ABSTRAK
Skirpsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren MAS Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2000-2015”. Adapun permasalahan yang dibahas yaitu: 1) bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo? ; 2) bagaimana perkembangan pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015? ; 3) Bagaimana respon masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo?.
Skripsi ini menggunakan pendekatan historis yang mengarah pada sejarah perkembangan pondok pesantren, dan pendekatan sosiologi yang mengarah pada respon masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yakni Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik Sumber (intern dan ekstern), Interpretasi sejarah, dan tahap akhir dalam metode sejarah Historiografi. Teori continuity and change digunakan pada penelitian ini, yang pengaplikasiannya dimasukkan dalam perkembangan, perkembangan tersebut menyangkut tradisi lama dan memasukkan tradisi baru.
ABSTRACT
This thesis is the result from field research that have title “The History of Pondok Pesantren MAS Dusun Dungduro Krembangan District Taman Sidoarjo 2000-2015”. The problem is 1) how the history of the establishment pondok pesantren MAS dusun Dungduro desa Krembangan district Taman Sidoarjo? ; 2) how the developments pondok pesantren MAS dusun Dungduro Krembangan district Taman Sidoarjo 2000-2015? ; 3) how the responses of community and the students in pondok pesantren MAS dusun Dungduro Krembangan district Taman Sidoarjo city.
This thesis use historical approach that leads to history of developments pondok pesantren, and sociological approach that leads to the community and the response and students of the boarding scool. The method that the writer used is historical method is Heuristic (collect the resources), Critics the last steps in history method is Historiography. The application be included in the development, that development concern to old tradition and insert the old tradition.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBIN ... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. TujuanPenelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6
F. Penelitian Terdahulu ... 8
G. Metode Penelitian ... 10
H. Sistematika Pembahasan ... 14
1. Letak Geografis ... 16
2. Agama Masyarakat ... 17
3. Kondisi Sosial Budaya ... 17
4. KondisiEkonomi ... 20
B. Tinjauan Historis ... 21
1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren MAS ... 21
2. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren MAS ... 24
3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren MAS ... 25
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren MAS ... 28
BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MAS TAHUN 2000- 2015 A. Perkembangan Kelembagaan Pondok Pesantren MAS . 32 B. Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS ... 34
C. Perkembangan Santri Pondok Pesantren MAS ... 38
D. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren MAS ... 41
1. Kurikulum Pondok Pesantren MAS ... 44
2. Pengelolaan Kelas ... 46
3. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS ... 49
4. Metode Pengajaran ... 49
5. Kegiatan Non Formal Pondok Pesantren MAS ... 49
B. Respon Santri Terhadap Pondok Pesantren MAS ... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 59 B. Saran...60
DAFTAR PUSTAKA...61
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan,
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Dengan demikian
pesantren merupakan tempat di mana anak-anak muda dan dewasa belajar
secara lebih mendalam dan lebih lanjut ilmu agama Islam yang diajarkan
secara sistimatis, langsung dari bahasa Arab serta berdasarkan kitab-kitab
klasik karangan ulama-ulama besar.1
Adapun tujuan pondok pesantren adalah membentuk kepribadian
memantapkan akhlak dan melengkapinya dengan pengetahuan. Secara umum
tujuan pesantren ialah untuk mengembangkan agama Islam untuk lebih
memahami ajaran-ajaran agama Islam, terutama dalam bidang Tauhid, fiqih,
bahasa Arab, tafsir, hadist dan tasawuf.2
Dalam biang Tauhid yang diajarkan di pondok pesantren adalah memberi
dasar pegangan keyakinan hidup yakni tujuan dan untuk apa manusia hidup.
Dalam bidang Fiqih, yang diajarkan di pondok pesantren adalah aturan aturan
peribadatan dan hukum-hukum islam dalam keseharian. Di pesantren
dilakukan pula pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dalam ilmu Tafsir serta
hadis-hadis atau berita-berita mnegenai ucapan, sikap, tindakan dan teladan
1Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 2.
2
Nabi dalam rangkuman Ilmu Hadis, khususnya yang telah dihimpun dalam
buku-buku karangan Imam Bukhari dan Imam Muslim.3
Tipologi pondok pesantren dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk,
pengkategorian pondok pesantren berdasarkan sistem lama dan
keterpengaruhan sistem modern. Oleh karena itu pondok pesantren salafiyah
adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan
pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal
pertumbuhannya. Sedangkan pondok pesantren khalafiyah adalah pondok
pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan
modern, melalui pendidikan formal, baik madrasah, maupun sekolah dengan
pendekatan klasikal.4
Berdasarkan tipologi tersebut dapat diklasifikasikan bahwa pondok
pesantren salafiyah menerapkan kurikulum yang sistem pembelajarannya
bersumber pada kitab kuning atau kitab-kitab klasik. Sedangkan pesantren
khalafiyah menerapkan kurikulum yang umurnya dibatasi dan sistem
pembelajarannya dengan sistem kelas.5
Pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung
menjadi pondok pesantren. Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan
Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam,
dan mengimplimentasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penekanan
pada moral dalam hidup bermasyarakat.
3Dawam Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 3.
3
Pesantren yang memiliki watak mandiri dapat dilihat dari sudut
penglihatan dari fungsi kemasyarakatan pesantren secara umum, dan dari pola
pendidikan yang dikembangkan didalamnya. Oleh karena itu dilihat dari sudut
fungsi kemasyarakatannya, pesantren adalah sebuah alternatif ideal bagi
perkembangan keadaan yang terjadi di luarnya.6
Dalam sejarahnya, pondok pesantren merupakan pendidikan Islam
tradisional khas Indonesia yang sudah ada sejak sekitar abad XIII M. Dalam
perkembangannya, pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang tumbuh
dan berkembang subur di daerah pedesaan. Namun dengan perkembangan
seiring zaman, dunia pesantren saat ini telah mengalami perbaikan,
penyempurnaan dan perkembangan.
Secara umum unsur penting pondok pesantren yaitu kiai, asrama, santri,
sistem pendidikan. Pada awal berdirinya, bentuk pondok pesantren masih
sangat sederhana. Kegiatannya masih sangat sederhana yang diselenggarakan
di dalam masjid dengan beberapa orang santri. Kemudian berkembang
dibangun pondok-pondok sebagai tempat tinggal santri. Pesantren
didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang
menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat
tinggal santri yang bersifat permanen.7
Pondok Pesantren juga tidak bisa terpisah dengan kepemimpinan kiai.
Kharisma yang dimiliki oleh para kiai menyebabkan mereka menduduki posisi
6Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), 91.
4
kepemimpinan dalam lingkungannya. Selain sebagai pemimpin agama dan
pemimpin masyarakat desa, kiai juga memimpin sebuah pondok pesantren
tempat ia tinggal. Di lingkungan pondok pesantren inilah kiai tidak saja diakui
sebagai guru mengajar pengetahuan agama, tetapi juga di anggap oleh santri
sebagai seorang bapak atau orang tuanya sendiri. Sebagai seorang bapak yang
luas jangkauan pengaruhnya kepada semua santri, menempatkan kiai sebagai
seorang yang disegani, dihormati, dipatuhi dan menjadi sumber petunjuk ilmu
pengetahuan bagi santri.8 Selain itu, kiai juga terkenal dengan pengabdiannya
yang tanpa pamrih. Kiai yang ada dalam pondok pesantren juga dapat menjadi
guru yang mengamalkan ilmunya kepada santrinya. Oleh karena itu kiai dapat
disebut sebagai tokoh-tokoh pengabdi tanpa pamrih.9 Demikian pula dengan
kiai dipondok pesantren Mas dusun Dungduro desa Krembangan kecamatan
Taman kabupaten Sidoarjo.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis memaparkan
rumusan-rumusan masalah yang akan diungkap sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mas Dusun Dungduro
Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Mas Dusun Dungduro Desa
Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015?
8Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 77.
5
3. Bagaimana respon masyarakat dan santri terhadap Pondok Pesantren Mas
Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten
Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian terhadap masalah tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang
bertujuan:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mas Dusun
Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Mas Dusun
Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo
tahun 2000-2015.
3. Untuk mengetahui respon masyarakat dan santri terhadap Pondok
Pesantren Mas Dusun Dungduro Desa Krembangan Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman yang lebih mendalam dan menjadi khazanah keilmuan.
Adapun hal-hal yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat:
6
2. Berguna bagi umat Islam khususnya bagi penulis guna mengetahui
informasi ilmiah mengenai pondok pesantren Mas di dusun Dungduro
desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan
historis yang mencoba menarasikan sejarah perkembangan suatu lembaga,
yang mana menurut Sartono Kartodirjo sejarah naratif adalah sejarah yang
mendiskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa yang
terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain kejadian-kejadian
penting diseleksi dan diatur menurut proses waktu sedemikian sehingga
tersusun sebagai cerita.10
Selain menggunakan pendekatan historis, penulis juga menggunakan
pendekatan ilmu sosiologi. Dalam hal ini penulis mewawancarai mesyarakat
setempat desa Krembangan tentang respon masing-masing individu terhadap
pondok pesantren MAS. Sehingga dapat diketahui hubungan masyarakat
terhadap pondok pesantren MAS.
Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya
harus dapat memahami perubahan-perubahan didalam pondok pesantren. Dan
seharusnya diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya
perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat pada pondok,
masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kiai yang merupakan
7
elemen dasar dari tradisi pesantren.11 Ini berarti bahwa suatu lembaga
pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut,
akan berubah statusnya menjadi pesantren. Dengan melihat
perubahan-perubahan dari lima elemen itu maka nantinya dapat mengetahui
perkembangan dari pondok pesantren.
Maka dengan menggunakan teori continuity and change atau sudut
pendekatan yang meneliti adanya kesinambungan di tengah-tengah adanya
perubahan yang terjadi di pesantren. Dengan menggunakan teori continuity
and change maka dapat digambarkan bahwa dalam membangun masa depan,
pesantren berdiri dengan teguh di atas landasan tradisi lama. Dari sudut
pendekatan teori inilah ada elemen-elemen lama dibuang dan kemudian
elemen-elemen baru dimasukkan, ada kebiasan-kebiasaan lama yang dibuang
sementara lembaga-lembaga baru mulai diperkenalakan, dan sebagainya.12
Dari teori diatas, diharapkan dapat mempermudah penulis dan
pembaca sekalian dalam memahami subtansi skripsi ini secara sistematis,
ilmiah dalam khazanah perbendaharan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pondok pesantren.
F. Penelitian terdahulu
Sesuai dengan data yang terdapat dalam perpustakaan melalui
penelusuran data. Maka mengenai tinjauan penelitian terdahulu penulis telah
8
melakukan tinjauan dan menemukan karya tulis yang berupa buku. Buku
tersebut dikarang oleh:
1. Zamakhsyari Dhofir dalam penelitiannya tentang Tradisi Pesantren,
mnemukan bahwa ada lima elemen pesantren yaitu Pondok, masjid, kyai,
santri, pengajian kitab kuning.
2. Wardi Bakhtiar dalam laporan Penelitian Perkembangan Pesantren di Jawa
Barat, membagi pesantren menjadi dua macam, yaitu pesantren yang
hanya mengajarkan kitab-kitab Islam Klasik. Pada pesantren tipe
inidiajarkan pengetahuan umum, pesantren ini disebut Pesantren Salafi.
Pesantren Khalafi, di sini di samping memberi pengajaran kitab-kitab
Islam Klasik, juga membuka sistem sekolah umum di bawah tanggung
jawabnya.
Adapun penelitian terdahulu berupa skripsi, skripsi tersebut ditulis
oleh:
1. Isnainiyah, dengan judul “Efektifitas Penerapan Permainan Head and Tail
untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara bagi siswa kelas VIII A di
Madrasah Tsanawiyah An-Nasy’in Pondok Pesantren Mas Krembangan
Taman Sidoarjo”. Fakultas Tarbiyah 2014 di IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas penerapan permainan
Head and Tail dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas
VIII A MTs An Nasyiin PP. Mas Krembangan Taman Sidoarjo.
2. Khusnul Khotimah, dengan judul “Efektifitas Penerapan Metode Talking
9
Pesantren Mas Krembangan Taman Sidoarjo”. Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab 2014 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya
tulis tersebut fokus membahas penerapan metode talking chip kemampuan
berbicara siswa kelas XI MA Pondok Pesantren Mas Krembangan Taman
Sidoarjo dalam pembelajaran Bahasa Arab semakin lebih baik.
3. Muhammad Zainul Fuad, dengan judul “ Pondok Pesantren AK S-Salafi
Al-Kholili Kabupaten Gresik: Studi Tentang Sejarah, Perkembangan dan
Aktivitasnya (1912-2008)” Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Pearadaban
Islam 2008 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus
membahas sejarah dan perkembangan pondok pesantren Ak S-Salafafi
Al-Kholili dalam pembagian kurun waktu selama tiga periode dan aktivitas
santri di pondok pesantren tersebut.
4. Gadis, dengan judul Pondok Pesantren Gading Mangu Perak Jombang
1952-2000: Studi Historis Tentang Perkembanagn dan Pengaruhnya dalam
Masyarakat” Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam 2010 di
IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya tulis tersebut fokus membahas
perkembangan dan pengaruh pondok pesantren Gading Mangu dalam
masyarakat dalam bidang ekonomi dan sosial.
Sementara dalam penulisan skripsi ini, penulis menitikberatkan pada
sejarah dan perkembangan pondok pesantren Mas dusun Dungduro kecamatan
Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2000-2015. Sehingga akan diperoleh
gambaran tentang sejarah pendirian dan perkembangan pondok pesantren Mas
10
G. Metode Penelitian
Metode penulisan terbatas pada tekniknya dan tidak menyangkut
teori-teori, yang dicakup antara lain prosedur kerja cara menyusun literatur, tata
tulis, dan lain sebagainya. Suatu penelitian dilakukan karena ingin mengetahui
suatu permasalahan yang melatarbelakanginya. Permasalahan itu sendiri
adalah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan yang
senyatanya.
Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masa lalu yang terikat pada
prosedur ilmiah. Sebagaimana kejadian sejarah yang berusaha merekonstruksi
peristiwa masa lampau, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian
sejarah. Metode sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang
sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,
menilainya secara kritis dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dicapai
dalam bentuk tulisan.
1. Heuristik
Pada tahap heuristik atau pengumpulan sumber yakni suatu proses
yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber,
data-data, atau jejak sejarah. Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Sumber
sejarah menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua yaitu tertulis dan tidak
tertulis, atau dokumen dan artefak. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa
11
utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa
dipahami orang lain.
Adapun sumber data yang penulis dapatkan adalah :
a. Piagam pendirian pondok pesantren Mas.
b. Akte pendirian pondok pesantren Mas.
c. Piagam organisasi yang ada di dalam pondok pesantren Mas.
d. Foto pembangunan gedung aula pondok pesantren Mas tahun 2013.
e. Foto kegiatan pondok pesantren Mas dalam festival hadrah banjari.
Penulisan ini ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis.
