• Tidak ada hasil yang ditemukan

makna simbol-simbol pada rumah adat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "makna simbol-simbol pada rumah adat"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, budidaya rumput laut tidak lagi hanya sekedar pekerjaan sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, namun sudah menjadi salah satu mata pencaharian yang penting. Hasil penelitian Crawford (2002) di Sulawesi Utara dan Filipina menemukan bahwa kegiatan budidaya rumput laut telah menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir dan nelayan skala kecil. Didukung penelitian Aziz (2011) di Bantaeng, kegiatan budidaya rumput laut bahkan menjadi harapan baru bagi perbaikan kondisi perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang selama ini identik dengan kemiskinan.

Masyarakat pesisir Kecamatan Binamu juga memanfaatkan setiap jengkal wilayah pesisir laut untuk budidaya rumput laut, diduga tanpa memperhatikan prinsip kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan. Kegiatan budidaya rumput laut yang menjadi harapan baru bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Binamu untuk meningkatkan kesejahteraannya, bisa jadi terancam kelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan wilayah pesisir dengan lima dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi teknologi, dan dimensi kelembagaan serta untuk mengidentifikasi faktor dan karakteristik yang sensitif terhadap keberlanjutan wilayah pesisir. rumput laut. kegiatan budidaya di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

Rumusan Masalah

Setiap daerah di Sulawesi Selatan mempunyai rumah adatnya masing-masing, khususnya di daerah Jeneponto yang sampai saat ini masih menjaga dan melestarikan rumah adat daerahnya, namun saat ini masih sedikit masyarakat yang belum mengetahui makna dari simbol-simbol adat daerah tersebut. rumah di Binamu, Kabupaten Jeneponto.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Kajian Pustaka

  • Penelitian yang Relevan
  • Budaya
  • Rumah Adat
  • Semiotika
  • Semiotika Charles Shanders Pierce

Zoest (Santoso, 2013: 4) mengartikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya: bagaimana fungsinya, hubungannya dengan tanda lain, transmisinya dan penerimaannya oleh pihak yang menggunakannya. Hal ini mencakup kajian tentang tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan komunikasi. Secara umum teori semiotika mengambil tanda atau sistem tanda sebagai objek kajiannya.

Dalam penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan satu teori semiotika yaitu teori Peirce yang membagi hubungan antara tanda dan rujukannya menjadi tiga yaitu ikon, indeks dan simbol. Dengan demikian adanya sesuatu yang diterima secara umum (Zoest Peirce mempunyai aspek tipologi tanda yang disebut taksonomi Peirce yang dijadikan dasar dalam kategorisasi tanda dan hubungannya. Hubungan tanda dengan rujukannya terbagi menjadi tiga, yaitu ikon (perjanjian), indeks (penunjukan) dan simbol (konvensi).

Peirce (dalam Berger mengatakan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan obyek-obyek yang sejenis, keberadaannya mempunyai hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda tersebut atau karena adanya hubungan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Peirce menggunakan istilah ikon untuk hubungan antara tanda dan acuannya (denotatum) dalam bentuk hubungan kemiripan, sama dengan bentuk alamiah. Menurut Jabrohim, 2011:68, ikon adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petanda.

Dalam indeks hubungan antara tanda dan objek adalah konkrit, nyata dan biasanya melalui kaedah berurutan/kausal, Peirce dalam Pendapat Kris Budiman di atas menunjukkan bahawa indeks adalah hubungan sebab akibat antara penanda dan tanda, “a An index is tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat (sebab dan akibat) antara penanda dan tanda, contohnya asap menunjukkan api, penunjuk angin menunjukkan arah mata angin dan sebagainya." (Lambang Jabrohim. Simbol ialah tanda yang menunjukkan bahawa tiada hubungan semulajadi antara penanda dan tanda, hubungan itu sewenang-wenangnya (sesuka hati) Jika sesuatu tanda itu dikatakan ikon, ia mesti tanda itu difahami mengandungi. penonjolan ikon, iaitu ciri-ciri ikon yang banyak berbanding dengan dua jenis tanda yang lain.

Penafsiran suatu tanda yang diberikan oleh seorang penafsir harus dipahami sebagai penafsiran yang mungkin dilakukan oleh seorang penafsir yang mungkin. Melalui penafsiran (interpreter) yang dilakukan peneliti sebagai penerima tanda (interpreter) terhadap hubungan antara tanda dan referennya berupa simbol, ikon, indeks, dan lain-lain. Suatu tanda disebut tanda dicent apabila menurut penafsirnya terdapat hubungan yang benar antara tanda-tanda denotatum dalam tanda tersebut.

