• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam

N/A
N/A
Fadilah Sirait

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Salah satu caranya adalah dengan berasumsi bahwa "keberadaan" tidak dapat didefinisikan atau ditangkap oleh pikiran, namun hanya dapat dipahami secara langsung oleh intuisi intelektual. Hal ini mungkin dapat diterima oleh sebagian besar orang, namun apakah “Keberadaan” Tuhan itu sama? Tentu saja ada yang berpendapat bahwa “Keberadaan” sesuatu yang absolut tidak sama dengan “Keberadaan” sesuatu yang relatif.

Namun tidak demikian halnya dengan Mulla Sadra (filsuf dari Isfhan) yang meyakini bahwa “Keberadaan” itu sederhana dan segalanya bagi semua benda, baik konkrit maupun abstrak. Akan tetapi, “Keberadaan” Tuhan adalah “Keberadaan” yang murni, sedangkan “Keberadaan”-Nya yang lain tercampur dengan esensi.2 Karena Tuhan adalah “Keberadaan” yang murni, mustahil untuk mengatakan “Tuhan tidak ada”. Bagi sebagian orang, pembuktian ontologis seperti ini mungkin terbilang mudah, karena sama saja dengan mencoba membuktikan bahwa “ada”, karena sama saja dengan mencoba membuktikan bahwa “ada”, yaitu sesuatu, yang bukan. perlu harus dibuktikan..

Ada" iaitu subjek ialah kata nama dan "Ada" iaitu objek ialah kata adjektif. Adapun mumkin al-wujud ialah makhluk yang menurut akal tidak boleh wujud, tidak boleh wujud (tidak mustahil wujud), tetapi boleh. Maksud wajib al-wujud ialah yang mesti ada, manakala mumkinal-wujud yang boleh wujud tidak boleh wujud.

Mumkin al-wujud ialah makhluk yang menurut akal tidak semestinya wujud (bukan musthil ada), tetapi boleh wujud dan tidak boleh wujud.

FILSAFAT WUJUDIYAH MENURUT MU’TAZILAH, FILSAFAT ISLAM DAN ALQURAN

  • Versi Mu’tazilah
  • Versi Hikmah Masya’iyah
  • Versi Hikmatul Wahdatiyah
  • Versi Hikamatul Isyraqiyah
  • Versi Alquran

Kedua bentuk ini, yaitu siklus dan tasalsul, adalah mustahil. Konsekuensi dari penjelasan kedua bentuk tersebut adalah perlunya menerima genus kausalitas, yang berpuncak pada suatu bentuk yang perlu pada dirinya sendiri) esensialnya, yaitu Wajib al-Wujud bi Zat. Wajib al-Wujud adalah kebaikan yang sempurna, bukan kumpulan, bukan potensi materi, melainkan aql dan ma'qul yang lengkap. Mumkin al-wujud bergantung pada wajib al-Wujud karena yang lain adalah seluruh alam yang diciptakannya. 15.

Zat yang menyebabkan alam tidak boleh menjadi alam itu sendiri, pasti ada zat yang lebih sempurna dari alam iaitu Tuhan sebagai punca utama, yang tidak disebabkan oleh yang lain, dia adalah Tuhan. 24. Menurut Al-Kindi, Tuhan, sebagai penyebab pertama kewujudan, adalah punca kewujudan yang lain. Menurut Al-Farabi, alam adalah mungkin dalam kewujudannya, dan oleh itu sesuatu zat yang wujudnya wajib ingin mengubah kemungkinan kewujudannya kepada kewujudan sebenar; iaitu sebagai sebab kemunculan kemungkinan kewujudan ini.

Dalam membuktikan kewujudan Tuhan, Al-Farabi mengemukakan hujah Wajib al-Wujud dan Mukmin al-Wujud. Wajib al-Wujud ialah kewujudannya, tidak boleh, mesti ada pada dirinya, hakikat dan kewujudannya adalah sama dan satu. Mukmin al-Wujudi tidak akan berubah menjadi kenyataan tanpa kehadiran entiti yang menguatkan, dan yang menguatkan bukanlah dirinya, tetapi Wajib al-Wujudi.

Wajib al-Wujuda ialah entiti yang nyata, iaitu entiti yang sifatnya memerlukan kewujudannya malah menyebabkan wujudnya entiti yang lain, entiti inilah yang paling sempurna iaitu Allah. Dengan penjelasan yang sama, kewujudan ciptaan dan hasil-hasilnya tidak membawa kepada pelipatgandaan Tuhan, dan dengan kewujudan ciptaan melalui proses itu, keesaan Tuhan tetap terpelihara dan tujuannya adalah untuk mengesahkan Keesaan Tuhan. 34. Wajib Al-Wujud ialah entiti yang wujud berdasarkan dirinya (Wajib al-Wuxud bi al-Zat), manakala entiti yang tidak berdasarkan dirinya ialah entiti yang mumkin al-Wujud bi al-Zat.

Sedangkan wujud yang tidak mungkin ada dengan sendirinya adalah wujud yang mumtani'al-wujud bi al-zat. Dari pemisahan wujud mumtani', mumkin al-wujud dan Wajib a-Wujud, Ibnu Sina menetapkan keberadaan Tuhan. Solusi Mulla Sadra adalah gagasan Tasykik al-Wujud (gradasi wujud) yang menyatakan bahwa wujud alias wujud mempunyai gradasi yang berkesinambungan seperti cahaya yang diidentifikasikan sebagai hakikat oleh Suhrawardi.47.