Sumber lisan diperoleh dari serangkaian wawancara. Wawancara untuk
keperluan penelitian berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara
biasanya dimaksudkan untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat
secara lisan dari seseorang dengan berbicara langsung.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi
dimasa sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab oleh orang yang diwawancarai. Pokok-pokok wawancara biasanya
berkenaan dengan tiga tema sentral, yaitu tingkah laku, sistem nilai, dan
perasaan subjek penelitian. Pertanyaan juga perlu didesain agar bisa
mendapatkan jawaban yang valid.
Adapun orang yang penulis wawancarai diantaranya adalah:
Khisnullah ( Ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren Mas).
12
Muhayana (Salah satu warga desa Krembangan yang aktif dalam
Majlis Ta’lim di Dusun Dungduro).
2. Kritik sumber
Langkah selanjutnya adalah kritik sumber. Kririk Sumber sendiri
adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar
memperoleh kejelasan apakah sumber kredibel atau tidak, dan apakah
sumber tersebut autentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah
biasa disebut dengan istilah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah
isi sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ekstern
adalah kegiatan sejarawan untuk melihat apakah sumber yang didapatkan
autentik ataukah tidak.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk
melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah
sumber-sumber yang didapatkan dan telah diuji autentisitasnya terdapat
saling hubungan atau yang satu dan yang lain. Dengan demikian
sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah
didapatkan.
Dalam interpretasi ini dilakukan dengan dua macam cara yaitu;
analisis (menguraikan), sintesis (menyatukan) data. Analisis sejarah
bertujuan melakaukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari
13
hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya. Dengan demikian,
interpretasi dapat dikatakan sebagai proses memaknai fakta-fakta
sejarah.
4. Historiografi
Historiografi merupakan proses akhir dari pengerjaan penelitian.
Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakata-fakata yang
telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap
sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.13
H. Sistematika Pembahasan
Adapun mengenai sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Bab pertama berisikan pendahuluan, berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan
dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika
pembahasan.
Bab kedua membahas tentang sejarah berdirinya pondok pesantren MAS
yang meliputi letak geografis, latarbelakang berdinya pondok pesantren MAS,
tokoh pendiri pondok pesantren MAS serta visi dan misi pondok pesantren
Mas.
14
Bab ketiga akan membahas perkembangan pondok pesantren MAS yang
mana perkembangan itu meliputi infrastruktur pondok pesantren MAS, yang
sampai saat ini terus berkembang dalam pembangunan gedung, perkembangan
jumlah santri di pondok pesantren MAS dari tahun ke tahun, serta
perkembangan sistem pengajaran yang ada di pondok pesantren MAS yang
meliputi kurikulum, pengelolaan kelas, tenaga pengajar, dan lembaga
pendidikan formal yang ada di pondok pesantren MAS.
Bab keempat membahas tentang respon masyarakat dan santri terhadap
adanya pondok pesantren MAS, yang mana respon masyarakat merupakan
tanggapan atau sikap positif masyarakat dan santri terhadap pondok pesantren
MAS.
Bab kelima penutup, setelah daribab ke bab dibahas maka dalam bab
kelima atau yang terakhir ini dibahas tentang kesimpulan dan saran yang
BAB II
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAS
A. Kondisi Pondok Pesantren Mas
1. Letak Geografis
Desa Krembangan adalah desa yang terletak di kecamatan Taman
kabupaten Sidoarjo. Desa ini berjarak kurang lebih 3 KM dari pusat
pemerintahan kecamatan, 20 KM dari ibukota Kabupaten Sidoarjo. Luas
wilayah desa Krembagan ini sekitar 111.245 Ha, yang berada di
ketinggian tanah 9 M dari permukaan laut.
Sesuai dengan data Monografi Desa Krembangan pada tahun 2015,
pondok pesantren Mas memiliki tanah seluas 3000 meter persegi. Desa
Krembangan mempunyai lima dusun, diantaranya dusun magersari,
dungduro, njenek kulon, njenek wetan, dan penambangan. Secara
administratif, desa Krembangan terbagi atas 17 Rt dan 04 Rw.
Adapun perbatasan wilayah Desa Krembangan adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tawangsari
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gilang
c. Sebelah Barat berbatsan dengan Desa Tanjungsari
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mas1
1Sumber: Data Monografi Desa Krembangan Tahun 2015.
16
2. Agama Masyarakat
Mengenai agama masyarakat desa Krembangan seratus persen
beragama Islam, atau bisa dikatakan mayoritas agama Islam yang terbagi
menjadi:
Tabel 2.1
Daftar Agama Masyarakat Desa Krembangan Tahun 2015
Sumber: Data monografi dari kelurahan tahun 2015
3. Kondisi Sosial Budaya
Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti
bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh penduduk di desa Krembangan ini adalah bahasa Jawa. Untuk bahasa
nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari walaupun sebagian masyarakat sudah mulai
mengetahuinya. Bahasa ini digunakan pada waktu-waktu tertentu saja
No. Agama Masyarakat Jumlah pemeluk
1. Islam Nahdlatul Ulama’ 3.883 jiwa
2. Islam Muhammadiyah 27 jiwa
3. Kristen 17 jiwa
17
misalnya pada saat musyawarah desa ataupun pemberian pengarahan oleh
instansi pemerintah pada masyarakat. Namun demikian, pemakaiannya
tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur
dengan menggunkan bahasa Jawa, hal ini biasanya dilakukan untuk lebih
memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang
ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini memiliki kesan akrab
dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang
sebenarnya.
Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi
kemasyarakatan. Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman
segala perilaku masyarakat agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan
yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Organisasi masyarakat ini
merupakan wujud dari norma-norma dalam masyarakat yang mengatur
pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. WargA suatu
masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan
lainnya.
Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang
peranan penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka
apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang
terjadi dimasyarakat desa Krembangan. Orang tua yang dimintai nasehat
ini biasnya dijadikan sesepuh desa. Namun demikian, ada juga aturan atau
18
dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh penduduk desa.
Aturan-aturan ini biasanya berupa hukum-hukum yang tidak tertulis yang
sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga
masyarakat.
Musyawarah desa juga dilakukan sebaga salah satu cara menjaga
kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia didalam suatu
masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapakan dirumuskan suatu
norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk
secara tidak sengaja. Namun norma-norma tersebut telah melembaga dan
dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di
desa Krembangan adalah kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada
di desa ini adalah hormat dan patuh pada orang yang lebih tua ataupun
orang yang disegani. Apabila seseorang tidak melakukan hal ini maka
orang tersebut dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap
kebiasaan yang sudah ada. Anggota msyarakat yang melanggar adat
kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa
pengucilan atau cemoohan.2
4. Kondisi Ekonomi
Penduduk desa Krembangan yang mayoritas mata pencahariannya
sebagai petani dan pedagang. Tampak langsung pada pola kehidupan
19
masyarakat desa Krembangan yang sangat sederhana. Hal tersebut juga
disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki, sehingga
menyulitkan mereka untuk bekerja diluar dari sektor perdagangan dan
pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang
dimiliki oleh masyarakat tradisional di desa Krembangan, mampu
membuat mereka untuk bertahan hidup sampai sekarang ini.3
Gambar 2. 1
Salah satu pedagang di Desa Krembangan
B. Tinjauan Historis
1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Mas Krembangan
Pada akhir tahun dekade 1800-an dan 1990-an, penggagas dan pendiri
pondok pesantren MAS melakukan pengamatan terhadap sejumlah
20
lembaga penyelenggara pendidikan Islam di Indonesia dan tanggungjawab
sebagai warga masyarakat muslim yang peduli terhadap dunia pendidikan,
mendorong penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS untuk terus
menerus melakukan diskusi dan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan
di Indonesia.
