SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL FUTUH DUSUN SEKARGENENG DESA BAKALANPULE KECAMATAN
TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN 1991-2014 M
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh Mar’atus Sholikah
NIM:A0.22.12.069
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ABSTRAK
Mar’atus Sholikah, 2016: Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dususn Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan 1991-2014 M.
Skripsi ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tahun 1991-2014. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan? 2) Mengapa pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan mengalami perkembangan dari pondok salaf menuju modern? 3) Bagaimana dinamika pondok pesantren Al Futuh bagi kehidupan sosial pendidikan dan keagamaan masyarakat dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan tahun 1991-2014?
Penulis menggunakan metode sejarah dengan beberapa tahapan diantaranya 1) Pencarian data dengan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Sumber yang bisa digunakan penulis diantaranya sumber primer dan sekunder. Data-data tersebut dianalisis dan dipaparkan menggunakan teori modernisasi karena pondok pesantren Al Futuh mengalami perkembangan menuju modern baik dalam hal sistem pendidikan maupun kegiatan sosial keagamaan. 2) Melakukan kritik ekstern dan intern untuk menilai kredibilitas dan keautentikan sumber. 3) Menafsirkan dan menginterpretasi atau menguraikan sumber sumber yang ada. 4) menyusun dalam bentuk tertulis yang diaktualisasikan pada penulisan skripsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait sejarah perkembangan pondok pesantren Al Futuh, disimpulkan bahwa 1) Pendirian pondok pesantren Al Futuh merupakan inisiatif dari KH Abdullah Hasan untuk mengayomi masyarakat muslim dan meramaikan syiar Islam di Lamongan. 2) Pondok pesantren Al Futuh mengalami perkembangan dari salaf menuju modern merupakan respon pondok pesantren untuk tetap eksis di era globalisasi guna menjawab tantangan masyarakat setempat. 3) pondok pesantren Al Futuh berperan bagi kehidupan sosial keagamaan masyarakat dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan tahun 1991-2014 yang disalurkan dengan beberapa kegiatan rutin yang diaksanakan oleh pihak pondok pesantren.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAKSI ... vii
TRANSLITERASI ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 9
E.Pendekatan dan Kerangka Teori ... 10
F. Penelitian Terdahulu ... 13
G.Metode Penelitian ... 14
H.Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II: PONDOK PESANTREN AL FUTUH SEKARGENENG BAKALANPULE TIKUNG LAMONGAN A.Letak Geografis Dusun Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan ... 19
B.Asal-usul Munculnya Pendidikan Islam di Indonesia ... 26
C.Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Futuh Tahun 1991 ... 33
BAB III : PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL FUTUH SEKARGENENG BAKALANPULE TIKUNG LAMONGAN TAHUN 1997-2014 A.SMP Diniyah NU Tikung Tahun 1997 ... 47
B.SMK Al Futuh Tahun 2014 ... 50
D.Integrasi Sistem Pendidikan Sekolah dalam Pesantren ... 56
BAB IV : PERAN PONDOK PESANTREN AL FUTUH DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT DUSUN SEKARGENENG BAKALANPULE TIKUNG LAMONGAN
A.Aktivitas Keagamaan Pondok Pesantren Al Futuh dalam Kehidupan Masyarakat dusun Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan ... 58 B.Aktivitas Sosial Pendidikan Pondok Pesantren Al Futuh dalam Kehidupan Masyarakat dusun Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan ... 65
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan ... 74 B.Saran-Saran ... 77
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau dan termasuk penulisan yang harus memenuhi beberapa syarat
tertentu yakni syarat sebagai ilmu. Sejarah dapat dilihat dalam arti subjektif
dan objektif. Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk yakni
bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita.1 Sedangkan
sejarah dalam arti objektif menunjuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri
yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.2
Peristiwa sejarah memiliki karakteristik yang khas diantaranya bersifat
unik. Dari karakteristik diatas, penulis mengklasifikasikan pondok pesantren
Al Futuh dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten
Lamongan tergolong pondok yang memiliki keunikan tersendiri dan
mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat
serta berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, tidak
hanya dari segi moral tapi juga ikut memberikan sumbangsih yang cukup
signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagai pusat pengajaran
ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren telah banyak melahirkan ulama, tokoh
masyarakat, mubaligh dan guru agama yang dibutuhkan masyarakat. Hingga
1
Sartono Kartodrdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1992), 14.
2
2
sekarang, pondok pesantren tetap konsisten melaksanakan fungsinya dengan
baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi dan perannya sebagai
pusat pengembangan masyarakat.
Dalam sistem pesantren, ada tiga unsur yang saling terkait: pertama
adalah kiai, faktor utama yang olehnya sistem pesantren dibangun. Ia adalah
orang yang memberi landasan sistem pada sebuah pondok pesantren. Unsur
kedua adalah santri, yakni para murid yang belajar pengetahuan keislaman
dari kiai. Sedangkan unsur ketiga adalah pondok sebuah sistem asrama yang
disediakan oleh kiai untuk mengakomodasi para muridnya.3
Di Lamongan terdapat beberapa pondok pesantren salah satunya yakni
pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan
Tikung kabupaten Lamongan. Pondok ini, awalnya merupakan pondok yang
menganut sistem salaf seperti pondok pesantren salaf terkenal di Lamongan
yakni pondok pesantren Langitan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu,
pondok Al- Futuh mengalami perkembangan dalam sistem pendidikan menuju
modern.
Metode pengajaran pondok pesantren Langitan dan Al Futuh memiliki
kesamaan diantaranya menggunakan sistem klasikal madrasiyah. Sistem
pendidikan klasikal adalah sebuah pembelajaran dengan model formalistik
yang orientasi pendidikan dan pengajarannya tertata secara runtut dan rapi
baik berhubungan dengan kurikulum, tingkatan maupun kegiatan
3
3
didalamnya.4 Bahkan kitab yang digunakan para santri di pondok pesantren Al
Futuh menggunakan kitab yang sama yang diajarkan di pondok pesantren
Langitan.
Adapun tujuan umum pesantren adalah membina masyarakat Islam
Indonesia agar berjiwa dan memiliki kepribadian muslim sesuai ajaran Islam.
Dalam bukunya Dr Mujamil Qomar disimpulkan bahwa tujuan pesantren
adalah membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam
dan mengamalkannya sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat dan
negara.5
Pondok pesantren Al Futuh juga mengadakan ekstrakulikuler sebagai
penunjang untuk mengasah bakat dan minat para santri. Kegiatan
ekstrakulikuler yang disediakan diantaranya qiraah, rebana, selawat, komputer
dan lain-lain. Dalam pengajarannya, pondok pesantren Al Futuh menggunakan
metode weton dan sorogan. Metode weton atau bandongan merupakan model
pengajaran dimana sang guru baik kiai maupun ustad membacakan dan
menjelaskan isi kandungan kitab kuning sedangkan para santrinya
mendengarkan dengan seksama sambil memaknai kitab yang diajarkan.
Metode lain yakni sorogan, merupakan model pengajian dimana para santri
membaca kitab pelajaran sedangkan sang kiai mendengarkan sambil
membenarkan jika terdapat kesalahan. Kedua metode ini memiliki nilai yang
4
http://www.alkhoirot.net/2011/09/ponpes-langitan-tuban-jawatimur.html#sthash.v8V0Zuwa.dpuf (19 September 2015).
5
Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi (PT Gelora
4
sama pentingnya pada sebuah disiplin ilmu. Antara metode sorogan dan weton
saling melengkapi satu dengan lainnya.
Untuk menghindari penyimpangan dan intrepretasi yang salah dalam
kajian pembahasan skripsi ini, maka penulis memandang perlu adanya
penegasan judul agar kajian skripsi yang akan dibahas dapat terfokus sesuai
lingkup bahasannya dan tidak melebar kearah pembahasan yang tidak
seharusnya dibahas.
