• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fauzi

N/A
N/A
Jamaal

Academic year: 2025

Membagikan "Fauzi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. VO2 Max

Suharjana (2013: 51) menjelaskan bahwa VO2 max adalah pengambilan oksigen secara maksimal, biasanya dinyatakan sebagai volume setiap menit dan sering disebut konsumsi oksigen yang dilakukan secara terus-menerus dalam setiap menit. Don Gordon (2009: 143) menjelaskan bahwa VO2 Max adalah tingkat maksimal seseorang dapat mengambil dan mengkonsumsi oksigen dari atmosfer respirasi aerobik oleh karena itu mewakili pengeluaran energi aerobik.

Sugiharto (2014: 82) mengungkapkan bahwa VO2 max adalah ambilan oksigen maksimal dan VO2 max dinyatakan dalam liter/menit/kilogram berat badan.

Kinerja tingkat VO2 max hanya dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang pendek, sehingga latihan juga dipengaruhi oleh proses latihan.

Kapasitas aerobik maksimal dinyatakan sebagai VO2 max kapasitas aerobik pada hakikatnya menggambarkan besarnya kemampuan motorik (motoric power) dari proses aerobik pada seorang atlet. VO2 max yang tinggi memungkinkan untuk melakukan pengulangan gerakan yang berat dan lebih lama, dibandingkan bila VO2 max rendah. Aktivitas yang dilakukan sama, maka VO2 max yang lebih tinggi akan menghasilkan kadar asam laktat yang rendah. Hal ini menjadi salah satu penyebab seseorang yang memiliki VO2 max yang tinggi lebih cepat pemulihannya setelah beraktivitas/latihan jika dibandingkan dengan seseorang yang VO2 max nya rendah. Ibikunle (2014: 1) menjelaskan bahwa VO2 max atau

(2)

10

kemampuan seseorang untuk menghirup oksigen akan baik apabila daya tahan aerobiknya baik. Semakain besar kapasitas VO2 max seseorang maka beban ketika mendapat intensitas berat dalam pertandingan dapat diatasi. Roesdiyanto dan Budiwanto (2008: 133) mengungkapkan dengan kemampuan aerobik yang baik maka seseorang dapat melakukan kegiatan fisik walaupun dengan intensitas tinggi dan lama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kebugaran kardiorespirasi adalah kemampuan jantung paru maksimal dalam mengalirkan oksigen dan darah ke seluruh jaringan tubuh untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang lama. Kapasitas aerobik maksimal atau VO2 max adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan oksigen selama olahraga. VO2

max yang tinggi memiliki peranan penting dalam olahraga yang memerlukan ketahanan seperti sepakbola.

a. Syarat mengukur VO2 Max

Menurut Fox dalam Sugiharto (2014: 84) menjelaskan bahwa pengukuran VO2 Max meyaratkan sebagai berikut :

1) Kelelahan

2) Denyut nadi lebih besar dari 190 denyutan/ menit 3) R.Q (Respiratory Quatient) lebih besar dari 1

4) Kadar asam laktat dalam darah lebih dari 100 mg% (10 mmol/1) b. Faktor – faktor yang mempengaruhi VO2 Max

Sugiharto (2014: 85) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi VO2 Max atau konsumsi oksigen maksimal seseorang adalah:

(3)

11

1) Tingkat keterlatihan seseorang berkaitan dengan proses peningkatan VO2 Max seseorang, hal ini dipengaruhi oleh cara, metode, intensitas latihan, dan alat tes yang digunakan untuk mengukur VO2 Max.

2) Kualitas respon dan adaptasi tubuh terhadap proses perkembangan dan pertumbuhan. Sebelum masa puber tubuh dapat merespon dengan baik latihan peningkatan VO2 Max.

3) Kapasitas VO2 Max juga dipengaruhi oleh umur, perkiraan peningkatan VO2 Max secara maksimal terjadi pada umur 18 tahun dan sesudah umur 20 tahun terjadi penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh kapasitas fungsional tubuh, terutama jantung, paru, serta pembuluh darah.

4) Perbedaan jenis kelamin ini disebabkan perbedaan komposisi tubuh dan kandungan hormon hemoglobin dalam tubuh.

2. Small Sided Games

Dalam olahraga intensitas tinggi, umumnya diterima bahwa manfaat latihan yang maksimal ketika rangsangan latihan serupa dengan tuntutan kompetitif.

Small sided games adalah metode latihan khusus sepakbola yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan teknis, taktis, dan fisik (Rampinini et al, 2007).

