juga yang tidak memperbolehkan, adapun jual beli patung yang tidak boleh ketika dijadikan sesembahan sehingga patung tersebut menjadi berhala yang bisa diagungkan unsur kemusyrikan yang sebenarnya jika patung-patung tersebut dijual belikan juga tidak ada manfaatnya maka itu tidak boleh. Dan boleh dijual belikan ketika patung tersebut dijadikan seni.

E. Penjelasan Istilah

Di dalam Penelitian ini ada beberapa istilah penting yang perlu dijelaskan dalam definisi umum, yaitu hukum, aeni patung dan hukum Islam. Masing-masing dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Hukum adalah Menurut J.C.T Simorangkir dan W. Sastropranoto Defenisi hukum sebagai berikut: “hukum itu ialah peraturan- peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu”.11

2. Seni Rupa adalah, cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur.12

3. Hukum Islam adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf

11Yapiter Marpi, Ilmu Hukum Suatu Pengantar. (Tasikmalaya:Yayasan tasik zona barokah, 2020), hlm. 34.

12Rieta Noviza, Syarifah. Galeri Seni Rupa Agus Sudarto Di Semarang (Doctoral dissertation, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip). Tahun (2011), hlm. 11

(25)

4. (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua orang yang beragama Islam.13

F. Metode Penelitian

Metode penelitian mempunyai peran penting dalam suatu penelitian, yaitu untuk menentukan arah suatu penelitian. Metode adalah cara dalam suatu penelitian, selanjutnya penelitian yaitu pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.14 Jadi, metode penelitian adalah cara-cara dalam melakukan suatu aktifitas penelitian.

Beberapa poin penting dalam metode penelitian yaitu jenis penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.15 Penelitian ini menggunakan metode kajian kepustakaan (library research), dengan memanfaatkan sumber perpustakaan, baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu untuk pengumpulan data, mencatat, membaca kemudian mengolah bahan penelitian.16

13Eva Iryani, HUKUM ISLAM, DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun (2017), hlm. 24.

14Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 13.

15Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 4

16Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), hlm. 16

(26)

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian komparatif (Comparative Approve) yaitu pendekatan yang merujuk pada perbandingan dua pendapat. Metode komparative yang digunakan dalam melakukan pengkajian tentang ketentuan hukum membuat seni rupa patung (studi komparatif pendapat wahbah az-zuhaili dan qurasy shihab)

3. Sumber Data

Data primer atau rujukan utama penelitian ini adalah artikel dan fatwa MUI dan Darul Uloom Zakariyya Afrika Selatan tentang hukum cryptocurrency sebagai mata uang. Selain itu, peneliti juga menggunakan karya lain menjadi data sekunder, seperti kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd, Fiqh Islam wa Adillatuhu karya Wahbah Zuhaili dan Ensiklopedi Fiqih Indonesia, karya Ahmad Sarwat. Penulis juga menggunakan buku-buku Fiqih, ilmu Ushul Fiqih lainnya, buku umum tentang cryptocurrency, jurnal, skripsi dan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti lain juga penulis kaji sesuai dengan penelitian yang dibahas.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu sumber data utama yang dapat dijadikan jawaban terhadap masalah penelitian. Sember data primer yang dimaksudkan adalah sumber pokok yang menjadi acuan dalam menelaah tentang hukum membuat seni rupa patung dalam hukum Islam telaah fatwa ulama kontemporer. Sumber pokok dalam penelitian ini adalah Al-quran dan Hadis, Buku karangan Wahbah az-Zuhaili dengan judul: “Tafsir Al-munir”, Karangan Wahbah az- Zuhaili dengan judul “Fiqih Islam Waadillatuhu”, karangan M.

(27)

b. Quraish shihab dengan judul: “ Tafsir Al-misbah”, karangan M.

Quraish shihap dengan judul : “Wawasan Al-quran”.

c. Sumber data sekunder, yaitu buku-buku yang secara langsung membahas tema seni rupa patung, di antaranya adalah

Buku karangan Yususf Qaradawi dengan judul : “Islam Bicara Seni”, Karangan Eighteen Salasi, S.Pd : “ Seni Rupa Smp”.

d. Sumber data tersier, yaitu data pelengkap, diambil dari berbagai referensi seperti kamus, jurnal, artikel, ensiklopedia dan koran serta data-data pelengkap lainnya yang membantu menambah data penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data-data penelitian ini secara keseluruhan merujuk pada sumber kepustakaan yang terdiri dari kitab-kitab fikih, tafsir, buku/jurnal hukum yang terkait dengan judul penelitian serta bahan pustaka lainnya yang dapat memberikan keterangan langsung maupun tidak langsung terkait objek dan fokus masalah yang akan dikaji. Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat digunakan dengan metode survey book atau library research, dengan langkah-langkah sebagai berikut:17 a. Menginventarisasi data berupa buku-buku karya ahli fiqih dan para

pakar hukum Islam terkait dengan Hukum membuat patung di dalam Islam.

b. Membaca semua buku yang dimaksudkan dan dilanjutkan menguraikannya kembali dalam penelitian ini.