Untuk itu penulis mencantumkan beberapa pengertian diantaranya
sebagai berikut:
Perkembangan adalah perihal berkembang. Adapun kata berkembang
memiliki arti mekar, terbuka menjadi besar, luas dan banyak serta menjadi
bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan
sebagainya. Dengan demikian perkembangan berarti tidak hanya meliputi
aspek yang abstrak saja, namun juga mencakup hal-hal yang konkrit.6
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara
yang eksistensinya masih tetap bertahan hingga sekarang di tengah-tengah
kontestasi dengan pendidikan modern yang berkiblat pada dunia pendidikan
model Barat yang di bawa oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19
M.7 Al Futuh merupakan nama pondok pesantren yang berada di dusun
Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan.
Pengasuh pondok pesantren Al Futuh bernama kiai Abdullah Hasan. Penulis
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991 dalam http://nieesaha.blogspot.co.id/2009/01/definisi-perkembangan.html (19 September 2015).
7
Jajat Burhanuddin, Mencetak Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia ( Jakarta:
5
mengambil rentan waktu antara tahun 1991-2014 dengan alasan pada tahun
1991 pondok pesantren Al Futuh mulai berdiri dan pada tahun 2014 terdapat
pembinaan madrasah diniyah yang dipusatkan di muṣalah pesantren Al Futuh
Bakalanpule Tikung Lamongan.
Madrasah diniyah atau Madin takmiliyah merupakan lembaga
keagamaan Islam nonformal yang dijadikan pelengkap bagi siswa pendidikan
umum. Melihat peranannya yang cukup besar dalam pembentukan aḥlaqul
karimah bagi generasi selanjutnya, maka Kakankemenag Lamongan, H. Leksono dan Kabid Perencanaan Dinas Pendidikan Lamongan melakukan
pembinaan pada madrasah diniyah di empat kecamatan, diantaranya Tikung,
Kembangbahu, Sarirejo dan Mantup.8 Di Indonesia sebelum abad ke-20,
tradisi pendidikan Islam tidak mengenal istilah madrasah, kecuali pengajian
Alquran, masjid, pesantren, surau, langgar dan tajug.9 Dalam
perkembangannya secara kelembagaan, madrasah mengalami penyempurnaan
secara berangsur-angsur.10
Adapun alasan penulis memilih judul Sejarah Perkembangan Pondok
Pesantren Al Futuh Dusun Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung
Kabupaten Lamongan Tahun 1991-2014 dikarenakan pondok ini memiliki
keunikan. Pada awalnya pondok pesantren Al Futuh berstatus salaf seperti
halnya pondok salaf Langitan Tuban. Namun seiring berjalannya waktu,
pondok ini mengalami perkembangan pada sistem pendidikan menuju modern
8
http://jatim.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=222852 (19 September 2015).
9
Nazaruddin, Seri Monografi Pondok Pesantren dan Angkatan Kerja, Proyek Pembinaan dan
Bantuan Kepada Pondok Pesantren (Jakarta: Departemen Agama RI , 1985/1986), 28.
10
Soeparlan Soeryopratondo dan Mustofa Syarif, Kapita Selekta Pondok Pesantren (Jakarta: Paryu
6
dengan dibuktikan adanya beberapa lembaga formal dibawah naungan
pondok pesantren Al Futuh seperti SMP Diniyah NU berdiri pada tahun 1997
dan SMK Al Futuh tahun 2014.
Pondok salaf lebih dimaknai dengan pesantren tradisional yang
menganut sistem pendidikan kuno yakni weton dan sorogan. Pengertian ini
kemudian berkembang dengan makna pesantren yang mengajarkan ilmu Islam
murni dengan sistem tradisional maupun klasikal yang umumnya disebut
madrasah diniyah. Hal ini sangat unik jika melihat dan menelaah tentang
pondok pesantren Al Futuh Tikung. Disamping menggunakan sistem
pengajaran tradisional weton dan sorogan serta adanya madrasah diniyah,
namun pondok ini juga mengajarkan ilmu umum dalam lembaga formal.
Pondok-pondok pesantren zaman sekarang sudah ramai dipenuhi santri
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan minat masyarakat
yang cukup tinggi dalam menyekolahkan anaknya di lingkungan pondok
pesantren. Masyarakat zaman dulu menganggap bahwa pesantren merupakan
tempat penitipan anak yang bermasalah agar menjadi lebih baik. Akan tetapi
masyarakat sekarang memandang pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
bermutu karena selain mengajarkan tentang ah}aqul karimah, para santri juga
diajarkan ilmu umum seperti sekolah-sekolah negeri lainnya. Hal inilah yang
menjadikan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di
lembaga-lembaga formal yang berada pada naungan pondok pesantren semakin banyak.
Pendidikan formal pada dunia pesantren memiliki beberapa kelebihan
7
mendidik kecerdasan intelektual tapi juga mendidik kecerdasan spiritual dan
emosional, sehingga ketika santri lulus dari pondok pesantren dan membaur
bersama masyarakat, maka santri tersebut dapat menempatkan dirinya pada
posisi dan kondisi yang ada. Santri akan dibekali ilmu dan budi pekerti
sehingga jika menjadi orang hebat, santri akan rentan melakukan
perbuatan-perbuatan tercela karena sudah dibentengi dengan ilmu-ilmu Islam dan tidak
akan mudah diperalat orang lain karena memiliki ilmu-ilmu umum yang juga
diajarkan ketika di pondok pesantren.
Kedua, Pesantren mengajarkan tentang persaudaraan dan kebersamaan
tidak hanya sebatas teori tapi juga cara mempraktikannya. Para murid yang
belajar di sekolah formal pada umumnya hanya bertemu di jam-jam sekolah,
setelah itu pulang ke rumah masing-masing sehingga rasa persaudaraan dan
kebersamaan tidak sekuat para santri yang belajar di sekolah formal naungan
pondok pesantren. Meskipun jam sekolah selesai, namun para santri tetap
bertemu dan melakukan aktivitas bersama ketika berada di pondok pesantren,
hal inilah yang memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan antar santri.
Teman merupakan keluarga terdekat selama tinggal di pondok pesantren
karena santri hidup jauh dari orang tua dan keluarga.
Ketiga, sekolah di pondok pesantren dapat melindungi anak-anak dari
dampak buruk globalisasi. Ketika para murid belajar di sekolah formal maka
akan menaati tata tertib yang ada di sekolah dan ketika pulang ke pondok
pesantren para murid juga akan menaati tata tertib yang ditetapkan pondok
8
peraturan berlaku hanya ketika berada di sekolah saja dan ketika murid pulang
ke rumah maka rentan melakukan hal-hal yang buruk seperti penggunaan
narkoba, tawuran, free sex dan lain-lain. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa belajar di lingkungan pesantren banyak memberikan manfaat
dan kelebihan sehingga pada umumnya orang tua memilih lembaga formal
naungan pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu bagi anak-anaknya.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian dengan judul
“Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun Sekargeneng Desa
Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tahun 1991-2014”
timbul beberapa pertanyaan diantaranya:
1. Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Al Futuh dusun
Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan?
2. Mengapa pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa
Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan mengalami
perkembangan dari pondok salaf menuju modern?
3. Bagaimana dinamika pondok pesantren Al Futuh dalam kehidupan sosial
keagamaan masyarakat dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan
Tikung kabupaten Lamongan tahun 1991-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan
9
Futuh Dusun Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten
Lamongan Tahun 1991-2014” sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya pondok pesantren Al Futuh dusun
Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui alasan pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng
desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan mengalami
perkembangan dari pondok salaf menuju modern.
