• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILOSOFI DALAM BANGUNAN RUMAH ADAT JAWA

N/A
N/A
Dini Dy

Academic year: 2023

Membagikan "FILOSOFI DALAM BANGUNAN RUMAH ADAT JAWA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

FILOSOFI DALAM BANGUNAN RUMAH ADAT JAWA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu: Dr. M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I

Disusun oleh:

Dini Yenitasari (210606110017) Filsafat Ilmu A

Kelas A

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

2021

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Mukhlis Fahruddin,M.S.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Ilmu.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 20 Oktober 2021

Dini Yenitasari

(3)

3 ABSTRAK

Makalah ini mengulas tentang bangunan tradisional, yaitu bangunan rumah adat Jawa. Rumah tradisional Jawa, atau biasa disebut sebagai omah adat Jawa, mengacu pada rumah-rumah tradisional di pulau Jawa, Indonesia. Arsitektur rumah Jawa ditandai dengan adanya aturan hierarki yang dominan seperti yang tercermin pada bentuk atap rumah. Rumah tradisional Jawa memiliki tata letak yang sangat mirip antara satu dengan lainnya, tetapi bentuk atap ditentukan pada status sosial dan ekonomi dari pemilik rumah. Arsitektur tradisional rumah Jawa banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial Belanda di Indonesia dan juga sangat berkontribusi pada perkembangan arsitektur modern di Indonesia pada abad ke-20.

Kata kunci: Bangunan Tradisional, bangunan rumah adat Jawa, arsitektur rumah tradisional

(4)

4 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

ABSTRAK ... 3

DAFTAR ISI ... 4

BAB I ... 6

PENDAHULUAN ... 6

A. LATAR BELAKANG ... 6

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENULISAN ... 7

BAB II ... 8

ISI... 8

A. PENGERTIAN RUMAH ADAT ... 8

B. PENGERTIAN ARSITEKTUR JAWA ... 8

C. SEJARAH RUMAH ADAT JAWA ... 9

D. FILOSOFI PADA BANGUNAN RUMAH ADAT JAWA ... 9

1. TERAS DAN PENDOPO ... 9

2. PRINGGITAN ... 9

3. DALEM AGENG ... 10

4. KROBONGAN ... 10

5. GANDHOK DAN PAWON ... 10

E. RUMAH ADAT YANG TERDAPAT DI PULAU JAWA DAN FILOSOFINYA ... 11

1. RUMAH ADAT JAWA TENGAH ... 11

a. Rumah adat Joglo ... 11

b. Rumah Limasan ... 11

c. Rumah Panggang Pe... 11

d. Rumah Kampung ... 11

e. Rumah Tajug ... 12

2. RUMAH ADAT JAWA BARAT ... 12

a. Rumah Julang Ngapak ... 12

b. Rumah Parahu Kumurep ... 12

c. Imah Badak Heuay ... 13

e. Rumah Jolopong ... 13

3. RUMAH ADAT JAWA TIMUR ... 14

(5)

5

a. Rumah Joglo ... 14

b. Rumah Suku Tengger ... 14

c. Rumah Using ... 15

d. Rumah Dhurung ... 15

F. CIRI KHAS YANG TERDAPAT DALAM BANGUNAN ARSITEKTUR RUMAH ADAT JAWA ... 15

1. DKI JAKARTA ... 15

2. JAWA BARAT ... 15

3. BANTEN ... 16

4. JAWA TENGAH ... 16

5. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 16

6. JAWA TIMUR ... 16

BAB III ... 17

PENUTUP ... 17

A. KESIMPULAN ... 17

B. SARAN... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(6)

6 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia terdiri atas ratusan suku dan sub-suku. Masing-masing suku memiliki kebudayaan baik yang mempunyai kawasan pendukung yang luas maupun sempit. Semua itu dapat dilihat sebagai suatu warisan budaya yang kaya dan beraneka ragam yang kini menjadi milik keluarga besar bangsa Indonesia.