Tabel 2.1. Taksonomi Peirce
Tabel 2.1. Taksonomi Peirce

Kerangka Pikir

Suatu tanda dapat menjadi sangat menarik jika dapat ditempatkan dalam penafsiran yang bersifat generalisasi.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan Penelitian
  • Fokus Penelitian
  • Data dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Desain Penelitian
  • Teknik Analisis Data

Data foto merupakan data yang benar-benar asli yang diambil di lokasi penelitian di rumah adat Binamu. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang diambil dari foto-foto simbol-simbol yang terdapat pada rumah adat Binamu. Pada bab ini diuraikan secara rinci hasil penelitian kajian semiotika pada rumah adat di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

Hasil penelitian ini merupakan hasil deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan ikon, indeks dan simbol pada rumah adat Binamu Kabupaten Jeneponto. Oleh karena itu, setiap kepala rumah adat mempunyai empat tingkat (tompo sila) sebagai tanda keagungan orang (Karaeng) di Binamu. Tujuh anak tangga: pada rumah adat Binamu terdapat tujuh anak tangga, pada anak tangga paling depan karena setiap anak tangga pada rumah adat ada.

Itulah sebabnya raja-raja Binamu mengukir huruf T sebagai hiasan rumah tradisional Binamu berdasarkan perkataan Turatea. Pintu Belakang: Ia adalah pintu kedua di rumah tradisional Binamu yang digunakan atau dikhaskan untuk penjawat diraja. Pintu Belakang: Digunakan sebagai pintu kedua di rumah tradisional Binamu, digunakan atau dikhaskan untuk penjawat diraja.

Siring : Merupakan lambang rumah adat Binamu yang melambangkan bahwa rumah adat Binamu adalah rumah panggung karena siring dalam bahasa Indonesia adalah tiang rumah. Seperti kepala rumah, tangga, kaca jendela empat tingkat, kusen, ukiran pada dinding rumah T merupakan ikon dari rumah adat Binamu Kabupaten Jeneponto. Yang dimaksud dengan indeks pada rumah adat Binamu kabupaten Jeneponto adalah tujuh anak tangga (menurut raja, anak tangga pada rumah adat tersebut harus ganjil karena ini merupakan salah satu aturan yang ditetapkan oleh raja) dan anak tangga.

Simbol pada rumah adat Binamu Kabupaten Jeneponto, tangga, kepala rumah, jendela, kusen pintu, ukuran dinding, hiasan paladang, siring, pammakang, pintu rumah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hal ini menunjukkan bahwa rumah adat Binamu selalu peka terhadap keadaan dan kondisi raja pada zamannya yang ingin diketahui. Oleh karena itu pada dinding rumah sebelah pintu terdapat ukiran yang sangat indah yang menandakan bahwa lambang kebesaran masyarakat Turatea tertulis pada rumah adat Binamu di kabupaten Jeneponto. Dan yang terakhir adalah hiasan paladang (teras rumah) yang menandai ciri khas rumah adat Turate dan keturunan karaeng.

Sama halnya dengan desain rumah adat Indonesia pada umumnya, rumah adat suku Makassar khususnya rumah adat Binamu Jeneponto juga menggunakan bahan kayu sebagai bahan utamanya. Rumah adat suku Makassar khususnya rumah adat Binamu Kabupaten Jeneponto terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas rumah disebut pammakkang atau loteng, bagian tengah disebut kangkung balla atau badan rumah. dan bagian bawahnya merupakan tiang atau tiang rumah. Oleh karena itu, setiap rumah adat yang mempunyai empat tingkat di Kecamatan Binamu (tompo sila) merupakan tanda adanya orang yang ditinggikan (Karaeng) di Binamu. 3) Simbol.

Kaca jendela empat tingkat : merupakan penanda pada rumah adat Binamu yang berdasarkan tompo sila (kepala rumah). Kaca jendela bersusun empat ini hanyalah adaptasi yang dipesan oleh raja terakhir Binamu. M singkatan dari nama Raja Binamu, rangka rumah adat Binamu diukir dengan huruf H.M yang merupakan singkatan dari nama raja terakhir. Turatea atau orang atas merupakan salah satu lambang masyarakat Jeneponto, Binamu merupakan ibu kota kabupaten Jeneponto, sehingga pada rumah adat Binamu terdapat ukiran kata Turatea.