3. Untuk mengetahui peran pondok pesantren Al Futuh bagi kehidupan sosial
pendidikan dan keagamaan masyarakat dusun Sekargeneng desa
Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan tahun 1991-2014.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan dilakukan nantinya, diharapkan akan
memberi manfaat paling tidak pada dua aspek :
1. Aspek Praktis. Sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang valid tentang Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh
Dusun Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten
Lamongan Tahun 1991-2014
2. Aspek Akademis. Dari aspek ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas serta memperkaya h}azanah pengetahuan mengenai Sejarah
Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun Sekargeneng Desa
Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan dalam menyiarkan
10
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Berbicara tentang perspektif teori, masing-masing perspektif
digunakan untuk mempersepsi yang penting dan menjadikan penelitian tetap
berjalan. Peneliti yang baik sangat berhati-hati dalam penggalian data atau
sumber dan penggunaan teori yang tepat agar penelitiannya berjalan dengan
baik dan bersifat ilmiah. Pada dasarnya setiap penelitian memerlukan
kerangka referensi yang matang, yakni memuat alat-alat analitis yang akan
meningkatkan kemampuan untuk mengerjakan data. Oleh sebab itu,
pengkajian sejarah memerlukan teori dan metodologi. Metodologi dalam
sejarah diharapkan dapat melakukan penyesuaian dalam perbaikan kerangka
konseptual dan teoretis sebagai alat analitis. Hal ini dapat dilakukan dengan
meminjam berbagai alat analitis dari ilmu-ilmu sosial.
Multidimensionalitas sejarah perlu ditampilkan agar gambaran menjadi
lebih bulat dan menyeluruh sehingga dapat dihindari kesepihakan atau
determinisme. Yang penting dari implikasi metodologis adalah pengungkapan
dimensi-dimensi memerlukan pendekatan yang lebih kompleks, ialah
pendekatan multidimensional.11 Oleh sebab itu, sejarawan yang akan
menerapkan metodologi ini, diharapkan menguasai berbagai alat analitis yang
dipinjam dari ilmu sosial.
Sehubungan dengan penelitian Sejarah Perkembangan Pondok
Pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung
kabupaten Lamongan 1991-2014 M relevan sekali dengan ilmu bantu dalam
11
11
bidang sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya masyarakat.
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang bercampur dalam waktu yang
sama, sadar akan kesatuan serta memiliki suatu sistem hidup bersama.12
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, empiris,
rasional dan bersifat umum.
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat baik dilihat dari sudut
pandang hubungan antar manusia maupun proses yang tumbuh dari hubungan
manusia dalam masyarakat tersebut. Masyarakat memiliki kebutuhan akan
pendidikan sehingga menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti
pondok pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah-sekolah menengah, perguruan-perguruan tinggi, pemberantasan buta huruuf
dan lain sebagainya.13 Ilmu bantu sosiologi tersebut diharapkan dapat
meneropong masalah perkembangan pondok pesantren Al Futuh baik dalam
hal sistem pendiidikan, sosial dan keagamaan.
Dalam peneilitian ini, terjadi pekembangan pada lembaga pendidikan
yakni pondok pesantren Al Futuh. Fokusnya perkembangan sistem pendidikan
dari salaf menuju modern. Dari pemaparan tadi, teori yang dianggap penulis
sesuai dengan penelitian ini yakni teori modernisasi. Lahirnya teori
modernisasi dilatarbelakangi oleh teori evolusi dan fungsionalisme. Teori
evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat dalam dua hal yakni
menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah dan
membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir
12
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 25.
13
12
perubahan sosial. Contohnya masyarakat berkembang dari masyarakat primitif
menuju masyarakat maju, dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
Perkembangan menuju bentuk masyarakat modern merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari.
Teori fungsionalisme tidak lepas dari pemikiran Talcott Parsons yang
memandang masyarakat seperti organ tubuh manusia. Pertama, struktur tubuh
manusia memiliki bagian yang saling terhubung satu sama lain. Oleh karena
itu, masyarakat mempunyai berbagai kelembagaan yang saling terkait satu
sama lain. Kedua, setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan
khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat.14
Modernitas berarti upaya terus menerus perbaikan kehidupan dan
upaya mencapai kemajuan.15 Para pendukung teori modernisasi memandang
bahwa masyarakat akan mengalami perubahan secara linier yakni selaras,
serasi dan seimbang dari unsur masyarakat paling kecil sampai pada
perubahan keseluruhan dari tradisional menuju modern. Menurut Wilbert
dalam bukunya Soerjono Soekamto dikatakan bahwa pada dasarnya
pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menandai negara-negara
14
Wikipedia bahasa Indonesia, “Teori modernisasi”, dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_modernisasi (2 September 2015).
15
13
Barat yang stabil.16 Modernisasi termasuk bentuk perubahan sosial yang
terarah dan berdasarkan pada suatu perencanaan atau disebut social planning.
Dalam hal ini, teori modernisasi dianggap peneliti sesuai dengan judul
penelitian Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun
Sekargeneng Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan
Tahun 1991-2014. Teori ini memandang bahwa masyarakat akan mengalami
perkembangan secara linier yakni selaras, serasi dan seimbang dari unsur
masyarakat paling kecil sampai keseluruhan, dari tradisional menuju modern.
Kemajuan bangsa lain yang non muslim, lebih lazim disebut Barat, termasuk
sebagian masyarakat Asia yang sudah maju, namun hendaklah tidak dijadikan
penghalang bagi kemajuan dunia Islam.17
Pondok pesantren Al Futuh juga mengalami perkembangan dalam
perjalanan waktu. Pada awalnya pondok Al Futuh menggunakan sistem
sorogan- weton dan klasikal madrasah, namun seiring berjalannya waktu
pondok ini juga mendirikan lembaga formal seperti Sekolah Menengah
Kejuruan, Sekolah Menengah Pertama dan lain-lain. Adanya lembaga formal
ini bertujuan untuk menambah wawasan dan menjawab tantangan dunia
karena tidak hanya ilmu agama saja yang dibutuhkan namun ilmu umum juga
diperlukan agar dapat bersaing dengan yang lain.
16
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, 330-331.
17
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya),
14
F. Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya penelitian tentang pondok pesantren cukup banyak,
namun penelitian yang membahas tentang pondok pesantren Al Futuh belum
ada yang meneliti baik dari segi sistem pengajaran, peran kiai maupun yang
lainnya. Peneliti merasa perlu adanya penelitian tentang pondok pesantren Al
Futuh sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil judul Sejarah
Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun Sekargeneng Desa
Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Tahun 1991-2014.
Akan tetapi peneliti memerlukan penelitian terdahulu sebagai pedoman dalam
penulisan skripsi, diantaranya:
1. Peranan K.H. Abdurrahman Syamsuri dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran Lamongan (1948-1997
M) oleh Hamam Nashirudin lulusan tahun 2014.
2. Aktivitas Dakwah di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Desa Kranji
Kecamatan Kabupaten Lamongan oleh Badrul Ibad lulusan tahun2014.
3. Pondok Pesantren As-Syar’i Darul Hikam Brebek Dalem Waru Sidoarjo:
Studi Sejarah dan Aktivitas Sosial Pondok Peantren As-Syar’i Darul
Hikam Terhadap Masyarakat Brebek oleh Aan Bahrudin lulusan tahun
15
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan penulis dalam penelitian
Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Dusun Sekargeneng Desa
Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan diantaranya:
1. Heuristik yakni proses yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan
sumber-sumber atau jejak-jejak sejarah. Sumber yang bisa digunakan
penulis dalam penelitian tersebut diantaranya terdiri dari sumber primer
dan sumber sekunder sebagai penunjang dari sumber primer.
Sumber primer berbentuk dokumen-dokumen yang didapat penulis
diantaranya sebagaimana terlampir terdiri dari fotocopy Kartu Keluarga
pengasuh pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa
Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan, piagam Pondok
Pesantren Al Futuh oleh Departemen Agama Republik Indonesia, piagam
Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Sekolah Swasta oleh Pemerintah
Kabupaten Lamongan Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan, piagam
Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Wustho oleh Kementrian Agama
Kantor Kabupaten Lamongan, Surat Keterangan Akta Tanah Pondok
Pesatren Al Futuh Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan;
Selain sumber primer berupa dokumen, penulis juga menggunakan
sumber visual yang merupakan benda-benda peninggalan yang masih
disaksikan atau sesuatu yang berbentuk dan berwujud yang dapat
membantu sejarah dalam menjelaskan peristiwa pada masa lampau.
16
Peresmian pondok pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa
Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan dan prasasti
Peresmian Ikatan Jamiyyah Ziarah Wali Sanga Al Futuh. Bangunan pondok pesantren Al Futuh dan lembaga formal SMP Diniyah NU, SMK
Al Futuh, PAUD Al Ittihad dan TK Al Azhariyyah juga termasuk dalam
sumber visual.
