• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Salah satu keterampilan yang berperan penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah belajar berbicara. Menurut Makkasau (2010:4), permasalahan mendasar yang sering menyertai pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, termasuk pembelajaran keterampilan berbicara, adalah rendahnya semangat belajar siswa. Di kelas V kami belajar bahasa Indonesia di SD Inpres Cambaya kecamatan Somba Opu kabupaten Gowa hanya 12 dari 22 siswa.

Salah satu metode yang dapat digunakan di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia adalah metode bercerita.

RumusanMasalah

Metode bercerita merupakan metode pengajaran yang diharapkan dapat membangkitkan minat, emosi dan pola pikir siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dengan menggunakan metode bercerita, siswa akan lebih percaya diri dalam mengemukakan gagasan, memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan berbicara. Metode menceritakan kembali (Story Telling) dapat membantu siswa menguasai konsep sebuah cerita. Metode ini mengajarkan mengingat kembali materi pembelajaran sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Metode menceritakan kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan cerita dengan menggunakan bahasanya sendiri, sehingga siswa tidak perlu lagi gugup ketika bercerita, harapannya dengan diterapkannya metode ini siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasinya.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Metode Story Telling terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres Camabaya Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.”

TujuanPenelitian

ManfaatPenelitian

Bagi guru, hal tersebut menjadi acuan pengembangan metode pembelajaran yang efektif dan dapat membentuk profesionalisme pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Bagi penulis, ini merupakan latihan dalam upaya menyumbangkan pemikiran tertulis, sebagai bahan pertimbangan dalam persiapan memasuki dunia pengajaran di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

KajianPustaka

Pengertian storytelling secara harfiah ada banyak, pengertian storytelling adalah strategi yang menggunakan metode dalam menceritakan sebuah cerita. Seperti halnya penceritaan tradisional, sebagian besar penceritaan menceritakan suatu subjek dilihat dari sudut pandang tertentu. Tujuan utama metode bercerita adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan cerita dalam bahasanya sendiri.

Pengertian atau batasan menceritakan kembali (storytelling) menggambarkan bahwa siswa aktif dalam menceritakan kembali. Pengertian atau batasan menceritakan kembali (storytelling) menggambarkan bahwa siswa aktif dalam menceritakan kembali. Metode bercerita baik untuk memotivasi siswa agar terlibat langsung dalam materi pelajaran.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Storytelling Metode storytelling mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode bercerita berfungsi sebagai titik awal pembelajaran (agar siswa tertarik pada suatu mata pelajaran). Metode bercerita berfungsi untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap suatu unit mata pelajaran (materi), yaitu keterampilan berbicara.

Metode pengulangan (bercerita) membantu siswa mengkaji cerita dari sudut pandangnya sendiri. 2). Metode bercerita merupakan salah satu bentuk penyajian materi sebagai upaya menjembatani perbedaan metode belajar siswa. Metode rekonstruksi (narasi) merupakan suatu metode untuk meningkatkan minat, perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Metode Menceritakan Kembali (Storytelling) merupakan metode yang dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan keberanian menerima pendapat dan kritik orang lain.

Tabel 2.1 model Blangko Penilaian Berbicara dengan skala 1-4  No  Aspek yang dinilai  Kuslifikasi  Deskripsi dan Skor
Tabel 2.1 model Blangko Penilaian Berbicara dengan skala 1-4 No Aspek yang dinilai Kuslifikasi Deskripsi dan Skor

KerangkaPikir

HipotesisPenelitian

METODE PENELITIAN

  • JenisPenelitiandandesainPenelitian
  • PopulasidanSampel
  • DepenisiOperasionalVariabel
  • InstrumenPenelitian
  • TeknikPengumpulan Data
  • TeknikAnalisis Data

Jika t hitung < t tabel maka H0 ditolak dan H1 ditolak yang berarti penerapan metode bercerita tidak berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Camabaya Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Menarik kesimpulan apakah penerapan metode bercerita berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Cambaya Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Deskripsi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres Cambaya Sebelum Penerapan Metode Storytelling.