Penafsiran teori ini seperti teori kesatuan eksistensi yang mengatakan bahwa hanya Tuhan yang nyata dan yang lainnya hanyalah ilusi. Dalam istilah Sadra sendiri, basitul haqiqah kullu syaiy (bahwa wujud sederhana adalah wujud yang mencakup seluruh entitas yang disebut “sesuatu”.)49. Dalam pemikiran Mulla Sadra, wujud makhluk jika dibandingkan dengan wujud Tuhan, bukanlah wujud yang hakiki.

Manakala menurut Al-Farabi, Tuhan ialah Zat Pertama dan Esa ialah Wajib al-Wujud.

KESIMPULAN

Dialah penyebab pertama dari segala bentuk realitas, Dia sempurna, mandiri, kekal, non-materi dan tidak mengalami perubahan. Tuhan juga mempunyai ilmu dasar dan mengetahui segala realitas yang terjadi di alam, tidak ada satupun yang setara atau serupa dengan-Nya. Konsep ini tidak sama dengan konsep Plato, karena menurut Plato, Tuhan menciptakan segala sesuatu berdasarkan “sifat gagasan” (‘alam mutsul), juga tidak sama dengan Aristoteles yang memperkenalkan Tuhan sebagai “Tujuan Akhir” dari alam semesta. alam dan seluruh realitas keberadaan.

Dari mazhab Ibnu Sina, terlihat bahwa langkah awal Burhan adalah memisahkan dua wujud lahiriah, yaitu Wajib al-Wujudi dan wujud kondisional. Langkah kedua argumen ini adalah membuktikan bahwa keberadaan kontingen tidak mungkin diwujudkan, berdasarkan ketidakmungkinan siklus dan tassalsul, tanpa Wajib al-Qeniya. Langkah pertama; Apa yang dilakukan filsuf eksistensialis ini, yang kemudian membedakannya dengan kelompok sofistik, adalah hanya satu realitas eksistensi eksternal yang esensial, sedangkan realitas lainnya bersifat agung.

Hal ini karena jika ia termasuk dalam suatu keberadaan yang bersifat kontingen, maka ia harus bergantung pada orang lain selain dirinya sendiri, sementara tidak ada apa pun selain esensi dari keberadaan tersebut yang bergantung padanya. Di sisi lain, kenyataan bahwa realitas alam selalu berubah dan akan hilang membuat kita menilai bahwa realitas alam tersebut bukanlah hakikat keberadaan, melainkan bayangan dan gambaran dari keberadaan. Dari pemikiran tersebut timbul pertanyaan, mengapa Wajib al-Wujhud selalu tetap Wajib al-Wujhud dan mengapa Penyebab Pertama tetap menjadi Penyebab Pertama.

Hakikat keberadaan pada hakikatnya adalah kemandirian dari yang lain, keniscayaan, awal dan akhir itu sendiri, serta sebab dan sumber dari segala keberadaan. Oleh karena itu, menurut mazhab Mulla Sadra, pertanyaan yang muncul tidak boleh berupa: 'Mengapa Penyebab Pertama tetap menjadi Penyebab Pertama. Tetapi mengapa sesuatu yang bukan Sebab Pertama menimbulkan akibat dan tidak sempurna? Konsekuensinya selalu terbatas, hadir ke belakang dan bergantung.

Al-Alusi, Hisyam al-Din, Hiwar bein el-Falsafah ue el-Mutakallimin, (Bairut: . el-Muassasah al-Arabiyah, 1980). Ibrahim Madkur, Fi Falsafah el-Islamiyyah ue Menhej ue Tethbiquh, Jilid I, (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1968). Iraku, Muhamed 'Atif, Menhexh el-Naqdi fi Falsafat Ibn Rusyd, (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1968).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini saya tiba kepada permasalahan betapa susahnya menentukan pembahasan antara kebudayaan dan peradaban Arab atau kebudayaan dan peradaban Islam,

Dari Spanyol Islamlah, Eropa banyak menimba ilmu, karena pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang

a. ASPEK-ASPEK PERADABAN ISLAM MASA DINASTI TURKI UTSMANI.. Termaktub ada beberapa hal yang berkaitan perihal peradaban Islam pada masa TurkixUtsmani mulai dari

Dari beberapa pengertian peradaban di atas, dapat disimpulkan bahwa peradaban islam adalah unit pencapaian budaya umat manusia yang dengan bimbingan agama

Peta sejarah peradaban Barat dapat dikelompokkan tiga periode, pertama adalah masa yang disebut masa klasik, dimana masa ini masih bertonggak pada filsafat yunani.. Kedua

Tahun 1258-1500 M, merupakan masa kemunduran peradaban Islam dengan mulainya serangan (invasi) bangsa Mongol ke seluruh wilayah kawasan Islam yang dimulai dari

Dokumen ini membahas tentang definisi dan konsep peradaban, beserta contoh peradaban

Telaah Isi Review Materi Peradaban Islam Asia