Tiap suku/etnik memiliki kebudayaan tersendiri, termasuk didalamnya adalah arsitektur tradisional yang khas. Bahkan tiap suku ada yang memiliki lebih dari satu pola arsitektur tradisional. Sebagai contoh, adalah etnik Jawa. Etnik Jawa memiliki arsitektur tradisional yang beraneka ragam, antara lain arsitektur Jawa di Jawa Tengah, arsitektur Jawa di Jawa Timur, arsitektur Jawa-Tengger, Arsitektur Jawa-Banyuwangi, dan masih banyak lagi. Namun, dari warisan dan kekayaan arsitektur yang beraneka ragam itu masih sangat sedikit yang diteliti dan ditulis oleh bangsa sendiri maupun orang asing.

Dengan demikian, rakyat Indonesia sering lupa atau bahkan kurang paham tentang warisan budaya nusantara yang berupa arsitektur tradisional itu, sebab perlu dimaklumi bahwa masih sedikit pula usaha untuk memperkenalkannya.

Di Pulau Jawa yang subur dan kian padat penduduknya ini mendapat warisan arsitektur Jawa yang sangat kaya, adi luhung dan ternina bobokkan. Arsitektur Jawa tidak lagi memiliki buku anutan atau pedoman yang dapat dibanggakan. Kepustakaan yang ada amat terbatas jenisnya dan kalaupun ada tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Karena itu tidaklah mustahil kalau saat ini Arsitektur Jawa kurang banyak dikenal, dan bahkan mungkin lebih dianggap barang kuno yang tidak berguna ketimbang dianggap sebagai warisan budaya yang perlu digali potensinya untuk kemudian diangkat sebagai salah satu arsitektur Indonesia yang berjati diri. Namun terlepas dari itu semua, ternyata Arsitektur Jawa memiliki citra yang mempesona yaitu: AYU, AYOM DAN AYEM.1

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari rumah adat?

2. Apa pengertian dari arsitektur Jawa?

3. Bagaimana sejarah dari Rumah Adat Jawa?

1 ARSITEKTUR JAWA | Iwan Arsitek Kidal

(7)

7

4. Apa saja filosofi yang terdapat dalam rumah adat Jawa?

5. Apa saja rumah adat yang terdapat di pulau Jawa dan filosofinya?

6. Apa saja ciri khas yang terdapat dalam bangunan arsitektur rumah adat Jawa?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian rumah adat 2. Mengetahui pengertian rumah adat Jawa 3. Mengetahui sejarah dari rumah adat Jawa

4. Mengetahui berbagai macam filosofi yang terdapat pada bangunan rumah adat Jawa

5. Mengetahui berbagai macam rumah adat yang ada di pulau Jawa dan filosofinya 6. Mengetahui ciri khas yang terdapat dalam bangunan arsitektur rumah adat Jawa

(8)

8 BAB II

ISI

A. PENGERTIAN RUMAH ADAT

Rumah Adat merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beraneka ragam bahasa dan suku dari sabang ampai merauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat.

Hingga saat ini masih banyak suku atau daerah-daerah di Indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai-nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Biasanya rumah adat tertentu dijadikan sebagai auala (tempat pertemuan), musium atau dibiarkan begitu saja sebagai obyek wisata.

Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di Indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan nuansa adat setempat. Rumah adat pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu, rumah adat yang tampak paling indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat menggunakan kayu- kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Banyak rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol budaya Indonesia.2

B. PENGERTIAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang upaya manusia dalam menciptakan wadah/ruang untuk dan dalam rangka kehidupannya. Jadi menurut pengertian ini, arsitektur dapat dimaksudkan sebagai proses maupun sebagai produk/hasil penciptaan. Bahkan dalam arsitektur tradisional antara proses dan produk bukanlah suatu yang berhenti/terputus, tetapi dapat berkelanjutan dari produk kemudian berlanjut ke suatu proses, demikian seterusnya.