Dari hasil perhitungan di atas, rata-rata skor yang dicapai keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Camabaya sebelum penerapan metode bercerita adalah 61,4. Deskripsi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres Camabaya Setelah Menerapkan Metode Storytelling. Selain data observasi, juga terdapat kemampuan berbicara siswa kelas V SD Inpres Camabaya setelah penerapan metode bercerita.

Pengaruh Penerapan Metode Stoy Telling Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres Cambaya. Artinya penerapan metode bercerita efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Story Telling efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD INpres Cambaya, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Pada siswa kelas V SD Inpres Cambaya Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa pengaruh terhadap keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena sebelum penerapan metode bercerita termasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita telah mencapai thitung.

Tabel 3.1 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia  Tingkat Penguasaan (%)  Kategori Hasil Belajar
Tabel 3.1 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilPenelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti SD Inpres Cambay, pengumpulan data dilakukan dengan instrumen tes lisan sehingga dapat diketahui hasil keterampilan berbicara berupa nilai kelas V SD Inpres Cambay. Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara pada tahap Pre-test dengan menggunakan instrumen tes lisan dikategorikan sangat rendah dan sangat tinggi yaitu pada persentase 0,00%, rendah 22,72%. . , sedang 40,90% dan tinggi 36,36%. Melihat hasil persentase yang ada, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan berbicara siswa pada materi bahasa Indonesia sebelum menggunakan metode bercerita tergolong rendah.

Pada mulanya siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat guru menjelaskan materi berjumlah 20 orang, namun pada pertemuan terakhir terjadi perubahan jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat guru menjelaskan materi menjadi sebanyak 20 orang. sebagai 2 siswa. Pada pertemuan awal hanya 5 siswa yang aktif dalam pembelajaran, namun setelah diperkenalkannya metode bercerita, terdapat 20 siswa yang aktif dalam pembelajaran. Pada pertemuan awal terdapat 5 siswa yang menjawab soal dengan baik, dan pada pertemuan akhir terjadi penambahan sebanyak 17 orang.

Untuk mengetahui rata-rata (rata-rata) nilai Posttest siswa kelas V SD Inpres Cambaya, dapat disimpulkan dari data tersebut bahwa nilai ∑x = 1705, sedangkan nilai N sendiri adalah 22. Hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata hasil keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Cambaya setelah diterapkan metode Story Telling yaitu 77,5. Berdasarkan data yang terlihat pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan berbicara pada tahap Poatest dengan menggunakan instrumen tes lisan dikategorikan sangat rendah dan rendah dengan persentase sebesar 0,00%, sedangkan rata-rata sebesar 13,63%, tinggi adalah 63,63% dan sangat tinggi dengan persentase 22,72%.

Melihat hasil persentase yang ada, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengalami peningkatan setelah diperkenalkannya metode bercerita. Berdasarkan hipotesis penelitian yaitu “Pengaruh Penggunaan Metode Bercerita Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres Cambay”, teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dengan menggunakan uji-t.

Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Materi Pretest
Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Materi Pretest

Pembahasan

Metode Story Telling merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Melihat hasil persentase yang ada maka dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap topik bahasa Indonesia adalah sebelum menerapkan metode Storytelling. Penerapan metode Storytelling telah membuahkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Selain itu, persentase kategori kemampuan berbicara siswa juga mengalami peningkatan, masuk kategori sangat rendah dan rendah dengan persentase sebesar 0,00%, sedangkan rata-ratanya sebesar 13,63%. %, tinggi sebesar 63,63% dan sangat tinggi dengan persentase sebesar 22,72%.

