• Tidak ada hasil yang ditemukan

fenomena sebelum banjir sebagai refleksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "fenomena sebelum banjir sebagai refleksi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA SEBELUM BANJIR SEBAGAI REFLEKSI INDIVIDUALISTIS WARGA

KELURAHAN SURAU GADANG KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG

JURNAL

Oleh

MARNI 10070127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

(2)

Phenomenon Before the Flooding as a Reflection of Individualistic Villagers Surau Gadang Subdistrict Nanggalo Padang City

Marni ‘. Ardi Abbas 2. Dian Kurnia Anggreta

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Dosen Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

This thesis examines the phenomenon before the flooding as a reflection of individualistic Villagers Surau Gadang subdistrict Nanggalo Padang City. City Padang is highly vulnerable flood moreover, is attested from Padang BMKG data showing high levels of rainfall in the Padang City. In 2013 almost all the districts in the Padang City flooded one Sub. In one of the villages Sub including flood prone Villages Surau Gadang. This is proved from the information society that says if it rains 2-3 hours this area flood inundation at certain points with different heights. In accordance with the above problems, the principal investigators of the problem formulated as follows : How individualistic reflection Village Surau Gadang Residents Nanggalo Padang City?

The theory used in this research is the theory of organic solidarity and mechanical solidarity by Durkheim. Communities in Solidarity mechanics have a strong bond because all are generalists and have similar activities while organic solidarity together with differences in the facts and all of them have their respective responsibilities. The study uses descriptive type of data that is collected in the form of words, pictures, and not numbers. Informants in this study consisted of 12 people and the people who observed or interviewed is the main source. Data collection tools and techniques used were observation and interviews. Data collection tools such as interview guides, books, pens and tape recorders.

The results of this study describes the city of Padang is one of the cities included flood-prone, based on data from BMKG Padang that includes cities that have high levels of rainfall. Surau Gadang the Village is one of the flood prone areas.

In the village there is mutual cooperation activities undertaken several years but this is no longer because of busy village community so it does not happen. Almost in general got in the village Surau Gadang buried rocks, grass and piled with cement so that the drains be not smooth, and the public does not care about it. The public also does not care about the superficiality got going on in this district and let only superficial therefore flooding still occurs. Community leaders and the village did not impose sanctions on people who do not keep their environment, so that people do not care about the environment and keep it in order to avoid flooding.

Keyword: Phenomenon, Flooding, Reflection, Individualistic

(3)

PENDAHULUAN

Kota Padang termasuk kota yang memiliki tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi di Indonesia.

Peneliti mendapatkan data dari BMKG Kota Padang, bahwa Kota Padang memiliki tingkat curah hujan yang tinggi yaitu pada tahun 2013 mencapai tingkat curah hujan 4.077,2 milimeter.

Sehingga Kota Padang termasuk daerah rawan bencana.

Menurut BPBD salah satu kecamatan yang termasuk daerah rawan banjir Kota Padang adalah Kecamatan Nanggalo. Pada tahun 2006 juga terjadi banjir di Kecamatan Nanggalo tepatnya di daerah Kelurahan Surau Gadang yaitu Belakang Kompi dengan ketinggian banjir 0,3 – 1,00 m dan lama genangan air selama 6-12 jam (BPBD,2006 :2).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terhadap masyarakat sekitar Kelurahan Surau Gadang, menyatakan bahwa pada musim hujan daerah Surau Gadang mengalami banjir selama 2-3 hari dengan ketinggian yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan masuknya air ke dalam rumah sehingga beberapa dapur rumah warga terkena banjir. Juga ada angkutan umum yang melewati daerah Kelurahan Surau Gadang yang mogok jalan. Di Kelurahan Surau Gadang

juga terdapat got yang tersumbat dan tidak dilakukan pengerukan oleh warga sekitar di duga hal ini terjadi karena minimnya kepedulian warga terhadap daerahnya sendiri sehingga menyebabkan pembuangan air menjadi tidak lancar. Sehingga akan mudah terjadi banjir di sekitar Kelurahan Surau Gadang.