Selain sumber primer yang dipaparkan diatas, penulis juga
menggunakan sumber lisan yakni melakukan wawancara langsung dengan
pelaku sejarah, diantaranya wawancara dengan pengasuh pondok
pesantren Al Futuh dan istrinya, pengurus pondok pesantren Al Futuh,
alumni pondok pesantren Al Futuh, guru SMP Diniyah NU, guru SMK Al
Futuh, guru TK Al Azharriyah dan guru PAUD Al Ittihad Al Futuh dusun
Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan
Adapun sumber sekunder dapat dilakukan perolehan di
perpustakaan berupa literatur-literatur yang mendukung dalam melakukan
penelitian terkait sejarah perkembangan pondok pesantren Al Futuh
diantaranya buku Pembaruan Pesantren karya Abd A’la, Integrasi Sekolah
Ke dalam Sistem Pendidikan Pesantren karya Masjkur Anhari, Madrasah
dan Tantangan Modernitas karya Malik Fajar dan lain-lain.
2. Verifikasi atau Kritik Sumber
a. Kritik intern: Sumber yang penulis gunakan termasuk sumber yang
kredibel karena sudah melalui pengujian sesuai dengan hukum metode
17
kesaksian yang diberikan oleh sumber terpercaya dengan inti
pernyataannya sesuai dengan dokumen yang ada maka sumber tersebut
bersifat kredibel. Kritik intern dilakukan untuk mengetahui kebenaran
dan keabsahan sumber. Informasi yang didapat penulis bersifat
kredibel, salah satunya yakni perolehan hasil wawancara dengan
pelaku sejarah yakni K.H. Abdullah Hasan selaku pengasuh pondok
pesantren Al Futuh.
b. Kritik ektern: Sumber yang penulis gunakan memiliki keauntetikan
karena sumber yang didapat berupa fotocopy beberapa surat izin
penyelenggaraan lembaga pendidikan dari Departemen Agama
Republik Indonesia dan Kementrian Agama Kantor Kabupaten
Lamongan. Adapun sumber yang didapat penulis dari hasil wawancara
juga dapat dibuktikan keauntetikannya karena termasuk orang yang
sezaman dan ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.
3. Interpretasi dan penafsiran
Interpretasi sejarah sering disebut juga dengan analisis sejarah.
Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan yakni analisis dan sintesis.
Analisis berarti menguraikan dan sistesis berarti menyatukan.18 Sejarawan
berupaya untuk mengurai kembali sumber-sumber yang didapat dan telah
diuji kebenarannya terdapat saling kesenambungan atau berhubungan
antara sumber yang satu dengan yang lain dengan dibantu oleh teori
konseptual dan alat analisis sejarah.
18
18
4. Historiografi: menyusun atau merekonstruksi fakta yang telah tersusun
yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber
sejarah dalam bentuk tertulis. Hal ini diaktualisasikan dengan penulisan
skripsi.
H. Sistematika Bahasan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam
beberapa bab yakni:
Bab I berisi pendahuluan meliputi latarbelakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode
penelitian, landasan teori dan sistematika pembahasan.
Bab II yakni Pondok Pesantren Al Futuh Sekargeneng Bakalanpule
Tikung Lamongan. Dalam bab ini akan dibahas tentang letak geografis dan
kondisi penduduk dusun Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan,
asal-usul munculnya pendidikan Islam di Indonesiadan sejarah berdirinya pondok
pesantren Al Futuh Tahun1991.
Bab III yakni Perkembangan Pondok Pesantren Al Futuh Sekargeneng
Bakalanpule Tikung Lamongan. Dalam bab ini akan dibahas tentang beberapa
lembaga formal nanungan pondok pesantren Al Futuh diantaranya SMP
Diniyah NU Tikung Tahun 1997, SMK Al Futuh Tahun 2014 serta TK Al
Azhariyyah Tahun 2011 dan PAUD Al Ittihad Tahun 2009. Didalamnya
dibahas tentang sejarah singkat berdirinya lembaga-lembaga formal pondok
19
lembaga formal tersebut. Dalam bab ini juga membahas tentang integrasi
sistem pendidikan sekolah dalam pesantren.
Bab IV yakni dinamika pondok pesantren Al Futuh dalam kehidupan
keagamaan dan sosial pendidikan masyarakat dusun Sekargeneng Bakalanpule
Tikung Lamongan. Di dalamnya akan dibahas tentang aktifitas sosial
pendidikan dan keagamaan.
Bab V yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
BAB II
PONDOK PESANTREN AL FUTUH SEKARGENENG BAKALANPULE TIKUNG LAMONGAN
A. Letak Geografis dan Kondisi Penduduk Dusun Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari posisi daerah
pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis juga
ditentukan oleh letak astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya.1
Kabupaten Lamongan merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur
yang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, kabupaten Gresik sebelah
timur, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Mojokerto dan Jombang
serta kabupaten Bojonegoro dan Tuban berada di sebelah barat.
Secara geografis kabupaten Lamongan terletak antara 6º 51' 54"
sampai dengan 7º 23' 6" lintang selatan dan antara 112º 4' 41" sampai dengan
112º 33' 12" bujur timur.2 Secara administratif, kabupaten Lamongan terdiri
dari 27 kecamatan dengan Lamongan sebagai ibukotanya. Setiap kecamatan
di kabupaten Lamongan memiliki perbedaan tinggi dari permukaan air laut
yang berbeda-beda. Kawasan Lamongan selatan ketinggian dari permukaan
air laut lebih tinggi dibanding kawasan Lamongan utara. Wilayah yang
1Geoku indo, “Arti dan Pengertian Letak Geografis Indonesia”, dalam
http://indo-geografi.blogspot.co.id/2011/11/arti-dan-pengertian-letak-geografis.html (6 November 2015)
2Lutfin Fana, “Statistik Daerah Kabupaten Lamongan”, (Lamongan: BPS Kabupaten Lamongan,
21
tercatat memiliki ketinggian tertinggi di kabupaten Lamongan adalah
kecamatan Ngimbang dengan 81,79 m.3
Tikung merupakan satu diantara 27 kecamatan yang ada di kabupaten
Lamongan. Luas wilayah Tikung kurang lebih 5,34 km² dengan jumlah
penduduk kurang lebih 38.807 jiwa. Kecamatan Tikung terdiri dari 13 desa,
68 dusun 80 RW (Rukun Warga) dan 246 RT (Rukun Tetangga). Tikung
terletak di sebelah selatan dari ibu kota Lamongan dengan jarak kurang lebih 7
km ke arah Mojokerto.4 Adapun letak geografis kecamatan Tikung yakni
sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Mantup dan kecamatan
Balongpanggang, sebelah barat kecamatan Kembangbahu, sebelah timur
kecamatan Sarirejo dan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan
Lamongan.
Tabel 2. 1 Penduduk menurut Agama Kecamatan Tikung Tahun 20135 Kode
Desa
Desa/Kelurahan Islam Protes- Tan
Katolik Hindu Budha Lai n
001 Kelolarum 1.987 - 4 - - -
002 Soko 4.079 - 6 - - -
003 Balongwangi 3.397 - 4 - - -
004 Wonokromo 3.448 - - - - -
005 Takerankla-ting 3.578 - 5 - - -
006 Botoputih 2.030 - - - - -
007 Dukuhagung 3.031 - - - - -
008 Pengumbul-anadi 2.691 - - - - -
009 Bakalanpule 3.350 12 - - - -
010 Gumining-Rejo 1.893 3 4 - - -
011 Jotosanur 4.053 - - - - -
012 Jatirejo 3.861 4 - - -
013 Tambak-Rigadung 5.224 6 4 2 - -
Jumlah 42.622 21 31 2 - -
3
Ibid., 1.
4 “Tikung, Lamongan”, dalam
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tikung,_Lamongan. (6 November 2015).
