• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KIAI NUR MU’ALLIF DALAM PERJUANGAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN IHYAUL ULUM, GRESIK SELATAN, DESA BANYUURIP, KECAMATAN KEDAMEAN 1982-1998 M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KIAI NUR MU’ALLIF DALAM PERJUANGAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN IHYAUL ULUM, GRESIK SELATAN, DESA BANYUURIP, KECAMATAN KEDAMEAN 1982-1998 M."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skirpsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren MAS Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2000-2015”. Adapun permasalahan yang dibahas yaitu: 1) bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo? ; 2) bagaimana perkembangan pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015? ; 3) Bagaimana respon masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo?.

Skripsi ini menggunakan pendekatan historis yang mengarah pada sejarah perkembangan pondok pesantren, dan pendekatan sosiologi yang mengarah pada respon masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yakni Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik Sumber (intern dan ekstern), Interpretasi sejarah, dan tahap akhir dalam metode sejarah Historiografi. Teori continuity and change digunakan pada penelitian ini, yang pengaplikasiannya dimasukkan dalam perkembangan, perkembangan tersebut menyangkut tradisi lama dan memasukkan tradisi baru.

(2)

ABSTRACT

This thesis is the result from field research that have title “The History of Pondok Pesantren MAS Dusun Dungduro Krembangan District Taman Sidoarjo 2000-2015”. The problem is 1) how the history of the establishment pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan district Taman Sidoarjo? ; 2) how the developments pondok pesantren MAS dusun Dungduro Krembangan district Taman Sidoarjo 2000-2015? ; 3) how the responses of community and the students in pondok pesantren MAS dusun Dungduro Krembangan district Taman Sidoarjo city.

This thesis use historical approach that leads to history of developments pondok pesantren, and sociological approach that leads to the community and the response and students of the boarding scool. The method that the writer used is historical method is Heuristic (collect the resources), Critics the last steps in history method is Historiography. The application be included in the development, that development concern to old tradition and insert the old tradition.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIN ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 8

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Pembahasan ... 14

(4)

1. Letak Geografis ... 16

2. Agama Masyarakat ... 17

3. Kondisi Sosial Budaya ... 17

4. KondisiEkonomi ... 20

B. Tinjauan Historis ... 21

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren MAS ... 21

2. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren MAS ... 24

3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren MAS ... 25

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren MAS ... 28

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MAS TAHUN 2000- 2015 A. Perkembangan Kelembagaan Pondok Pesantren MAS . 32 B. Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS ... 34

C. Perkembangan Santri Pondok Pesantren MAS ... 38

D. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren MAS ... 41

1. Kurikulum Pondok Pesantren MAS ... 44

2. Pengelolaan Kelas ... 46

3. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS ... 49

4. Metode Pengajaran ... 49

5. Kegiatan Non Formal Pondok Pesantren MAS ... 49

(5)

B. Respon Santri Terhadap Pondok Pesantren MAS ... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 59 B. Saran...60

DAFTAR PUSTAKA...61

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan,

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Dengan demikian

pesantren merupakan tempat di mana anak-anak muda dan dewasa belajar

secara lebih mendalam dan lebih lanjut ilmu agama Islam yang diajarkan

secara sistimatis, langsung dari bahasa Arab serta berdasarkan kitab-kitab

klasik karangan ulama-ulama besar.1

Adapun tujuan pondok pesantren adalah membentuk kepribadian

memantapkan akhlak dan melengkapinya dengan pengetahuan. Secara umum

tujuan pesantren ialah untuk mengembangkan agama Islam untuk lebih

memahami ajaran-ajaran agama Islam, terutama dalam bidang Tauhid, fiqih,

bahasa Arab, tafsir, hadist dan tasawuf.2

Dalam biang Tauhid yang diajarkan di pondok pesantren adalah memberi

dasar pegangan keyakinan hidup yakni tujuan dan untuk apa manusia hidup.

Dalam bidang Fiqih, yang diajarkan di pondok pesantren adalah aturan aturan

peribadatan dan hukum-hukum islam dalam keseharian. Di pesantren

dilakukan pula pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dalam ilmu Tafsir serta

hadis-hadis atau berita-berita mnegenai ucapan, sikap, tindakan dan teladan

1Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 2.

(7)

2

Nabi dalam rangkuman Ilmu Hadis, khususnya yang telah dihimpun dalam

buku-buku karangan Imam Bukhari dan Imam Muslim.3

Tipologi pondok pesantren dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk,

pengkategorian pondok pesantren berdasarkan sistem lama dan

keterpengaruhan sistem modern. Oleh karena itu pondok pesantren salafiyah

adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan

pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal

pertumbuhannya. Sedangkan pondok pesantren khalafiyah adalah pondok

pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan

modern, melalui pendidikan formal, baik madrasah, maupun sekolah dengan

pendekatan klasikal.4

Berdasarkan tipologi tersebut dapat diklasifikasikan bahwa pondok

pesantren salafiyah menerapkan kurikulum yang sistem pembelajarannya

bersumber pada kitab kuning atau kitab-kitab klasik. Sedangkan pesantren

khalafiyah menerapkan kurikulum yang umurnya dibatasi dan sistem

pembelajarannya dengan sistem kelas.5

Pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung

menjadi pondok pesantren. Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan

Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam,

dan mengimplimentasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penekanan

pada moral dalam hidup bermasyarakat.

3Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 3.

(8)

3

Pesantren yang memiliki watak mandiri dapat dilihat dari sudut

penglihatan dari fungsi kemasyarakatan pesantren secara umum, dan dari pola

pendidikan yang dikembangkan didalamnya. Oleh karena itu dilihat dari sudut

fungsi kemasyarakatannya, pesantren adalah sebuah alternatif ideal bagi

perkembangan keadaan yang terjadi di luarnya.6

Dalam sejarahnya, pondok pesantren merupakan pendidikan Islam

tradisional khas Indonesia yang sudah ada sejak sekitar abad XIII M. Dalam

perkembangannya, pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang tumbuh

dan berkembang subur di daerah pedesaan. Namun dengan perkembangan

seiring zaman, dunia pesantren saat ini telah mengalami perbaikan,

penyempurnaan dan perkembangan.

Secara umum unsur penting pondok pesantren yaitu kiai, asrama, santri,

sistem pendidikan. Pada awal berdirinya, bentuk pondok pesantren masih

sangat sederhana. Kegiatannya masih sangat sederhana yang diselenggarakan

di dalam masjid dengan beberapa orang santri. Kemudian berkembang

dibangun pondok-pondok sebagai tempat tinggal santri. Pesantren

didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang

menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat

tinggal santri yang bersifat permanen.7

Pondok Pesantren juga tidak bisa terpisah dengan kepemimpinan kiai.

Kharisma yang dimiliki oleh para kiai menyebabkan mereka menduduki posisi

6Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), 91.

(9)

4

kepemimpinan dalam lingkungannya. Selain sebagai pemimpin agama dan

pemimpin masyarakat desa, kiai juga memimpin sebuah pondok pesantren

tempat ia tinggal. Di lingkungan pondok pesantren inilah kiai tidak saja diakui

sebagai guru mengajar pengetahuan agama, tetapi juga di anggap oleh santri

sebagai seorang bapak atau orang tuanya sendiri. Sebagai seorang bapak yang

luas jangkauan pengaruhnya kepada semua santri, menempatkan kiai sebagai

seorang yang disegani, dihormati, dipatuhi dan menjadi sumber petunjuk ilmu

pengetahuan bagi santri.8 Selain itu, kiai juga terkenal dengan pengabdiannya

yang tanpa pamrih. Kiai yang ada dalam pondok pesantren juga dapat menjadi

guru yang mengamalkan ilmunya kepada santrinya. Oleh karena itu kiai dapat

disebut sebagai tokoh-tokoh pengabdi tanpa pamrih.9 Demikian pula dengan

kiai dipondok pesantren Mas dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan

Taman kabupaten Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis memaparkan

rumusan-rumusan masalah yang akan diungkap sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mas Dusun Dungduro

Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Mas Dusun Dungduro Desa

Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015?

8Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 77.

(10)

5

3. Bagaimana respon masyarakat dan santri terhadap Pondok Pesantren Mas

Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten

Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian terhadap masalah tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang

bertujuan:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mas Dusun

Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Mas Dusun

Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo

tahun 2000-2015.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat dan santri terhadap Pondok

Pesantren Mas Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pemahaman yang lebih mendalam dan menjadi khazanah keilmuan.

Adapun hal-hal yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat:

(11)

6

2. Berguna bagi umat Islam khususnya bagi penulis guna mengetahui

informasi ilmiah mengenai pondok pesantren Mas di dusun Dungduro

desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan

historis yang mencoba menarasikan sejarah perkembangan suatu lembaga,

yang mana menurut Sartono Kartodirjo sejarah naratif adalah sejarah yang

mendiskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa yang

terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain kejadian-kejadian

penting diseleksi dan diatur menurut proses waktu sedemikian sehingga

tersusun sebagai cerita.10

Selain menggunakan pendekatan historis, penulis juga menggunakan

pendekatan ilmu sosiologi. Dalam hal ini penulis mewawancarai mesyarakat

setempat desa Krembangan tentang respon masing-masing individu terhadap

pondok pesantren MAS. Sehingga dapat diketahui hubungan masyarakat

terhadap pondok pesantren MAS.

Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya

harus dapat memahami perubahan-perubahan didalam pondok pesantren. Dan

seharusnya diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya

perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat pada pondok,

masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kiai yang merupakan

(12)

7

elemen dasar dari tradisi pesantren.11 Ini berarti bahwa suatu lembaga

pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut,

akan berubah statusnya menjadi pesantren. Dengan melihat

perubahan-perubahan dari lima elemen itu maka nantinya dapat mengetahui

perkembangan dari pondok pesantren.

Maka dengan menggunakan teori continuity and change atau sudut

pendekatan yang meneliti adanya kesinambungan di tengah-tengah adanya

perubahan yang terjadi di pesantren. Dengan menggunakan teori continuity

and change maka dapat digambarkan bahwa dalam membangun masa depan,

pesantren berdiri dengan teguh di atas landasan tradisi lama. Dari sudut

pendekatan teori inilah ada elemen-elemen lama dibuang dan kemudian

elemen-elemen baru dimasukkan, ada kebiasan-kebiasaan lama yang dibuang

sementara lembaga-lembaga baru mulai diperkenalakan, dan sebagainya.12

Dari teori diatas, diharapkan dapat mempermudah penulis dan

pembaca sekalian dalam memahami subtansi skripsi ini secara sistematis,

ilmiah dalam khazanah perbendaharan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang

pondok pesantren.

F. Penelitian terdahulu

Sesuai dengan data yang terdapat dalam perpustakaan melalui

penelusuran data. Maka mengenai tinjauan penelitian terdahulu penulis telah

(13)

8

melakukan tinjauan dan menemukan karya tulis yang berupa buku. Buku

tersebut dikarang oleh:

1. Zamakhsyari Dhofir dalam penelitiannya tentang Tradisi Pesantren,

mnemukan bahwa ada lima elemen pesantren yaitu Pondok, masjid, kyai,

santri, pengajian kitab kuning.

2. Wardi Bakhtiar dalam laporan Penelitian Perkembangan Pesantren di Jawa

Barat, membagi pesantren menjadi dua macam, yaitu pesantren yang

hanya mengajarkan kitab-kitab Islam Klasik. Pada pesantren tipe

inidiajarkan pengetahuan umum, pesantren ini disebut Pesantren Salafi.

Pesantren Khalafi, di sini di samping memberi pengajaran kitab-kitab

Islam Klasik, juga membuka sistem sekolah umum di bawah tanggung

jawabnya.

Adapun penelitian terdahulu berupa skripsi, skripsi tersebut ditulis

oleh:

1. Isnainiyah, dengan judul “Efektifitas Penerapan Permainan Head and Tail

untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara bagi siswa kelas VIII A di

Madrasah Tsanawiyah An-Nasy’in Pondok Pesantren Mas Krembangan

Taman Sidoarjo”. Fakultas Tarbiyah 2014 di IAIN Sunan Ampel

Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas penerapan permainan

Head and Tail dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas

VIII A MTs An Nasyiin PP. Mas Krembangan Taman Sidoarjo.

2. Khusnul Khotimah, dengan judul “Efektifitas Penerapan Metode Talking

(14)

9

Pesantren Mas Krembangan Taman Sidoarjo”. Fakultas Tarbiyah Jurusan

Pendidikan Bahasa Arab 2014 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya

tulis tersebut fokus membahas penerapan metode talking chip kemampuan

berbicara siswa kelas XI MA Pondok Pesantren Mas Krembangan Taman

Sidoarjo dalam pembelajaran Bahasa Arab semakin lebih baik.

3. Muhammad Zainul Fuad, dengan judul “ Pondok Pesantren AK S-Salafi

Al-Kholili Kabupaten Gresik: Studi Tentang Sejarah, Perkembangan dan

Aktivitasnya (1912-2008)” Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Pearadaban

Islam 2008 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus

membahas sejarah dan perkembangan pondok pesantren Ak S-Salafafi

Al-Kholili dalam pembagian kurun waktu selama tiga periode dan aktivitas

santri di pondok pesantren tersebut.

4. Gadis, dengan judul Pondok Pesantren Gading Mangu Perak Jombang

1952-2000: Studi Historis Tentang Perkembanagn dan Pengaruhnya dalam

Masyarakat” Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam 2010 di

IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas

perkembangan dan pengaruh pondok pesantren Gading Mangu dalam

masyarakat dalam bidang ekonomi dan sosial.

Sementara dalam penulisan skripsi ini, penulis menitikberatkan pada

sejarah dan perkembangan pondok pesantren Mas dusun Dungduro kecamatan

Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015. Sehingga akan diperoleh

gambaran tentang sejarah pendirian dan perkembangan pondok pesantren Mas

(15)

10

G. Metode Penelitian

Metode penulisan terbatas pada tekniknya dan tidak menyangkut

teori-teori, yang dicakup antara lain prosedur kerja cara menyusun literatur, tata

tulis, dan lain sebagainya. Suatu penelitian dilakukan karena ingin mengetahui

suatu permasalahan yang melatarbelakanginya. Permasalahan itu sendiri

adalah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan yang

senyatanya.

Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masa lalu yang terikat pada

prosedur ilmiah. Sebagaimana kejadian sejarah yang berusaha merekonstruksi

peristiwa masa lampau, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian

sejarah. Metode sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang

sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,

menilainya secara kritis dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dicapai

dalam bentuk tulisan.

1. Heuristik

Pada tahap heuristik atau pengumpulan sumber yakni suatu proses

yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber,

data-data, atau jejak sejarah. Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Sumber

sejarah menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua yaitu tertulis dan tidak

tertulis, atau dokumen dan artefak. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa

(16)

11

utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa

dipahami orang lain.

Adapun sumber data yang penulis dapatkan adalah :

a. Piagam pendirian pondok pesantren Mas.

b. Akte pendirian pondok pesantren Mas.

c. Piagam organisasi yang ada di dalam pondok pesantren Mas.

d. Foto pembangunan gedung aula pondok pesantren Mas tahun 2013.

e. Foto kegiatan pondok pesantren Mas dalam festival hadrah banjari.

Penulisan ini ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis.

Sumber lisan diperoleh dari serangkaian wawancara. Wawancara untuk

keperluan penelitian berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara

biasanya dimaksudkan untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat

secara lisan dari seseorang dengan berbicara langsung.

Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi

dimasa sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk

dijawab oleh orang yang diwawancarai. Pokok-pokok wawancara biasanya

berkenaan dengan tiga tema sentral, yaitu tingkah laku, sistem nilai, dan

perasaan subjek penelitian. Pertanyaan juga perlu didesain agar bisa

mendapatkan jawaban yang valid.

Adapun orang yang penulis wawancarai diantaranya adalah:

Khisnullah ( Ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren Mas).

(17)

12

Muhayana (Salah satu warga desa Krembangan yang aktif dalam

Majlis Ta’lim di Dusun Dungduro).

2. Kritik sumber

Langkah selanjutnya adalah kritik sumber. Kririk Sumber sendiri

adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar

memperoleh kejelasan apakah sumber kredibel atau tidak, dan apakah

sumber tersebut autentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah

biasa disebut dengan istilah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah

isi sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ekstern

adalah kegiatan sejarawan untuk melihat apakah sumber yang didapatkan

autentik ataukah tidak.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk

melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah

sumber-sumber yang didapatkan dan telah diuji autentisitasnya terdapat

saling hubungan atau yang satu dan yang lain. Dengan demikian

sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah

didapatkan.

Dalam interpretasi ini dilakukan dengan dua macam cara yaitu;

analisis (menguraikan), sintesis (menyatukan) data. Analisis sejarah

bertujuan melakaukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari

(18)

13

hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya. Dengan demikian,

interpretasi dapat dikatakan sebagai proses memaknai fakta-fakta

sejarah.

4. Historiografi

Historiografi merupakan proses akhir dari pengerjaan penelitian.

Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakata-fakata yang

telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap

sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.13

H. Sistematika Pembahasan

Adapun mengenai sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Bab pertama berisikan pendahuluan, berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan

dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika

pembahasan.

Bab kedua membahas tentang sejarah berdirinya pondok pesantren MAS

yang meliputi letak geografis, latarbelakang berdinya pondok pesantren MAS,

tokoh pendiri pondok pesantren MAS serta visi dan misi pondok pesantren

Mas.

(19)

14

Bab ketiga akan membahas perkembangan pondok pesantren MAS yang

mana perkembangan itu meliputi infrastruktur pondok pesantren MAS, yang

sampai saat ini terus berkembang dalam pembangunan gedung, perkembangan

jumlah santri di pondok pesantren MAS dari tahun ke tahun, serta

perkembangan sistem pengajaran yang ada di pondok pesantren MAS yang

meliputi kurikulum, pengelolaan kelas, tenaga pengajar, dan lembaga

pendidikan formal yang ada di pondok pesantren MAS.

Bab keempat membahas tentang respon masyarakat dan santri terhadap

adanya pondok pesantren MAS, yang mana respon masyarakat merupakan

tanggapan atau sikap positif masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren

MAS.

Bab kelima penutup, setelah daribab ke bab dibahas maka dalam bab

kelima atau yang terakhir ini dibahas tentang kesimpulan dan saran yang

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAS

A. Kondisi Pondok Pesantren Mas

1. Letak Geografis

Desa Krembangan adalah desa yang terletak di kecamatan Taman

kabupaten Sidoarjo. Desa ini berjarak kurang lebih 3 KM dari pusat

pemerintahan kecamatan, 20 KM dari ibukota Kabupaten Sidoarjo. Luas

wilayah desa Krembagan ini sekitar 111.245 Ha, yang berada di

ketinggian tanah 9 M dari permukaan laut.

Sesuai dengan data Monografi Desa Krembangan pada tahun 2015,

pondok pesantren Mas memiliki tanah seluas 3000 meter persegi. Desa

Krembangan mempunyai lima dusun, diantaranya dusun magersari,

dungduro, njenek kulon, njenek wetan, dan penambangan. Secara

administratif, desa Krembangan terbagi atas 17 Rt dan 04 Rw.

Adapun perbatasan wilayah Desa Krembangan adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tawangsari

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gilang

c. Sebelah Barat berbatsan dengan Desa Tanjungsari

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mas1

1Sumber: Data Monografi Desa Krembangan Tahun 2015.

(21)

16

2. Agama Masyarakat

Mengenai agama masyarakat desa Krembangan seratus persen

beragama Islam, atau bisa dikatakan mayoritas agama Islam yang terbagi

menjadi:

Tabel 2.1

Daftar Agama Masyarakat Desa Krembangan Tahun 2015

Sumber: Data monografi dari kelurahan tahun 2015

3. Kondisi Sosial Budaya

Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti

bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan

oleh penduduk di desa Krembangan ini adalah bahasa Jawa. Untuk bahasa

nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari walaupun sebagian masyarakat sudah mulai

mengetahuinya. Bahasa ini digunakan pada waktu-waktu tertentu saja

No. Agama Masyarakat Jumlah pemeluk

1. Islam Nahdlatul Ulama’ 3.883 jiwa

2. Islam Muhammadiyah 27 jiwa

3. Kristen 17 jiwa

(22)

17

misalnya pada saat musyawarah desa ataupun pemberian pengarahan oleh

instansi pemerintah pada masyarakat. Namun demikian, pemakaiannya

tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur

dengan menggunkan bahasa Jawa, hal ini biasanya dilakukan untuk lebih

memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang

ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini memiliki kesan akrab

dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang

sebenarnya.

Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi

kemasyarakatan. Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman

segala perilaku masyarakat agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan

yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Organisasi masyarakat ini

merupakan wujud dari norma-norma dalam masyarakat yang mengatur

pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. WargA suatu

masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih

mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan

lainnya.

Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang

peranan penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka

apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang

terjadi dimasyarakat desa Krembangan. Orang tua yang dimintai nasehat

ini biasnya dijadikan sesepuh desa. Namun demikian, ada juga aturan atau

(23)

18

dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh penduduk desa.

Aturan-aturan ini biasanya berupa hukum-hukum yang tidak tertulis yang

sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga

masyarakat.

Musyawarah desa juga dilakukan sebaga salah satu cara menjaga

kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia didalam suatu

masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapakan dirumuskan suatu

norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk

secara tidak sengaja. Namun norma-norma tersebut telah melembaga dan

dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di

desa Krembangan adalah kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada

di desa ini adalah hormat dan patuh pada orang yang lebih tua ataupun

orang yang disegani. Apabila seseorang tidak melakukan hal ini maka

orang tersebut dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap

kebiasaan yang sudah ada. Anggota msyarakat yang melanggar adat

kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa

pengucilan atau cemoohan.2

4. Kondisi Ekonomi

Penduduk desa Krembangan yang mayoritas mata pencahariannya

sebagai petani dan pedagang. Tampak langsung pada pola kehidupan

(24)

19

masyarakat desa Krembangan yang sangat sederhana. Hal tersebut juga

disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki, sehingga

menyulitkan mereka untuk bekerja diluar dari sektor perdagangan dan

pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang

dimiliki oleh masyarakat tradisional di desa Krembangan, mampu

membuat mereka untuk bertahan hidup sampai sekarang ini.3

Gambar 2. 1

Salah satu pedagang di Desa Krembangan

B. Tinjauan Historis

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Mas Krembangan

Pada akhir tahun dekade 1800-an dan 1990-an, penggagas dan pendiri

pondok pesantren MAS melakukan pengamatan terhadap sejumlah

(25)

20

lembaga penyelenggara pendidikan Islam di Indonesia dan tanggungjawab

sebagai warga masyarakat muslim yang peduli terhadap dunia pendidikan,

mendorong penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS untuk terus

menerus melakukan diskusi dan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan

di Indonesia.

Dalam pandangan penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS,

sangat sedikit model mendidik dihampir seluruh jenjang pendidikan di

Indonesia yang mengindahkan tujuan pendidikan yang seharusnya.