Permainan ini biasanya diselesaikan dalam bentuk beberapa interval, dengan jumlah pemain yang bervariasi, dimensi area yang berbeda, dan aturan yang dimodifikasi. Telah dilaporkan bahwa small sided games mengekspos pemain untuk beban aerobik dan anaerobik yang signifikan, dengan intensitas relatif rata-

(4)

12

rata 82% VO2 Max dan tingkat laktat darah rata-rata 4,5-4,9 mmol untuk permainan 4 lawan 4 (Mac Laren et al, 1998); Selain itu, jumlah aktivitas intensitas tinggi dan waktu dalam ball posession lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam permainan pertandingan (11 vs 11). Reilly dan White (2005) melaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara HIIT dan Small sided games dalam kaitannya dengan detak jantung atau konsentrasi laktat:

HIIT: 6 set durasi 4 menit pada 85-90% DJM, 3 menit recovery.

SSG: 5 versus 5 game; 6 set durasi 4 menit, 3 menit istirahat di antara game.

Ada sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan oleh pelatih strenght and conditioning sebelum merancang dan menerapkan small sided games, misalnya, kapabilitas kondisi para pemain, situasi di musim sepakbola, tingkat teknis dari para pemain, waktu pelaksanaan aplikasi small sided games dalam kaitannya dengan jadwal pertandingan dan tujuan strategi tim (Mallo & Navarro, 2008).

Jumlah pemain di small sided games dapat mempengaruhi elemen fisiologis dan taktis dari latihan ini. Rampinini et al. (2007) menunjukkan bahwa ketika jumlah pemain menurun intensitasnya meningkat, dan hasilnya pemain memiliki lebih banyak sentuhan bola. Namun, meskipun frekuensi tindakan teknis meningkat saat pemain lebih sedikit, komponen taktis drill lebih terbatas karena pemain tidak terbatas pada posisi dan tugas tertentu.

Dimensi lapangan dapat mempengaruhi kinematika pemain. Semakin besar area bermain, semakin banyak waktu dan ruang yang dimiliki pemain untuk membuat keputusan dan melakukan reaksi. Sebaliknya, ruang yang lebih kecil

(5)

13

mengurangi waktu untuk pengambilan keputusan dan tindakan dan cenderung mendorong lebih banyak percepatan, deselerasi, dan perubahan arah. Bagitu juga beban kerja fisiologis dan tingkat pengerahan tenaga yang dirasakan lebih tinggi ketika area bermain lebih besar (Casamichana & Castellano, 2010).

Selain itu jumlah pemain dan dimensi lapangan, aturan permainan juga dapat mempengaruhi intensitas small sided games. Mallo dan Navarro (2008) membandingkan tuntutan 3 latihan dengan berbagai kendala dan menemukan bahwa masuknya penjaga gawang memodifikasi perilaku fisik dan taktis para pemain; latihan yang termasuk kiper melaporkan bahwa para pemain mengkover lebih sedikit jarak tempuh, bekerja pada intensitas yang lebih rendah, dan secara taktis menjadi lebih defensif. Jelas bahwa small sided games memberikan stimulus fisiologis yang efektif untuk meningkatkan dan menjaga kapasitas aerobik dan anaerobik dan memungkinkan peningkatan keterampilan teknis dan taktik secara bersamaan. Namun, pelatih strenght and conditioning harus mempertimbangkan dimensi area, jumlah pemain, aturan permainan dan timing sebagai variabel yang dapat memengaruhi intensitas permainan.

3. Interval Training

a. Pengertian Interval Training

Latihan interval adalah latihan mengkombinasikan jarak lari, kecepatan lari, dan waktu istirahat. Latihan interval juga menggunakan prinsip penambahan beban dalam setiap latihan (Suharjana, 2013: 68). Sugiharto (2014: 54) menjelaskan bahwa latihan interval memiliki ciri-ciri adanya variasi antara kerja

(6)

14

dan latihan. Latihan interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja saat intersitas tinggi tetapi atlet dapat bekerja saat latihan yang terus-menerus.

Harsono (2016: 18) menjelaskan bahwa latihan interval adalah sistem latihan yang sisipi dengan interval-interval. Latihan interval tidak perlu mengacu kepada metode latihan tertentu. Latihan interval sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih karena memiliki dampak positif bagi perkembangan daya tahan atlet. Latihan interval dapat diterapkan pada semua cabang olahraga yang membutuhkan endurance dan stamina, misalnya atletik, basket, voli, sepakbola, tenis, dan futsal.

Istirahat dalam latihan interval training adalah istirahat aktif yaitu berupa jalan bukan istirahat pasif yang langsung diam setelah aktivitas. Latihan interval adalah latihan dengan intensitas tinggi diselingi oleh istirahat atau mengurangi intensitas latihan. Latihan interval dapat dimanipulasi dengan mengubah jarak, durasi, pengulangan, waktu istirahat, dan tindakan saat istirahat. Manipulasi ini yang dapat disesuaikan dengan cabang olahraga tertentu saat latihan (Cregg, 2013: 24).

Penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa latihan interval adalah latihan yang dilakukan dengan menentukan waktu capaian dengan selang waktu istirahat aktif yang telah ditentukan.

b. Karakteristik Latihan Interval

Harsono (2016: 19) menjelaskan bahwa beberapa hal yang harus di penuhi dalam menyusun latihan interval adalah :

1) Lamanya latihan

2) Beban (intensitas) latihna

3) Ulangan (repetition) melakukan latihan

(7)

15

4) Masa istirahat (recovery interval) setelah repetisi latihan.

Prinsip dalam latihan interval adalah meningkatkan daya tahan jadi tidak perlu mengacu pada metode yang sudah ada atau program latihan yang sudah digunakan sebelumnya. Gregory Whyte (2006: 97) menjelaskan bahwa :

Interval training which comprises the repetition of longer exercise bouts to develop aerobic endurance capacity. Interval training was brought to popular attention in the 1930s by Rudolf Harbig, the German 800 m world record holder;

the repetition of intervals allows the athlete to undertake a greater volume of training at the appropriate intensity in any one training session.

Arti penjelasan di atas adalah bahwa latihan interval yang terdiri dari pengulangan-pengulangan lebih lama dengan tujuan untuk mengembangkan ketahanan kapasitas aerobik. Latihan interval dipopulerkan oleh Rudolf Harbig di Jerman pada tahun 1930. Pengulangan interval membuat kemungkinan atlet melakukan volume lebih besar pada setiap latihan. Latihan akan memiliki ciri khas yang membuat latihan berbeda satu sama lain. Bompa (2009: 311) menjelaskan bahwa karakteristik latihan interval sebagai berikut:

(8)

16

Tabel 1. Karakteristik Latihan Interval Interval

method Variable

Characteristic

Novice athlete Advanced athelete Extensive Relative

intensity

60-80% of

competitive speed

60-80% of competitive speed Intensity

classification

Low to medium Low to medium Duration ora

distance

17-100s or 100- 400 m

14-180s or 100- 1,000m

Volume 5-12 repetitions 8-40 repetitions Target

recovery heart rate

110-120 beats/min

125-130 beats/min Recovery

duration 60-120 s 45-90 s Intensive Relative

intensity

80-90% of

competitive speed

80-90% of competitive speed Intensity

classification High High Duration ora

distance

14-95 s or 100- 400m

13-180 s or 100-1,000 Volume 4-8 repetitions 4-12 repetitions Target

recovery heart rate

110-120

beats/min 125-130 beats/min Recovery

duration

120-240 s 90-180 s

Tabel diatas menjelaskan pembagian program latihan pada atlet yang sudah tingkat lanjutan (profesional) dan atlet yang amatir. Berdasarkan tabel di atas metode latihan interval yang digunakan dalam penelitian ini adalah extensive interval method.

4. Kecepatan

a. Pengertian Kecepatan

(9)

17

Kecepatan hampir digunakan disemua cabang olahraga karena kecepatan bisa dijadikan alat bantu untuk memudahkan kemenangan diraih. Harsono (2016: 119) menjelaskan kecepatan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan yang sama secara berurutan dengan menggunakan waktu sesingkat mungkin atau menempuh suatu jarak dengan waktu tertentu. Gordon (2009: 185) menjelaskan kecepatan sebagai kemampuan untuk berpindah dari titik A ke titik B secepat mungkin.

Kecepatan merupakan bagian integral dari olahraga intermittent juga seperti sepakbola, rugby, hoki, dan lain-lain, dimana atlet harus mempertahankan kecepatan tinggi untuk waktu yang lama.

Bompa (2015: 83) menjelaskan kecepatan terdiri dari tiga bagian penting yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam menerima rangsang atau signal, memindahkan anggota tubuh dengan cepat, dan berpindah tempat dengan cepat atau dalam istilah disebut reaction time, movement time, dan speed running.

Kecepatan menjadi salah satu bagian penting dalam beberapa cabang olahraga untuk meraih kemenangan.

Bompa (2015: 83) menjelaskan bahwa beberapa hal berpengaruh pada kecepatan adalah :

Many sport specialists believe that sprinters are born, not made, because speed depends on the athlete’s muscle-type composition. Speed depends on the following: Genetics. The higher the proportion of fast-twitch to slow-twitch muscle fibers, the faster the reaction and more powerful the muscle contraction and Strength and power level of the athlete. Children cannot be expected to display a high level of speed before getting stronger.

Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan bukan dibuat tetapi kecepatan tergantung pada komposisi otot atlet atau dengan kata

(10)

18

lain kecepatan didasarkan pada genetika. Kecepatan dalam sepakbola digunakan saat serangan balik atau kembali ke pertahanan dengan cepat saat menerima serangan balik. Resat Kartal (2016: 47) menjelaskan kecepatan adalah kemampuan motorik yang penting dalam banyak cabang olahraga salah satunya sepakbola. Sukadiyanto (2011: 119) mengungkapkan kecepatan dapat dipengaruhioleh beberapa faktor, yaitu:

1) Keturunan

Kecepatan dipengaruhi oleh bakat yang dimiliki seseorang sejak lahir atau faktor keturunan. Seseorang dianugrahi kemampuan yang berbeda-beda berupa: kemampuan proses persyarafan, kemampuan mengatur koordinasi, impuls-impuls syaraf, semua itu merupakan faktor penentu untuk memudahkan proses latihan dan mendapatkan kecepatan yang bagus.