Arsitektur Jawa adalah arsitektur yang lahir, tumbuh dan berkembang, didukung dan digunakan oleh masyarakat Jawa. Arsitektur Jawa itu lahir dan hidup karena ada masyarakat Jawa, meskipun dikenal oleh beberapa orang, nama-nama arsitek Jawa seperti Adipati Ario Santan, Wiswakharman, dan lainnya. Bahkan banyak bangunan-bangunan

2 Pramono A. Media Pendukung Pembelajaran Rumah Adat Indonesia Menggunakan Augmented Reality. J ELTEK. 2013;11(01):1693-4024.

(9)

9

Jawa yang adi luhung tidak ada yang mengetahui siapa arsiteknya. Dengan demikian Arsitektur Jawa lebih dikenal sebagai arsitektur tanpa arsitek.3

C. SEJARAH RUMAH ADAT JAWA

Orang jawa memiliki kekerabatan yang dekat dengan bangsa Austronesia. Relief di Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 juga menunjukkan bahwa rumah Jawa merupakan pola dasar dari rumah Austronesia. Kedatangan orang Eropa pada abad 16 dan 17 memperkenalkan batu dan batu bata dalam konstruksi rumah, yang banyak digunakan oleh orang-orang kaya. Bentuk rumah tradisional Jawa juga mulai mempengaruhi perkembangan arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Pada awal abad ke 19, rumah Hindia Belanda dibuat menyerupai rumah Jawa karena bentuk rumah yang mampu melawan panas tropis dan hujan lebat, namun tetap mampu mengalirkan udara di bagian dalam rumah.4

D. FILOSOFI PADA BANGUNAN RUMAH ADAT JAWA 1. TERAS DAN PENDOPO

Umumnya pendopo Jawa berbentuk segi empat memanjang ke arah samping kanan-kiri rumah. Pendopo ini juga dibangun tanpa pembatas di keempat sisinya. Hal ini melambangkan sikap terbuka pemilik rumah bagi siapa saja yang ingin datang.

Pendopo biasanya juga dibangun lebih tinggi dari halaman. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemilik rumah dalam menerima tamu ataupun bercakap-cakap sambil duduk bersila di lantai dengan alas tikar yang memang menjadi tradisi masyarakat Jawa sejak dulu. Hal ini merupakan simbol suasana akrab dan rukun yang coba dibangun masyarakat Jawa dengan lingkungan sekitarnya.

2. PRINGGITAN

Ruang ini merupakan ruang peralihan dari pendopo menuju ke ruang dalem ageng. Tujuan dari ruangan ini yakni sebagai tempat untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit di acara-acara tertentu. Ruangan ini juga memiliki makna konseptual tersendiri, yakni sebagai tempat untuk memperlihatkan diri sebagai simbol dari pemilik rumah bahwa dirinya hanyalah bayang-bayang atau wayang dari Dewi Sri,

3 ARSITEKTUR JAWA | Iwan Arsitek Kidal

4 Arsitektur Tradisional Omah Adat Jawa - ARSITAG

(10)

10

yakni dewi padi yang melambangkan sumber segala kehidupan, kesuburan, dan kebahagiaan dalam hidup.

3. DALEM AGENG

Ruangan ini berbentuk segi empat dikelilingi dinding-dinding di keempat sisinya.

Dalam tradisi Jawa, Dalem Ageng merupakan bagian terpenting di dalam rumah karena di ruangan ini terdapat 3 senthong atau 3 kamar. Tiga senthong tersebut terdiri dari senthong tengen, senthong tengah, dan senthong kiwa. Senthog tengah kadang juga disebut sebagai Krobongan yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan pusaka dan tempat pemujaan kepada Dewi Sri. Sementara itu, senthong tengen dan senthong kiwo digunakan oleh pemilik rumah sebagai kamar tidur, yakni senthong tengen untuk anggota keluarga perempuan dan senthong kiwa untuk anggota keluarga laki-laki.