Menurut penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS sendiri

pendidikan adalah proses membentuk manusia menuju pribadi yang

cerdas, tercerahkan, dewasa dan berkemanusiaan.

Para pendidik dan lembaga-lembaga pendidikan sering melupakan

makna hakiki pendidikan. Proses ini harus dilakaukan dari sejak dini

dengan menggali dan menumbuhkembangkan potensi-potensi

kemanusiaan peserta didik yang fitri secara berimbang dan terarah.

Setidaknya ada enam potensi yang mesti dididikkan (dikembangkan) yakni

potensi spiritual, emosional, moral, intelektual, jasmani dan sosial.4

Berikut penjelasannya:

a. Potensi Sosial, merupakan potensi yang sangat mendasar bagi seorang

pelajar, karena seorang pelajar harus bisa berdaptasi serta bersosialisasi

dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.

(26)

21

b. Potensi Spiritual, membentuk pelajar yang taat dengan cara

membiasakan membaca Al-Qur’an dan mengenalkan kisah-kisah para

nabi untuk dijadikan suri tauladan yang baik.

c. Potensi Intelektual, dengan potensi intelektual dapat membentuk

pelajar yang cerdas dan berpengetahuan luas.

d. Potensi Fisik, sejak lahir anak memiliki potensi-potensi yang positif,

maka diharapakan orangtua yang tinggal disekitar pondok harus

menyadari dan yakin bahwasannya memiliki potensi yang bagus

khususnya dipotensi fisik. Orang tua harus membekali anaknya dalam

menghadapi perkembangan zaman. Semua potensi ini harus

ditumbuhkembangakan secara proposional. Penguatan salah satu atau

kedua-duanya dengan meninggalkan atau mengabaikan potensi yang

lain akan melahirkan output yang seimbang. Sehingga output

lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia nyaris tidak memiliki tanggung

jawab kemanusiaan yang utuh sebagai warga terpelajar.

Pendidikan juga harus memperhatikan pendekatan tazkiyah dan tanwir

(penyucian dan pencerahan), tilawah talqin dan ta’wid (pembacaan teks suci, pembiasaan atau prilaku praktik Islami), dan ta’lim atau tadris

(pembelajaran dan transformasi pengetahuan). Namun, yang mendapat

perhatian utama adalah ta’lim dan tadris, sementara tazkiyah dan tanwir

(27)

22

mereka. Dengan demikian pendidikan mampu melahirkan

manusia-manusia yang memiliki inisiatif, kreatifitas, dan kemandirian.

Menurut penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS perihal lain

yang melatar belakangi berdirinya pondok pesantren MAS adalah

pendidikan yang selama ini yang lebih mirip industri atau badan komersial

daripada sebagai lembaga pengembang potensi murid. Segala urusan

kependidikan, dari meningkatkan mutu hingga fasilitas apapun yang

diperoleh ditolak ukuri dengan fulus. Semua aspek membutuhkan rupiah.

Maka ongkos pendidikan pun menjadi mahal, sehingga kaum Mustad’afin

atau orang-orang dari kelas ekonomi lemah tidak dapat menjangkaunya.

Dengan demikian, itulah hal-hal yang melatarbelakangi didirikannya

lembaga pendidikan dalam wujud pondok pesantren MAS. Orientasi

penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS adalah mendidik dalam arti

Islami, dan dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah, baik secara

ekonomi maupun strata sosialnya.5

2. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren Mas

Pendiri pondok pesantren MAS terdiri dari empat tokoh, yang pertama

adalah alm.KH. Mas Muslich bin Ali yang wafat pada tahun 2003, yang

kedua adalah alm. Ibu Nyai H. Nainil Muna binti Toha yang wafat pada

(28)

23

tahun 2015, yang ketiga adalah Drs. H. Nur Mufid, MA., yang keempat

adalah Dr. Drs Ec H. Abdul Mujib bin H. Hamim.

KH.Mas Muslich dan H. Nuf Mufid merupakan saudara kandung

kakak beradik yang lahir dari pasangan KH. M. Ali dan Ibu Nyai H. Nainil

Muna. KH.Mas Muslich adalah putra kedua dari tujuh bersaudara,

sedangkan H. Nur Mufid putra kelima dari tujuh bersaudara yang lahir

pada tahun 1964, empat perempuan dan tiga laki-laki. Ayah dan Ibu

KH.Nur Mufid dikenal baik pribadinya dan baik hati oleh masyarakat desa

Krembangan setempat.

KH.Nur Mufid dikenal dengan sosok yang cerdas dan juga pendiam.

Masa kecil beiau saat menduduki bangku sekolah dasar, beliau sudah

bersekolah di sekolahan yang berbasis Islami yakni di MI Tarbiyatul

Akhlaq. Tahun 1976 beliau melanjutkan sekolah menengah pertamanya di

Ndresmo An-Najihad, beliau lulus tahun 1979. Maka di tingkat pendidikan

aliyah beliau melanjutkan pendidikan di Langitan Tuban.

Pada tahun 1982 beliau melajutkan pendidikannya ke perguruan tinggi

UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta program S1. Beliau merupakan

mahasiswa terbaik di UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta, sehingga beliau

meneruskan pendidikannya S2 di LEEDS UNIV.

Setelah beliau lulus dalam masa pendidikannya, maka beliau menjadi

(29)

24

menikah dengan ibu Nyai Musalamah yang dikaruniai tujuh anak, tiga

laki-laki dan empat perempuan.

Karya yang dihasilkan beliau saat menjadi kiai, beliau membuat kamus

Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab.6Selain itu beliau juga meciptakan

sebuah lagu-lagu Islami, dimana lagu-lagu tersebut berisikan motivasi, dan

lagu tersebut dinyanyikan saat ada acara di pondok pesantren MAS.

3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren MAS

Desa Krembangan yang berada di dusun Dungduro atau juga biasanya

ada yang menyebutnya dengan sebutan Kedungduro yang mempunyai arti

kedung seperti waduk yang berarti gedung buaya atau istananya buaya dan

duro yang mempunyai arti orang Madura.

Desa Krembangan pada mulanya juga sebuah hutan. Namun menurut

masyarakat setempat, pada tahun 1300-an awal mula kedatangan kiai

Nidhomuddin dari Sidoresmo ke desa Krembangan menggunakan getek,

semacam perahu kecil yang terdiri dari susunan bambu kering. Getek

tersebut berjalan melawan arus sungai, yang mestinya berjalan kearah

timur namun getek tersebut berjalan kearah barat, dan tiba-tiba saja

berhenti di desa Krembangan, sehingga kiai Nidhomudin singgah di desa

Krembangan dan menyebarkan ilmu di desa Krembangan dusun

Dungduro. Saat itu santrinya hanya satu yaitu orang Madura yang

(30)

25

kemudian setelah itu kiai Nidhomudin mendirikan sebuah pondok yang

sederhana dan santrinya yang berasal dari Madura itu kemudian bermukim

di desa tersebut.

Kiai Nidhomudin memiliki seorang putra yang bernama Hambali.

Hambali mengikuti jejak sang ayah, beliau juga mendirikan sebuah

pondok di desa Krembangan dusun Dungduro. Pondok tersebut bernama

pondok Alawi.7

Pada tahun-tahun berikutnya, tepatnya pada abad ke 20 tahun 2002

berdiri sebuah pondok pesantren MAS yang termasuk pondok pesantren

modern di Dungduro desa Krembangan Taman Sidoarjo. Pondok

pesantren MAS ini didirikan atas ide KH. Nur Mufid bin Ali yang

trmasuk cucu dari kiai Hambali. Dalam pendirian pondok pesantren MAS

ini yang berperan adalah sebagai berikut:

1. Alm. KH. Mas Muslich bin Ali

2. Alm. Ibu Nyai H. Nailil Muna binti Toha

(Ibu kandung Drs. H. Nur Mufid, MA)

3. Drs. H. Nur Mufid, M.A.

4. Dr. Drs Ec H. Abdul Mujib bin H. Hamim

Yang dibantu oleh:

1. KH. Moh. Hilmi bin Ali.

(31)

26

2. KH. Abdul Jalil bin Moh. Baqir.

3. Seluruh keluarga dari putra-putri KH. Moh Ali bin Hambali.

4. Masyarakat umum terutama warga Dungduro Krembangan Taman

Sidoarjo.