2) Waktu Reaksi

Waktu reaksi adalah kemampuan individu untuk menerima rangsang dalam waktu yang singkat. Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh kondisi fisiologis.

3) Kekuatan

Setiap aktivitas yang dilakukan dengan kecepatan membutuhkan komponen pendukung yaitu kekuatan. Latihan kecepatan sebaiknya diawali dengan latihan kekuatan dan kecepatan.

4) Teknik Kecepatan

(11)

19

Kecepatan dipengaruhi oleh teknik gerakan yang dilakukan, teknik yang benar akan memudahkan dan mempercepat seseorang untuk menguasai cara lari yang benar dan bisa menghemat energy yang dikeluarkan.

5) Elastisitas Otot

Elatisitas otot berfungsi ketika otot melakukan kontraksi dan relaksasi secara cepat dan bergantian antara otot antagonis dan agonis. Elastisitas otot yang tinggi akan berpengaruh terhadap semakin luas gerakan yang dihasilkan.

6) Jenis Otot

Jenis otot dibedakan menjadi dua yaitu otot putih dan otor merah. Jenis otot cepat atau sering disebut otot putih lebih sesui untuk dilatih kecepatan dibandingkan otot merah. Kedua otot ini merupakan bawaan sejak lahir, sehingga sulit diubah dengan latihan.

7) Konsentrasi dan Kemauan

Faktor psikologi juga mempengaruhi terhadap peningkatan kemampuan fisik. Konsentrasi dan kemauan salah satu diantara banyak faktor psikis yang ada. Saat latihan kecepatan akan muncul kedaan kebosaanan karena proses latihan yang monoton untuk meningkatan kecepatan. Seseorang yang memgalami kejenuhan maka tidak dapat berkonsenstrasi dengan baik.

b. Tipe Kecepatan

Sukadiyanto (2011: 116) menjelaskan tipt-tipe kecepatan sebagai berikut :

1) Kecepatan Reaksi

(12)

20

Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menerima rangsang dalam waktu sesingkat-singkatnya. Pada kecepatan reaksi dibedakan menjadi gerak tunggal dan gerak majemuk.

2) Kecepatan Gerak

Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk melaksanakan gerak dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi dua macam yaitu gerak siklus dan gerak non siklus.

5. Periodesasi Daya Tahan Aerobik

Daya tahan dikembangkan dalam beberapa fase berbeda di seluruh rencana pelatihan tahunan. Dalam rencana pelatihan tahunan yang berisi satu puncak, daya tahan akan dikembangkan dalam tiga fase: daya tahan aerobik (oksidatif), daya tahan aerobik dan spesifik (ergogenesis), dan kemudian daya tahan spesifik (ergogenesis) (lihat gambar 1).

a. Daya Tahan Aerobik

Gambar 1. Periodesasi Latihan Biomotor (Bompa, 2009: 183)

(13)

21

Bompa (2015: 142) menjelaskan bahwa daya tahan aerobik atau oksidatif dikembangkan sepanjang fase transisi dan fase persiapan awal (1-3 bulan).

Meskipun setiap olahraga memerlukan sedikit perubahan, daya tahan aerobik dapat dicapai melalui penggunaan metode yang seragam dan mantap dengan intensitas sedang (mis., Jarak lambat lama) dan high intensity interval training.

Pengembangan daya tahan aerobik memberikan manfaat berikut:

1) Peningkatan fungsi kardiorespirasi

Peningkatan kapilarisasi, yang memungkinkan peningkatan pengiriman oksigen dan nutrisi

Peningkatan konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan volume darah

Penurunan denyut jantung submaksimal dan tekanan darah istirahat

Meningkatkan daya aerobik maksimal (VO2max)

Peningkatan cardiac output

Stroke Volume meningkat

Peningkatan aliran darah ke otot yang bekerja

Peningkatan pertukaran oksigen di paru-paru

Penurunan laju pernapasan submaksimal

(14)

22

2) Fungsi sistem muskuloskeletal yang ditingkatkan

Peningkatan kadar serat Tipe I

Peningkatan kapasitas enzim oksidatif

Peningkatan kepadatan dan ukuran mitokondria

Peningkatan konsentrasi myoglobin

Meningkatkan kapasitas daya tahan otot

Adaptasi ini meningkatkan kapasitas daya tahan karena penggunaan substrat bahan bakar yang lebih efisien (karbohidrat dan lemak). Adaptasi ini distimulasi sebagai respons terhadap beban kerja, terutama volume pelatihan.