5. Objektivitas dan Validasi Data

Menurut Sugiyono, validitas data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang

17Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 158.

(28)

dilaporkan oleh peneliti.18 Jadi validitas data mempunyai kaitan antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah diteliti dapat dipertanggung jawabkan.

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan dari ketiga sumber di atas pemikiran antara pendapat wahbah az-zuhaili dan quraish shihab kemudian dilakukan analisis dengan cara deskriptif-komparatif, yaitu menggambarkan, memaparkan, dan membandingkan hukum terhadap permasalahan yang diteliti dan diteruskan dengan analisis antara kedua hukum yaitu hukum membuat seni rupa patung (studi komparatif pendapat wahbah az-zuhaili dan quraish shihab)

7. Pedoman Penulisan

Mengenai teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan ini, penulis berpedoman kepada buku panduan penulisan karya ilmiah dan laporan akhir studi mahasiswa yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh Tahun 2019.

G. Sistematika Pembahasan

Bab satu merupakan pendahuluan, terdiri dari sub pembahasan yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua merupakan Pengertian dan sejarah seni rupa patung, aliran-aliran seni rupa, kegunaan seni rupa patung, dan pendapat-pendapat seni rupa patung. Bab tiga merupakan biografi wahbah az-zuhaili dan quraish shihab, pandangan wahbah az-zuhaili dan quraish shihab, tentang hukum seni rupa patung dalam Islam, Sebab-sebab perbedaan pendapat wahbah az-zuhaili dan quraish shihab tentang hukum

18Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 117.

(29)

seni rupa patung, dan analis penulis. Bab empat merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

(30)

14 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SENI PATUNG

A. Pengertian

Secara etimologis kata istinbāṭ berasal dari kata benda an-nabṭ’, bentuk masdar dari nabaṭa-yanbuṭu-nabṭan, yang berarti air yang keluar dari dalam sumur yang kali pertama digali. Menurut Haitsam Hilal kata istinbāṭ’ berarti mengeluarkan air dari dalam tanah. Dengan demikian, kata istinbāṭ’ digunakan dalam arti al-istikhrāj’ (mengeluarkan) yaitu mengeluarkan atau menjelaskan sesuatu yang sebelumnya masih belum jelas.19

Di dalam Bahasa Indonesia patung berasal dari kata Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung.

Beberapa para ahli juga berpendapat mengenai tentang seni patung yakni:

1) Mikke Susanto, seni patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan, seperti memotong menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu, seperti mengecor dan mencetak).

2) Soenarso dan Soeroto, Seni Patung adalah semua karya dalam bentuk meruang.

3) Menurut Kalians, Patung adalah benda tiruan, bentuk manusia, dan hewan yang cara pembuatannya dengan dipahat.

19Fahd bin Mubarok bin Abdullah Al-Wahbi, Manhaj al-Istinbath min al-Quran al- Karim, (Jedah: Markaz ad-Dirasat wa al-Ma’lumat al-Qur’aniyyah, 2007), hlm. 27.

(31)

4) B.S Myers, seni patung adalah karya tiga dimensi yang tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang mana pun pada suatu bangunan.20

Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit.

Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading.21

Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar, termasuk kayu, keramik, dan logam. Pada masa lalu patung dijadikan sebagai berhala, simbol Tuhan atau Dewa yang disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berfikir manusia, maka patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai karya seni belaka dan sebagai simbol sejarah.

Fenomena pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-agama atau kepercayaan kepercayaan yang politeisme seperti terjadi di Arab sebelum munculnya agama samawi. Lihat juga arca. Mungkin juga dalam Hindu kuno di India dan Nusantara, dalam agama Buddha di Asia, Konghucu, kepercayaan bangsa Mesir kuno dan bangsa Yunani.

B. Sejarah dan Eksistensi Patung dalam Agama Lain

Seni patung diperkirakan pertama kali dimulai pada zaman batu.

Karya-karya paling awal yang diketahui dari Zaman Batu adalah Venus Berekhat Ram dan Venus Tan-Tan, keduanya merupakan stupa primitif yang berusia 230.000 SM atau lebih awal. Setelah itu, pematung telah aktif

20Eighteen salasi, Seni Rupa Smp. (Malang : Ahlimedia Press, 2020), hlm. 46

21Ilmi Solihat, MAKNA DAN FUNGSI PATUNG-PATUNG DI BUNDARAN CITRA RAYa, Jurnal Membaca sastra dan Bahasa Indonesia, Vol. 2 No. 2 2017, hlm.165- 174.