4. KROBONGAN

Ruangan ini menyimpan harta pusaka yang dipercaya memiliki kekuatan gaib serta padi hasil panen pertama. Selain itu, perlengkapan standard kamar tidur juga tersedia di ruangan ini, seperti ranjang, kasur, bantal, dan guling. Hal ini dimaksudkan agar Krobongan digunakan sebagai kamar tidur bagi pengantin baru saat menjalani malam pertama, sebagai simbol kosmis bersatunya Dewa Kamajaya dan Dewi Kama Ratih sebagai dewa-dewi asmara.

5. GANDHOK DAN PAWON

Ruangan paling belakang dari rumah tradisi Jawa adalah Gandhok yang berbentuk memanjang di sebelah kiri dan kanan pringgitan dan dalem ageng. Selain itu, juga ada pawon yang merupakan sebutan bagi dapur dalam tradisi Jawa, serta pekiwan yang digunakan sebagai wc/toilet. Pawon dalam Bahasa Jawa berasal dari kata pa+awu+an yang berarti tempat awu atau abu, yang terlihat hitam dan kotor.

Oleh karena itulah ruangan ini ditempatkan di bagian belakang dari rumah. Ruangan- ruangan tersebut dibuat terpisah dari ruangan utama, apalagi dari ruangan yang bersifat suci untuk pemilik rumah tersebut. Menurut adat Jawa, makan bukanlah sesuatu hal yang penting sehingga dalam membangun pawon pun tidak ada patokan khusus. Dalam Kitab Wulangreh yang disusun oleh Paku Buwana IV, dikatakan “Aja

(11)

11

pijer mangan nendra” yang berarti jangan selalu makan dan tidur serta “Sudanen dhahar lan guling” yang berarti kurangilah makan dan tidur.5

E. RUMAH ADAT YANG TERDAPAT DI PULAU JAWA DAN FILOSOFINYA 1. RUMAH ADAT JAWA TENGAH

a. Rumah adat Joglo

Zaman dahulu, rumah Joglo dibuat hanya untuk kalangan masyarakat menengah ke atas saja. Karena harus memenuhi beberapa syarat. Bahan bangunan yang dipakai tidaklah sembarangan, proses pembangunannya juga tidak gampang. Ada aturan-aturan adat khusus yang memang dipercaya oleh masyarakat. Baik dari segi desain arsitektur rumah, sampai ornamen atau hiasan yang dibutuhkan untuk bagian dalam.

b. Rumah Limasan

Rumah ini memang memiliki atap berbentuk limas. Atapnya memiliki empat sisi, dan hampir mirip dengan rumah dari Sumatera Selatan. Ada beragam rumah Limasan, seperti Gajah Mungkur, Klabang Nyander, Semar Pindohong, dan Lawakan. Umumnya rumah Limasan dibuat dari bahan bata merah tanpa lapisan di bagian luar. Bagian luar pun tidak dilapisi dengan cat.

c. Rumah Panggang Pe

Ciri khas yang paling mudah dikenali adalah enam tiang panjang yang menjadi penyangga atap di bagian depan. Berdasarkan sejarah, rumah ini dulu digunakan untuk berjualan atau disebut sebagai rumah sembako. Material yang dipakai untuk membangun Panggang Pe adalah kayu, lalu atapnya dibuat dari genteng. Ada enam jenis rumah Panggang Pe, yaitu trajumas, barengan, empyak setangkep, cere gancet, gedang selirang, dan gedhang setangkep.

d. Rumah Kampung

Rumah Kampung lebih banyak dipakai oleh rakyat biasa. Seperti para petani, pekerja pasar, atau peternak. berdasarkan sejarah, rumah Kampung mempunyai banyak jenis. Di antaranya adalah Pacul Gowang, Pokok, dan Gajah Ngombe. Namun secara umum, rumah adat Kampung memiliki aturan tersendiri.