b. Daya Tahan Aerobik dan Daya Tahan Spesifik

Latihan daya tahan aerobik dan daya tahan spesifik adalah komponen dari pelatihan endurance. Rencana pelatihan harus memperkenalkan elemen yang menargetkan sistem energi yang digunakan dalam olahraga. Daya tahan dikembangkan dalam fase pelatihan ini melalui penggunaan pelatihan seragam, alternatif, dan

interval (durasi pendek, menengah, dan panjang). Selama bagian awal fase ini

Gambar 2. Dribbling Track for Developing Soccer-Specific Endurance (Bompa, 2009: 143)

(15)

23

penekanannya adalah pada daya tahan aerobik, sedangkan pada bagian selanjutnya penekanan bergeser ke pengembangan daya tahan spesifik dengan menggunakan high intensity interval training atau metode pelatihan berbasis interval khusus cabang olahraganya. Pergeseran ke pengembangan daya tahan spesifik memungkinkan untuk transfer efek pelatihan, yang meningkatkan keuntungan kinerja selama fase kompetitif dari rencana pelatihan tahunan (Bompa, 2015: 143).

c. Latihan Daya Tahan Spesifik

Bompa (2015: 143) menjelaskan bahwa pengembangan latihan daya tahan khusus kompetisi atau olahraga bertepatan dengan fase prakompetisi dan kompetisi dari rencana pelatihan tahunan. Metode pelatihan yang tepat tergantung pada karakteristik bioenergi olahraga dan kebutuhan atlet individu. Untuk banyak olahraga, pelatih harus menekankan intensitas latihan sehingga sering melebihi kompetisi atau intensitas permainan. Salah satu alat yang mungkin berguna untuk olahraga tim seperti sepakbola adalah penggunaan permainan kelompok kecil (small sided games) dan “jalur dribbling” khusus sepakbola (gambar 2) yang dapat digunakan untuk memasangkan kegiatan taktis dan pengkondisian dalam satu sesi pelatihan. Intensitas yang bergantian memfasilitasi pemulihan di antara sesi pelatihan, yang mengarah ke puncak optimal di kompetisi utama.

6. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan

Sukadiyanto (2011: 5) menjelaskan latihan mengandung beberapa makna yaitu practice, exercises, dan training yang mempunyai makna masing-masing dalam

(16)

24

penerapannya di lapangan. Latihan dalam dunia olahraga adalah alat untuk mendapatkan prestasi. Latihan penuh dengan tantangan dan resiko karena setiap individu memiliki tubuh dan kemampuan yang berbeda. Latihan yang dilakukan juga harus berpatokan kepada teori-teori latihan, prinsip latihan, metode latihan, dan model latihan yang telah banyak dikembangkan.

Sugiharto (2014: 27) menjelaskan latihan adalah proses yang dilakukan oleh individu secara sistematis dalam bekerja atau berlatih secara berulang-ulang dengan beban yang semakian bertambah. Latihan memerlukan waktu yang lama sehingga atlet memiliki penampilan yang maksimal dan dapat berprestasi. Selain itu, latihan dalam arti fisiologis adalah perbaikan sistem dan fungsi organ dalam tugasnya meningkatkan prestasi atlet. Harsono (2017: 50) menyatakan bahwa latihan adalah proses sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan berulang-ulang, dengan setiap latihan memiliki penambahan beban latihan.

Penjelasan ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan adalah proses yang dilakukan individu secara berulang-ulang dengan tujuan tertentu dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam latihan.

b. Tujuan Latihan

Sukadiyanto (2011: 8) menjelaskan bahwa latihan jangka pendek bertujuan untuk meningkatkan komponen fisik, diantaranya kekuatan, kecepatan, ketahanan, power, kelincahan, kelentukan, dan keterampilan teknik cabang olahraga. Tujuan latihan secara garis besar adalah meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, menyempurnakan keterampilan teknik, mengembangkan dan menyempurnakan

(17)

25

strategi, taktik, dan pola bermain, dan meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

Harsono (2017: 39) menjelaskan bahwa tujuan utama dalam proses latihan adalah membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.

Empat aspek yang perlu diperhatikan adalah latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental. Tujuan program latihan yang direncanakan secara baik akan meningkatkan prestasi atlet secara maksimal dengan puncak prestasinya pada saat pertandingan paling penting tahun itu (Harsono, 2017: 14).