(32)

di semua peradaban kuno dan semua gerakan seni utama hingga saat ini. Setelah Patung Mesir, Abad Emas utama dalam evolusi patung adalah Zaman Klasik (500-27 SM), Era Gothic (1150-1300), Renaissance Italia (1400-1600), dan Patung Baroque (1600-1700).

Adapun dengan seni patung tradisional yang diperkirakan sebelum abad ke-20, memiliki empat ciri utama sehingga dapat dikatakan sebagai patung tradisional yaitu, pertama, Tiga dimensi, kedua, Representasional, ketiga Seni Bentuk Padat. Setiap ruang kosong yang terlibat pada dasarnya bersifat sekunder dari massa atau massanya. Apalagi, sebagai bentuk yang solid berarti tidak ada gerakan. Keempat, pematung tradisional hanya menggunakan dua teknik utama: ukiran atau pemodelan, yakni patung diukir langsung dari material yang mereka pilih (misalnya batu, kayu), atau mereka membangun patung dari dalam, menggunakan tanah liat, plester, lilin dan sejenisnya. Model untuk pemahatan tradisional berasal dari Yunani dan Romawi Patung Klasik Kuno.22

Dari beberapa penjelasan terkait dengan seni patung tradisional Sebelum Masehi (SM), dalam hal ini berbeda dengan berhala. Berhala adalah sesuatu yang dibentuk baik itu dari batu maupun kayu yang dibuat sengaja untuk disembah. Berhala pertama yang dijadikan sesembahan bukanlah benda langit, alam atau hewan, melainkan penyembahan terhadap orang-orang salih. Yakni lima pemuka agama dari umat Nabi Nuh as. yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Ibnu Abbas mengatakan setelah kelimanya wafat, orang-orang berkumpul di dekat kubur mereka dan membuat patung-patug menyerupai kelimanya. Dengan dalih untuk mengenang keshalihan dan jasa-jasa mereka serta untuk memacu semangat peribadatan umat ketika itu, maka dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol visualisasi fisik. mereka. Namun lambat laun dengan berubahnya generasi, patung-patung tersebut justru disembah dan

22https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/your-life/apa-itu-seni-patung/

(33)

menjadi sosok tuhan. Setelah penyimpangan akidah pertama kali yang terjadi pada masa Nabi Nuh as. bangsa Arab kembali berada di atas agama Nabi Ibrahim as. yaitu agama Islam yang berdasar tauhid yakni berdasar pengesaan Allah dalam beribadah. Seiring berjalannya waktu, muncul Amru bin Luhay al-Khuza‟i yaitu seorang pemimpin dari suku Khuza‟ah.

Kisah itu bermula ketika ia menjabat sebagai pemimpin dan sering melakukan perjalanan untuk berobat ke kota Balqa‟ di Syam. Dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakkannya di Ka‟bah, lalu mengenalkannya kepada penduduk dan meminta mereka untuk menyembah dan memujanya. Seiring berjalannya waktu, agama Nabi Ibrahim as.pun mulai terlupakan dan pengagungan terhadap Ka’bah sirna, diganti dengan masa penyembahan berhala atau paganisme.23

Setelah 300 tahun, Amru bin Luhay al-Khuza‟i dilengserkan dari jabatannya oleh suku Quraisy. Pada masa kekuasaan Quraisy, Ka’bah menjadi tujuan ibadah suku-suku Arab dan menjadi sumber rezeki bagi penduduk Mekah. Saat itu, kaum Quraisy meletakkan seluruh berhala yang menjadi sesembahan suku Arab di sekeliling Ka’bah. Dengan adanya berhala-berhala tersebut, pengurus Ka’bah berhasil meraup keuntungan yang sangat besar. Mereka menjual lembaran-lembaran syair paganisme yang ketika itu tersebar di Mesir, Yunani, India, dan Babak.24

Berhala-berhala yang tersebar di sekitar Mekah dan di berbagai kota lain di Jazirah Arab memiliki beragam macam bentuk, di antaranya berbentuk patung manusia, rumah, batu tak berbentuk, pohon yang diukir dan lain sebagainya. Banyaknya berhala di sekitar Ka’bah merupakan ide dari suku Quraisy, ketika itu mereka berpikir bagaimana caranya mendatangkan suku-suku Arab di sekitar Mekah agar mau datang ke

23Salman Abdul Muthalib & Agil Anggia, MAKNA LAFAZ AL-ASHNĀM, AL- AUTSĀN, AL-ANSHĀB DAN AL-TAMĀTSĪL DALAM AL-QUR’AN, Tafse : Journal of Qur'anic Studies, Vol. 6, No. 1, January-June 2021, hlm. 94-110.