5 Filosofi Rumah Adat Jawa yang Kini Tak Banyak Ditemui

(12)

12

Yaitu tiang yang dipakai harus berkelipatan 4, dengan jumlah tiang kecilnya harus ada 8. Rumah ini hampir sama dengan rumah lain di mana pembagian rumahnya terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dan dapur.

e. Rumah Tajug

Rumah inibiasa dibangun sebagai tempat beribadah. Maka dari itu lah, rumah tajug tidak bisa dibangun oleh sembarang orang. Ciri utama Tajug terdapat pada atapnya yang berbentuk bujur sangkar dan berlapis. Ujung rumah ini juga lancip dan akan dihiasi dengan kubah kecil. Seperti rumah adat jawa lainnya, tajug juga memiliki beberapa jenis, seperti Semar Tinandu, Mangkurat, Lambang Sari, dan Semar Sinongsong.

2. RUMAH ADAT JAWA BARAT a. Rumah Julang Ngapak

Atap rumah ini mirip dengan burung yang sedang mengepakkan sayap, sehingga dinamakan julang ngapak. Bagian atas rumah berbentuk segitiga, kemudian melebar di bagian bawahnya. Adapun pada kedua sudut atapnya terdapat cagak gunting yang berfungsi sebagai pencegah rembesan air hujan. Di zaman dulu, rumah adat satu ini menggunakan atap dari ijuk daun rumbia atau alang-alang. Meski begitu, air hujan tetap tidak akan merembes, dan rumah ini tidak mudah bocor. Semakin berkembangnya zaman, rumah ini pun sudah banyak dimodifikasi.

b. Rumah Parahu Kumurep

Rumah Sunda ini berasal dari kata Parahu yang berarti perahu, dan Kumurep yang berarti tengkurap. Nama tersebut dipilih lantaran bentuk atap dari rumah adat jawa ini memang mirip dengan perahu yang terbalik, di mana atapnya berbentuk limas. Jika dilihat sekilas, rumah ini memiliki desain yang cukup rumit.

Bahkan lebih rumit dari rumah adat jolopong. Ada empat bagian utama rumah yang dibagi menjadi dua bagian besar. Pada bagian depan bentuknya dibuat trapesium, sementara bagian belakang dibuat segitiga sama sisi. Rumah ini cukup unik, akan tetapi di zaman modern ini, cukup sedikit yang memodifikasi rumah ini. Sebab rumah ini tidak terlalu ramah dengan air hujan. Apalagi di daerah Jawa Barat, curah hujannya tergolong cukup tinggi.

(13)

13 c. Imah Badak Heuay

Badak Heuay, yang artinya badak menguap. Namanya disesuaikan dengan bentuk rumah. Rumah adat jenis ini jika dilihat sekilas dari bagian depan, terutama bagian atap, nampak seperti badak yang sedang menguap, sehingga disebut Badak Heuay. Atap yang dibuat satu besar satu kecil ini memang sengaja dibuat seperti itu. Tujuannya adalah untuk melindungi teras bagian depan rumah. Teras yang ada di bagian depan difungsikan sebagai tempat menerima tamu laki-laki.

Jadi di setiap teras rumah akan ditaruh meja dan kursi kayu.

d. Rumah Tagog Anjing

Nama Tagog Anjing dipilih lantaran rumah adat ini memiliki atap yang menyerupai anjing duduk. Dalam bahasa Sunda, anjing yang sedang duduk disebut Tagog Anjing. Bentuk atapnya yaitu terdiri dari dua bidang yang berbatasan dengan garis batas suhunan. Pada bagian bidang pertama, atapnya lebih lebar dari atap lainnya, sebab atap utama menjadi penutup seluruh area rumah bagian atas. Biasanya masyarakat Garut lah yang memakai rumah dengan konsep ini.

e. Rumah Jolopong

Dalam istilah Sunda, Jolopong berarti terkulai lurus, atau tergolek lurus.