Bompa (2009: 5) mengemukakan ada beberapa hal yang berkaitan dengan target atau tujuan dari proses latihan yaitu perkembangan multilateral, perkembangan khusus dari cabang olahraga, kemampuan teknik, kemampuan taktik, faktor psikologis, pemeliharaan kesehatan, pencegahan cidera,dan pengetahuan teori tentang olahraga. Keterkaitan semua faktor akan mempengaruhi kesuksesan dan perkembangan individu dalam proses mencapai tujuan latihan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan latihan adalah proses penyempurnaan kemampuan individu atlet yang meliputi berbagi komponen fisik, taktik, teknik dan psikologis supaya prestasi atlet dalam meningkat sesuai dengan program latihan yang sudah dibuat.

c. Prinsip Latihan

Sukadiyanto (2011: 14-23) menjelaskan bahwa prinsip latihan sebagai berikut :

1) Prinsip Kesiapan

(18)

26

Prinsip kesiapan menekankan pada materi dan dosis latihan disesuaikan dengan usia pelaku olahraga. Pelatih perlu mempertimbangkan proses pertumbuhan dan perkembangan dari anak-anak yang mengikuti latihan. Proses pemberian latihan tidak boleh menggangu proses pertumbuhan atau perkembangan tubuh sehingga bisa maksimal.

2) Prinsip Individual

Respon tubuh setiap setiap individu berbeda-beda dalam menerima beban latihan jadi ada beberapa proses latihan yang tidak boleh disamakan satu dengan yang lainnya. Faktor yang membedakan beban latihan diantaranya adalah keturunan, gizi, kematangan, waktu istirahat, kebugaran, lingkungan, cidera, dan motivasi.

3) Prinsip Adaptasi

Prinsip latihan menjelaskan organ tubuh setiap manusia akan beradaptasi terhadap proses latihan tetapi membutuhkan waktu tertentu.

Beban latihan yang ditingkatkan dalam setiap latihan akan membuat organ tubuh juga akan menyesuaikan supaya fungsinya lebih baik. Proses pembebanan dimulai dari ringan ke beban berat agar terjadi proses adaptasi. Contoh proses adaptasi dalam proses latihan diantaranya adalah membaiknya sistem pernapasan, fungsi jantung, ketahanan otot, tulang, tendon, dan ligament.

4) Prinsip Overload

Beban latihan yang diberikan pada latihan harus melewati batas ambang rangsang walaupun hanya sedikit. Sebab beban terlalu berat akan

(19)

27

merusak proses adaptasi tubuh tetapi jika terlalu ringan juga tidak akan berpengaruh pada proses peningkatan kondisi fisik.

5) Prinsip Progresif

Latihan harus mempunyai proses dari yang sederaha ke proses latihan yang sulit dari latihan dengan beban ringan ke berat. Pertimbangan yang diperlukan dalam prinsip progresif diantaranya frekuensi, intensitas, dan durasi dalam setiap latihan.

6) Prinsip Spesifikasi

Setiap latihan yang dilakukan oleh seseorang memiliki tujuan khusus sehingga materi yang dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga.Pertimbangan dalam prinsip ini diantaranya kebutuhan energy, model latihan, spesifikasi gerak dan kelompok otot yang digunakan, waktu latihan.

7) Prinsip Variasi

Program latihan yang dibuat harus bervariasi untuk menghindari kejenuhan seseorang, kejenuhan adalah lelahnya psikologis seseorang.

Komponen utama dalam menyusun program latihan adalah beban latihan , waktu istirahat, dan kulaitas latihan. Teknik lain yang dapat digunakan untuk membuat latihan menjadi berbeda adalah dengan cara mengubah tempat latihan, bentuk latihan, dan sarana prasarana.

8) Prinsip Warm Up and Cool Down

Pemanasan bertujuan untuk membuat psikologis dan kondisi tubuh atlet siap dalam menerima latihan.Pemanasan diharapakan dapat

(20)

28

mengurangi resiko atlet terhadap cidera.Pendinginan mempunyai peran penting layaknya pemanasan. Proses pendinginan menurukan kondisi tubuh secara perlahan sehingga tidak mendadak. Aktivitas jogging dan stretching akan membantu proses peredaran darah lebih lancar dan memperlancar sisa pembakaran saat latihan inti.

9) Prinsip Latihan Jangka Panjang

Prestasi dalam olahraga tidak dapat dalam waktu instan tentu memerlukan proses latihan dalam jangka panjang. Proses adaptasi beban latihan tidak bisa secara mendadak, tetapi membutuhkan waktu dan proses yang tertahap secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan akan mempengaruhi latihan jangka panjang dalam proses pembelajaran dasar gerak olahraga.

10) Prinsip Reversible

Atlet yang berhenti latihan dalam jangka waktu tertentu makan fungsi organ tubuh akan mengalami penuruan kualitas. Adapatasi latihan akan hilang jika tidak dipraktekakan dan dijaga melalui proses latihan.

11) Prinsip Tidak Berlebihan

Pemberian beban latihan harus disesuaikan dengan proses perkembangan dan pertumbuhan sehingga beban latihan benar-benar tepat.

12) Prinsip Sitematis

Prinsip sistematis berhubungan dengan proses penyusunan program latihan. Penekanan tujuan latihan harus menyangkut aspek fisik, teknik, taktik, dan psikologis.

(21)

29 d. Respon dan Adaptasi Latihan

Sugiharto (2014: 71) menjelaskan bahwa respon adalah perubahan fungsi organ tubuh yang bersifat sementara terhadap beban olahraga yang diberikan. Apabila olahraga dilakukan secara teratur dan rutin maka kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap beban olahraga akan tetap.