Dalam pandangan penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS,
sangat sedikit model mendidik dihampir seluruh jenjang pendidikan di
Indonesia yang mengindahkan tujuan pendidikan yang seharusnya.
Menurut penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS sendiri
pendidikan adalah proses membentuk manusia menuju pribadi yang
cerdas, tercerahkan, dewasa dan berkemanusiaan.
Para pendidik dan lembaga-lembaga pendidikan sering melupakan
makna hakiki pendidikan. Proses ini harus dilakaukan dari sejak dini
dengan menggali dan menumbuhkembangkan potensi-potensi
kemanusiaan peserta didik yang fitri secara berimbang dan terarah.
Setidaknya ada enam potensi yang mesti dididikkan (dikembangkan) yakni
potensi spiritual, emosional, moral, intelektual, jasmani dan sosial.4
Berikut penjelasannya:
a. Potensi Sosial, merupakan potensi yang sangat mendasar bagi seorang
pelajar, karena seorang pelajar harus bisa berdaptasi serta bersosialisasi
dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.
21
b. Potensi Spiritual, membentuk pelajar yang taat dengan cara
membiasakan membaca Al-Qur’an dan mengenalkan kisah-kisah para
nabi untuk dijadikan suri tauladan yang baik.
c. Potensi Intelektual, dengan potensi intelektual dapat membentuk
pelajar yang cerdas dan berpengetahuan luas.
d. Potensi Fisik, sejak lahir anak memiliki potensi-potensi yang positif,
maka diharapakan orangtua yang tinggal disekitar pondok harus
menyadari dan yakin bahwasannya memiliki potensi yang bagus
khususnya dipotensi fisik. Orang tua harus membekali anaknya dalam
menghadapi perkembangan zaman. Semua potensi ini harus
ditumbuhkembangakan secara proposional. Penguatan salah satu atau
kedua-duanya dengan meninggalkan atau mengabaikan potensi yang
lain akan melahirkan output yang seimbang. Sehingga output
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia nyaris tidak memiliki tanggung
jawab kemanusiaan yang utuh sebagai warga terpelajar.
Pendidikan juga harus memperhatikan pendekatan tazkiyah dan tanwir
(penyucian dan pencerahan), tilawah talqin dan ta’wid (pembacaan teks suci, pembiasaan atau prilaku praktik Islami), dan ta’lim atau tadris
(pembelajaran dan transformasi pengetahuan). Namun, yang mendapat
perhatian utama adalah ta’lim dan tadris, sementara tazkiyah dan tanwir
22
mereka. Dengan demikian pendidikan mampu melahirkan
manusia-manusia yang memiliki inisiatif, kreatifitas, dan kemandirian.
Menurut penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS perihal lain
yang melatar belakangi berdirinya pondok pesantren MAS adalah
pendidikan yang selama ini yang lebih mirip industri atau badan komersial
daripada sebagai lembaga pengembang potensi murid. Segala urusan
kependidikan, dari meningkatkan mutu hingga fasilitas apapun yang
diperoleh ditolak ukuri dengan fulus. Semua aspek membutuhkan rupiah.
Maka ongkos pendidikan pun menjadi mahal, sehingga kaum Mustad’afin
atau orang-orang dari kelas ekonomi lemah tidak dapat menjangkaunya.
Dengan demikian, itulah hal-hal yang melatarbelakangi didirikannya
lembaga pendidikan dalam wujud pondok pesantren MAS. Orientasi
penggagas dan pendiri pondok pesantren MAS adalah mendidik dalam arti
Islami, dan dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah, baik secara
ekonomi maupun strata sosialnya.5
2. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren Mas
Pendiri pondok pesantren MAS terdiri dari empat tokoh, yang pertama
adalah alm.KH. Mas Muslich bin Ali yang wafat pada tahun 2003, yang
kedua adalah alm. Ibu Nyai H. Nainil Muna binti Toha yang wafat pada
23
tahun 2015, yang ketiga adalah Drs. H. Nur Mufid, MA., yang keempat
adalah Dr. Drs Ec H. Abdul Mujib bin H. Hamim.
KH.Mas Muslich dan H. Nuf Mufid merupakan saudara kandung
kakak beradik yang lahir dari pasangan KH. M. Ali dan Ibu Nyai H. Nainil
Muna. KH.Mas Muslich adalah putra kedua dari tujuh bersaudara,
sedangkan H. Nur Mufid putra kelima dari tujuh bersaudara yang lahir
pada tahun 1964, empat perempuan dan tiga laki-laki. Ayah dan Ibu
KH.Nur Mufid dikenal baik pribadinya dan baik hati oleh masyarakat desa
Krembangan setempat.
KH.Nur Mufid dikenal dengan sosok yang cerdas dan juga pendiam.
Masa kecil beiau saat menduduki bangku sekolah dasar, beliau sudah
bersekolah di sekolahan yang berbasis Islami yakni di MI Tarbiyatul
Akhlaq. Tahun 1976 beliau melanjutkan sekolah menengah pertamanya di
Ndresmo An-Najihad, beliau lulus tahun 1979. Maka di tingkat pendidikan
aliyah beliau melanjutkan pendidikan di Langitan Tuban.
Pada tahun 1982 beliau melajutkan pendidikannya ke perguruan tinggi
UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta program S1. Beliau merupakan
mahasiswa terbaik di UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta, sehingga beliau
meneruskan pendidikannya S2 di LEEDS UNIV.
Setelah beliau lulus dalam masa pendidikannya, maka beliau menjadi
24
menikah dengan ibu Nyai Musalamah yang dikaruniai tujuh anak, tiga
laki-laki dan empat perempuan.
Karya yang dihasilkan beliau saat menjadi kiai, beliau membuat kamus
Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab.6Selain itu beliau juga meciptakan
sebuah lagu-lagu Islami, dimana lagu-lagu tersebut berisikan motivasi, dan
lagu tersebut dinyanyikan saat ada acara di pondok pesantren MAS.
3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren MAS
Desa Krembangan yang berada di dusun Dungduro atau juga biasanya
ada yang menyebutnya dengan sebutan Kedungduro yang mempunyai arti
kedung seperti waduk yang berarti gedung buaya atau istananya buaya dan
duro yang mempunyai arti orang Madura.
Desa Krembangan pada mulanya juga sebuah hutan. Namun menurut
masyarakat setempat, pada tahun 1300-an awal mula kedatangan kiai
Nidhomuddin dari Sidoresmo ke desa Krembangan menggunakan getek,
semacam perahu kecil yang terdiri dari susunan bambu kering. Getek
tersebut berjalan melawan arus sungai, yang mestinya berjalan kearah
timur namun getek tersebut berjalan kearah barat, dan tiba-tiba saja
berhenti di desa Krembangan, sehingga kiai Nidhomudin singgah di desa
Krembangan dan menyebarkan ilmu di desa Krembangan dusun
Dungduro. Saat itu santrinya hanya satu yaitu orang Madura yang
25
kemudian setelah itu kiai Nidhomudin mendirikan sebuah pondok yang
sederhana dan santrinya yang berasal dari Madura itu kemudian bermukim
di desa tersebut.
Kiai Nidhomudin memiliki seorang putra yang bernama Hambali.