Nama ini dipilih karena desainnya sederhana, dan menampilkan rumah yang seolah tergolek begitu saja. Kesederhanaan tersebut bisa dilihat dari desain rumah yang tidak sulit, bahkan tanpa lekukan yang berarti atau variatif. Adapun sebutan lain untuk Jolopong adalah suhunan panjang atau suhunan Jolopong. Bentuk Jolopong ini bisa dibilang cukup tua. Sebab atapnya berbentuk saung atau dangau. Pada bagian atap dibuat dengan dua bidang yang pada bagian tengahnya dipisahkan oleh jalur suhunan. Untuk pembagian ruang, ada ruang tengah, teras, dapur, dan kamar tidur. Penyebutan untuk masing-masing ruang pun berbeda- beda, teras disebut emper, lalu ruang tengah atau imah, dapur atau pawon, serta kamar tidur disebut pangkeng.

(14)

14 3. RUMAH ADAT JAWA TIMUR

a. Rumah Joglo

Joglo di Jawa Timur memiliki bentuk dara gepak atau limas. Untuk bahan utama bangunan, kayu jati dipercaya menjadi material utamanya. Rumah ini juga dibuat berdasarkan kepercayaan masyarakat pada adat kejawen. Tata ruang dan pembagiannya menunjukkan keharmonisan antara manusia dengan alam sekitar dan dengan sesama. Hal tersebut juga terlihat dari jumlah soko guru atau tiang utama, bebatur, dan juga ornamen pada rumah Joglo. Di mana kesemuanya juga mencerminkan kepribadian dari masyarakat Jawa Timur. Ada empat saka guru yang fungsinya sebagai penahan atap. Masing-masing sakanya ditopang oleh umpak dengan sistem purus. Lalu rumah ini juga memakai blandar, pengeret, kilik, dan sunduk sebagai penstabil bangunan.Di bagian pintu masuk rumah juga dihiasi dengan yang namanya selur gulung. Hiasan inilah yang dipercaya masyarakat menjadi penangkal dari hal-hal negatif yang akan memasuki rumah. Pembagian ruang di Joglo Situbondo juga dibagi menjadi dua.

Bagian pertama ada pendopo yang fungsinya sebagai tempat menerima tamu.

Lalu bagian kedua adalah ruang belakang, yang diisi dengan ruang tidur dan dapur. Lalu di bagian dalam masih ada ruang senthong kiwo atau kiri, senthong tengen atau kanan, dan senthong tengah. Senthong selain sebagai tempat tidur, juga menjadi tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka yang masih dijaga oleh masyarakat sampai sekarang.

b. Rumah Suku Tengger

Suku Tengger merupakan kelompok masyarakat yang ada di lereng Gunung Bromo, Ranupane, Lumajang, Jawa Timur. Adapun ciri khas utama rumah Tengger ada pada konsepnya yang tidak berupa panggung dan tidak bertingkat.

Rumah ini tersusun oleh papan dan batang kayu. Lalu pada bubungan bagian atas terkesan terjal dan tinggi. Sesuai adat yang berlaku, rumah ini hanya memiliki satu atau dua jendela saja. Di bagian depan rumah akan ada bale-bale yang dipakai untuk bercengkrama bersama tetangga. Uniknya lagi, rumah adat Suku Tengger dibuat bergerombol. Jalan-jalan di samping kiri kanan rumah hanya cukup untuk sepetak jalan saja. Hal ini dilakukan untuk melindungi semua rumah supaya tidak terkena terpaan angin yang cukup kencang. Ketika cuaca dingin menyerang, rumah-rumah pun akan lebih terlindungi karena saling berdekatan. Hal tersebut menunjukkan keharmonisan antar sesama warna yang tinggal berdekatan.