Kondisi ini tentu tidak terlepas dari kerjasama semua warga untuk mengatasi bencana banjir yang sering terjadi. Dari informasi masyarakat Kelurahan Surau Gadang secara umum masyarakat disini sangat tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Contohnya semua masyarakat Kelurahan Surau Gadang minim melakukan kegiatan sosial yaitu gotong royong demi membersihkan lingkungan sekitar apalagi membersihkan got-got yang berada di kelurahan. Masyarakat juga menyebutkan bahwa kurangnya kedisplinan dalam membuang sampah ditempat yang disediakan. Hal ini tentu akan menyebabkan banjir sering terjadi. Keadaan ini sangat mengganggu aktivitas masyarakat sehingga beberapa kegiatan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Hasil observasi tersebut mengidentifikasikan adanya tingkat individualistis seperti kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya sehingga berpotensi

(4)

menimbulkan banjir yang terjadi saat musim penghujan, sehingga banjir merupakan salah satu fenomena yang terjadi di perkotaan.

Hal ini baru merupakan hasil observasi awal yang peneliti dapatkan dari masyarakat sekitar Surau Gadang.

Observasi ini merupakan kesimpulan yang masih diragukan kebenarannya.

Maka dari itu untuk mengetahui kebenaran sebenarnya maka peneliti memberi judul fenomena sebelum banjir sebagai refleksi individualistis warga Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang.

Berdasarkan latar belakang di atas dan rumusan masalah yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana Fenomena Sebelum Banjir Sebagai Refleksi Individualistis Warga Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang ? BAHAN DAN METODE

Penelitian ini di lakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain- lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2005 :6).

Sedangkan tipe penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

Dengan demikian laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi laporan penyajian tersebut.

Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainya. Pada penulisan laporan tersebut, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti dengan demikian, peneliti tidak akan memandang demikian keadaannya (Moleong,2005 :11).

Jenis data yang di gunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik

(5)

pengumpulan data adalah observasi dan wawancara.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Banjir di Kota Padang.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Kota Padang, menyebutkan bahwa Kota Padang memiliki tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi, dengan tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi ini menyebabkan Kota Padang sering terjadi banjir apalagi saat musim penghujan. Hal ini tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah kota saja dalam menangani hal tersebut tetapi juga dibutuhkan tanggung jawab masyarakat dalam menjaga lingkungan supaya sehat dan juga ikut membantu dalam melakukan pencegahan banjir sedini mungkin di Kota Padang.

Pada tahun 2010 tingkat curah hujan di Kota Padang adalah 3.764,8 milimeter, pada tahun 2011 yaitu 3.324,6 milimeter dan sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan intensitas curah hujan di Kota Padang yaitu 4.077,2 milimeter. Sedangkan pada tahun 2012 tidak peneliti lampirkan karena data yang peneliti dapatkan tidak melampirkan tingkat curah hujan pada tahun 2012 (BMKG Kota Padang: 2014).

Jika dilihat dari tingginya tingkat intensitas curah hujan di Kota Padang membuat Kota Padang sebagai kota yang rawan bencana banjir.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) pada tahun 2013 hampir seluruh kecamatan di Kota Padang adalah daerah rawan banjir.

B. Fenomena Sebelum Banjir Sebagai Refleksi Individualistsi Warga Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang.

1. Ketidakpedulian Masyarakat Terhadap Lingkungan.

Masyarakat Kelurahan Surau Gadang termasuk masyarakat yang memiliki tingkat individualistis tinggi, ini dibuktikan dari pelaksanaan kegiatan gotong royong yang dulu pernah dilakukan tetapi sekarang tidak dilakukan lagi dikarenakan kegiatan masyarakat semakin meningkat sehingga kesadaran kolektif masyarakat melemah dan memudahkan individualistis berkembang dalam masyarakat tersebut.

Saat penelitian peneliti menemukan ciri-ciri masyarakat yang memiliki solidaritas organik yang dikemukakan oleh Durkheim pada masyarakat Kelurahan Surau Gadang

(6)

yaitu kepedulian lingkungan minim karena masyarakat memiliki kesibukan yang berbeda-beda sehingga menciptakan individualistis yang tinggi dalam masyarakat.