5“
Kecamatan Tikung Dalam Angka 2014” (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, 2014),
22
Bakalanpule merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tikung
dengan luas wilayah 302,8 ha, terdiri dari 8 dusun dengan jumlah penduduk
kurang lebih 2900 jiwa. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk
menuju desa Bakalanpule menggunakan transportasi kendaraan roda empat
dan sepeda motor atau ojek. Adapun mata pencaharian terbesar dan hasil
produksi penduduk desa Bakalanpule adalah petani dengan produk padi dan
polowijo. Aparat pemerintahan desa Bakalanpule saat ini dipimpin oleh kepala
desa yang bernama Sutrisno dan sekretaris desa bernama M. Firman.
Mata pencaharian warga kecamatan Tikung rata-rata adalah petani
pemilik, buruh tani, peternak besar dan peternak unggas. Kecamatan Tikung
memiliki sektor industri rumah tangga diantaranya:
1. Batu bata dan pengrajin tenun Tikar yang terdapat di desa Jotosanur
2. Pengrajin tas dari bahan Enceng Gondok dan pengrajin Bordir yaitu di
desa Pengumbulanadi
3. Industri tenun Tikar di desa Jatirejo
Dibawah ini merupakan tabel mata pencaharian warga desa
Bakalanpule.6
6
Profil dan Potensi Desa Bakalanpule”, dalam
[image:30.595.134.520.169.524.2]
23
Tabel 2.2 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Bakalanpule Tikung Lamongan.
Mata Pencaharian Pokok
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani 607 orang 724 orang
Buruh Tani 277 orang 379 orang
Pegawai Negeri Sipil 36 orang 16 orang
Peternak 12 orang 6 orang
Montir 4 orang 0 orang
Dokter swasta 0 orang 2 orang
Perawat swasta 3 orang 5 orang
Bidan swasta 0 orang 5 orang
TNI 14 orang 0 orang
POLRI 8 orang 0 orang
Pengusaha kecil, menengah dan besar 210 orang 16 orang
Dosen swasta 2 orang 1 orang
Pedagang Keliling 26 orang 14 orang
Pembantu rumah tangga 0 orang 17 orang
Dukun Tradisional 0 orang 1 orang
Arsitektur/Desainer 1 orang 0 orang
Karyawan Perusahaan Swasta 272 orang 491 orang Karyawan Perusahaan Pemerintah 134 orang 198 orang Purnawirawan/Pensiunan 28 orang 21 orang Pengrajin industri rumah tangga lainnya 3 orang 2 orang
Jumlah Total Penduduk 3.535 orang
Pondok Pesantren Al Futuh terletak di dusun Sekargeneng desa
Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan dengan batas utara
yakni dusun Gumining Rejo, selatan kecamatan Mantup, sebelah barat
kecamatan Kembangbahu dan sebelah timur berbatasan dengan Waduk Pule
Selatan.
Pondok pesantren Al Futuh cukup terkenal di kecamatan Tikung.
Banyak warga Tikung yang mendaftarkan anaknya untuk belajar di sekolah
formal naungan pondok pesantren Al Futuh. Suasana pondok pesantren Al
24
hamparan sawah. Pondok pesantren Al Futuh berdiri diatas tanah wakaf
dengan luas tanah 2050 m². Tanah ini merupakan tanah wakaf dari Bapak
Noerkasim H. P. Aboe. Pondok pesantren Al Futuh tidak berada tepat di
pinggir jalan raya melainkan dari jalan raya masuk ke gapura Al Futuh menuju
dusun Sekargeneng. Pondok ini masih dikelilingi sawah sehingga
pemandangannya indah dan sejuk serta tidak terkontaminasi dengan asap jalan
raya dan jauh dari keramaian kota.
Untuk mempermudah menemukan lokasi pondok pesantren Al Futuh,
maka penulis menyajikan denah lokasi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, secara teoritis denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota,
jalan, rumah, bangunan dan lain-lain. maka fungsi denah adalah membantu
seseorang menemukan suatu tempat, lokasi atau bangunan yang dituju.
Adanya denah memudahkan untuk menemukan tempat tujuan karena denah
menyediakan informasi yang lengkap mengenai suatu tempat.7 Berikut denah
lokasi pondok pesantren Al Futuh Sekargeneng Bakalanpule Tikung
Lamongan.
7
Yuli, ”Manfaat Denah Dalam Kehidupan Sehari Hari” dalam http://manfaat.co.id/manfaat-denah
[image:32.595.131.541.143.772.2]
25
Gambar 2. 1 Denah Lokasi Pondok Pesantren Al-Futuh
KOTA LAMONGAN J ln. R aya M antup Jln. R aya M antup Gardu PLN Kucur Pasar Sidoharjo Lamongan Waduk Joto Sanur
Dusun Gumining Rejo
Pasar Hewan
Dusun Pule Indah Bag. Utara Toko Rizqi Mulia Waduk Pule Selatan Dusun Pule Indah
Jln. Menuju Kec Sarirejo
Kantor Kec Tikung
POLSEK TIKUNG
Kecamatan Mantup Jln. Menuju Kecamatan Kembangabahu
U
S
26
B. Asal-usul Munculnya Pendidikan Islam di Indonesia
Pada abad ke 13 Islam mulai berkembang dan membentuk komunitas
muslim di Jawa, dengan banyaknya kaum Islam maka proses pendidikan dan
pengajaran pun mulai dilakukan di tempat-tempat khusus guna mefasilitasi
proses pengajaran. Model pendidikan yang muncul diantaranya pendidikan
langgar dan pesantren. Langgar merupakan bangunan sederhana sebagai
tempat ibadah dan pengajaran agama Islam yang ada di perkampungan
muslim. Pengajaran agama yang dilaksanakan di langgar merupakan
pengajaran permulaan dan bersifat elementer. Materi yang diajarkan biasanya
berupa pengenalan abjad dalam huruf Arab atau membaca Alquran yang
dilakukan dengan cara mengikuti dan menirukan bacaan guru.8 Setelah h}atam
pengajian Alquran, barulah diajarkan beberapa kitab dari berbagai disiplin
ilmu keislaman. Langgar merupakan sarana kegiatan keagamaan yang
dianggap strategis dalam upaya perluasan pendidikan Islam.
Adapun model pendidikan lain yakni pesantren. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang rata-rata tumbuh di daerah pedesaan sebagai
kelanjutan pengajaran di langgar. Murid-murid yang belajar di pesantren
diasramakan dalam satu tempat yang dikenal dengan nama pondok sehingga
lembaga ini biasa disebut pondok pesantren. Dalam buku Sejarah Peradaban
Islam di Indonesia, disinyalir bahwa sistem pondok pesantren merupakan
tindak lanjut dari sistem asrama yang digunakan oleh umat Hindu zaman dulu.
Dalam sistem ini, para Brahmana dan siswanya tinggal dalam satu atap.
8
27
Brahmana tersebut tidak mendapat upah, tetapi ia mendapatkan penghormatan
yang tinggi serta ketaataan dari para muridnya. Hal ini juga terjadi pada kiai
yang tidak mendapatkan upah dan beliau tinggal bersama santri-santrinya
dalam satu asrama.
Pendapat lain mengatakan bahwa sistem pendidikan pesantren
dipengaruhi oleh model pendidikan agama Jawa (Abad 8-9 M) yang
merupakan perpaduan antara kepercayaan Animisme, Hinduisme dan
Budhisme. Model pendidikan agama Jawa itu disebut pawiyatan berbentuk asrama dengan rumah guru yang disebut Ki-ajar di tengah-tengahnya sedang muridnya disebut cantrik.9 Mereka tinggal bersama layaknya hubungan keluarga yang erat dan harmonis.
Munculnya pesantren di Jawa bersamaan dengan kedatangan wali sanga yang menyebarkan Islam di daerah tersebut. Menurut catatan sejarah, tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Syaikh Maulana Malik
Ibrahim. Pola tersebut kemudian dikembangkan dan dilanjutkan oleh para wali
yang lain.10 Penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam tertua di Jawa.