Kepengasuhan langsung dipegang oleh Drs. H. Nur Mufid, MA yang

hingga saat ini berlangsung selama 15 tahun. Pada masa awal pendirian

pondok tepatnya pada tahun 2000 keadaan pondok pesantren MAS belum

bisa berjalan dengan baik, lantaran santri yang menetap di asrama belum

seberapa banyak, begitu juga asrama yang ada masih terdiri dari tiga

kamar saja, dan kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren MAS

hanya diikuti oleh warga kampung sekitar dan tidak ada yang bermukim di

sana. Adapun kegiatan belajar mengajar pada saat itu hanya pengajian

kitab kuning dan membaca al-Qur’an.8

Makna dari sebuah nama pondok pesantren MAS, MAS yang berarti

logam atau tambang mulia yang disukai oleh hampir semua orang. Diharap

pondok ini dengan seluruh civitas pondoknya juga disukai semua orang.

Dipilih kata MAS karena juga mudah diucapkan. Hanya satu suku kata

“MAS”. Kemudian dapat juga singkatan dari :

1. Mandiri moderat

2. Aktif dan Aplikatif

3. Sahaja dan Santun

(32)

27

Adapun alasan lain memilih kata MAS sebagai penamaan pondok

pesantren karena berada di samping sungai Mas dan agar dekat dengan

masyarakat.9

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Mas

a.Visi Pondok Pesantren MAS.

Visi pondok pesantren MAS adalah menjadi lembaga pendidikan

dan pengkaderan yang mencerahkan, mencerdaskan, dan mendewasakan

dalam kerangka akhlaq Islam.

Sebagai konsekuensi dari lembaga pengkaderan, maka seluruh unit

kegiatan, baik yang bersinggungan langsung dengan proses

pembelajaran maupun yang tidak, harus diarahkan pada pencapaian

tujuan, misi dan orientasi pondok ini dengan fokus yang tajam. Karena

itu dalam jumlah satuan mata pelajaran di pondok ini, di Madrasah

Nasyi’in, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan madrasah pondok

sejenis. Demikian pula jumlah alokasi waktu pembelajran

formal-terstruktur dalam setiap satu minggunya.Visi demikian juga menuntut

dipakainya pendekatan yang profetik (nabawi) dan mengakar kuat pada

tradisi pendidikan Islam dalam arti sebenar dan sejatinya.10

b. Misi Pondok Pesantren MAS

(33)

28

Adapun misi dan orientasi pondok pesantren MAS adalah

mengantar dan membekali peserta didik untuk menjadi pribadi-pribadi

muslim terpelajar yang:

1. Memiliki tanggungjawab dan rasa kepedulian yang tinggi terhadap

masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki inisiatif dan kreatifitas dan wawasan kemanusiaan yang

Islami.

3. Memiliki kompetensi keilmuan yang memadai sesuai kurikulum

pelajaran yang ditetapka untuk melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi.11

c. Motto Pondok Pesantren MAS

Motto pondok pesantren MAS adalah pendidikan Islami profetik

yang bertaggungjawab untuk semua penyelenggara pendidikan di

pondok pesantren MAS harus bertradisi Islam dengan akar pendidikan

Nabawi. Para santri, juga para pengelola dan guru, tidak dipandang

dari kelompok ekonomi tertentu.12

Sehingga tidak ada perbedaan antara santri dan pengelola pondok

pesantren MAS. Semuanya diharapakan menjadi santri yang

pengetahuan luas, baik agamanya maupun intelektualnya dalam

menghadapi berbagai masalah yang ada.

(34)

BAB III

PERKEMBAGAN PONDOK PESANTREN MAS TAHUN

2000-2015

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam sangat penting dan

menarik. Pondok pesantren memerankan hal yang sangat berarti di masyarakat.

Dalam hal ini seorang kiai memang sangat berarti dan sangat dibutuhkan, karena

maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu pondok pesantren tergantung dari

sosok kiai.1

Keberadaan pondok pesantren yang hadir di tengah-tengah masyarakat tidak

hanya sebagai lembaga penyiaran Islam tetapi juga sebagai lembaga pendidikan.

Pembinaan yang dilakukan di pesantren bisanya tidak hanya fokus di lingkungan

pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui kegiatan sosial keagamaan.

Untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar dan maju, tidak hanya

menjadi pesantren yang terkenal, melainkan tumbuh sedikit demi sedikit melalui

kurun waktu yang lama. Oleh karena itu dalam hal ini sosok kiai dan susunan

kepengurusan pondok pesantren sangat berperan dalam pasang surutnya

perkembangan dan kemajuan yang ada di pondok pesantren.

(35)

30

A. Perkembangan Kepengurusan Pondok Pesantren MAS

Kelembagaan pondok pesantren serta kepemimpinan yang dilakukan

sudah menjadi suatu tradisi bahwa seorang pendiri pondok pesantren sekaligus

menjadi pemimpin atau pengasuh pondok pesantren.

Begitu pula yang terjadi pada awal berdirinya pondok pesantren MAS,

dengan jumlah santri yang masih sangat sedikit bahkan belum ada santri yang

menetap di asrama, kepemimpinan pondok pesantren dibawah kendali kiai

langsung begitu pula pengawasan dan pengaturannya. Saat itu kiai merupakan

faktor inti pesantren. Beliau adalah figur sentral karena seluruh

penyelenggaraan pesantren terpusat padanya. Kiai juga merupakan sumber

dari berbagai keputusan dan segala aktifitas.

Pada tahun 2007 aktifitas-aktifitas harian kepondokan lainnya diserahkan

kepada BPK (Badan Pengawas Kegiatan) ini dipimpin oleh salah seorang

santri yang telah lulus dan dalam masa pengabdian di pondok pesantren MAS,

pemilihan ini juga dilaksanakan secara demokrasi.2 Relasi sosial antara kiai

dan santri dengan adanya BPK tersebut dibangun atas landasan kepercayaan.

BPK (Badan Pengawas Kegiatan) didirikan dengan tujuan pengawasan

menyeluruh terhadap kegiatan para santri yang tidak mungkin lagi dilakukan

sendiri oleh kiai mengingat dengan bertambahnya jumlah santri yang berada

di pondok pesantren MAS setiap tahunnya. BPK (Badan Pengawas Kegiatan)

terdiri atas beberapa kepengurusan yang membantu kinerja ketua lengkap

(36)

31

dengan pembagaian tugas masing-masing, meskipun telah dibentuk pengurus

yang bertugas melaksanakan segala kegiatan pesantren sehari-hari, kekuasaan

mutlak senantiasa berada ditangan kiai. Pergantian kepengurusan ini

berlangsung selama satu tahun.

Kepengurusan pondok pesantren MAS juga sebagai penangung jawab

kegiatan sosial keagamaan. Seperti halnya kegiatan sosial keagamaan yang

melibatkan masyarakat. Kegiatan sosial keagamaan itu meliputi haflah akhir

sanah yang disertai pengajian umum, peringatan hari besar (Idul Adha), hala

bihalal. Semua kegiatan itu sudah menjadi tradisi pondok pesantren MAS

sejak tahun 2000 hingga saat ini tahun 2015 masih dilaksanakan setiap

tahunnya.