2. Ketidakpedulian Masyarakat Terhadap Pendangkalan Got Di Kelurahan Surau Gadang.

Dapat peneliti deskripsikan bahwa ketidakpedulian masyarakt terhadap pendangkalan got tidak hanya di karena sifat dari masyarakat sendiri namun kepemimpinan tokoh masyarakat juga dibutuhkan disini, jika tokoh masyarakat lebih tegas dengan memberikan sanksi kepada masyarakat yang membeiarkan got menjadi dangkal akan berdampak efek jera bagi masyarakat lain. Namun kenyataannya peneliti menemukan aturan yang yang ada di kelurahan hanya bersifat hukum restitutif dominan saja yaitu berbentuk pemulihan keadaan saja.

3. Got Yang Tersumbat Di Kelurahan Surau Gadang.

Secara umum peneliti temukan hampir seluruh got yang tertimbun oleh tanaman, tanah dan batu yang ada di Kelurahn Surau Gadang ini bahkan di semen oleh masyarakat. Masyarakat di kelurahan ini hanya membiarkan saja keadaan seperti ini sampai sekarang. Peneliti menemukan hal tersebut baik di masyarakat tidak aerah

perumahan atau perkampungan.

Masyarakat tidak mempedulikan dampak yang ditimbulkan akibat menutup got sehingga akan berdampak negatif yaitu got tidak mampu menampung air dengan banyak mehingga memudahkan meluap ke darat dan terjadinya banjir.

4. Sanksi Terhadap Masyarakat Yang Menimbun Got.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Lurah dan tokoh masyarakat tidak adanya sanksi untuk masyarakat yang membiarkan got tertimbun dengan rumput dan tanah.

Kenyataan di lapangan yang peneliti temukan di daerah perumahan yaitu got di tutupi oleh masyarakat dan tidak ada sanksi dari tokoh masyarakat bahkan dari Lurah setempat.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan data BMKG Kota Padang, Kota Padang memiliki tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi, dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan Kota Padang termasuk kota yang rawan bencana banjir.

2. Banjir yang terjadi di Kota Padang secara umum berupa banjir genangan, yaitu banjir yang disebabkan curah hujan lokal yang terjadi karena suatu daerah tidak mampu mengalirkan

(7)

air hujan tersebut ke pembuangan air sehingga menyebabkan banjir.

Begitu juga yang terjadi di Kelurahan Surau Gadang yaitu tergenangnya air akibat tersumbatnya saluran air sehingga menyebabkan banjir.

3. Di Kelurahan Surau Gadang dulunya ada berupa kegiatan sosial yang di lakukan secara rutin antara 1-2 kali dalam sebulan untuk menjaga lingkungan sekitar, namun sekarang kegiatan sosial tersebut tidak dilakukan lagi dalam

masyarakat sehingga

menyebabkan lingkungan sekitar menjadi tidak bersih.

4. Pendangkalan got yang terjadi di Kelurahan Surau Gadang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu tertimbun tanah, tumbuhnya tanaman liar dan tertimbun batu- batu besar yang dibiarkan masyarakat sekitar, sehingga ketika musim penghujan mengakibatkan air menjadi tergenang karena saluran air yang tidak lancar, maka dengan mudahnya terjadi bencana banjir.

5. Saat hujan deras 2-3 jam Kelurahan Surau Gadang mengalami banjir di daerah perumahan, dikarenakan pembungan air yang tidak lancar penyebabnya got yang tertutup oleh semen sehingga air tidak

meresap ke dalam tanah sehingga menyebabkan banjir.

6. Di Kelurahan Surau Gadang tidak ada sanksi untuk masyarakat yang menutup got dengan tanah, semen dan membiarkan tanaman liar tumbuh sehingga menyebabkan banjir dan masyarakat tidak mempedulikan dampak negatif yang terjadi akibat perbuatan masyarakat sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, Dr. Suwandi. 2008.

Memahami Penelitian Kualitatif.

Jakarta: PT Rineka Cipta Bungin, Burhan (ed.). 2010.

Metodologi Penelitian Kualitatif :aktualisasi metodologis kearah ragam varian kontemporer.

Jakarta:PT raja grafindo persada

Daldjoeni, Drs.N. 1978. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung:

Alumni.

Moleong, DR. Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosdakarya

BPBD Kota Padang tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 5 ayat 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 Tambahan

Oleh karena itu wisatawan banyak berkunjung ke Kota Padang baik dari dalam maupun dari luar Kota Padang, salah satunya objek wisata Kota Padang yaitu pantai Purus Padang yang mana objek