Oleh karena itu pada dinding rumah sebelah pintu terdapat ukiran yang sangat indah yang menandakan bahwa lambang kebesaran masyarakat Turatea tertulis pada rumah adat Binamu di kabupaten Jeneponto. Pintu Depan : Merupakan pintu utama pada rumah adat Binamu, yang berfungsi sebagai jalan menuju ruang tamu atau ruang pesta dan sebagai pintu masuk bagi para tamu atau orang-orang yang dianggap penting yang ingin bertemu dengan raja Binamu, bagian depan Pintu pada rumah adat Binamu hadir, pada masa Raja Binamu pertama dan dijaga oleh raja-raja berikutnya hingga akhir. Pintu belakang rumah adat Binamu juga ada pada masa raja pertama, dan peraturan serta fungsinya masih dipertahankan oleh raja terakhir.

Pintu hadapan: berfungsi sebagai pintu depan rumah adat Binamu, berfungsi sebagai jalan ke ruang tamu atau kale bala dan sebagai pintu masuk tetamu atau mereka yang dianggap orang penting yang ingin bertemu raja Binamu, para pintu depan rumah adat Binamu hadir pada zaman raja pertama Binamu dan masih dipertahankan oleh raja-raja. Pintu belakang rumah adat Binamu juga terdapat pada raja pertama, dan peraturan dan fungsinya masih dipelihara oleh raja terakhir. Pammakkang: Rumah tradisional Binamu mempunyai loteng atau pammakang yang digunakan sebagai tempat menyimpan bahan mentah.

Gambar 3. jendela Balla Lompoa Binamu
Gambar 3. jendela Balla Lompoa Binamu

Pembahasan

Appa tompo sila (empat tingkat kepala rumah) menandakan bahwa karaeng raja Binamu dilantik dengan appa toddoka. Ukiran huruf T pada dinding membuktikan bahwa semangat patriotik Turatea melakukan perlawanan yang sangat gigih terhadap pemerintah kolonial Belanda. Sebagaimana dikutip, “Indeks adalah tanda-tanda yang mempunyai hubungan fenomenal atau eksistensial antara representasi dan objeknya.

Dalam indeks hubungan antara tanda dan objek bersifat konkrit, aktual dan biasanya berurutan/kausal, (Peirce dalam Kris Budiman. Pemikiran di atas menunjukkan bahwa indeks merupakan hubungan sebab akibat antara penanda dan petanda, “Indeks adalah sebuah tanda yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat (sebab-akibat) antara penanda dan petanda, misalnya asap menandakan api, penunjuk angin menandakan arah angin dan sebagainya.” (Jabrohim, 2001: 68). Rumah Adat di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto , salah satu peninggalan nenek moyang yang masih dilestarikan. Oleh masyarakat hingga saat ini, rumah adat Binamu mempunyai ciri khas tersendiri, mulai dari kepala rumah, tangga, jendela, pintu, dinding depan diukir sedemikian rupa. Sebelum direnovasi, rumah adat Binamu ini memiliki luas 30 meter dan lebar 15 meter di bagian belakang serta mempunyai total 32 ruangan, tiga ruangan berada di depan dan selebihnya berada di belakang.

Tiga kamar utama merupakan kamar tamu Raja Binamu, sedangkan kamar paling belakang ditempati oleh keluarganya. Selain itu halamannya sangat luas dan di sisi kanannya terdapat makam keturunan Raja Binamu. Berdasarkan hasil penelitian, kepala rumah mempunyai empat satuan bahasa daerah tompo sila.

Toddo appa dibentuk pada tahun 1678 Masehi. dari Raja Binamu yang keempat yaitu Datu Mutara, suami dari Lo'mo Sunni Dg Memang (adik dari paunga Daeng Gassing, Raja Binamu yang ketiga) Lo'mo Sunni yang merupakan putri dari Raja Binamu yang kedua yaitu Bakiri Daeng Lalang menikah dengan Datu Mutara. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pembaca untuk mengetahui makna simbol-simbol yang terdapat pada rumah adat dalam kehidupan sehari-hari. Tesis, Mundzir, Chaerul. 2013 “Tradisi Mampanre Temme’ di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru”, Makassar: Uin Alauddin.

Analisis semiotika simbol kekuasaan pada rumah adat Toraja (TongkonanLayuk). Online), (http://bggazrorry.blogspot.com/2016/07, Analisis Semiotika Simbol Kekuasaan pada Rumah Adat Toraja, diakses 11 Juli 2016).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Gambar

Tabel 2.1. Taksonomi Peirce
Tabel 2.2 Klasifikasi Tanda-Tanda Relasi
Gambar 3. jendela Balla Lompoa Binamu
Gambar 4. kosen Balla Lompoa Kerajaan Binamu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun makna yang terkandung pada leksikon pembentuk rumah adat Kudus meliputi lima makna yaitu 1 makna leksikal, 2 makna gramatikal, 3 makna konotatif, 4 makna simbolik, dan 5 makna