• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bapak Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Mataram beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan pelayanan akademik

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Bapak Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Mataram beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan pelayanan akademik"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu praktik hukum ekonomi syariah (muamalah) yang terjadi di masyarakat adalah qardh (hutang dan kredit). Berdasarkan permasalahan di atas, muncul berbagai tanggapan dari tokoh agama setempat terkait praktik utang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat.

Rumusan Masalah

Bagaimana reaksi tokoh agama terhadap praktik hutang piutang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat. Bagaimana pendapat hukum ekonomi syariah terhadap reaksi para tokoh agama terkait praktik kewajiban membayar yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Penelitian yang akan penulis kaji adalah respon tokoh agama terhadap praktik hutang dan piutang yang terjadi di desa Bagik Polak Barat.

Telaah Pustaka

Sedangkan peneliti lebih condong pada pandangan tokoh agama setempat mengenai praktik kewajiban membayar yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat. 9 Muh Rizki Nodiandi, “Cidera Janji dalam Akad Hutang Ternak Perspektif Hukum Dagang Syariah (Studi Kasus Desa Mamben Baru Kecamatan Wanasaba).

Kerangka Teori

Menurut Ustadz Tomi Harlan, praktik hutang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat diperbolehkan jika ada unsur saling membantu. Menurut Ustadz Fathanul Yadaini, praktik hutang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat adalah haram hukumnya jika mengandung riba. Reaksi tokoh agama terhadap praktik hutang dan piutang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat. Bertempat di desa Bagik Polak Barat.

Maka disini penulis telah menghimpun berbagai tanggapan dari para pemuka agama terkait praktek kreditur yang terjadi di desa Bagik Polak Barat. Menurut Ustadz M Nurul Fajri, praktik menagih utang di Desa Bagik Polak Barat itu sah-sah saja. Analisis Hukum Ekonomi Islam Terhadap Praktek Debitur di Desa Bagik Polak Barat Piutang di Desa Bagik Polak Barat.

Analisis Hukum Ekonomi Syariah Pandangan Terhadap Tanggapan Pemuka Agama Terhadap Praktik Utang dan Piutang di Desa Bagik Polak Barat Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Tanggapan para pemuka agama terhadap praktek hutang piutang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat didasarkan pada hukum Islam dan hukum tertentu. Evi Ratnasari, Praktek Piutang dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Desa Giri Kelopo Mulyo), (Skripsi, IAIN Metro, Metro, 2019).

Metode Penelitian

Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi empat bab, dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab utama yang saling berhubungan. BAB I, merupakan pendahuluan yang berisi sub-bab; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan hasil, ruang lingkup dan lingkungan penelitian, tinjauan literatur, kerangka teori dan metode penelitian. BAB II Mekanisme transaksi kreditur yang terjadi di desa Bagik Polak Barat membahas tentang geografi desa Bagik Polak Barat, gambaran umum tempat penelitian seperti sejarah desa, struktur kepengurusan desa, visi dan misi, serta praktik utang piutang yang terjadi di Desa.

Pada bab ini peneliti membahas hasil penelitian yang telah diteliti yaitu, bagaimana mekanisme transaksi utang piutang di desa Bagik Polak Barat, bagaimana tanggapan pemuka agama terhadap transaksi utang yang terjadi di desa Bagik Polak Barat dan bagaimana pandangan Hukum Ekonomi Syariah terhadap tanggapan para pemuka agama terkait praktik penagihan hutang.

MEKANISME TRANSAKSI HUTANG

Gambaran Umum Desa Bagik Polak Barat

  • Sejarah Desa Bagik Polak Barat
  • Profil Desa Bagik Polak Barat
  • Kondisi Geografi dan Demografi

Pihak yang terlibat dalam praktik penagihan utang ini adalah kreditur yaitu rentenir dan debitur yaitu orang yang membutuhkan bantuan debitur. Hanya ada 2 pihak yang terlibat dalam praktik penagihan utang ini, yaitu pihak kreditur yaitu rentenir dan pihak penerima utang yaitu pihak yang membutuhkan bantuan rentenir. Hal ini karena dasar hukum yang digunakan untuk melihat praktek hutang piutang berbeda.