Adapun susunan kepengurusan pondok pesantren MAS sebagai

berikut:

(37)

B. Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS

Seorang kiai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,

mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,

karena musolla yang merupakan

dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat

untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban

sembahyang lima waktu, dan

Sumber: Soft file pondok pesantren MAS

Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS

ai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,

mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,

karena musolla yang merupakan elemen pesantren yang tidak dapat

dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat

untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban

sembahyang lima waktu, dan pengajaran kitab-kitab Islam. Sehingga sampai

32

Soft file pondok pesantren MAS

ai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,

mula-mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,

elemen pesantren yang tidak dapat

dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat

untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban

(38)

33

saat ini lembaga pondok pesantren tetap memelihara terus tradisi ini.3 Para

kiai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid

sebagai tempat yang paling tepat untuk memperoleh pengetahuan agama dan

kewajiban agama yang lain.

Begitu pula yang terjadi dengan pondok pesantren MAS, pada abad ke-20

tepatnya pada tahun 2000, dibangunlah fisik pondok pesantren MAS di atas

area sekitar 3000 meter persegi. Pada hari senin, tanggal 21 Rabiul Awal 1421

H, bertepatan dengan 21 Juni tahun 2000 M adalah hari peletakan batu

pertama, yakni yang dibangun adalah sebuah musolla.4Dimana menurut

pondok pesantren MAS, musolla merupakan sebuah simbol pendidikan ala

pesantren, oleh karena itu musollah dibangun pada awal-awal pembangunan

pondok pesantren.5

Setelah didirikannya musolla sebagai simbol pesantren pada awal-awal

pendiriannya, maka pondok pesantren MAS dalam kurun waktu enam bulan

tepatnya pada bulan desember akhir tahun 2000, dibangunlah fisik pondok

pesantren MAS berikutnya, yakni pembangunan asrama atau pemondokan

santri. Dibangun sebuah asrama, karena pada dasarnya asrama merupakan

sebuah dasar pondok pesantren atau sebuah elemen pesantren yang tidak dapat

dipisahkan dari sebuah pondok pesantren, tapi juga sebagai penopang utama

bagi pesantren untuk dapat terus berkembang.

3Dhofier, Tradisi Pesantren, 49.

4Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS.

(39)

34

Ada tiga alasan utama pondok pesantren MAS harus menyediakan asrama

bagi para santri. Pertama, kemasyhuran kiai dan kedalaman pengetahuannya

tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari

kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut

harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap di asrama. Kedua,

pondok pesantren MAS ini berada di desa yang mana tidak tersedia

perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung santri-santri.

Dengan demikian, perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri.

Ketiga, ada sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana para santri

menganggap kiainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai

menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa

dilindungi.

Khusus untuk pondok tempat tinggal santri wanita biasanya dipisahkan

dengan pondok untuk santri laki-laki, selain dipisahkan oleh rumah kiai dan

keluarganya, juga oleh masjid dan ruang-ruang madrasah. Keadaan

kamarnyapun tidak jauh dengan pondok laki-laki. Maka pondok pesantren

MAS putri berada di ndalem kiai yang tidaklah jauh dari pondok pesantren

MAS putra.

Dengan demikian, maka awal-awal pertama perkembangan pembangunan

fisik Pondok Pesantren MAS tepatnya pada akhir tahun 2000 dibagun asrama

atau pemondokan santri yang terdiri dari 3 kamar, yang berada di dekat

(40)

35

ini pendiri pondok MAS beristirahat sejenak untuk tidak melanjutkan

pembangunan fisik, dikarenakan faktor keterbatasan dana.6Namun pendiri

pondok pesantren MAS tidaklah mudah untuk berputusasa.

Seiring berjalannya waktu, setiap tahun santri betambah jumlahnya, maka

pada tahun 2008 gedung asrama atau pemondokan santri di tambah dan di

bangun yang terdiri dari tiga lantai. Satu tahun kemudian, pada tahun 2009

dibangunlah kantor pondok pesantren MAS. Pembangunan gedung yang

terakhir saat ini pada tahun 2013 yakni dibangun sebuah aula, dimana aula

tersebut dipergunakan

(41)

36

Daftar Bangunan Pondok Pesantren MAS Tahun 2015

Sumber: Soft File Pondok Pesantren MAS

C. Perkembangan Santri Pondok Pesantren MAS

Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pondok pesantren.

Oleh karena itu menurut tradisi pesantren, maka santri terdapat dua kelompok

yaitu santri mukim dan santri kalong. Seorang santri pergi dan menetap di

NO NAMA BANGUNAN JUMLAH KEADAAN

1 KANTOR 3 BAIK

2 MASJID 1 BAIK

3 KAMAR TIDUR 11 BAIK

4 KAMAR MANDI 14 BAIK

5 KELAS 4 BAIK

6 LAPANGAN SEPAK BOLA 1 BAIK

7 LAPANGAN VOLI 1 BAIK

8 AULA 1 BAIK

9 TAMAN 12 BAIK

10 KOLAM IKAN 2 BAIK

11 TEMPAT PARKIR 1 BAIK

12 GUDANG 1 BAIK

13 JEMURAN 1 BAIK

14 DAPUR 1 BAIK

15 KANTIN 1 BAIK

16 KOPERASI 1 BAIK

17 PERPUSTAKAAN 1 BAIK

18 TEMPAT WUDHU 2 BAIK

19 TEMPAT KAYU 1 BAIK

20 POS 1 BAIK

(42)

37

1. Santri biasanya berkeinginan untuk mempelajari kitab-kitab lain yang

sudah diketahui sebelumnya atau memang belum diketahui sama sekali

tentunya yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah

bimbingan kiai yang memimpin pondok pesantren.

2. Santri berkeinginan untuk memperoleh pengalamankehidupan di

pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun

hubungan dengan pesantren-pesantren lain.

3. Santri berkeinginan memfokuskan studinya di pesantren tanpa disibukkan

oleh kewajiban sehari-hari yang ada dirumah keluarganya. Selain itu,

dengan tinggal atu menetap di sebuah pondok pesantren yang jaraknya

jauh dari tempat tinggalnya maka tidaklah mudah pulang pergi meskipun

terkadang santri itu menginginkannya.7

Dalam perkembangan baik kelompok, jumlah, keadaan santri yang

terdapat di pondok pesantren MAS pada awal-awalnya tidak ada santri yang

menetap ataupun pulang pergi di pondok pesantren MAS, melainkan setelah

hanya pengajian ibu-ibu di kampung. Seiring berjalannya waktu maka santri

pertama yang menetap di pondok pesantren MAS terdiri dari dua orang saja

yang berasal dari daerah bojonegoro dan yang satunya lagi berasal dari desa

krembangan. Maka pada awal-awal tahun 2003 jumlah santri yang mentap

maupun yang tidak menetap berjumlah 30 santri. Sehingga tahun 2003 sampai

sekarang jumlah santri yang menetap di pondok pesantren MAS terus

meningkat hingga mencapai ratusan.

(43)

38

Berdasarkan dari tahun ketahun banyaknya penambahan jumlah santri

yang masuk di Pondok Pesantren MAS dapat digambarakan pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Daftar Jumlah Santri Pondok Pesantren MAS

No. Tahun Jumlah santri yang masuk

1 2000 Belum ada santri

2 2001 7

3 2002 10

4 2003 14

5 2004 14

6 2005 21

7 2006 10

8 2007 45

9 2008 34

10 2009 32

11 2010 26

12 2011 42

13 2012 45

14 2013 42

15 2014 70

[image:43.595.137.494.239.740.2]
(44)

39

Sumber: File Alumni Pondok Pesantren MAS

Sehingga mulai tahun 2003 sampai sekarang jumlah santri yang menetap

di pondok pesantren MAS terus meningkat hingga mencapai ratusan.

D. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren MAS

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, teutama

karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah, merupakan satu-satunya

pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama

pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama.