Hambali mengikuti jejak sang ayah, beliau juga mendirikan sebuah
pondok di desa Krembangan dusun Dungduro. Pondok tersebut bernama
pondok Alawi.7
Pada tahun-tahun berikutnya, tepatnya pada abad ke 20 tahun 2002
berdiri sebuah pondok pesantren MAS yang termasuk pondok pesantren
modern di Dungduro desa Krembangan Taman Sidoarjo. Pondok
pesantren MAS ini didirikan atas ide KH. Nur Mufid bin Ali yang
trmasuk cucu dari kiai Hambali. Dalam pendirian pondok pesantren MAS
ini yang berperan adalah sebagai berikut:
1. Alm. KH. Mas Muslich bin Ali
2. Alm. Ibu Nyai H. Nailil Muna binti Toha
(Ibu kandung Drs. H. Nur Mufid, MA)
3. Drs. H. Nur Mufid, M.A.
4. Dr. Drs Ec H. Abdul Mujib bin H. Hamim
Yang dibantu oleh:
1. KH. Moh. Hilmi bin Ali.
26
2. KH. Abdul Jalil bin Moh. Baqir.
3. Seluruh keluarga dari putra-putri KH. Moh Ali bin Hambali.
4. Masyarakat umum terutama warga Dungduro Krembangan Taman
Sidoarjo.
Kepengasuhan langsung dipegang oleh Drs. H. Nur Mufid, MA yang
hingga saat ini berlangsung selama 15 tahun. Pada masa awal pendirian
pondok tepatnya pada tahun 2000 keadaan pondok pesantren MAS belum
bisa berjalan dengan baik, lantaran santri yang menetap di asrama belum
seberapa banyak, begitu juga asrama yang ada masih terdiri dari tiga
kamar saja, dan kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren MAS
hanya diikuti oleh warga kampung sekitar dan tidak ada yang bermukim di
sana. Adapun kegiatan belajar mengajar pada saat itu hanya pengajian
kitab kuning dan membaca al-Qur’an.8
Makna dari sebuah nama pondok pesantren MAS, MAS yang berarti
logam atau tambang mulia yang disukai oleh hampir semua orang. Diharap
pondok ini dengan seluruh civitas pondoknya juga disukai semua orang.
Dipilih kata MAS karena juga mudah diucapkan. Hanya satu suku kata
“MAS”. Kemudian dapat juga singkatan dari :
1. Mandiri moderat
2. Aktif dan Aplikatif
3. Sahaja dan Santun
27
Adapun alasan lain memilih kata MAS sebagai penamaan pondok
pesantren karena berada di samping sungai Mas dan agar dekat dengan
masyarakat.9
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Mas
a.Visi Pondok Pesantren MAS.
Visi pondok pesantren MAS adalah menjadi lembaga pendidikan
dan pengkaderan yang mencerahkan, mencerdaskan, dan mendewasakan
dalam kerangka akhlaq Islam.
Sebagai konsekuensi dari lembaga pengkaderan, maka seluruh unit
kegiatan, baik yang bersinggungan langsung dengan proses
pembelajaran maupun yang tidak, harus diarahkan pada pencapaian
tujuan, misi dan orientasi pondok ini dengan fokus yang tajam. Karena
itu dalam jumlah satuan mata pelajaran di pondok ini, di Madrasah
Nasyi’in, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan madrasah pondok
sejenis. Demikian pula jumlah alokasi waktu pembelajran
formal-terstruktur dalam setiap satu minggunya.Visi demikian juga menuntut
dipakainya pendekatan yang profetik (nabawi) dan mengakar kuat pada
tradisi pendidikan Islam dalam arti sebenar dan sejatinya.10
b. Misi Pondok Pesantren MAS
28
Adapun misi dan orientasi pondok pesantren MAS adalah
mengantar dan membekali peserta didik untuk menjadi pribadi-pribadi
muslim terpelajar yang:
1. Memiliki tanggungjawab dan rasa kepedulian yang tinggi terhadap
masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki inisiatif dan kreatifitas dan wawasan kemanusiaan yang
Islami.
3. Memiliki kompetensi keilmuan yang memadai sesuai kurikulum
pelajaran yang ditetapka untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi.11
c. Motto Pondok Pesantren MAS
Motto pondok pesantren MAS adalah pendidikan Islami profetik
yang bertaggungjawab untuk semua penyelenggara pendidikan di
pondok pesantren MAS harus bertradisi Islam dengan akar pendidikan
Nabawi. Para santri, juga para pengelola dan guru, tidak dipandang
dari kelompok ekonomi tertentu.12
Sehingga tidak ada perbedaan antara santri dan pengelola pondok
pesantren MAS. Semuanya diharapakan menjadi santri yang
pengetahuan luas, baik agamanya maupun intelektualnya dalam
menghadapi berbagai masalah yang ada.
BAB III
PERKEMBAGAN PONDOK PESANTREN MAS TAHUN
2000-2015
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam sangat penting dan
menarik. Pondok pesantren memerankan hal yang sangat berarti di masyarakat.
Dalam hal ini seorang kiai memang sangat berarti dan sangat dibutuhkan, karena
maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu pondok pesantren tergantung dari
sosok kiai.1
Keberadaan pondok pesantren yang hadir di tengah-tengah masyarakat tidak
hanya sebagai lembaga penyiaran Islam tetapi juga sebagai lembaga pendidikan.
Pembinaan yang dilakukan di pesantren bisanya tidak hanya fokus di lingkungan
pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui kegiatan sosial keagamaan.
Untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar dan maju, tidak hanya
menjadi pesantren yang terkenal, melainkan tumbuh sedikit demi sedikit melalui
kurun waktu yang lama. Oleh karena itu dalam hal ini sosok kiai dan susunan
kepengurusan pondok pesantren sangat berperan dalam pasang surutnya
perkembangan dan kemajuan yang ada di pondok pesantren.
30
A. Perkembangan Kepengurusan Pondok Pesantren MAS
Kelembagaan pondok pesantren serta kepemimpinan yang dilakukan
sudah menjadi suatu tradisi bahwa seorang pendiri pondok pesantren sekaligus
menjadi pemimpin atau pengasuh pondok pesantren.
Begitu pula yang terjadi pada awal berdirinya pondok pesantren MAS,
dengan jumlah santri yang masih sangat sedikit bahkan belum ada santri yang
menetap di asrama, kepemimpinan pondok pesantren dibawah kendali kiai
langsung begitu pula pengawasan dan pengaturannya. Saat itu kiai merupakan
faktor inti pesantren. Beliau adalah figur sentral karena seluruh
penyelenggaraan pesantren terpusat padanya. Kiai juga merupakan sumber
dari berbagai keputusan dan segala aktifitas.
Pada tahun 2007 aktifitas-aktifitas harian kepondokan lainnya diserahkan
kepada BPK (Badan Pengawas Kegiatan) ini dipimpin oleh salah seorang
santri yang telah lulus dan dalam masa pengabdian di pondok pesantren MAS,
pemilihan ini juga dilaksanakan secara demokrasi.2 Relasi sosial antara kiai
dan santri dengan adanya BPK tersebut dibangun atas landasan kepercayaan.
BPK (Badan Pengawas Kegiatan) didirikan dengan tujuan pengawasan
menyeluruh terhadap kegiatan para santri yang tidak mungkin lagi dilakukan
sendiri oleh kiai mengingat dengan bertambahnya jumlah santri yang berada
di pondok pesantren MAS setiap tahunnya. BPK (Badan Pengawas Kegiatan)
terdiri atas beberapa kepengurusan yang membantu kinerja ketua lengkap
31
dengan pembagaian tugas masing-masing, meskipun telah dibentuk pengurus
yang bertugas melaksanakan segala kegiatan pesantren sehari-hari, kekuasaan
mutlak senantiasa berada ditangan kiai. Pergantian kepengurusan ini
berlangsung selama satu tahun.