Saat latihan akan terjadi peningkatan oksigen dalam tubuh, hal ini tubuh akan merespon dengan menyesuikan sistem pernapasan dan denyut jantung saat latihan.

Sugiharto (2014: 76) mengemukakan bahwa ukuran jantung pada seseorang terlatih pada umumnya lebih besar hal ini disebabkan oleh peningkatan ketebalan otot pada jantung dan volume pada ventrikel jantung.

Jantung yang mengalami peningkatan ukuran akan menyebabkan fungsi jantung lebih baik dan berpengaruh terhadap penurunan frekuensi denyut jantung. Denyut nadi adalah respon fisiologis untuk mengukur kemampuan jantung, pada orang umumnya denyut jantung rata-rata sebesar 60-80 kali/menit, tetapi pada seorang yang terlatih istirahat mencapai 28-40 kali/menit. Hal ini dapat dilakukan apabila melakukan latihan olahraga daya tahan.

Pada seseorang yang terlatih terjadi peningkatan konsumsi oksigen karena peningkatan karena semakin besarnya curah jantung. Efisiensi jantung meningkat akibat aliran darah lebih besar disalurkan sampai ke otot, adanya peningkatan oksigen dan sumber energi berkaitan dengan kondisi fisik.

Sugiharto (2014: 79) menjelaskan bahwa proses latihan yang dilakukan 4-6

(22)

30

minggu akan meningkatkan kemampuan respirasi. Peningkatan sistem ini disebabkan fungsi neuromuscular, pengambilan O2 dan pelepasan O2 akan lebih efektif. Ketika sistam kardiovaskular dan respirasi dilakukan berulang- ulang kali, seperti yang terjadi saat latihan rutin maka sistem ini adalah beradaptasi dan memungkinkan tubuh untuk meningkatkan kapasitas VO2

Max (Kenney, Wilmore, & Costill, 2011: 268).

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Impellizzeri et al (2006) yang berjudul

“Physiological and Performance Effects of Generic versus Specific Aerobic Training in Soccer Players”. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh latihan sepakbola spesifik (small sided games) dan latihan daya tahan aerobik spesifik pada kebugaran fisik dan performa pemain sepakbola dalam pertandingan.Sampel yang digunakan berjumlah 40 pemain sepakbola junior yang dibagi menjadi 2 kelompok treatment masing-masing 20 pemain.

Penelitian dilakukan selama 12 minggu, 4 minggu pertama pada fase persiapan dan 8 minggu pada fase kompetisi sepakbola junior. Kedua metode latihan ini sangat signifikan dalam meningkatkan daya tahan aerobik dan performa dalam pertandingan sepakbola terutama pada 4 minggu fase persiapan. Akan tetapi tidak ditemukan perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan sepakbola spesifik (small sided games) dan latihan daya tahan aerobik spesifik dalam pengukuran semua instrumen tes yang dilakukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan sepakbola spesifik dan

(23)

31

latihan daya tahan aerobik spesifik sama efektif dalam meningkatkan kebugaran aerobik pada pemain sepakbola junior.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Doel dan Singh (2013) yang berjudul

“Effect Of Continuous Running and Interval Training Methods on Endurance Ability of Football Players”. Penelitian ini memiliki arti pengaruh continuous training dan latihan interval terhadap kemampuan daya tahan pemain sepakbola. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh latihan continuous dan latihan fartlek pada kemampuan daya tahan pemain sepakbola muda. lima belas pemain mendapatkan continuous training, lima belas pemain mendapatkan latihan interval, dan lima belas sebagi kelompok kontrol. ANOVA dan LSD post-hoc tes digunakan melalui SPSS. Hasilnya menunjukkan bahwa disesuaikan F-nilai 15,88 terdapat signifikan pada tingkat 0,05. Hasil tes LSD Post-hoc mengungkapkan bahwa continous training dan interval training secara signifikan membantu untuk meningkatkan kemampuan daya tahan dari pemain sepak bola. Selanjutnya, hasil mengungkapkan bahwa interval training secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan continous training untuk meningkatkan kemampuan daya tahan pemain sepak bola.

C. Kerangka Berpikir

Permainan sepakbola membutuhkan kondisi fisik yang baik untung menunjang performa di dalam pertandingan. Permainan sepakbola menuntut intensitas tinggi dengan banyak aksi gerakan yang sangat kompleks selama 2 x 45 menit. Salah satu unsur fisik yang sangat dibutuhkan dalam permainan sepakbola adalah daya

(24)

32

tahan aerobik atau VO2 Max. Pemain yang mempunyai daya tahan aerobik tinggi bisa mempertahankan intensitas aksinya selama pertandingan karena teknik yang baik harus didukung kapasitas VO2 Max yang baik.