Namun sekarang atau saat ini, telah banyak pesantren yang mamasukkan

pengajaran pengetahuan umum sebagai bagian penting dalam pendidikan

pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai

upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren dalam mendidik calon-calon

ulama, yang masih ingin belajar pada faham Islam tradisional.

Sudah merupakan suatu keharusan bahwa lembaga pesantren dituntut tidak

hanya mencerdaskan bangsa di sektor keagamaan, tetapi juga mencerdaskan

kehidupan secara keseluruhan. Dengan kata lain, lembaga pesantren

dibutuhkan pula untuk menyiapkan kader-kader ulama’ yang intelektulal dan

proporsional.

Dengan pikiran yang demikian itu Drs. H. Nur Mufid selaku pengasuh

(45)

40

tahun 2003 pondok pesantren MAS telah membuka pendidikan formal Aliyah

yang setingkat dengan SMA dan setelah empat tahun berjalan maka pengasuh

pondok pesantren MAS membuka pendidikan formal MTs yang setingkat

dengan SMP serta mendapat dukungan dari semua pihak.

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, teutama

karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah, merupkan satu-satunya

pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama

pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama.

Dengan demikian dari awal pendirian pondok pesantren ini mengalami

perkembangan dan peningkatan yang cukup besar. Dari segi pendidikan,

kurikulum, maupun sarana pendidikan dan pengajaran. Maka program yang

diberlakukan di pondok pesantren MAS secara keseluruhan adalah enam

tahun.

Pada tahun 2003 tepatnya pada tanggal 20 Agustus secara resmi pondok

pesantren MAS memulai pendidikan formal jenjang menengah atas yaitu

Madrasah Aliyah pondok pesantren MAS. Saat itu peserta didik hanya

berjumlah sebelas santri, dari kesekian santri tersebut, maka pada tahun itu

pula santri pertama Madrasah Aliyah pondok pesantren MAS mengikuti Ujian

Nasional.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, diselenggarakan pula pendidikan

formal Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ini sudah berjalan sekitar satu

(46)

41

ditiadakan. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2015 Madrasah Diniyah ini

diselenggarakan lagi di pondok pesantren MAS, namun kegiatannya hanya

mengaji saja.

Pada tahun 2007, pihak pondok pesantren MAS mempertimbangkan

kesatrategisan dalam mendidik, yang akhirnya pata bulan Juli tepatnya

patahun 2007 pondok pesantren MAS menyeleggarakan pendidikan tingkat

menengah pertama (MTs). Dengan demikian Kelas III (tiga) MTs yang setara

dengan SMP diikut sertakan Ujian Nasional (UN) dan kelas VI (enam) MA

yang setara dengan SMA diikut sertakan Ujian Nasional (UN). Sehingga

program paket keseluruhannya adalah enam tahun, dan kedua jenjang ini kini

menjadi Madrasah Nasy’in Pondok Pesantren MAS.

1. Kurikulum Pondok Pesantren MAS

Kurikulum adalah adalah pedoman yang menjadi pegangan pengasuh

atau guru untuk melatih anak didiknya dalam menembangakan

pengetahuan, keterampilan serta sikap hidup para santri.

Kurikulum pondok pesantren MAS berbeda dengan kurikulum di

Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah pada umumnya, namun

(47)

42

khusus lagi dalam pelatihan praktek menerjemah dan praktek berpidato

dalam bahasa Arab.

Dengan demikian kuruikulum yang ada di pondok pesantren MAS

[image:47.595.140.540.233.657.2]

terbagi menjadi empat bagian sebagai berikut:

Tabel 3.4

Daftar kurikulum Pondok Pesanren MAS 2015

No Kurikulum Keterangan

1 Kurikulum Umum Menyesuaikan kurikulum Kemendiknas dan

Kemenag RI

2 Kurikulum Keislaman a.Al-Qur’an dan Ulum al-Qur’an

b. Hadits dan Ulum hadits

c. Fikih dan Ushul Fikih

d. Sirah Nabawiyah dan Fiqh Siroh

e. Aqidah Akhlaq

3 Kurikulum

Kepesantrenan

a.Bahasa Arab b.Nahwu/sorof

(48)

43

4 Kurikulum Khusus a.Pelatihan dan Praktek Menerjemah

(Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab)

b.Pelatihan dan Praktek Komputer

c.Pelatihan dan Praktek Berpidato dalam Arab

dan Indonesia

Sumber: Profil Pondok Pesantren

Dengan demikian, maka kurikulum dalam penerapan bahasa

keseharian di pondok pesantren MAS adalah digunakannya dua bahasa,

yaitu bahasa Arab dan bahasa Indoneisa sebagai bahasa percakapan

sehari-hari yang telah berlangsung sejak tahun pertama penyelenggaraan di

pondok pesantren MAS.

Saat tahun 2007 dari pihak pondok pesantren MAS mengadakan

evaluasi, sehingga diperoleh keputusan baru yakni digunakannya bahsa

Jawa Halus atau yang biasa disebut dengan sebutan bahsa Kromo Inggil

dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Sementara untuk bahasa Inggris

cukup dipelajari dalam kelas atau laboratorium bahasa saja, karena

menurut pihak dari pondok pesantren MAS jika bahasa Inggris juga

(49)

44

Pendiri dan penggagas pondok pesantren MAS sendiri berpendapat

bahwa sudah banyak sekali pondok pesantren yang menerepkan sistem dua

bahasa keseharian dalam aktivitas pondok pesantren. Sehingga berbeda

dengan pondok pesantren lain bahwa pondok pesantren MAS

berkonsentrasi pada bahsa al-Qur’an yakni bahsa Arab.

2. Pengelolaan Kelas.

Dalam pengelolaan kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab

pengasuh dan tenaga pengajar yang ada di pondok pesantren MAS. Untuk

pelaksanaan belajar para santri di pondok pesantren MAS menerima

pendidikan dan pengajaran antara putra dan putri secara bersamaan

mendapatkan porsi yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

Jam belajar santri di pondok pesantren MAS selama satu hari

ditentukan pada jadwal belajar yaitu mulai pukul 04.00 sampai pukul

21.30 dan ada juga yang mendapatkan penambahan belajar diluar waktu

yang ditentukan oleh pegasuh.

[image:49.595.134.514.235.529.2]

Adapun jadwal santri Pondok pesantren MAS sebagai berikut:

Tabel 3.5

Daftar Kegiatan Santri Pondok Pesantren MAS

No Waktu Kegiatan

(50)

45

mengaji Al-Qur’an untuk kelas 1,2,3 dan

Pengajian Kutub Turast untuk kelas 4,5,6

2. 06.00-07.00 Olahraga, makan pagi dan persiapan masuk

Madrasah/sekolah

3. 07.00-12.30 Belajar di Madrasah (regular)

4. 12.30-13.15 Rehat, Shalat Dzuhur, mengaji al-Qur;an, dan

makan siang

5. 13.15-14.45 Belajar non kelas (mandiri)

6. 14.45-15.30 Shalat Ashar, mengaji Al-Qur’an

7. 15.30-17.00 Pendidikan jasmani dan kreatifitas

8. 17.00-19.30 Persiapan Shalat Maghrib, mengaji Al-Qur’an (

Kelas 1,2,3), dan mengaji Kitab Tafsir ( Kelas IV,

V, VI)

9. 19.30-20.00 Makan Malam

10. 20.00-21.30 Muraja’ah durus, belajar mandiri terstruktur

11. 21.30-03.30 Rehat (tidur)

12. 03.30-04.00 Shalat Tahjud persiapan Shalat Subuh

Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS

Sedangkan dalam waktu enam hari dalam proses belajar mengajar

yakni empat hari berada di dalam ruang kelas belajar, satu hari khusus

pelajaran agama atau Islami, satu hari kegitan di luar kelas yakni

pertamanan, perternakan, dan olahraga. Untuk hari liburnya adalah

(51)

46

3. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS.