24Ibid., hlm. 94-110

(34)

Ka‟bah dan berhaji. Mereka berpikir bahwa kedatangan suku-suku Arab adalah lahan bisnis yang bagus. Maka, terbentuklah ide untuk mengambil berhala-berhala setiap suku di tanah Arab, kemudian dibawa dan diletakkan di sekeliling Ka’bah. Dengan begitu, semua suku Arab akan datang ke Mekah dan mengunjungi Tanah Haram demi sesembahan mereka.25

1. Bentuk Peribadatan Kepada Berhala Pada Zaman Dahulu

Bentuk Peribadatan kepada Berhala Bangsa Arab pra-Islam memiliki beberapa bentuk peribadatan kepada berhala. Mereka memiliki tradisi dan amalan-amalan baru, di antara upacara peribadatan berhala yang mereka lakukan seperti mengelilingi berhala, memohon perlindungan dan pertolongan tatkala menghadapi kesulitan, haji dan tawaf mengelilingi berhala, mempersembahkan aneka kurban, bernazar untuk mempersembahkan sebagian hasil panen dan ternak mereka kepada berhala, dan menyebutkan nama-nama binatang dengan sebutan bahīrah, sāibah, washīlah, dan hāmi.Semua ini dilakukan sebagai pendekatan diri kepada berhala. Bangsa Arab pra-Islam melakukan semua bentuk peribadatan tersebut kepada berhala dengan maksud meyakini bahwa hal tersebut bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menjadikan perantara bagi mereka kepada-Nya, serta memberi syafaat di sisi-Nya.26

2. Eksistensi patung dalam agama lain a. Budha

Orang membuat patung tentu ada maksudnya, seperti halnya arca atau patung Buddha. Patung Buddha dibuat oleh kaum Buddhis untuk mengenang jasa-jasanya dan keagungan budinya terutama ajaran-ajaran yang membuat berjuta-juta manusia hidup dalam ketentraman dan

25Salman Abdul Muthalib & Agil Anggia, MAKNA LAFAZ…, hlm. 94-110.

26Ibid., hlm. 94-110.

(35)

kedamaian. Walaupun wujud patung Buddha tidak mirip betul dengan wajah Buddha atau Shiddartha yang sebenarnya, tetapi lukisan patung Buddha, bagi kaum Buddhis harus selalu membayangkan dengan benar-benar meresapi siapakah Buddha itu. Patung Buddha lebih banyak menggambarkan suatu tipe dari pada wujud orangnya. 27

Pada patung Buddha terdapat tanda-tanda atau atribut yang banyak sekali. Hal ini dapat difahami mengapa di buat sedemikian rupa dengan berbagai tanda keutamaan dan lebih menitik beratkan tipe dari pada orangnya. Buddha adalah merupakan tokoh pendiri agama Buddha yang mempunyai tiga puluh dua ciri manusia yang sempurna.28

b. Hindu

Para bijak sering mengatakan bahwa agama Hindu merupakan agama yang universal. Ibarat pepatah, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Artinya di mana pun agama Hindu tersebut akan selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tradisi, dan budaya setempat.

Hindu bukanlah agama yang kaku, karena sifatnya fleksibel. Pemujaan terhadap Tuhan dalam Hindu tak harus seragam, tak harus menggunakan mantra-mantra yang berbahasa Sansekerta, namun juga dengan bahasa Bali, Jawa, atau bahasa lainnya yang penting niat dan ketulusan. Lalu bagaimana dengan Hindu khususnya di Bali yang dianggap sebagai pemuja patung atau batu? Agama Hindu sangat menghargai seni, bahkan semua ritual dalam agama Hindu di Bali adalah seni dan akan sangat mustahil sebuah ritual tersebut terlaksana tanpa adanya seni.29

27Arief Wibowo, Makna Patung Buddha Dalam Agama Buddha, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,Laporan penelitian, hlm. 95.

28Ibid., hlm. 95.