Perbedaan pendapat tokoh agama di desa Bagik Polak Barat adalah adanya proses hutang dan kredit. Pandangan hukum ekonomi syariah terhadap tanggapan para pemuka agama di desa Bagik Polak Barat mengenai penanganan hutang dan piutang sudah sesuai dengan hukum Islam, yaitu dalam arti membantu sesama, terutama yang sangat membutuhkan pertolongan. Dengan cara demikian si penerima hutang tidak merasa terbebani dengan hutangnya dan jika cara ini diterapkan, maka praktek hutang piutang di desa Bagik Polak Barat sudah sesuai dengan syariat Islam.

Pandangan Hukum Ekonomi Syariah atas Jawaban Tokoh Agama di Desa Bagik Polak Barat mengenai praktek hutang dan piutang sudah sesuai dengan hukum Islam yaitu dalam hal menolong sesama manusia khususnya yang ada.

Mekanisme Transaski Hutang Piutang yang terjadi

  • Pengutaraan Niat
  • Para Pihak yang Terlibat dalam Praktik Hutang
  • Kesepakatan antara Pihak Penerima Hutang dan
  • Jumlah yang di Hutangkan
  • Waktu Pengembalian Hutang
  • Konsekuensi Pihak Penerima Hutang

Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Hutang

Dengan adanya transaksi kreditur yang terjadi di desa Bagik Polak Barat, muncul tanggapan yang berbeda dari tokoh agama setempat terkait transaksi hutang ini karena 100% masyarakat desa Bagik Polak Barat beragama Islam. Menurutnya, praktik utang ini jelas termasuk ke dalam riba, dimana UU Riba adalah haram hukumnya. Jika amalan menerima hutang semata-mata untuk membantu sesama manusia, maka amalan ini sangat dianjurkan dalam Islam, dan keberkahan yang diperoleh tentu sangat banyak.

Namun sangat di sayangkan, praktek hutang piutang yang terdapat disini tidak seperti yang diajarkan dalam islam, praktek hutang piutang disini malah bertentangan dengan ajaran islam, oleh karena itu saya sangat menentang praktek hutang piutang yang terjadi di desa Bagik Polak Barat.” 66. Praktek membayar hutang dengan rentenir yang saat ini terjadi jelas tidak dibenarkan dalam hukum Islam, sebagaimana yang jelas tertera dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282. Menurut Ustadz Fathanul Yadaen berpendapat bahwa praktek membayar hutang mendapat keuntungan maka hukumnya adalah riba, itu terjadi dengan.

Jika orang yang berhutang itu seorang yang lemah akal atau lemah (keadaan) atau tidak mampu mendikte dirinya sendiri, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan adil dan bersaksi dengan dua orang saksi lelaki (di antara kamu).

PANDANGAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik

  • Jumlah yang Dihutangkan

Peminjam: Ibu Isnawati, Ibu Rahmawati, Ibu Haeniah, Ibu Martisah, Ibu. Sriani, Ny. Marni, Bpk. Rahman, Bpk. Eddie atau lebih dikenal dengan nama amak bodak. Hal ini juga didukung oleh pendapat pemberi pinjaman, “dari awal saya masih menekankan kepada peminjam untuk membuat kesepakatan sebelum saya memberikan uang kepadanya. Jumlah yang dimaksud disini adalah jumlah yang terutang oleh kreditur kepada debitur dan juga jumlah uang yang harus dikembalikan oleh debitur kepada debitur.

Dengan demikian, sebelum melakukan praktek membayar utang, debitur harus terlebih dahulu memberitahukan kepada kreditur berapa jumlah utang debitur, setelah itu debitur tinggal menyetujui atau tidak terhadap jumlah yang diminta oleh debitur. Mengenai waktu pelunasan utang, kreditur dan debitur biasanya membuat kesepakatan di awal perjanjian. Jadi jika sejak awal tidak ada kesepakatan waktu untuk mengembalikan uang, maka debt collector nantinya akan seenaknya mengembalikan uang yang terhutang.