Tenaga pengajar di Pondok Pesantren MAS 15 orang, dengan

perincian: ada tenaga pengajar pada sekolah formal, ada yang bertindak

sebagai pengajar non formal. Adapun pendidikan para pengajar (Ustadz)

adalah terdiri dari alumni perguruan tinggi bahkan alumni pesantren juga.

Berikut daftar tenga pengajar di pendidikan formal pondok pesantren MAS

sebaga berikut:

a. DRs. H. Nur Mufid, MA.

b. H. Mas Jalil Baqir

c. Ahmad Naufal, M. Th.I

d. Achmad Salafudin, S.pd.I

e. Ir. Miftah Julianto

f. Malia Fransisca, M.Pd.I

g. Mamik Masitah, S.Pd

h. Rohmah Barokah TJ. S.Pd.

(52)

47

j. Makkiyah Al-Mukarromah Endru Najla, S.Pd.I

4. Metode Pengajaran

Sebagaimana di sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran di pondok

pesantren secara umum bahwa, yang dipergunkan didalam mengajar dan

mendidik santrinya antara lain menggunakan metode sorogan dan weton.

Biasanya metode itu digunkan untuk pondok pesantren salafiyah.

Dengan demikian pondok pesantren yang penulis bahas merupakan

pondok pesantren modern sehingga adapun metode pengajaran yang ada

di pondok pesantren MAS sebagai berikut:

a. Pendekatan yang mendewasakan, mencerdaskan dan mencerahkan

b. Sistem pembelajaran terpadu dan terencana

c. Metode semua aktif

d. Teknik pembelajaran dialogis, interaktif dan partisipatoris

Dengan demikian, maka metode yang diterapkan di pondok pesantren

MAS diharapkan para santri lahir dengan pribadi-pribadi muslim yang

mandiri, kreatif, kaya inisiatif dan memiliki tanggungjawab dan

kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.

5. Kegiatan Non Formal Pondok Pesantren MAS

Pondok pesantren MAS selain memberikan pendidikan dan pengajaran

(53)

48

mempersiapkan kader-kader pemimpin umat bangsa dan negara serta

untuk melengkapi ketrampilan para santri. Dengan demikian, maka

maksud dari melengkapi keterampilan adalah untuk memeberikan

bermacam-macam keterampilan yang dapat menunjang serta melengkapi

pengetahuan. Pendidikan inipun diharapkan dapat menjadi dorongan dan

menyadarkan para santri untuk memilki jiwa wiraswasta serta pola hidup

mandiri.

Maka Pondok Pesantren MAS melalui minat atau bakat para santri

pada tahun 2003 membentuk suatu wadah organisasi bagi para santri.

Adapun kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:

a. Shalawat dan seni terbang Banjari

b. Kaligrafi Islam

c. Latihan pidato 3 bahasa

d. Kajian kitab Turats

e. Tata boga

f. Menyulam

(54)

BAB IV

RESPON MASYARAKAT DAN SANTRI TERHADAP PONDOK

PESANTREN MAS

A. Respon Masyarakat Terhadap Pondok Pesantren MAS

Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari

lingkungan. Respon seseorang dapat berbentuk baik atau malah sebaliknya

yakni buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka orang yang

bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan

respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.

Sedangkan masyarakat sendiri adalah sekelompok orang yang membentuk

sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar

interaksi adalah individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata

“masyarakat “ sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyrak.

Masyarakat adalah sebuah komunitas yang saling tergantung satu sama lain.

Umumnya, istilah masyarakat digunkan untuk mengacu sekelompok orang

yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Dengan demikian, biasanya suatu masyarakat ada yang menunjukkan

respon negatif atau positif terhadap suatu pondok pesantren yang ada di

desanya, namun masyarakat yang ada di desa Krembagan responnya sangat

(55)

49

semua masyarakat telah menyambut dengan baik terhadap keberadaan pondok

pesantren MAS.

Adapun respon positif hasil dari wawancara sebagai berikut:

1. Menurut pendapat dari bapak Usman yang masih saudara degan pendiri

pondok pesantren MAS berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren

MAS, beliau responnya sangat setuju dengan adanya pondok pesantren

MAS, karena akan banyak orang berpendidikan di desa Kerembangan.

Bahkan ujarnya bapak Usman, beliau berpartisipasi dalam awal pendirian

pondok pesantren MAS dengan menyumbangkan tenaganya untuk

pembangunan awal fisik pondok pesantren MAS.1

2. Ibu Muhayana sebagai masyarakat setempat yang aktif dalam majlis ta’lim

desa Krembangan berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren MAS

responnya sangat baik, karena beliau sangat kagum dengan penampilan

para santri dan santriwati pondok pesantren MAS dalam menampilkan

lagu-lagu Islami sangatlah bagus. Oleh karena itu beliau senang dengan

keberadaan pondok pesantren MAS, karena tidak hanya mengajarkan ilmu

agama saja, tetapi juga mengajarkan suatu karya lagu-lagu Islami yang

penuh makna.2

3. Menurut bapak Samadi yang merupkan warga masyarakat skitar pondok

pesantren MAS, beliau merespon tentang keberadaan pondok pesantren

MAS sangat baik, karena dalam suatu acara yang diselenggarakan pondok

pesantren MAS mengandung dakwah Islam dalam rangkaian acaranya,

(56)

50

bahkan jika pondok pesantren MAS mengadakan sutu acara, ujarnya saya

juga turut diundang. Bahkan bapak Samadi berharap pada acara-acara

selanjutnya beliau bisa menghadiri acara yang diselenggarakan oleh

pondok pesantren MAS.3

4. Menurut ibu Karomah yang juga merupakan warga desa Kembangan

responnya cukup baik dengan adanya pondok pesantren MAS, karena

menurut beliau dengan adanya pondok pesantren MAS maka beliau bisa

membuka sutu usaha rumahan dan kebetulan juga rumah yang di buat

usaha tidaklah jauh jaraknya dengan pondok pesantren MAS. Oleh karena

itu ibu Karomah sangatlah senang dengan keberadaan pondok pesantren

MAS, karena ada peluang usaha yang cukup bagus pula.

5. Respon dari Bapak Jupri berpendapat bahwa dengan adanya pondok

pesantren MAS ini beliau merespon cukup baik, kerena sejak keberadaan

pondok pesantren MAS, pondok tersebut mengadakan pengajian, baik

pengajian yang membahas tentang kitab ataupun pengajian umum.

Pengeajian tersebut juga dapat diikuti oleh masyarakat sekitar desa

Krembangan.4

Dari beberapa wawancara tersebut maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa respon yang ditunjukkan oleh warga masyarakat desa Krembangan

terhadap pondok pesantren MAS merupakan respon yang positif. Dengan

demikian secara tidak langsung dampak dari keberadaan pondok pesantren

Gambar

 Tabel 2.1
Gambar 2. 1
Tabel 3.3
 Tabel 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dengan tahap heuristik, yakni pengumpulan data dari sumber-sumber sejarah sezaman yang ditemukan di Arsip Dinas Pariwisata

Penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan metode sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber),

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dengan tahap heuristik, yakni pengumpulan data dari sumber-sumber sejarah sezaman yang berupa karya-karya

Metode ini menggunakan empat tahap penelitian yakni Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi (penafsiran sumber), dan

Penulisan skripsi ini disusun menggunakan metode penelitian sejarah yaitu: Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi (penafsiran sumber),

Metode ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu, Heuristik (Pengumpulan sumber), Verifikasi (Kritik Sumber), Interpretasi (Penafsiran Sumber), dan Historiografi

Sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan sejarah, maka studi ini dilakukan denganbeberapa tahap, yaitu kegiatan pengumpulan data Heuristik, Kritik sumber pengujian, interpretasi data, dan

Secara umum ada empat langkah dalam metode penelitian sejarah, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau verifikasi sumber, interpretasi atau mengkait-kaitkan sumber supaya