29https://hma.poliupg.ac.id/index.php/2021/05/25/mengapa-agama-hindu- menyembah-patung/

(36)

Patung adalah hasil imajinasi dari pikiran manusia dan lahir karena kekayaan, ketajaman, dan kejelian imajinasi. Selain itu untuk memahami sesuatu yang abstrak perlu dikonkritkan. Tuhan adalah sesuatu yang abstrak yang tak bisa digambarkan oleh siapapun di dunia ini. Dengan keterbatasan manusia sehingga dengan seni dibuatlah simbol atau media untuk memusatkan diri pada Tuhan salah satunya berupa patung. Akan tetapi Hindu tidaklah memuja media berupa patung yang dibuat tersebut, melainkan hanya sebagai media untuk meyakini keberadaan Tuhan dan dalam melakukan pemujaan umat Hindu tidak memusatkan diri pada patung melainkan pada Tuhan.30

Seorang Hindu yang taat tidak malu pergi ke kuil dan membungkuk di hadapan seorang idolanya (Para Dewa). Dia tidak ragu untuk berdiri di depan-Nya dan berbicara kepada-Nya seolah-olah dia berbicara kepada seseorang dengan iman dan pengabdian yang patut dicontoh yang bukan dari dunia ini. Dia mungkin kaya atau miskin, mencari sesuatu atau hanya berdoa tanpa harapan, berpendidikan atau tidak berpendidikan, pengabdian dan dedikasinya kepada Tuhan dan pelayanan tidak perlu dipertanyakan lagi. Maka seperti itulah, akibat dari keterbatasan manusia yang tak mampu membayangkan wujud Tuhan ketika hendak memuja-Nya, diwujudkan Tuhan dalam sebuah karya seni seperti Patung.31

c. Konghucu

Agama konghucu adalaha agama yang berasal dari Tiongkok. Pada awal keberadaannya, Agama Khonghucu ini hanya dianut di dalam kerajaan. Akan tetapi Oleh karena jasa Nabi kong zi atau kong fu tze

30https://hma.poliupg.ac.id/index.php/2021/05/25/mengapa-agama-hindu- menyembah-patung/

31Ibid.

(37)

atau khonghucu, maka rakyat jelata bisa mempelajari Ajaran Khonghucu di Tiongkok (cerita nya Nabi Kong Zi mengembara). 32

Menurut sejarahnya, kedatangan orang Cina pada zaman dahulu ternyata membawa serta patung Dewa Bumi yang sangat mereka agungkan. Patung ini terbuat dari kayu dan dinamakan Pak Kung sebagai kepercayaan baru umat Konghucu. Dikisahkan bahwa Pak kung tersebut langsung ditempatkan di sebuah bangunan khusus, tepatnya di permukiman daerah tujuan mereka. Bangunan tersebut kemudian dijadikan tempat sembahyang oleh umat Konghucu. Dan kini, setiap permukiman Cina memiliki satu atau lebih klenteng yang kemudian dikenal dengan nama Thai Pak Kung.33

d. Kristen

Agama Kristen merupakan agama terbesar di dunia dengan penganut mencapai dua miliar orang dari seluruh berbagai Negara di belahan bumi.Mayoritas pemeluk agama Kristen adalah orang-orang dari Negara barat seperti Eropa dan Amerika. Sedangkan sisanya tersebar di seluruh Negara, bahkan di negara-negara yang mayoritas muslim pun biasanya terdapat pemeluk agama Kristen. Agama Kristen merupakan agama yang berdasarkan ajaran Yesus Kristus serta riwayat hidup Yesus Kristus, penganut agama Kristen percaya jika Yesus Kristus adalah anak Allah dan menjadi juru selamat manusia.34

Agama Kristen juga memilki kitab suci yang bernama injil, di dalam injil juga menjelaskan berbagai hal dan hukum salah satunya yaitu tentang patung, di dalam Kristen sendiri juga terdapat perdebatan mengenai patung. Pada zaman dulu tahun 726 kaisar leo pernah memerintahkan untuk menghancurkan patung-patung yang ada di

32 https://www.kemenag.go.id/read/pengetahuan-dasar-agama-khonghucu-egoyv

33https://kumparan.com/berita-hari-ini/tempat-ibadah-agama-konghucu-lengkap- dengan-filosofinya-1wREYOdxvAS

34https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-agama-kristen-di-indonesia/

(38)

gereja-gereja romawi akan tetapi tindakan tersebut juga mendapat kecaman juga oleh pembuka agama Kristen.

Di dalam injil jelas disebutkan bahwa ”Jangan membuat patung pahatan atau berhala yang bentuknya mirip apa pun yang ada di langit, di bumi, atau di dalam air. Jangan sujud di depan semua itu dan jangan tergoda untuk menyembahnya, karena Aku, Yehuwa Allah kalian, mengharuskan kalian untuk mengabdi kepada-Ku saja”35

Akan tetapi hari ini banyak sekali gereja-gereja yang terdapat patung di dalamnya, namun dari beberapa pendapat yang ada bahwa patung yang terdapat di dalam gereja sekarang bukan untuk disembah akan tetapi hanya sebagai simbol dan untuk media pengingat di dalam menjalankan ritual peribadatan.