Kepengurusan pondok pesantren MAS juga sebagai penangung jawab
kegiatan sosial keagamaan. Seperti halnya kegiatan sosial keagamaan yang
melibatkan masyarakat. Kegiatan sosial keagamaan itu meliputi haflah akhir
sanah yang disertai pengajian umum, peringatan hari besar (Idul Adha), hala
bihalal. Semua kegiatan itu sudah menjadi tradisi pondok pesantren MAS
sejak tahun 2000 hingga saat ini tahun 2015 masih dilaksanakan setiap
tahunnya.
Adapun susunan kepengurusan pondok pesantren MAS sebagai
berikut:
B. Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS
Seorang kiai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,
mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,
karena musolla yang merupakan
dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat
untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban
sembahyang lima waktu, dan
Sumber: Soft file pondok pesantren MAS
Perkembangan Infrastruktur Pondok Pesantren MAS
ai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,
mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,
karena musolla yang merupakan elemen pesantren yang tidak dapat
dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat
untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban
sembahyang lima waktu, dan pengajaran kitab-kitab Islam. Sehingga sampai
32
Soft file pondok pesantren MAS
ai yang ingin mengembangkan sebuah pondok pesantren,
mula-mula yang dibangun simbol pendidikan ala pesantren, yakni gedung musolla,
elemen pesantren yang tidak dapat
dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat
untuk mendidik para santri, terutama dalam mengerjakan kewajiban
33
saat ini lembaga pondok pesantren tetap memelihara terus tradisi ini.3 Para
kiai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid
sebagai tempat yang paling tepat untuk memperoleh pengetahuan agama dan
kewajiban agama yang lain.
Begitu pula yang terjadi dengan pondok pesantren MAS, pada abad ke-20
tepatnya pada tahun 2000, dibangunlah fisik pondok pesantren MAS di atas
area sekitar 3000 meter persegi. Pada hari senin, tanggal 21 Rabiul Awal 1421
H, bertepatan dengan 21 Juni tahun 2000 M adalah hari peletakan batu
pertama, yakni yang dibangun adalah sebuah musolla.4Dimana menurut
pondok pesantren MAS, musolla merupakan sebuah simbol pendidikan ala
pesantren, oleh karena itu musollah dibangun pada awal-awal pembangunan
pondok pesantren.5
Setelah didirikannya musolla sebagai simbol pesantren pada awal-awal
pendiriannya, maka pondok pesantren MAS dalam kurun waktu enam bulan
tepatnya pada bulan desember akhir tahun 2000, dibangunlah fisik pondok
pesantren MAS berikutnya, yakni pembangunan asrama atau pemondokan
santri. Dibangun sebuah asrama, karena pada dasarnya asrama merupakan
sebuah dasar pondok pesantren atau sebuah elemen pesantren yang tidak dapat
dipisahkan dari sebuah pondok pesantren, tapi juga sebagai penopang utama
bagi pesantren untuk dapat terus berkembang.
3Dhofier, Tradisi Pesantren, 49.
4Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS.
34
Ada tiga alasan utama pondok pesantren MAS harus menyediakan asrama
bagi para santri. Pertama, kemasyhuran kiai dan kedalaman pengetahuannya
tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari
kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut
harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap di asrama. Kedua,
pondok pesantren MAS ini berada di desa yang mana tidak tersedia
perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung santri-santri.
Dengan demikian, perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri.
Ketiga, ada sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana para santri
menganggap kiainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai
menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa
dilindungi.
Khusus untuk pondok tempat tinggal santri wanita biasanya dipisahkan
dengan pondok untuk santri laki-laki, selain dipisahkan oleh rumah kiai dan
keluarganya, juga oleh masjid dan ruang-ruang madrasah. Keadaan
kamarnyapun tidak jauh dengan pondok laki-laki. Maka pondok pesantren
MAS putri berada di ndalem kiai yang tidaklah jauh dari pondok pesantren
MAS putra.
Dengan demikian, maka awal-awal pertama perkembangan pembangunan
fisik Pondok Pesantren MAS tepatnya pada akhir tahun 2000 dibagun asrama
atau pemondokan santri yang terdiri dari 3 kamar, yang berada di dekat
35
ini pendiri pondok MAS beristirahat sejenak untuk tidak melanjutkan
pembangunan fisik, dikarenakan faktor keterbatasan dana.6Namun pendiri
pondok pesantren MAS tidaklah mudah untuk berputusasa.
Seiring berjalannya waktu, setiap tahun santri betambah jumlahnya, maka
pada tahun 2008 gedung asrama atau pemondokan santri di tambah dan di
bangun yang terdiri dari tiga lantai. Satu tahun kemudian, pada tahun 2009
dibangunlah kantor pondok pesantren MAS. Pembangunan gedung yang
terakhir saat ini pada tahun 2013 yakni dibangun sebuah aula, dimana aula
tersebut dipergunakan
36
Daftar Bangunan Pondok Pesantren MAS Tahun 2015
Sumber: Soft File Pondok Pesantren MAS
C. Perkembangan Santri Pondok Pesantren MAS
Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pondok pesantren.
Oleh karena itu menurut tradisi pesantren, maka santri terdapat dua kelompok
yaitu santri mukim dan santri kalong. Seorang santri pergi dan menetap di
NO NAMA BANGUNAN JUMLAH KEADAAN
1 KANTOR 3 BAIK
2 MASJID 1 BAIK
3 KAMAR TIDUR 11 BAIK
4 KAMAR MANDI 14 BAIK
5 KELAS 4 BAIK
6 LAPANGAN SEPAK BOLA 1 BAIK
7 LAPANGAN VOLI 1 BAIK
8 AULA 1 BAIK
9 TAMAN 12 BAIK
10 KOLAM IKAN 2 BAIK
11 TEMPAT PARKIR 1 BAIK
12 GUDANG 1 BAIK
13 JEMURAN 1 BAIK
14 DAPUR 1 BAIK
15 KANTIN 1 BAIK
16 KOPERASI 1 BAIK
17 PERPUSTAKAAN 1 BAIK
18 TEMPAT WUDHU 2 BAIK
19 TEMPAT KAYU 1 BAIK
20 POS 1 BAIK
37
1. Santri biasanya berkeinginan untuk mempelajari kitab-kitab lain yang
sudah diketahui sebelumnya atau memang belum diketahui sama sekali
tentunya yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah
bimbingan kiai yang memimpin pondok pesantren.
2. Santri berkeinginan untuk memperoleh pengalamankehidupan di
pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun
hubungan dengan pesantren-pesantren lain.
3. Santri berkeinginan memfokuskan studinya di pesantren tanpa disibukkan
oleh kewajiban sehari-hari yang ada dirumah keluarganya. Selain itu,
dengan tinggal atu menetap di sebuah pondok pesantren yang jaraknya
jauh dari tempat tinggalnya maka tidaklah mudah pulang pergi meskipun
terkadang santri itu menginginkannya.7
Dalam perkembangan baik kelompok, jumlah, keadaan santri yang
terdapat di pondok pesantren MAS pada awal-awalnya tidak ada santri yang
menetap ataupun pulang pergi di pondok pesantren MAS, melainkan setelah
hanya pengajian ibu-ibu di kampung. Seiring berjalannya waktu maka santri
pertama yang menetap di pondok pesantren MAS terdiri dari dua orang saja
yang berasal dari daerah bojonegoro dan yang satunya lagi berasal dari desa
krembangan. Maka pada awal-awal tahun 2003 jumlah santri yang mentap
maupun yang tidak menetap berjumlah 30 santri. Sehingga tahun 2003 sampai
sekarang jumlah santri yang menetap di pondok pesantren MAS terus
meningkat hingga mencapai ratusan.