(15)

15 c. Rumah Using

Rumah adat Using terdiri dari tiga macam, yaitu Tikel Balung, Baresan, dan Crocogan. Ketiganya memiliki konsep yang sama, perbedaannya terletak pada jumlah rab atau bidang atap. Untuk rumah Baresan, jumlah rabnya ada tiga, lalu Tikel Balung memiliki empat rab, dan terakhir Crocogan dengan dua rab. Di rumah Using juga terdapat pembagian ruang, sama seperti rumah adat lainnya.

Ada empat area ruang di rumah ini, yaitu hek atau baleh, jerumah, ampet, dan pawon. Ampet sama saja dengan teras yang berfungsi sebagai tempat menjamu tamu. Lalu baleh adalah pembatas antara ruang privasi dan ruang umum, jerumah atau ruang tengah untuk berkumpul bersama keluarga, dan pawon atau dapur untuk menyimpan bahan makanan dan memasak.

d. Rumah Dhurung

Rumah ini memiliki bentuk seperti gubug. Pada bagian dinding tidak dilengkapi dengan apapun. Atapnya terbuat dari bahan alami, seperti dari daun rumbai atau daun pohan. Menurut istilah Bawean, daun pohan sama saja dengan dheun. Rumah dhurung dari Jawa Timur ini berfungsi sebagai tempat istirahat masyarakat selepas bekerja di sawah atau ladang. Rumah ini terletak di bagian depan, sehingga lebih mudah digunakan sebelum memasuki rumah. Karena posisi ini pula, dhurung juga dijadikan tempat untuk saling berinteraksi bersama para tetangga. Bahkan ada yang menjadikan rumah ini sebagai tempat untuk mencari jodoh. Untuk ukuran, rumah dhurung dibuat sesuai keinginan pemilik, bisa dibuat besar atau kecil.6

F. CIRI KHAS YANG TERDAPAT DALAM BANGUNAN ARSITEKTUR RUMAH ADAT JAWA

1. DKI JAKARTA

Rumah adat kebaya merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi DKI Jakarta. Ciri khas rumah adat ini adalah atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila di lihat dari samping maka akan terlihat seperti lipatan-lipatan seperti lipatan kebaya. Selain itu rumah ini juga memiliki corak ornamen khas suku betawi.

2. JAWA BARAT

Rumah adat Kasepuhan Cirebon merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Rumah ini juga merupakan bagian dari keraton Cirebon.

6 14 Rumah Adat Jawa Yang Kaya Makna Dan Filosofi - Gramedia Literasi

(16)

16

Walaupun usia bangunan ini sudah sangat tua, akan tetapi bangunan ini masih tetap terawat sampai sekarang.

3. BANTEN

Rumah Badui merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi Banten. Ciri khas rumah badui adalah bentuknya yang menyerupai panggung dan hampir seluruh bagian rumah terbuat dari bahan bambu. Rumah adat ini juga terkenal dengan kesederhanaan.

4. JAWA TENGAH

Rumah adat joglo merupakan rumah adat masyarakat Jawa. Rumah adat ini terdiri dari beberapa ruangan di dalamnya. Di depan rumah terdapat pendopo yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ciri khas rumah adat ini adalah mempunyai corak ornamen budaya suku Jawa yang terletak pada bagian-bagian sisi rumahnya.

5. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Rumah bangsal kencono merupakan rumah adat yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada zaman dulu rumah adat ini digunakan sebagai tempat tinggal raja-raja jawa dan para pejabat kerajaan. Ciri khas rumah adat ini adalah mempunyai corak ornamen yang mengandung filosofi dan nilai-nilai kehidupan yang merupakan lambang dari pola perilaku manusia, alam semesta dan kehidupan.