C. Dasar Hukum Membuat Seni Rupa Patung

Dasar hukum patung sendiri ada beberapa dalil terkait dengan permasalahan ini. Ulama yang mengharamkan seni rupa patung menggunakan dalil al-quran surat al-anbiya ayat 52-53;

َّلا ُلحيِثاَمَّتلا ِهِذّٰه اَم هِمحوَ قَو ِهحيِبَِلا َلاَق حذِا حِت

َا ۗ اََلَ حمُتح ن نحوُفِكاَع َو احوُلاَق ،

َج اَنحد نحيِدِبّٰع اََلَ اَنَءۤاَبّٰا ۗ

Artinya : “(Ingatlah), ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?, Mereka menjawab, "Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya." ( QS. Al-anbiya [21] : 52-53)

Ada juga dasar hukum yang melarang membuat patung yaitu hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw bersabda,

35https://www.jw.org/id/perpustakaan/seri/topik-menarik-lainnya/penggunaan-patung- dalam-alkitab/

(39)

ةحلط بيأ نعو ِللها َلوُسر َّنأ :هنع للها يضر -

- ملسو هيلع للها ىلص -

يف اًتحيَ ب ُةَكِئَلالما ُلُخحدَت َلا :لاق ٌةَروُص َلاَو ٌبحلَك ِه

. :هاور(

هيلع قفتم )

36

Dari Abu Thalhah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Malaikat tidak akan masuk dalam rumah yang di dalamnya ada anjingnya atau ada gambar -apa-apa yang mempunyai ruh-. (H.R. Muttafaq Alaih).

Akan tetapi Tetapi ada juga ulama yang berpendapat bahwa membolehkan hukum membuat patung. Adapun dasar hukum yang digunakan yakni berdasarkan Surah As-Saba’ ayat 13 yakni,

َلحيِثاََتََو َبحيِراََّمَّ حنِم ُءۤاَشَي اَم هَل َنحوُلَمحعَ ي ِجَو

ٍناَف اَوَحلْاَك حوُدُقَو ِب ٍتّٰي ِسّٰ ر ٍر

حوُلَمحعِا ۗ َدواَدَلّٰاا ۗ

اًرحكُش ُرحوُكَّشلا َيِداَبِع حنِّم ٌلحيِلَقَو ۗ

Artinya : ‘’Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk- periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba- hamba-Ku yang bersyukur.’’ (QS. As-Saba’[34]:13)37

Al-Quran surat Ali Imran (3): 48-49

ِحنِحلااَو َةىّٰرحوَّ تلاَو َةَمحكِحلْاَو َبّٰتِكحلا ُهُمِّلَعُ يَو حي َل

. ۗ ًلاحوُسَرَو حِنيَب ّٰلى ِا ِءۤاَرحسِا ۗ

ە َلحي حمُكُتحئ ِج حدَق حِّنيَا ۗ

حمُكِّبَّر حنِّم ٍةَيّٰاِب حِّنيَا ۗ

ِّطلا َنِّم حمُكَل ُقُلحخَا ۗ ِحين

َهَك َّطلا ِةَ حي حيِف ُخُفح نَاَف ِحير ُنحوُكَيَ ف ِه

اًرح يَط ِهّٰ للا ِنحذِاِب ۗ

ِاِب ىّٰتحوَمحلا ِيححُاَو َصَرح بَحلااَو َهَمحكَحلاا ُئِرحبُاَو ۗ ِنحذ

ّٰ للا ِه َ نُاَو ۗ ُلُكحأَت اَِبِ حمُكُئِّب َنحوُرِخَّدَت اَمَو َنحو

حِفي ۗ

حمُكِتحوُ يُ ب حمُتحنُك حنِا حمُكَّل ًةَيَّٰلا َكِلّٰذ حِفي َّنِا ۗ

ُّم ِنِمحؤ َحين ۗ

Artinya : Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), “Aku

36Muhammad ibn Shalih ibn Muhammad al-Usaimin, Syarah Riyadh al-Shalihin, No.

Hadist 1684 (Riyadh: Dar al-Wathan, 2005(, jld. VI, hlm. 423.

37Quraish shihab, Wawasan Al-quran. (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 384.

(40)

telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman.

(QS Ali ‘imran ayat 48-49)38

Dan Al-Maidah (5): 110 diuraikan mukjizat Nabi Isa a.s. antara lain adalah menciptakan patung berbentuk burung dari tanah liat dan setelah ditiupnya, kreasinya itu menjadi burung yang sebenarnya atas izin Allah.