Wali sanga adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad XVI yang
telah berhasil Islam pada masyarakat. Mereka secara berturut-turut adalah
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan
Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Wali
9
Ibid., 142
10Add A’la,
28
dalam bahasa Inggris pada umumnya diartikan dengan saint, sementara sanga
dalam bahasa Jawa berarti sembilan.11
Syaikh Maulana Malik Ibrahim merupakan penyebar dan pembuka
jalan masuknya Islam di tanah Jawa, hal ini berbeda dengan putranya Raden
Rahmat (Sunan Ampel) yang tinggal melanjutkan misi suci perjuangan
ayahnya kendati tantangan yang dihadapinya tidak kecil. Ketika Raden
Rahmat berjuang, kondisi religio-sosial masyarakat Jawa lebih terbuka dan
toleran untuk menerima ajaran baru yang dikumandangkan dari tanah Arab. Ia
memanfaatkan momentum tersebut dengan memainkan peran yang
menentukan proses Islamisasi, termasuk mendirikan pusat pendidikan dan
pengajaran, yang kemudian dikenal dengan pesantren Kembang Kuning
Surabaya.12
Pendiri pesantren pertama di Jawa menjadi teka-teki tersendiri dalam
menganalisis hal tersebut. Lembaga Research Islam (Pesantren Luhur)
mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim merupakan adanya dasar pertama
berdirinya pesantren. Adapun Raden Rahmatullah merupakan wali pembina
pertama di Jawa Timur. Pondok ini diilhami oleh bentuk dan sistem
pendidikan yang ada dalam agama Hindu (padepokan/mandalap-mandala)
dengan fungsi utama untuk menggembleng/mendidik para santri untuk
menyiarkan agama Islam.13
11 Abdurrahman Mas’ud,
Dari Haramain ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek Pesantren (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 57.
12
Qomar, Pesantren, 9.
13 Tim Penyusun, “Dinamika Pendidikan Islam di Jawa Timur”, (Badan Perpustakaan dan
29
Pesantren berjuang melawan perbuatan maksiat seperti perkelahian,
perampokkan, pelacuran, perjudian dan sebagainya. Akhirnya pesantren
berhasil membasmi maksiat itu, kemudian mengubahnya menjadi masyarakat
yang aman, tentram dan rajin beribadah.14 Pesantren mengalami
perkembangan secara terus menerus dan menghadapi beberapa rintangan
hingga dapat diterima oleh kalangan masyarakat sebagai media dalam
mencerdaskan, menciptakan kedamaian dan membantu keadaan sosial serta
psikis masyarakat Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, pihak imperialis tidak hanya
menguasai Indonesia dalam segi politik, ekonomi dan militer tetapi juga ingin
mewujudkan keinginannya dalam menyebarkan agama Kristen. Pada 1932
keluar aturan yang berupaya memberantas serta menutup madrasah dan
sekolah yang tidak ada izinnya atau memberi pelajaran yang tidak disukai oleh
pemerintah.15 Pada masa penjajahan Jepang, pesantren berselisih faham
dengan imperialis. Hal ini dkarenakan adanya penolakan kiai Hasyim Asy’ari
dalam melakukan Saikere yakni penghormatan terhadap kaisar Jepang Tenno Haika yang dianggap sebagai keturunan dewa Amaterasu. Pada peristiwa tersebut, kiai Hasyim ditangkap dan dipenjarakan. Para santri tidak terimma
atas perlakuan tentara Jepang, kemudian ribuan santri melakukan demontrasi
dan menentang keras pemerintahan Jepang di Indonesia.
Dari kejadian tersebut, pihak Jepang merasa tidak mendapatkan
keuntungan bahkan dapat menghambat misinya dalam merekrut rakyat
14
Abubakar Aceh, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasyim dan Karangan Islam (Jakarta, 1957), 77.
15
30
Indonesia untuk melawan sekutu. Jepang memandang bahwa Kiai sangat
berpengaruh di mata warga Indonesia oleh karena itu Jepang akhirnya
membebaskan kiai Hasyim Asy’ari. Menurut Selo Sumarjan, sebagai upaya
menjaring simpati kaum Muslimin Indonesia, preferensi diberikan kepada
pemimpin Islam (kiai pesantren).16
Pesantren mengalami masa penyegaran di era kemerdekaan. Pesantren
merasakan suasana baru tanpa adanya pembatasan-pembatasan. Kemerdekaan
merupakan masa dimana semua sistem pendidikan dapat berkembang secara
bebas, terbuka dan demokratis. Masyarakat Indonesia memiliki semangat
untuk belajar dan menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Pemerintah
membuka saluran-saluran pendidikan yang sebelumnya tersumbat oleh kaum
penjajah ketika menguasai Indonesia. Eksistensi pesantren di Indonesia telah
melewati beberapa pengalaman berliku-liku. Tantangan- tantangan besar telah
dihadapi dengan strategi-strategi yang handal sehingga sampai sekarang
pesantren diakui sebagai aset Indonesia dalam hal potensi pembangunan
lingkup dunia pendidikan. Menurut Sumarsono hal ini disebabkan telah
melembaganya pesantren di dalam masyarakat.17
Sejak tahun 1853 eksistensi pondok pesantren cukup terkenal di
Nusantara. Jumlah santri dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun
1981 telah terdaftar 5.661 pondok pesantren dengan 938.597 santri.18
Lembaga pendidikan pondok pesantren banyak didapati dikalangan pedesaan
16
Selo Sumarjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta (Jakarta: YIIS, 1986), 287.
17
Sumarsono Mestoko, Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 232.
18
M Yacub, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa (Bandung: ANGKASA,
31
daripada perkotaan. Namun dengan eksistensi dan semangatnya dalam
menyebarkan Islam, pondok pesantren mulai bergema di kota-kota. Bahkan
anak-anak yang tinggal di kota terkadang menimba ilmu atau mondok kilat
pada saat liburan.
Terdapat penggolongan pesantren berdasarkan besar kecilnya jumlah
santri dan sistem pengajaran atau materi pengajaran. Madrasah sangat erat
kaitannya dengan pondok pesantren namun tidak semua madrasah dapat
digolongkan pesantren. Pesantren merupakan sarana pendidikan untuk
mendalami ilmu agama melalui sekolah atau madrasah berasrama. Kharisma
kiai juga berperan penting dalam kemajuan jumlah santri. Ditinjau dari segi
sistem pengajaran atau materi pengajaran, pondok pesantren dibagi menjadi
empat diantaranya:
1. Pesantren Salafi merupakan sistem pesantren yang menggunakan metode
pengajaran dengan bersumber pada kitab-kitab Klasik Islam atau Kitab
Kuning dengan huruf Arab gundul. Pendidikan madrasah dengan menggunakan sistem sorogan juga dipraktikkan dan menjadi sendi utama
yang perlu diterapkan. Pengetahuan non agama atau ilmu pengetahuan
umum tidak diajarkan di pondok pesantren Salafi.
2. Pesantren Khalafi merupakan sistem pesantren dengan mempraktikkan
sistem madrasah pengajaran secara klasikal, yakni memasukkan ilmu
umum dan beberapa ketrampilan dalam kurikulum pendidikan. Pondok
pesantren Khalafi biasanya menaungi sekolah-sekolah umum namun
32
3. Pesantren Kilat merupakan suatu pelatihan yang merupakan program dari
pondok pesantren bagi para remaja atau kaum muda untuk memperdalam
ilmu agama dalam batas waktu yang ditentukan. Pada umumnya para
santri pesantren kilat merupakan pelajar sekolah yang non pesantren.
Mereka mengisi masa liburan terutama liburan puasa Ramaḍan untuk
menimba ilmu di pondok pesantren. Pesantren ini bertujan untuk melatih
sikap kemandirian dan mendekatkan diri kepada Allah.