Orang yang menerima hutang harus siap menerima konsekuensi jika orang yang menerima hutang tidak menaati atau melalaikan apa yang telah mereka sepakati sejak awal, seperti orang yang menerima hutang tidak menepati janjinya untuk membayar hutang, maka dia harus siap menerima konsekuensi yang diberikan pemberi.

Analisis Terhadap Respons Tokoh Agama Mengenai

Menurut pandangan tokoh agama di desa Bagik Polak Barat, ada sebagian tokoh agama yang menganggap praktik kredit utang ini sah, namun ada juga tokoh agama yang menganggap praktik kredit utang ini juga ilegal. Beberapa hal pokok dapat disimpulkan dari beberapa reaksi para pemuka agama terhadap praktek kreditur, yaitu akad itu. Reaksi para pemuka agama terhadap praktik utang piutang juga beragam, sehingga sumber hukum yang digunakan pemuka agama di Desa Bagik Polak Jogot Barat juga beragam.

Dalam praktek hutang piutang tidak ada riba, maka dalam melakukan praktek hutang piutang ini harus dilandasi dengan keikhlasan. Pandangan tokoh agama di desa Bagik Polak Barat mengenai praktek hutang piutang terbagi menjadi 2 pendapat yaitu pandangan pertama mengatakan bahwa praktek hutang piutang itu sah karena dalam akad yang terjadi antara kreditur dengan penerima utang didasarkan pada kesepakatan bersama atau keikhlasan kedua belah pihak. Dalam praktek hutang ini, kita harus melakukan semuanya sesuai dengan syariat Islam yang ada yang harus berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits.

Nurhayati Husain, Praktik Utang Pedagang Masyarakat Muslim Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi Kasus Pedagang Muslim di Pasar Karombasan Kota Manado), (Disertasi, IAIN Manado, Manado, 2020).

PENUTUP

Kesimpulan

Praktek hutang piutang yang terjadi di Desa Bagik Polak Barat terjadi karena banyak masyarakat yang membutuhkan dana darurat, baik untuk kebutuhan anak sekolah maupun kebutuhan kelangsungan hidup lainnya, sehingga mereka meminjam uang kepada rentenir. Setelah mendapatkan pinjaman, penerima hutang membuat perjanjian berupa perjanjian dengan kreditur untuk menyepakati berapa bulan hutang akan dilunasi. Jika penagih utang wanprestasi terhadap perjanjian, kreditur akan mengambil hasil panen dan barang dari penerima utang untuk menutupi utang yang tidak dibayar sesuai dengan kesepakatan di awal.

Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa praktek hutang piutang yang terjadi di desa Bagik Polak Barat adalah haram atau tidak diperbolehkan karena praktek ini sebenarnya mengandung asas gotong royong, namun pada kenyataannya praktek ini mengandung unsur riba dan hanya membebani. satu pihak, yaitu debitur. . Namun praktik di lapangan secara langsung dapat dikatakan tidak sesuai dengan hukum Islam, sehingga hukum ekonomi syariah menganggap praktik tersebut haram atau haram karena masih mengandung riba, padahal di dalamnya terdapat unsur gotong royong.

Saran

Alfi Amalia, “Konsep Utang dan Debitur dalam Al-Qur'an (Studi Perbandingan Tafsir Al-Azim Al-Quran dan Tafsir Al Misbah Muhammad Quraish Shihab)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. M Taufik Hidayatullah, “Revisi Hukum Islam tentang Pelaksanaan Hutang Kontinjensi Pada Masyarakat Dusun Duria Desa Rempek Kecamatan Gangga Kabupaten Lomok Utara”. Muh Rizki Nodiandi, “Standar Akad Hutang Ternak Perspektif Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus Desa Mamben Baru Kecamatan Wanasaba).

Santi, “Praktek Piutang BBM Bagi Nelayan (Studi Kasus Desa Poja Kecamatan Sape Kabupaten Bima).

Referensi

Dokumen terkait

Stage 2 is the selection of articles according to the eligibility of specific criteria, namely: (1) research on maladaptive behavior that is overcome by behavior modification