حِتَمحعِن حرُكحذا ََيَحرَم َنحبا ىَسحيِعّٰي ُهّٰ للا َلاَق حذِا حيَل َع

ىّٰلَعَو َك َو

َكِتَدِلا حدَّيَا حذِا ۗ

ِسُدُقحلا ِححوُرِب َكُّت ۗ

ًلاحهَكَو ِدحهَمحلا ِفِ َساَّنلا ُمِّلَكُت ُتحمَّلَع حذِاَو ۗ

ا َك ّٰتِكحل حكِحلْاَو َب َو َةىّٰرحوَّ تلاَو َةَم

َلحيِحنِحلاا حذِاَو ۗ

ُقُلحَتَ

ِف ُخُفح نَ تَ ف ح ِنيحذِاِب ِحيرَّطلا ِةَ حيَهَك ِحينِّطلا َنِم َهح ي

َ ف ا َط ُنحوُكَت اًرح ي

ُ تَو ح ِنيحذِاِب ۗ َصَرح بَحلااَو َهَمحكَحلاا ُئِحبر

ح ِنيحذِاِب ح ِنيحذِاِب ىّٰتحوَمحلا ُجِرحُتَ حذِاَو ۗ

َفَك حذِاَو ۗ ُتحف ِنيَب ۤاَرحسِا حَ ۗ ِج حذِا َكحنَع َلحيِء حمُهَ تحئ

ِتّٰنِّ يَ بحلاِب

اَذّٰه حنِا حمُهح نِم احوُرَفَك َنحيِذَّلا َلاَقَ ف ححِس َّلاِا ۗ

ٌر ِبُّم ٌحين

Artinya Dan ingatlah ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu, (juga) Hikmah, Taurat dan Injil. Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit

38Ibid., hlm. 384

(41)

kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di kala waktu engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata. ( Q. S Al-maidah ayat [5]:110).39

D. Fungsi Seni Rupa Patung

Dasar hukum patung sendiri ada beberapa dalil terkait dengan permasalahan ini. Ulama yang mengharamkan seni rupa patung menggunakan dalil al-quran surat al-anbiya ayat 52-53

Fungsi patung pada zaman dahulu untuk kepentingan keagamaan.

Fungsi patung di zaman Hindu dan Buddha adalah untuk menghormati dewa atau untuk mengenang seseorang atau sesuatu yang memiliki sejarah tinggi atau bahkan sesuatu yang dianggap sebagai dewa. Dalam sejarah, fungsi patung awalnya adalah untuk sebuah monumen peringatan atau bahkan dianggap sebagai Tuhan.

Berdasarkan fungsinya, patung terdiri dari:

1. Patung Religi/Keagamaan

Tujuan pembuatan patung religi/keagamaan adalah untuk sarana beribadah dan bermakna religius.

2. Patung monument

Patung monumen dibuat untuk memperingati atau mengenang peristiwa atau kejadian yang bersejarah atau jasa secang pahlawan besar dalam sebuah bangsa atau kelompok.

3. Patung Interior

Patung interior adalah patung berada dalam ruangan.

39Ibid., hlm. 384

(42)

4. Patung eksterior

Patung ini digunakan untuk menghias bangunan atau lingkungan taman, baik taman rumah maupun taman bermain.

5. Patung arsitektur

Patung arsitektur melukiskan patung yang bernilai estetika dan berfungu dalam konstruksi bangunan.

6. Patung kerajinan

Patung kerajinan melukiskan hasil dari para pengrajin yang dibuat untuk konsumerisme.

7. Patung seni

Patung seni melukiskan karya seni murni untuk estetika yang hanya dinikmati keindahan bentuknya.40

E. Tekhnik Membuat Seni Rupa Patung

Mematung membutuhkan teknik khusus yang sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang akan digunakan untuk membuat patung.

Contohnya jika kita membuat patung dengan bahan lunak, maka kita dapat menggunakan tangan untuk mengepal-ngepalnya saja. Namun jika bahan patung yang kita gunakan adalah bahan keras, maka kita harus memahatnya. Beberapa teknik seni patung yang dapat digunakan untuk mematung adalah sebagai berikut.

1. Teknik Pahat. Merupakan teknik untuk mengurangi bahan menggunakan benturan benda keras (alat pahat) terhadap bahan patung yang diolah. Selain alat pahat, palu juga diperlukan untuk membenturkan pahat pada bahan patung.

2. Teknik Butsir. Butsir adalah teknik yang membentuk bahan lunak dengan mengurangi bahan menggunakan alat butsir dan menambahkan

40Eighteen Salasi, Seni Rupa Smp. (Malang: Ahli Media Press, 2020), hlm. 53

(43)

3. bahan jika diperlukan. Butsir biasa digunakan untuk mengolah bahan lunak seperti tanah liat, lilin atau modeling clay.

4. Teknik Konstruksi, merupakan teknik membuat patung dengan cara merekatkan berbagai bahan baik dengan cara dilem, dilas, ditepa, atau dipatri. Bahan yang digunakan dapat berupa semen, pasir, besi, plastisin, atau kawat.