4. Pesantren Terintegrasi: model ini biasanya seperti latihan-latihan yang
ditujukan untuk peningkatan vokasional yang biasanya dikembangkan
oleh Balai Latihan Kerja Depnaker, Balai Pengembanagan Belajar
Pendidikan Masyarakat dan lain-lain. program itu diintegrasikan begitu
rupa dengan inti latihan kepesantrenan. Peserta dalam model ini biasanya
mereka yang drop out atau para pencari kerja.19
Perkembangan pondok pesantren dari tahun ke tahun semakin
bertambah. Hal ini juga terjadi di kabupaten Lamongan. Pada awalnya Sunan
Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel menimba ilmu dan
belajar agama kepada ayahnya kemudian hijrah ke desa Drajat Lamongan dan
mendirikan pesantren di sana. Beliau menekankan sikap dermawan,
menyantuni anak yatim dan fakir miskin serta mengajarkan banyak ilmu Islam
di desa tersebut. Keberhasilan pesantren dalam mendidik masyarakat muslim,
menjadikan dunia pesantren tumbuh dan berkembang. Kabupaten Lamongan
mulai memunculkan pesantren-pesantren salah satunya yakni pondok
19
33
pesantren Al Futuh dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung
kabupaten Lamongan yang merupakan obyek kajian yang akan diteliti oleh
penulis.
C. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Futuh Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan
K.H. Abdullah Hasan merupakan pendiri pondok pesantren Al Futuh
dusun Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten
Lamongan. Beliau lahir di Lamongan 17 Agustus 1962. Beliau menuntut ilmu
di Madrasah Ibtidaiyah Popanjagan Turi kemudian melanjutkan ke pesantren
Langitan selama beberapa tahun. Setelah itu beliau pulang dan menikah
dengan seorang wanita cantik bernama Siti Aminah pada tanggal 9 November
1989. Pada saat itu Kiai Hasan berusia 27 tahun sedangkan istrinya berusia 24
tahun.
K.H. Abdullah Hasan dikaruniai 8 anak diantaranya 4 laki-laki dan 4
perempuan.20 Putra pertama bernama Alil Mafakir lahir di Lamongan 25 April
1995 kemudian putrinya bernama Firqotun Najiyah lahir di Lamongan 09
Desember 1996. Furoin merupakan putra anak ketiga lahir di Lamongan 16
Maret 1998. Anak keempat Mohammad lahir di Lamongan 20 September
1999, anak kelima Ufuqil A’la laki-laki lahir di Lamongan 18 Februari 2002,
Hanik lahir di Lamongan 11 Februauri 2004. Ziyadatul Bayan anak ketujuh
lahir di Lamongan 08 Mei 2005 dan anak ke delapan Silatul Atiyyah lahir di
Lamongan 13 Maret 2007.
20
34
Nama istri KH Abdullah Hasan adalah Siti Aminah lahir di Lamongan
01 Oktober 1965. Sekarang KH Abdullah Hasan berusia 53 tahun sedangkan
istrinya berusia 50 tahun. KH Abdullah Hasan asli warga Goa Popanjangan
sedangkan istrinya asli Telogo Anyar. Kemudian keduanya hijrah ke dusun
Sekargeneng desa Bakalanpule kecamatan Tikung kabupaten Lamongan.21
Pondok pesantren Al Futuh didirikan pada tahun 1991 oleh K.H.
Abdullah Hasan. Pondok Al Futuh bertempat di dusun Sekargeneng desa
Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Pada tahun 1997
didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Pendidikan Agama Islam
Pondok Pesantren Al Futuh, akte notarisnya dibuat oleh Siti Reynar, S.H pada
tanggal 17 September 1997 Nomor 15. Anggaran dasarnya telah didaftarkan
pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Lamongan dengan Nomor:
14/1997/PN.LAMONGAN pada tanggal 2 Oktober 1997.
K.H. Abdullah dikenal memiliki hati yang lembut, sopan santun serta
solidaritas yang tinggi pada semua orang, karena sikap baiknya tersebut warga
dusun Sekargeneng memberi gelar Hasan kepada beliau yang artinya baik. Beliau lebih dikenal dengan nama K.H. Abdullah Hasan.22 Selain iitu, K.H.
Abdullah Hasan memiliki sikap loyalitas yang tinggi terhadap sesama bahkan
banyak tetangga merasa senang dengan kedatangan K.H. Hasan di
Sekargeneng guna menyebarkan ilmu dan berjuang di jalan Allah.
Pondok pesantren Al Futuh mulai dibangun pada tahun 1990 dan
diresmikan pada tahun 1991. Awalnya K.H. Dawud yang merupakan tokoh
21
Siti Aminah, Wawancara, Lamongan, 12 November 2015.
22
35
agama di Glugu memberi informasi kepada K.H. Hasan bahwa ada tanah yang
akan di wakofkan di Sekargeneng Bakalanpule Tikung Lamongan. Dari
informasi ini kemudian K.H. Hasan mendatangi lokasi dan memilih tanah
tersebut untuk didirikan sebuah pondok yang diberi nama pondok pesantren
Al Futuh. Penamaan Al Futuh merupakan pemberian dari guru K.H. Hasan
yakni Almarhum K.H. Faqih pemangku pondok pesantren Langitan. Adapun
hubungan yang terjalin antara K.H. Dawud Glugu dengan K.H. Hasan yakni
sahabat akrab.
Dalam rangka mendirikan pondok pesantren, tentu tidak semudah yang
dibayangkan. Banyak sekali halangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh
K.H. Abdullah Hasan. Sebagian masyarakat dusun Sekargeneng ada yang
mendukung dan ada juga yang menentang K.H. Hasan dalam mendirikan
pondok pesantren di Sekargeneng.23 Akan tetapi semangat dan kerja keras
tetap dijalankan oleh K.H. Abdullah Hasan, beliau memegang teguh kesabaran
dan tawakal karena dengan niat dan sikap yang baik akan melahirkan hasil
yang baik. Beliu tidak pernah menghiraukan cercaan dan hinaan dari warga
yang kontra dengan pemikiran K.H. Hasan.
Meski ada sebagian warga dusun Sekargeneng yang tidak suka dengan
kedatangan beliau, namun beliau tetap menjalin hubungan baik dengan semua
orang. Beliau juga menjalin silaturahmi dengan gurunya yakni almarhum K.H.
Abdullah Faqih. Sebelum beliau wafat, kiai Hasan sering berkunjung dan
menyambung silaturahmi dengan kiai Faqih. Pendirian pondok pesantren Al
23
36
Futuh juga mendapatkan banyak dukungan dari kiai Faqih. Bahkan nama
pesantren Al Futuh merupakan pemberian dari Almarhum K.H. Faqih
Langitan.
Pada tahun 1993 K.H Abdullah sowan kale ngalap barokah pada K.H Abdullah Faqih pengasuh pondok pesantren Langitan Tuban. K.H Abdullah
Hasan pernah menimba ilmu di pondok pesantren Langitan. Beliau mendapat
wangsit dari K.H. Abdullah Faqih bahwa K.H. Abdullah Hasan diperbolehkan mendirikan pondok pesantren yang memiliki kesamaan dengan pondok
Langitan namun tidak diperbolehkan memiliki kesamaan persis dengan
pondok Langitan. K.H. Faqih menganjurkan kepada K.H. Hasan agar
mendirikan pondok pesantren sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat.24
Dari hasil pertemuan antara Kiai Faqih dengan Kiai Hasan inilah yang
menjadikan pondok Al Futuh dan Langitan memiliki kemiripan dan juga
perbedaan. Dalam segi pengajaran kedua pondok ini memiliki kesamaan yakni
menggunakan sistem sorogan dan weton. Bahkan kitab yang digunakan di
pondok Langitan juga digunakan di pondok Al Futuh sebagai acuan dalam
proses belajar mengajar. Namun yang membedakan dua pondok tersebut
terletak pada adanya lembaga formal di bawah naungan pesantren. Pondok
Langitan tergolong pesantren Salaf karena masih menggunakan sistem
pengajaran tradisional yakni weton dan sorogan. Berbeda dengan pondok
pesantren Al Futuh. Pondok ini selain menggunakan sistem pengajaran
tradisional weton dan sorogan dalam madrasah diniyah namun pondok ini juga
24
37
menaungi lembaga-lembaga formal diantaranya PAUD Al Ittihad, TK Al
Azhariyyah dan SMP Diniyah NU hingga SMK Al Futuh yang semuanya
menggunakan sistem pengajaran serta kurukulum KTSP.