38
Berdasarkan dari tahun ketahun banyaknya penambahan jumlah santri
yang masuk di Pondok Pesantren MAS dapat digambarakan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Jumlah Santri Pondok Pesantren MAS
No. Tahun Jumlah santri yang masuk
1 2000 Belum ada santri
2 2001 7
3 2002 10
4 2003 14
5 2004 14
6 2005 21
7 2006 10
8 2007 45
9 2008 34
10 2009 32
11 2010 26
12 2011 42
13 2012 45
14 2013 42
15 2014 70
[image:43.595.137.494.239.740.2]
39
Sumber: File Alumni Pondok Pesantren MAS
Sehingga mulai tahun 2003 sampai sekarang jumlah santri yang menetap
di pondok pesantren MAS terus meningkat hingga mencapai ratusan.
D. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren MAS
Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, teutama
karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah, merupakan satu-satunya
pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama
pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama.
Namun sekarang atau saat ini, telah banyak pesantren yang mamasukkan
pengajaran pengetahuan umum sebagai bagian penting dalam pendidikan
pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai
upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren dalam mendidik calon-calon
ulama, yang masih ingin belajar pada faham Islam tradisional.
Sudah merupakan suatu keharusan bahwa lembaga pesantren dituntut tidak
hanya mencerdaskan bangsa di sektor keagamaan, tetapi juga mencerdaskan
kehidupan secara keseluruhan. Dengan kata lain, lembaga pesantren
dibutuhkan pula untuk menyiapkan kader-kader ulama’ yang intelektulal dan
proporsional.
Dengan pikiran yang demikian itu Drs. H. Nur Mufid selaku pengasuh
40
tahun 2003 pondok pesantren MAS telah membuka pendidikan formal Aliyah
yang setingkat dengan SMA dan setelah empat tahun berjalan maka pengasuh
pondok pesantren MAS membuka pendidikan formal MTs yang setingkat
dengan SMP serta mendapat dukungan dari semua pihak.
Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, teutama
karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah, merupkan satu-satunya
pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama
pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama.
Dengan demikian dari awal pendirian pondok pesantren ini mengalami
perkembangan dan peningkatan yang cukup besar. Dari segi pendidikan,
kurikulum, maupun sarana pendidikan dan pengajaran. Maka program yang
diberlakukan di pondok pesantren MAS secara keseluruhan adalah enam
tahun.
Pada tahun 2003 tepatnya pada tanggal 20 Agustus secara resmi pondok
pesantren MAS memulai pendidikan formal jenjang menengah atas yaitu
Madrasah Aliyah pondok pesantren MAS. Saat itu peserta didik hanya
berjumlah sebelas santri, dari kesekian santri tersebut, maka pada tahun itu
pula santri pertama Madrasah Aliyah pondok pesantren MAS mengikuti Ujian
Nasional.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, diselenggarakan pula pendidikan
formal Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ini sudah berjalan sekitar satu
41
ditiadakan. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2015 Madrasah Diniyah ini
diselenggarakan lagi di pondok pesantren MAS, namun kegiatannya hanya
mengaji saja.
Pada tahun 2007, pihak pondok pesantren MAS mempertimbangkan
kesatrategisan dalam mendidik, yang akhirnya pata bulan Juli tepatnya
patahun 2007 pondok pesantren MAS menyeleggarakan pendidikan tingkat
menengah pertama (MTs). Dengan demikian Kelas III (tiga) MTs yang setara
dengan SMP diikut sertakan Ujian Nasional (UN) dan kelas VI (enam) MA
yang setara dengan SMA diikut sertakan Ujian Nasional (UN). Sehingga
program paket keseluruhannya adalah enam tahun, dan kedua jenjang ini kini
menjadi Madrasah Nasy’in Pondok Pesantren MAS.
1. Kurikulum Pondok Pesantren MAS
Kurikulum adalah adalah pedoman yang menjadi pegangan pengasuh
atau guru untuk melatih anak didiknya dalam menembangakan
pengetahuan, keterampilan serta sikap hidup para santri.
Kurikulum pondok pesantren MAS berbeda dengan kurikulum di
Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah pada umumnya, namun
42
khusus lagi dalam pelatihan praktek menerjemah dan praktek berpidato
dalam bahasa Arab.
Dengan demikian kuruikulum yang ada di pondok pesantren MAS
[image:47.595.140.540.233.657.2]terbagi menjadi empat bagian sebagai berikut:
Tabel 3.4
Daftar kurikulum Pondok Pesanren MAS 2015
No Kurikulum Keterangan
1 Kurikulum Umum Menyesuaikan kurikulum Kemendiknas dan
Kemenag RI
2 Kurikulum Keislaman a.Al-Qur’an dan Ulum al-Qur’an
b. Hadits dan Ulum hadits
c. Fikih dan Ushul Fikih
d. Sirah Nabawiyah dan Fiqh Siroh
e. Aqidah Akhlaq
3 Kurikulum
Kepesantrenan
a.Bahasa Arab b.Nahwu/sorof
43
4 Kurikulum Khusus a.Pelatihan dan Praktek Menerjemah
(Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab)
b.Pelatihan dan Praktek Komputer
c.Pelatihan dan Praktek Berpidato dalam Arab
dan Indonesia
Sumber: Profil Pondok Pesantren
Dengan demikian, maka kurikulum dalam penerapan bahasa
keseharian di pondok pesantren MAS adalah digunakannya dua bahasa,
yaitu bahasa Arab dan bahasa Indoneisa sebagai bahasa percakapan
sehari-hari yang telah berlangsung sejak tahun pertama penyelenggaraan di
pondok pesantren MAS.
Saat tahun 2007 dari pihak pondok pesantren MAS mengadakan
evaluasi, sehingga diperoleh keputusan baru yakni digunakannya bahsa
Jawa Halus atau yang biasa disebut dengan sebutan bahsa Kromo Inggil
dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Sementara untuk bahasa Inggris
cukup dipelajari dalam kelas atau laboratorium bahasa saja, karena
menurut pihak dari pondok pesantren MAS jika bahasa Inggris juga
44
Pendiri dan penggagas pondok pesantren MAS sendiri berpendapat
bahwa sudah banyak sekali pondok pesantren yang menerepkan sistem dua
bahasa keseharian dalam aktivitas pondok pesantren. Sehingga berbeda
dengan pondok pesantren lain bahwa pondok pesantren MAS
berkonsentrasi pada bahsa al-Qur’an yakni bahsa Arab.
2. Pengelolaan Kelas.
Dalam pengelolaan kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pengasuh dan tenaga pengajar yang ada di pondok pesantren MAS. Untuk
pelaksanaan belajar para santri di pondok pesantren MAS menerima
pendidikan dan pengajaran antara putra dan putri secara bersamaan
mendapatkan porsi yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
Jam belajar santri di pondok pesantren MAS selama satu hari
ditentukan pada jadwal belajar yaitu mulai pukul 04.00 sampai pukul
21.30 dan ada juga yang mendapatkan penambahan belajar diluar waktu
yang ditentukan oleh pegasuh.