“Without development of physical abilities, the athlete’s capacity to tolerate

training will be significantly impaired, resulting in an inability to develop the technical and tactical development necessary for sporting succes (Bompa, 2009)”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa kemampuan fisik pemain harus diperhatikan dengan baik, memilih proses latihan, karena dengan kemampuan fisik yang baik maka kemampuan taktik dan teknik dapat lebih baik. Proses pemilihan metode latihan berperan penting dalam peningkatan kemampuan pemain. Latihan Interval merupakan salah satu latihan yang terukur untuk meningkatkan daya tahan aerobik. Program latihan interval disesuaikan berdasarkan program extensive method sehingga latihan interval fokus mengarah pada penggunaan energi aerobik sehingga akan berpengaruh positif terhadap peningkatan daya tahan aerobik.

Dalam latihan fisik sepakbola atau conditioning dapat diberikan dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam permainan. Small sided games merupakan bentuk latihan sepakbola dengan menggunakan permainan sepakbola itu sendiri dengan ukuran lapangan lebih kecil & jumlah pemain lebih sedikit. Dengan bentuk latihan ini memungkinkan pemain lebih cepat beradaptasi secara taktikal dan fisik karena bentuk latihan sama dengan apa yang terjadi dalam pertandingan.

Pemain melakukan aksi teknik & bergerak lebih banyak dengan bola sehingga dapat meningkatkan daya tahan aerobik yang sesuai dengan kebutuhan dalam

(25)

33

pertandingan. Oleh karena itu small sided games menjadi sebuah bentuk latihan yang relevan dan realistis untuk meningkatkan daya tahan aerobik pemain sepakbola terutama U-17.

Setiap latihan tentu akan memberikan dampak baik dan buruk tergantung bagaimana proses pelaksanaan latihan. Latihan interval dan small sided games juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya tahan aerobik. Hasil penelitian diatas mengungkapkan bahwa kedua latihan sama-sama efektif dalam meningkatkan daya tahan aerobik, tetapi karakteristik setiap latihan yang berbeda tentu akan menentukan hasil dari penelitian.

Penelitian ini akan menguji pengaruh small sided games dan interval training terhadap peningkatan daya tahan aerobik dan apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antar variabel utama dan variabel faktor dalam peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat memperjelas masalah yang diselidiki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya.

Dengan hipotesis yang dirumuskan secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Ho : Ada pengaruh yang signifikan dari latihan small sided games terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

(26)

34

Ha : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari latihan small sided games terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

2. Ho : Ada pengaruh yang signifikan dari interval training terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

Ha : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari interval training terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

3. Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara small sided games dan interval training terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

Ha : ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara small sided games dan interval training terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

4. Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kecepatan tinggi dan kecepatan rendah terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

Ha : Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kecepatan tinggi dan kecepatan rendah terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

5. Ho : Tidak ada interaksi yang signifikan antara pengaruh latihan small sided games, interval training, dan kecepatan (tinggi dan rendah) terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

(27)

35

Ha : Ada interaksi yang signifikan antara pengaruh latihan small sided games, interval training, dan kecepatan (tinggi dan rendah) terhadap peningkatan daya tahan aerobik pemain sepakbola under-17.

Gambar

Tabel  diatas  menjelaskan  pembagian  program  latihan  pada  atlet  yang  sudah  tingkat  lanjutan  (profesional)  dan  atlet  yang  amatir
Tabel 1. Karakteristik Latihan Interval  Interval
Gambar 1. Periodesasi Latihan Biomotor (Bompa, 2009: 183)
Gambar 2. Dribbling Track for Developing Soccer-Specific Endurance (Bompa, 2009: 143)

Referensi

Dokumen terkait

HOTMAN TAMBA : Pengaruh Latihan Small Side Games Terhadap Peningkatan Kemampuan Daya Tahan Jantung Paru dan Keterampilan Dasar Bermain Sepak Bola Pemain Formula

Sided Games dan 10 orang yang tidak melakukan latihan Small Sided Games ( Latihan Passing).. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur VO2 Max denagn menggunakan tes lari

menunjukkan bahwa ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan latihan small-sided games terhadap kemampuan passing kaki bagian dalam pada peserta ekstrakurikuler sepakbola di

Peningkatan Daya Tahan Aerobik Melalui Latihan Fartlek Dan Interval Training Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Peningkatan Daya Tahan Aerobik Melalui Latihan Fartlek Dan Interval Training Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima , maka dapat disimpulkan bahwa latihan small sided games memberikan pengaruh

bola antara latihan small sided games dan kelompok kontrol. Dan kelompok yang mendapatkan la- tihan small sided games yang lebih efektif dan efesien dalam

Pengaruh Latihan Small Sided Games 4x4 Dan 8x8 Terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Pada Pemain Sepakbola Ekstrakurikuler Smp Negeri 2 Grati Kabupaten Pasuruan.. Gelanggang