Setelah pondok pesantren berdiri, kemudian muncullah lembaga non
formal yakni Madrasah Diniyah Al Futuh. Kemudian berdirilah SMP Diniyah
NU pada tahun 1998, SMK Al Futuh pada tahun 2012 dan TK Al Azhariyyah
tahun 2011 serta PAUD Al Ittihad tahun 2009. Adanya lembaga-lembaga
formal serta non formal yang ada di pondok pesantren Al Futuh, menjadikan
banyak masyarakat yang berminat mendaftarkan putra-putrinya untuk belajar
di pondok pesantren sekaligus di sekolah formal Al Futuh.
Kesederhanaan pesantren zaman dulu terlihat dalam segi bangunan,
metode, bahan kajian, perangkat belajar dan lainnya. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat dan perekonomian pada saat itu.
Pesantren zaman dulu hubungan yang terjalin antara kiai dan santri sangat erat
layaknya anak kandung dengan orang tuanya. Akan tetapi pesantren zaman
sekarang agak berbeda. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi dan ekonomi.
Pesantren zaman sekarang, kiai dan santri-santrinya jarang bertemu
dikarenakan jadwal yang padat serta banyaknya jumlah santri sehingga tidak
tersedia waktu untuk bercakap-cakap atau musyawarah dengan kiai secara
langsung, hanya sebatas pengurus dan pengasuh pondok saja yang dapat
bertatap muka.
Para santri yang menimba ilmu di pesantren zaman dulu tidak dipungut
38
kesederhanaan dengan bertani dan berdagang sehingga hasil yang didapat
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi seiring berjalannya
waktu, perubahan terjadi dikarenakan kebutuhan ekonomi yang terus
meningkat dan kondisi masyarakat zaman dulu berbeda dengan sekarang.
Rata-rata mata pencaharian di Lamongan dulunya hanya bertani, berdagang di
pasar dan nelayan namun sekarang banyak warga Lamongan yang bekerja di
pabrik, pegawai negeri dan lain-lain. Bahkan kebutuhan zaman sekarang dan
dulu sangat berbeda. Pondok pesantren dulu cukup menggunakan lampu ublik
sebagai media penerangan, namun di era sekarang membutuhkan listrik untuk
menyalakan lampu sebagai sarana penenrangan. Hal ini juga yang menjadikan
pondok-pondok pesantren zaman sekarang memungut biaya administrasi bagi
para santri.
Adapun tujuan didirikannya Pondok Pesantren Al Futuh Sekargeneng
Bakalanpule Tikung Lamongan diantaranya:
1. Mempersiapkan kader bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, berakhlakul karimah, cerdas dan trampil sehingga mampu
mengamalkan syariat Islam dengan berhaluan Ahlusunnah wal Jamaah
2. Membantu Pemerintah pada sektor pendidikan demi terciptanya
kader-kader bangsa yang handal dengan bermoral serta beradat istiadat dan
bertanggungjawab.
Rata-rata tenaga pengajar yang ikut berperan dalam meramaikan dunia
pesantren Al Futuh merupakan lulusan dari pesantren Langitan. Dari
39
yang berdomisili di Tikung bekerjasama membaur menjadi satu untuk berjalan
tegak di jalan Allah dalam menyiarkan Islam yang diprakarsai oleh K.H.
Abdullah Hasan. Pada awalnya jumlah santri hanya berkisar puluhan namun
di tahun 2014 sudah terbilang lumayan yakni berkisar pada ratusan namun
belum mencapai ribuan. Banyak upaya yang dilakukan baik dari pihak
pengurus pondok maupun pengurus lembaga formal untuk menjadikan
pesantren Al Futuh unggul dan terdepan baik dari segi moral maupun material.
K.H. Abdullah Hasan menjalin hubungan baik tidak hanya pada umat
Islam namun beliau juga berteman baik dengan orang-orang Kristen. Beliau
merujuk pada sikap Rasulullah. Nabi Muhammad bahkan berdagang dengan
kaum Yahudi, namun hal tersebut tidak membuktikan bahwa keduanya sama.
Akidah ataupun keyakinan tetap dipegang teguh oleh Rasululllah untuk
mengimani Allah dan menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmata lil Alamīn. Dari fenomena inilah K.H. Hasan tidak membeda-bedakan dalam hal
berkomunikasi dan bersosialisasi. Beliau berteman dengan siapa saja selama
tidak mendatangkan keburukan. Bahkan pondok pesantren Al Futuh
mendapatkan bantuan air bersih dari orang Kristen berkewarganegaraan
Australia.25
Bangunan pondok pesantren Al Futuh Sekargeneng Bakalanpule
Tikung Lamongan sudah memenuhi persyaratan menjadi lembaga pendidikan
karena memiliki beberapa bangunan dengan fungsinya. Bangunan-bangunan
25
40
tersebut diantaranya muṣalah, madrasah, dalem (rumah kiai), asrama dan lain-lain.
1. Langgar atau surau atau masjid Al Futuh
Pada awal kedatangan Islam di Indonesia, para pemuka agama
mendirikan tempat khusus guna melakukan ibadah berjamaah bersama
masyarakat setempat. Islam datang sebagai agama baru karena
sebelumnya mayoritas masyarakat Jawa beragama hindu dan budha.
Penggunaan bahasa Arab dianggap agak sulit sehingga para pemuka
agama menyelenggarakan pendidikan guna mempermudah pemahaman
dan pengenalan Islam bagi masyarakat setempat. Pada saat itu, masjid
memiliki fungsi ganda yakni sebagai tempat ibadah dan belajar.
Masjid Al Futuh berdiri di tengah-tengah dengan batas sebelah
selatan bangunan SMP Diniyah NU Tikung, sebelah utara rumah kiai
(dalem), sebelah timur lapangan SMP Diniyah NU Tikung dan sebelah
barat asrama putra putri Al Futuh. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah,
muṣalah Al Futuh juga berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan
beberapa acara rutin seperti istighosah, pengajian kitab kuning, selawatan
dan lain-lain.
2. Asrama
Seiring berjalannya waktu jumlah santri yang mempelajari Islam
semakin banyak, begitu juga dengan pondok pesantren Al Futuh. Pada
41
sekitar 10 orang namun lama kelamaan jumlah santri semakin banyak
sehingga perlu membangun asrama penginapan santriwan santriwati.
Penyediaan asrama sebagai penginapan santri yang merupakan
sarana yang disediakan di pondok pesantren menimbulkan beberapa
kendala diantaranya kebutuhan lahan bangunan, pembiayaan, penyediaan
air, perluasaan dapur, perencanaan pembangunan dan sebagainya. Hal
inilah yang menuntut adanya pembayaran SPP Pondok untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Pondok pesantren Al Futuh memiliki dua asrama yakni asrama
putra dan putri. Kedua asrama tersebut dipisahkan oleh bangunan muṣalah
yang terletak di tengah-tengah. Santri putra dilarang bertemu dengan santri
putri tanpa izin dari pihak pengurus. Hal ini merupakan tata tertib pondok
pesantren dan berdampak positif bagi para santri agar tidak terjerumus
dalam pergaaulan bebas.
3. Madrasah
Madrasah lahir pada pada abad ke 20 ditandai dengan munculnya
Madrasah Mambaul Ulum Kerajaan Surakarta 1905 dan sekolah adabiyah
yang didirikan oleh Syaikh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat pada
1909.26 Secara berangsur-angsur madrasah mengalami penyempurnaan.
Munculnya madrasah dalam dunia pesantren menegaskan bahwa
keterlibatan pendidikan Islam ikut mewarnai dan berbenah diri serta
memperbaiki sistem pendidikannya. Bahkan dapat dikatakan pada saat itu
26
42
ketika Indonesia dijajah Belanda, madrasah merupakan institusi tandingan
lembaga pendidikan tradisional dengan model pendidikan Belanda.
4. Sekolah Umum Sebagai Pemantapan Pembaruan
Respon masyarakat pada mutu pen