5. Teknik Las. Yaitu membuat karya patung dengan cara menggabungkan bahan ke bahan yang lain untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Teknik las digunakan untuk menggabungkan bahan logam dan merakitnya menjadi bentuk tertentu. Sebetulnya teknik ini pada dasarnya merupakan teknik konstruksi pula.

6. Teknik Cor. Membuat karya seni dengan membuat cetakannya terlebih dahulu, lalu bahan adonan cor dituangkan kedalam cetakan, sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan (sesuai dengan bentuk cetakan).

7. Teknik Cetak. Seperti teknik cor, cetakan dibuat terlebih dahulu, namun bahan tidak harus dicor atau dituangkan, bahan lunak atau sedang dapat langsung dijepit menggunakan cetakan Bivalve yang memiliki dua sisi simetris seperti kerang.41

F. Pendapat Ulama Tentang Seni Rupa Patung

Di dalam kajian fiqih terdapat beberapa pandangan ulama yang berpendapat terkait tentang hukum membuat seni rupa patung, dengan demikian pendapat tersebut beragam adanya, sehingga beberapa tokoh berpendapat bahwa membuat seni rupa patung itu hukumnya haram dan ada juga yang berpendapat bahwa membuat seni rupa patung itu dibolehkan, dari kedua pendapat tersebut tentu ada alasan yang mendasarinya sebagai berikut:

1. Pendapat imam mazhab

41https://serupa.id/seni-patung/

(44)

Dalam permasalahan ini jumhur ulama mazhab yaitu Abu Hanifah, Malik Ibn Anas dan asy-Syafi’i membagi dua macam hukum yang melekat pada gamabar dan patung, yaitu jika gambar dan patung itu dijadikan perhiasan atau dihormati maka hukumnya haram, akan tetapi jika gambar atau patung tersebut dihinakan maka dibolehkan.

Hal ini berdasarkan hadis nabi “Bahwasanya ‘Aisyah menjadikan kain bergambar sebagai penutup rak, maka Nabi saw merobeknya.

Dan ketika ‘Aisyah mejadikannya dua bantal di dalam rumah, maka Nabi saw duduk di atas keduanya” (H.R. al-Bukhari). Sedangkan menurut imam Hambali hukum gambar dan patung berbeda, di dalam mazhab Hambali semua jenis patung hukumnya haram namun tidak dengan gambar karena masih ada keringanan bagi gambar-gambar yang dibuat di atas kain.42

2. Yusuf al-qardhawi

Menurut yusuf Yusuf Al-Qardawi membuat patung itu hukumnya mutlak haram, bahkan tingkat keharamannyapun ada yang tingkat dan mengdekati kekafiran. Diharamkannya patung untuk mengantipasi sesuatu yang dapat mengiring kebiasaan tersebut kepada sikap keberhalaan. Bahkan ada orang-orang yang menggantungkan patung-patung tersebut untuk jimat, untuk menangkal jin atau ‘ain. Dengan demikian, haramnya jimat dan haramnya patung. Maka dapat di ambil Kesimpulan bahwa patung itu tidak dibolehkan (haram) dalam agama Islam, kecuali patung (boneka) untuk permainan anak-anak kecil.43

3. Imam an-nawawi

42Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Ṣahih al-Bukhari. (Beirut : Dinul khatib, 1960), vol. 10, hlm. 390.

43Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa kontemporer. (Jakarta : Gemainsanipress, 1995), hlm. 877

Referensi

Dokumen terkait

Kesehatan populasi di Kabupaten Kediri diukur dengan menggunakan metode DALY yang dapat menggambarkan beban maysarakat pertahun akibat menderita TB yang

Hal ini berarti bahwa dengan bekerjanya ibu di luar rumah, di samping prestasi belajar anak di sekolah akan menjadi lebih rendah juga berdampak pada bergesernya peran ayah

Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya kepercayaan perbankan terhadap masyarakat maka kegiatan perbankan tidak akan

Diketahui perbedaan nilai rerata perilaku lekat anak pra sekolah pada kelompok intervensi yang mengikuti terapi token ekonomi dengan kelompok kontrol sebelum dan

Jadi bersesuaian dengan penjelasan di atas, maka kajian ini akan menganalisa beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh Haji Ahmad Faqir di Kerinci berasaskan

Diagnosis 1: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan Hiperventilasi. Tujuan: pasien akan mempertahankan keefektifan pola nafas selama dalam perawatan, Kriteria Hasil:

lnggris. Pendidikan Bahasa & Sastra lndonesia Pendidikan Biologi. Ilahu,rii clemi lielancaran penl'elesaian penllrsunart skripsi.. nrahasiislva di lingkLrngan Fakultas