[image:49.595.134.514.235.529.2]Adapun jadwal santri Pondok pesantren MAS sebagai berikut:
Tabel 3.5
Daftar Kegiatan Santri Pondok Pesantren MAS
No Waktu Kegiatan
45
mengaji Al-Qur’an untuk kelas 1,2,3 dan
Pengajian Kutub Turast untuk kelas 4,5,6
2. 06.00-07.00 Olahraga, makan pagi dan persiapan masuk
Madrasah/sekolah
3. 07.00-12.30 Belajar di Madrasah (regular)
4. 12.30-13.15 Rehat, Shalat Dzuhur, mengaji al-Qur;an, dan
makan siang
5. 13.15-14.45 Belajar non kelas (mandiri)
6. 14.45-15.30 Shalat Ashar, mengaji Al-Qur’an
7. 15.30-17.00 Pendidikan jasmani dan kreatifitas
8. 17.00-19.30 Persiapan Shalat Maghrib, mengaji Al-Qur’an (
Kelas 1,2,3), dan mengaji Kitab Tafsir ( Kelas IV,
V, VI)
9. 19.30-20.00 Makan Malam
10. 20.00-21.30 Muraja’ah durus, belajar mandiri terstruktur
11. 21.30-03.30 Rehat (tidur)
12. 03.30-04.00 Shalat Tahjud persiapan Shalat Subuh
Sumber: Profil Pondok Pesantren MAS
Sedangkan dalam waktu enam hari dalam proses belajar mengajar
yakni empat hari berada di dalam ruang kelas belajar, satu hari khusus
pelajaran agama atau Islami, satu hari kegitan di luar kelas yakni
pertamanan, perternakan, dan olahraga. Untuk hari liburnya adalah
46
3. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren MAS.
Tenaga pengajar di Pondok Pesantren MAS 15 orang, dengan
perincian: ada tenaga pengajar pada sekolah formal, ada yang bertindak
sebagai pengajar non formal. Adapun pendidikan para pengajar (Ustadz)
adalah terdiri dari alumni perguruan tinggi bahkan alumni pesantren juga.
Berikut daftar tenga pengajar di pendidikan formal pondok pesantren MAS
sebaga berikut:
a. DRs. H. Nur Mufid, MA.
b. H. Mas Jalil Baqir
c. Ahmad Naufal, M. Th.I
d. Achmad Salafudin, S.pd.I
e. Ir. Miftah Julianto
f. Malia Fransisca, M.Pd.I
g. Mamik Masitah, S.Pd
h. Rohmah Barokah TJ. S.Pd.
47
j. Makkiyah Al-Mukarromah Endru Najla, S.Pd.I
4. Metode Pengajaran
Sebagaimana di sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren secara umum bahwa, yang dipergunkan didalam mengajar dan
mendidik santrinya antara lain menggunakan metode sorogan dan weton.
Biasanya metode itu digunkan untuk pondok pesantren salafiyah.
Dengan demikian pondok pesantren yang penulis bahas merupakan
pondok pesantren modern sehingga adapun metode pengajaran yang ada
di pondok pesantren MAS sebagai berikut:
a. Pendekatan yang mendewasakan, mencerdaskan dan mencerahkan
b. Sistem pembelajaran terpadu dan terencana
c. Metode semua aktif
d. Teknik pembelajaran dialogis, interaktif dan partisipatoris
Dengan demikian, maka metode yang diterapkan di pondok pesantren
MAS diharapkan para santri lahir dengan pribadi-pribadi muslim yang
mandiri, kreatif, kaya inisiatif dan memiliki tanggungjawab dan
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.
5. Kegiatan Non Formal Pondok Pesantren MAS
Pondok pesantren MAS selain memberikan pendidikan dan pengajaran
48
mempersiapkan kader-kader pemimpin umat bangsa dan negara serta
untuk melengkapi ketrampilan para santri. Dengan demikian, maka
maksud dari melengkapi keterampilan adalah untuk memeberikan
bermacam-macam keterampilan yang dapat menunjang serta melengkapi
pengetahuan. Pendidikan inipun diharapkan dapat menjadi dorongan dan
menyadarkan para santri untuk memilki jiwa wiraswasta serta pola hidup
mandiri.
Maka Pondok Pesantren MAS melalui minat atau bakat para santri
pada tahun 2003 membentuk suatu wadah organisasi bagi para santri.
Adapun kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:
a. Shalawat dan seni terbang Banjari
b. Kaligrafi Islam
c. Latihan pidato 3 bahasa
d. Kajian kitab Turats
e. Tata boga
f. Menyulam
BAB IV
RESPON MASYARAKAT DAN SANTRI TERHADAP PONDOK
PESANTREN MAS
A. Respon Masyarakat Terhadap Pondok Pesantren MAS
Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari
lingkungan. Respon seseorang dapat berbentuk baik atau malah sebaliknya
yakni buruk, positif atau negatif. Apabila respon positif maka orang yang
bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan
respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.
Sedangkan masyarakat sendiri adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar
interaksi adalah individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
“masyarakat “ sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyrak.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang saling tergantung satu sama lain.
Umumnya, istilah masyarakat digunkan untuk mengacu sekelompok orang
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Dengan demikian, biasanya suatu masyarakat ada yang menunjukkan
respon negatif atau positif terhadap suatu pondok pesantren yang ada di
desanya, namun masyarakat yang ada di desa Krembagan responnya sangat
49
semua masyarakat telah menyambut dengan baik terhadap keberadaan pondok
pesantren MAS.
Adapun respon positif hasil dari wawancara sebagai berikut:
1. Menurut pendapat dari bapak Usman yang masih saudara degan pendiri
pondok pesantren MAS berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren
MAS, beliau responnya sangat setuju dengan adanya pondok pesantren
MAS, karena akan banyak orang berpendidikan di desa Kerembangan.
Bahkan ujarnya bapak Usman, beliau berpartisipasi dalam awal pendirian
pondok pesantren MAS dengan menyumbangkan tenaganya untuk
pembangunan awal fisik pondok pesantren MAS.1
2. Ibu Muhayana sebagai masyarakat setempat yang aktif dalam majlis ta’lim
desa Krembangan berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren MAS
responnya sangat baik, karena beliau sangat kagum dengan penampilan
para santri dan santriwati pondok pesantren MAS dalam menampilkan
lagu-lagu Islami sangatlah bagus. Oleh karena itu beliau senang dengan
keberadaan pondok pesantren MAS, karena tidak hanya mengajarkan ilmu
agama saja, tetapi juga mengajarkan suatu karya lagu-lagu Islami yang
penuh makna.2
3. Menurut bapak Samadi yang merupkan warga masyarakat skitar pondok
pesantren MAS, beliau merespon tentang keberadaan pondok pesantren
MAS sangat baik, karena dalam suatu acara yang diselenggarakan pondok
pesantren MAS mengandung dakwah Islam dalam rangkaian acaranya,
50
bahkan jika pondok pesantren MAS mengadakan sutu acara, ujarnya saya
juga turut diundang. Bahkan bapak Samadi berharap pada acara-acara
selanjutnya beliau bisa menghadiri acara yang diselenggarakan oleh
pondok pesantren MAS.3
4. Menurut ibu Karomah yang juga merupakan warga desa Kembangan
responnya cukup baik dengan adanya pondok pesantren MAS, karena
menurut beliau dengan adanya pondok pesantren MAS maka beliau bisa
membuka sutu usaha rumahan dan kebetulan juga rumah yang di buat
usaha tidaklah jauh jaraknya dengan pondok pesantren MAS. Oleh karena
itu ibu Karomah sangatlah senang dengan keberadaan pondok pesantren
MAS, karena ada peluang usaha yang cukup bagus pula.
5. Respon dari Bapak Jupri berpendapat bahwa dengan adanya pondok
pesantren MAS ini beliau merespon cukup baik, kerena sejak keberadaan
pondok pesantren MAS, pondok tersebut mengadakan pengajian, baik
pengajian yang membahas tentang kitab ataupun pengajian umum.
Pengeajian tersebut juga dapat diikuti oleh masyarakat sekitar desa
Krembangan.4
Dari beberapa wawancara tersebut maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa respon yang ditunjukkan oleh warga masyarakat desa Krembangan
terhadap pondok pesantren MAS merupakan respon yang positif. Dengan
demikian secara tidak langsung dampak dari keberadaan pondok pesantren