6. JAWA TIMUR

Rumah adat joglo jawa timuran merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi Jawa Timur. Rumah adat ini mempunyai kemiripan dengan rumah adat joglo Jawa Tengah. Ciri khas rumah adat ini adalah bentuknya lebih minimalis tetapi artistik. Selain itu rumah adat ini mempunyai filosofi dan sanepan yang terkandung didalam rumah adat ini. Sehingga rumah adat ini kental akan kebudayaan leluhur terdahulu.7

7 Rumah Adat Pulau Jawa – Budaya Indonesia

(17)

17 BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Rumah Adat merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat. Hingga saat ini masih banyak suku atau daerah-daerah di Indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai-nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di Indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan nuansa adat setempat.

Arsitektur dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang upaya manusia dalam menciptakan wadah/ruang untuk dan dalam rangka kehidupannya. Bahkan dalam arsitektur tradisional antara proses dan produk bukanlah suatu yang berhenti/terputus, tetapi dapat berkelanjutan dari produk kemudian berlanjut ke suatu proses, demikian seterusnya. Arsitektur Jawa itu lahir dan hidup karena ada masyarakat Jawa, meskipun dikenal oleh beberapa orang, nama-nama arsitek Jawa seperti Adipati Ario Santan, Wiswakharman, dan lainnya.

Orang jawa memiliki kekerabatan yang dekat dengan bangsa Austronesia. Kedatangan orang Eropa pada abad 16 dan 17 memperkenalkan batu dan batu bata dalam konstruksi rumah, yang banyak digunakan oleh orang-orang kaya. Pada awal abad ke 19, rumah Hindia Belanda dibuat menyerupai rumah Jawa karena bentuk rumah yang mampu melawan panas tropis dan hujan lebat, namun tetap mampu mengalirkan udara di bagian dalam rumah.

Filosofi-filosofi yang terdapat pada bangunan rumah adat Jawa yaitu diantaranya ada teras dan pendopo, pringgitan, dalem ageng, krobongan, gandhok dan pawon. Ada beberapa rumah adat yang terdapat di Pulau Jawa, diantaranya rumah adat Jawa Barat, rumah adat Jawa Tengah, rumah adat Jawa Timur. Masing-masing daerah juga memiliki ciri khas rumah adat masing-masing.

B. SARAN

Di era modern ini, sudah banyak masyarakat yang melupakan bangunan- bangunan adat dari daerah masing-masing. Padahal dalam setiap bentuk bangunan tersebut, masing-masing memiliki nilai-nilai filosofi dan makna yang menarik. Maka, saran saya sebagai penulis adalah, semoga kedepannya, pembangunan- pembangunan di Indonesia, bisa kembali menerapkan nilai-nilai nuansa adat pada

(18)

18

bangunan modern tersebut. Dengan artian, pembangunan modern namun tetap memperhatikan nilai-nilai filosofi dan makna bangunan zaman dulu, tidak melupakan nilai ada, agar nilai-nilai filosofis tentang adat Jawa di bangunan modern tetap ada.

(19)

19

DAFTAR PUSTAKA

Kidal, Iwan Arsitek ARSITEKTUR JAWA | Iwan Arsitek Kidal (wordpress.com)

Pramono A. Media Pendukung Pembelajaran Rumah Adat Indonesia Menggunakan Augmented Reality. J ELTEK. 2013;11(01):1693-4024.

Arsitag, Arsitektur Tradisional Omah Adat Jawa - ARSITAG

Anas, Anas Inilah Filosofi Rumah Adat Jawa yang Kini Tak Banyak Ditemui - Boombastis Literasi, Gramedia 14 Rumah Adat Jawa Yang Kaya Makna Dan Filosofi - Gramedia Literasi

Rumah Adat Pulau Jawa – Budaya Indonesia (wordpress.com)

Referensi

Dokumen terkait

2a-b: Antibacterial activity of a Phosphoric acid and b pH 4 buffer solution in Staphylococcus epidermidis ATCC 35984 Antibacterial activity test Antibacterial activity test in