Hasil analisis di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar setelah penerapan Metode Story Telling sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan. Pada pertemuan awal siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya 5 orang, setelah penerapan metode Storytelling yang aktif dalam pembelajaran adalah 20 siswa. Berdasarkan temuan penelitian Misnwati (2012) dengan judul “Misnawati (2016) dengan judul Pengaruh Metode Story Telling Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres Pattallikang.

Berdasarkan hasil penelitian Syuhrana.B (2014) yang berjudul “Penerapan metode bercerita dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN NO.23 Pusat Takalar 1 Kabupaten Takalar” skripsi. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan pemberian tes, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengukur keterampilan berbicara siswa berdasarkan hasil tes keterampilan berbicara (tes siklus I dan II). Namun setelah diterapkan metode bercerita, keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V D Inpres Cambaya mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari persentase perolehan yaitu sedang 13,63%, tinggi 63,63% dan sangat tinggi 22,72%.

Para pendidik khususnya guru di SD Inpres Cambay disarankan menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Kami berharap peneliti dapat mengembangkan metode bercerita ini dengan menerapkannya pada materi lain untuk melihat apakah ada materi lain yang sesuai dengan metode pengajaran ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hal ini terlihat dari persentase kemampuan berbicara siswa yaitu rendah 22,72%, rata-rata 40,90%, dan tinggi 36,36%.

Saran

Selepas membaca cerita, murid dapat mengenal pasti unsur-unsur yang terdapat dalam cerita yang dibaca. Selepas membaca cerita, murid boleh menceritakan semula isi cerita yang dibaca dengan perkataan sendiri. Guru memberikan kerja rumah kepada pelajar untuk merumuskan cerita dan berlatih menceritakan semula cerita tersebut.

Mintalah siswa untuk mencari kembali kata-kata sulit atau hal-hal penting yang tidak mereka pahami. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk merangkum cerita dan berlatih menceritakan kembali cerita tersebut. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tertarik dengan koala, koala tersebut tinggal di kebun binatang terkenal di kota.

Penjagaan terhadap koala telah diperketat. Tapi setiap kali penjaga lengah, hewan-hewan itu akan berusaha mencelakakan koala." Hai badut. Kami asyik ngobrol, berdiskusi segala hal mulai dari politik, olah raga hingga permasalahan masyarakat yang kompleks dengan cara yang sederhana, seperti talk show di TV - Kapan sambil TV menyala, seorang penjual pisang ditemani seorang anak SD lewat dan sedang menjual produknya. Kami berhenti sejenak dalam perbincangan kami dan menonton penjual pisang tersebut, dan tak sedikit timbul pertanyaan di antara kami, “Kenapa masih ada pisang?” penjual pada jam segini?"

Namun apa yang kami lakukan ternyata mendapat respon berbeda dari pihak pisang. “Ini pak, kembaliannya seribu rupee,” kata si tukang pisang. “Hanya untukmu dan anakmu,” jawab kami serempak tanpa pengertian. Kemudian penjual pisang tersebut pamit dan pergi bersama anaknya untuk menjual barang dagangannya dalam perjalanan pulang ke desanya. Kedua, betapa optimisnya si manusia pisang, dalam keadaan buta ia berkeliling komplek hingga larut malam mencari keberuntungan, sedangkan kita yang lebih beruntung (mata normal) bisa bersantai sambil menonton TV atau hendak tidur.

Ceritakan kembali kisah tersebut dengan kata-kata Anda sendiri. Ingat, Anda tidak mengubah jalan cerita aslinya.

Gambar

Tabel 2.1 model Blangko Penilaian Berbicara dengan skala 1-4  No  Aspek yang dinilai  Kuslifikasi  Deskripsi dan Skor
Tabel 3.1 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia  Tingkat Penguasaan (%)  Kategori Hasil Belajar
Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Materi Pretest
Tabel 4.2 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sparkman, "Electricity and control for heating, ventilating and air conditioning", Delmar Publishers Inc., 1986.. Smith, "Electricity for Refrigeration, heating, and air Conditioning",